PEMBAHASAN KASUS
III.1. Pembahasan
Vital Sign
Tekanan darah : 170/99 mmHg
Frekuensi nadi : 94 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 360 C per axilla
Kepala : dbn
Mata : tampak hematoma periorbital OD
Thoraks : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
- Perfusi (baik, nadi distal teraba)
- Deformitas (tampak pemendekan tungkai kanan bawah)
- Pembengkakan (tampak pembengkakan tungkai kanan bawah)
- Krepitasi (+)
- Penilaian luka : tampak luka bersih pada tungkai bawah anterior
dengan diameter 0.5 cm, perdarahan (+), bone expose (-), deformitas
(+), tanda peradangan (+)
11
12
- Rujukan ilmiah
Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Klasifikasi :
- Morfologi
Cedera kepala berdasarkan fraktur tulang tengkorak baik bagian
tempurung ataupun basis. Pada tempurung dapat terjadi fraktur linier,
depresi, terbuka atau tertutup. Sedangkan pada basis dapat terjadi
dengan atau tanpa kebocoran LCS dan dengan atau tanpa kelumpuhan
N.VII.
- Mekanisme Cedera Kepala
Cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala
tembus. Cedera kepala tumpul biasa nya berkaitan dengan kecelakaan
mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus
disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput
durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus
atau cedera tumpul.
- Beratnya Cedera
Glascow Coma Scale (GCS) digunakan untuk menilai secara
kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam
deskripsi beratnya penderita cedera kepala
13
- Rujukan ilmiah
14
Tipe II : laserasi > 1 cm, tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau
aflusi, ada kontaminasi
Tipe III : laserasi luas, sudak hebat, atau hilangnya jaringan sekitar,
terdapat kontaminasi.
Tipe IIIA : tulang fraktur masih tertutup jaringan lunak
Tipe IIIB : tulang fraktur tidak tertutup tanpa flap, periosteal stripping
Tipe IIIC : fraktur disertai dengan kerusakan pembuluh darah.
Berdasarkan British Orthopedic Assosiation dan British
Association of Plastic, reconstructive and Aesthetic Surgeons (2009)
mengungkapkan b1ahwa fraktur terbuka semua derajat perlu mendapatkan
antibiotic dalam 3 jam post trauma. Antibiotic yang menjadi pilihan adalah
co-amoksilav dan sefuroksim.
3. Meningens
Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus yang
membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinal), dan
memperkecil benturan atau getaran. Meningiaterdiri atas 3 lapisan, yaitu :1
a. Duramater (Lapisan sebelah luar)
Duramater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak
dan duramater propia di bagian dalam. Duramater pada tempat tertentu
mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini
dinamakan sinus longitudinal superior yang terletak diantara kedua hemisfer
otak.
b. Arachnoid (Lapisan tengah)
Arachnoid adalah membran impermeabel halus yang meliputi otak dan
terletak diantara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar.
Ruang sub arachnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan
yang agak besar disebut sistermagna.
c. Piamater (Lapisan sebelah dalam)
Piamater merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arachnoid melalui struktur jaringan ikat.
19
4. Otak
Otak merupakan suatu organ tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat dari semua organ tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak
terdiri dari otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak
(Trunkus serebri). Besar otak orang dewasa kira-kira 1300 gram, 7/8 bagian
berat terdiri dari otak besar.1
a. Otak besar (cerebrum)
Otak besar adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari dua
hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang
disebut corpus callosum. Setiap hemisfer terbentang dari os frontale sampai
ke os occipitale, diatas fossa cranii anterior, media, dan posterior, diatas
tentorium cerebelli. Hemisfer dipisahkan oleh sebuah celah dalam, yaitu
fossa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri.
Otak mempunyai 2 permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah.
Kedua lapisan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (substansia grisea) yaitu pada
bagian korteks serebral dan substansia alba yang terdapat pada bagian
dalam yang mengandung serabut saraf. Fungsi otak besar yaitu sebagai
pusat berpikir (kepandaian), kecerdasan dan kehendak. Selain itu otak besar
juga mengendalikan semua kegiatan yang disadari seperti bergerak,
mendengar, melihat, berbicara, berpikir dan lain sebagainya.
b. Otak kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak dibawah otak besar. Terdiri dari dua belahan yang
dihubungkan oleh jembatan varol, yang menyampaikan rangsangan pada
kedua belahan dan menyampaikan rangsangan dari bagian lain. Fungsi otak
kecil adalah untuk mengatur keseimbangan tubuh serta mengkoordinasikan
kerja otot ketika bergerak.
20
2. Patofisiologi
Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi
jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada
tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri. Terjadinya
benturan pada kepala dapat terjadi pada tiga jenis keadaan yaitu, kepala diam
dibentur benda yang bergerak, kepala yang bergerak membentur benda yang
diam, dan kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak.2
Dalam mekanisme trauma kepala dapat terjadi peristiwa contre coup
dan coup. Contre coup dan coup pada trauma kepala dapat terjadi kapan saja
pada orang orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Trauma
kepala pada coup disebabkan hantaman otak bagian dalam pada sisi yang
terkena sedangkan contre coup pada sisi yang berlawanan dengan daerah
benturan.2
Berdasarkan patofisiologinya trauma kepala dibagi menjadi trauma
kepala primer dan trauma kepala sekunder. Trauma kepala primer merupakan
cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan ini
merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi
permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil,
sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal
Trauma kepala sekunder merupakan proses lanjutan dari trauma kepala
primer dan lebih merupakan fenomena metabolik. Pada penderita trauma kepala
berat, pencegahan trauma kepala sekunder dapat mempengaruhi tingkat
kesembuhan penderita. Penyebab trauma kepala sekunder antara lain penyebab
sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo atau hiperkapnea, hipertermia, dan
hiponatremia) dan penyebab intrakranial (tekanan intrakranial meningkat,
hematoma, edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan
infeksi. Berdasarkan Skala Koma Glasgow, trauma kepala dibagi atas:2
Trauma kepala Ringan
Trauma kepala ringan adalah trauma kepala dengan SKG 14-15 dimana
tidak dijumpai keadaan hilangnya kesadaran (< 30 menit), pasien dapat
mengeluh pusing dan nyeri kepala, pasien dapat menderita abrasi, laserasi,
atau hematoma kulit kepala serta tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.
Trauma kepala Sedang
Trauma kepala sedang adalah trauma kepala dengan SKG 9-13. Pasien
mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti
perintah sederhana. Dapat dijumpai konkusi, amnesia pasca-trauma,
muntah, kejang serta tanda kemungkinan fraktur kranium (Battle sign,
mata rabun, otorea, atau rinorea cairan serebrospinal).
23
4.
5.
Perdarahan Epidural
Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam
ruang antara duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari
periosteumtengkorak dan tulang yang berdekatan.7
Hematoma epidural biasanya dapat dibedakan dari hematoma
subdural dengan bentuk bikonveks dibandingkan dengan crescent-
shape dari hematoma subdural. Selain itu, tidak seperti hematoma
subdural, hematoma epidural biasanya tidak melewati sutura.
Hematoma epidural sangat sulit dibedakan dengan hematoma
subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk bikonveks yang
khas,elips, gambaran CT scan padahematoma epidural tergantung
pada sumber perdarahan, waktu berlalu sejak cedera, dan tingkat
keparahan perdarahan. Karena dibutuhkan diagnosis yang akurat
dan perawatan yang cepat, diperlukan pemeriksaan CT scan dengan
cepat dan intervensi bedah saraf.7
32
Perdarahan Subdural
Sebelum CT scan dan teknologi pencitraan magnetik (MRI),
hematoma subdural didiagnosis hanya berdasarkan efek massa,
yang digambarkan sebagai perpindahan dari pembuluh darah
pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar hipofisis pada
foto polos kepala. Munculnya CT scan dan MRI telah menjadi
pilihan diagnosik rutin bahkan untuk perdarahan kecil.
Hematoma subdural merupakan kejadian yang cukup
sering terjadi dan diasosiasikan dengan mortalitas yang tinggi.
Kedekatan tulang tengko-rak dapat menyebabkan hematoma
kecil yang tersebar dengan bentuk konveks. Hematoma ini
terjadi akibat robeknya pembuluh darah vena yang
menghubungkan permukaan kortikal dengan sinus dura yang
biasa disebut dengan bridging vein.
Pada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk
bulan sabit, ketika cukup besar, hematoma subdural
menyebabkan pergeseran garis tengah. Pergeseran dari gray
matter-white matter junction merupakan tanda penting yang
menunjukkan adanya lesi.
33
Perdarahan Subarakhnoid
Pada CT scan, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi
ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF
di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam
mungkin tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling
jelas terlihat dalam rongga subaraknoid yang besar.3,8
34
8
Gambar 3.10. Gambaran Perdarahan Intraserebral pada CT Scan Kepala
Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada
ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila
terjadi perdarahan intraserebral (Gambar 18). Pada perdarahan
intraventrikular akan terlihat peningkatan densitas dari
gambaran CT scan kepala. Jika terlambat ditangani, perdarahan
intraventrikular akan menyebabkan terjadinya ventrikulomegali
pada sistem ventrikel (hidrosefalus) dari gambaran CT scan.9
Perdarahan ini disebabkan oleh perdarahan kapiler dan
terjadi menjadi 4 stadium, yakni :9
1. Stadium 1 – perdarahan pada regio subependimal
2. Stadium 2 – perdarahan pada regio subependimal dengan
pelebaran me-nuju ventrikulus lateralis tanpa adana
pelebaran ventrikel
3. Stadium 3 – perdarahan subependimal dengan ekstensi
menuju ventri-kulus lateralis dengan pelebaran ventrikel
4. Stadium 4 – perdarahan intraparenkimal
36
Sekuen lain pada MRI yang dapat membantu diagnosis cedera kepala adalah
fluid attenuated inversion recovery (FLAIR). FLAIR merupakan pulse
sequence yang meniadakan sinyal dari cairan serebrospinal sehingga
gambaran hiperintens berkaitan dengan edema. T2 weighted-MRI
khususnya FLAIR MRI lebih sensitif untuk mendeteksi lesi traumatic
dibandingkan CT scan. Gradient-recalled echo (GRE) T2 weighted imaging
dan susceptibility weighted imaging (SWI) sering digunakan untuk
mengidentifikasi perdarahan yang tampak hipointens pada modalitas ini.
Penggunaan tiga sekuen sering digunakan untuk men-diagnosis cedera
kepala karena kemampuannya untuk menemukan kelainan tersembunyi;
kombinasi T1, T2, FLAIR, dan SWI telah diketahui dapat membuat
segmentasi dan model tiga dimensi pada edema dan perdarahan pada
substansia alba dan nigra.
Gambar 3.12 Gambaran MRI akut dan kronis pada cedera kepala
38
Gambar 3.14 Gambaran DTI. Kiri: Map fractional anisotropy (FA). Area berwarna putih adalah area
dengan anisotropy tinggi. Kanan: map orientasi warna. Difusi di arah kanan-kiri ditampilkan dengan
warna merah, difusi di arah superior-inferior ditampilkan dengan warna biru, dan difusi di arah
anterior-posterior ditampilkan dengan warna hijau.