Hubungan Status Depresi terhadap Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Petang II
Kabupaten Badung Bali Tahun 2015
92
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
penuaan juga dikaitkan dengan penurunan kualitas wilayahnya, Puskesmas Petang II telah memiliki
hidup. Penelitian Sethi (2012) mengungkapkan upaya kesehatan lansia dengan program pokoknya
bahwa gangguan kognitif rentan terjadi pada berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia.
lansia seiring dengan penurunan aktivitas dan Namun untuk saat ini Posyandu yang berjalan
interaksi sosial dari lansia tersebut. Proses masih hanya mencakupi 5 Banjar dari 18 Banjar
adaptasi yang harus dijalani terhadap segala yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Petang
perubahan yang dialami membuat lansia rentan II. Pencatatan lansia juga belum dilakukan dengan
mengalami gangguan psikologis seperti kondisi lengkap di masing-masing banjar di wilayah kerja
emosi yang tidak stabil, depresi, atau ansietas Puskesmas Petang II. Disamping itu, kegiatan
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia. posyandu lansia yang dilakukan selama ini hanya
Selain itu, perubahan tempat tinggal seperti terbatas pada upaya peningkatan kesehatan fisik
tinggal dengan keluarga yang lain atau tinggal seperti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
sendiri di rumah dapat mempengaruhi kualitas gratis, pengukuran berat badan dan tinggi badan,
hidup lansia.5 pemberian makanan gratis dan senam lansia.
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap Adanya data mengenai kualitas hidup lansia serta
ancaman penyakit degeneratif yang umumnya faktor yang memiliki hubungan terkuat dengan
bersifat kronis.7,8 Berdasarkan data Riset kualitas tersebut tentunya dapat dijadikan acuan
Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2013, prevalensi dalam mengembangkan program kesehatan lansia
tertinggi penyakit kronis seperti kanker, diabetes yang lebih komprehensif. Akan tetapi, data
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan tersebut belum tersedia dan belum pernah
gagal jantung ditemukan pada kelompok usia ≥ 65 dilakukan evaluasi terhadap kualitas hidup lansia
tahun. Sebagai akibat dari penyakit kronis, di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
perjalanan penyakit dan komorbiditas serta beban Bertolak dari fakta dan hal yang dipaparkan di atas
kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan dapat maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
mempengaruhi kehidupan lansia, termasuk hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas
keluarga dan komunitas secara keseluruhan.7 hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
Salah satu dampak terbesar yang dapat timbul Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
adalah depresi pada lansia. informasi dalam perencanaan dan keberlanjutan
Kualitas hidup merupakan isu strategis yang program puskesmas yang tepat dan sesuai dengan
mencerminkan kondisi lansia dalam menikmati kebutuhan lansia guna meningkatkan kualitas
sisa usianya dan bersiap untuk meninggal dengan hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
damai. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia hendaknya METODE PENELITIAN
dapat diakomodasi baik oleh lansia, keluarga Rancangan Penelitian
maupun health provider. Salah satu penyedia Penelitian ini menggunakan desain penelitian
layanan kesehatan pada lini pertama adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
puskesmas.9 Puskesmas sebagai penyediaan sectional berupa survei lapangan. Survei lapangan
layanan kesehatan yang sekaligus berperan dilakukan untuk mempelajari hubungan tingkat
sebagai pusat pengembangan kesehatan depresi dengan kualitas hidup lansia di wilayah
masyarakat (center for community health kerja Puskesmas Petang II.
development) di wilayah kerjanya hendaknya
mengembangkan program kesehatan berdasarkan Tempat dan Waktu Penelitian
permasalahan yang berkembang di masyarakat, Tempat Penelitian
termasuk permasalahan pada penduduk lansia.9 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja
Tingginya jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Petang II yang meliputi 2 Desa yakni
Petang II hendaknya diantisipasi dengan upaya – Desa Belok dan Pelaga.
upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup yang optimal pada lansia. Guna Waktu Penelitian
meningkatkan derajat kesehatan lansia di Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015.
93
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
n1 n2
Z 2PQ Z P1Q1 P2Q2 2
Variabel Penelitian
94
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
lima titik yang berkisar antara 1-5. Aspek dan hidup sedang, (3) Skor ≥ 67 termasuk dalam
distribusi item kuesioner kualitas hidup dapat kategori kualitas hidup tinggi.
dilihat pada lampiran. Kuesioner WHOQOL BREF merupakan
kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur
Setiap item pertanyaan diberikan nilai 1, 2, 3, 4 kualitas hidup lansia. Kuesioner WHOQOL BREF ini
dan 5 dengan dideskripsikan sebagai berikut: dikeluarkan oleh WHO dan telah baku. Kuesioner
a) Pada item pertanyaan nomor 3 dan 4 ini tersaji dalam berbagai bahasa salah satunya
merupakan pertanyaan unfavorable dengan skor Bahasa Indonesia. Jadi, peneliti tidak
1= dalam jumlah berlebihan, 2 = sangat sering, 3 = menterjemahkan sendiri kuesioner WHOQOL BREF
dalam jumlah sedang, 4 = sedikit dan 5 = tidak ini melainkan sudah ada dalam bentuk Bahasa
sama sekali, sedangkan untuk item pertanyaan 5- Indonesia. Untuk itu, peneliti tidak lagi melakukan
9 merupakan pertanyaan favorable 1 = tidak uji validitas dan reabilitas terhadap kuesioner ini.
sama sekali, 2 = sedikit, 3 = dalam jumlah sedang,
4 = sangat sering dan 5 = dalam jumlah Cara Pengumpulan data
berlebihan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti
b) Pada item pertanyaan 10-14 merupakan mewawancarai responden untuk kemudian
pertanyaan favorable dengan skor 1= tidak sama mengisi kuesioner berdasarkan jawaban-jawaban
sekali, 2 = sedikit, 3 = sedang, 4 = seringkali dan 5 = dari responden. Kuesioner diberikan pada
sepenuhnya dialami. responden yang setuju diwawancarai setelah
c) Pada item pertanyaan nomor 15 merupakan diberi inform consent. Dalam satu wawancara
pertanyaan favorable dengan skor 1= sangat diperkirakan menghabiskan waktu 15-30 menit.
buruk, 2 = buruk, 3 = biasa-biasa saja, 4 = baik dan Wawancara dilakukan sesuai dengan daftar
5 = sangat baik. pertanyaan atau kuesioner yang berisi pertanyaan-
d) Pada item pertanyaan nomor 16-25 pertanyaan sesuai dengan variabel-variabel yang
merupakan pertanyaan favorable dengan skor 1 = diteliliti kepada responden.
sangat tidak memuaskan, 2= tidak memuaskan, 3=
biasa-biasa saja, 4= memuaskan, 5 = sangat Analisis Data
memuaskan. Setelah data terkumpul, data diolah dengan
e) Pada item pertanyaan nomor 26 merupakan bantuan perangkat lunak dan data yang diperoleh
pertanyaan unfavorable dengan skor 1= selalu, akan dianalisis secara deskriptif (persentase).
2= sangat sering, 3= kadang-kadang, 4=jarang dan
5= tidak pernah. Analisis Univariat
Data gambaran kualitas hidup Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
dideskripsikan berdasarkan akumulasi skor dari variabel dalam hasil penelitian. Pada analisis ini
pengisian kuesioner WHOQOL BREF. Untuk dapat hanya menghasilkan distribusi persentase dan
mencapai akumulasi skor tersebut, skor yang rata-rata untuk skor kualitas hidup masing-masing
diperoleh harus melewati beberapa tahap, yaitu domain dan skor total kualitas hidup. Hasil analisis
penentuan skor akhir untuk masing-masing univariat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
domain dan transformasi skor. Tata cara
penentuan skor akhir telah disajikan pada Analisis Bivariat
lampiran 1 dan transformasi skor pada lampiran Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
2. tabulasi silang dengan uji chi-square, yaitu antara
Skor dari masing-masing domain kualitas variabel fungsi keluarga, status kognitif dan status
hidup yang telah ditransformasi, kemudian depresi terhadap kualitas hidup lansia. Uji statistik
diakumulasi lalu dibagi 4, kemudian diklasifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan
sebagai berikut: (1) Skor < 33 termasuk dalam antara variabel bebas dan variabel terikat pada
kategori kualitas hidup rendah, (2) Skor ≥ 33 dan < penitian ini. Selanjutnya dilakukan analisis
67 termasuk dalam kategori dukungan kualitas terstratifikasi berdasarkan variabel perancu seperti
jenis kelamin, kelompok usia, status perkawinan,
95
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
Status Depresi
1. Status Suatu gangguan mental Wawancara Kuisioner Dikategorikan dalam depresi Ordinal
Depresi umum yang ditandai GDS-15 atau non depresi.
dengan mood tertekan,
kehilangan kesenangan
atau minat, yang dinilai
dari skor dari pengisian
kuisioner GDS yang
terdiri dari 15
pertanyaan
Karakteristik Demografi
Penyakit Kronis
96
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
1. Penyakit Ada / tidaknya pe- Wawancara Kuesioner Dikategorikan menjadi ada Nominal
kronis nyakit kronis yang dan tidak ada
diderita lansia yang
diderita minimal selama
3 bulan dan pernah
didiagnosa dokter.
Tidak meliputi keluhan
penyakit yang tidak
pernah dilakukan
pemeriksaan oleh
dokter.
97
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
tahun. Dari data kelompok umur didapatkan Penilaian kualitas hidup pada penelitian ini
bahwa responden sebagian besar pada kelompok menggunakan kuesioner WHOQOL BREF yang
umur 60-74 tahun (eldery age). Berdasarkan menilai kualitas hidup dari total skor hasil
tingkat pendidikan, proporsi responden yang tidak penjumlahan masing-masing domain kualitas
tamat SD ditemukan paling tinggi yaitu sebesar hidup yaitu domain fisik, psikologis, sosial, dan
40,9%, Ditinjau dari status perkawinan, mayoritas lingkungan, kemudian dibagi 4. Total skor kualitas
responden berstatus duda/janda. Disamping itu, hidup selanjutnya dikelompokkan menjadi
mayoritas responden juga sudah tidak bekerja kualitas hidup baik dan kualitas hidup buruk. Rata-
(52,7%) , rata kualitas hidup subjek adalah 49,2 dengan nilai
Dari hasil wawancara mengenai penyakit kronis, median sebesar 48. Dalam hal ini nilai median yang
sebanyak 71 responden (35,6%) mengaku memiliki digunakan untuk menentukan kelompok kualitas
penyakit kronis yang telah didiagnosis oleh dokter. hidup lansia sehingga diperoleh jumlah subjek
Proporsi laki-laki yang memiliki penyakit kronis yang memiliki kualitas hidup baik adalah sebanyak
(75,6%) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 46 orang (49,5%) dan yang memiliki kualitas hidup
proporsi perempuan yang memiliki penyakit kronis buruk adalah 47 orang (50,5%)
(76,8%).
Dari 71 responden yang menderita penyakit Tabel 3. Distribusi status depresi dan kualitas
kronis, osteoartritis adalah jenis penyakit kronis hidup responden
yang paling banyak diderita oleh responden, yakni Jenis Kelamin
sebanyak 42 kasus (45,2%). Penyakit kronis lain Variabel Pria % Wanita %
yang diderita responden antara lain, hipertensi, Status
katarak, DM dan penyakit saluran nafas. Depresi
Depresi 7 18,9 13 23,2
Non 30 81,1 43 76,8
Tabel 2. Frekuensi jenis penyakit kronis yang
depresi
diderita responden
Total Pada tabel 4 telah dijabarkan tingkat kualitas
Jenis Penyakit Kronis
N % hidup berdasarkan domain penyusun kualitas
Osteoarthritis 42 45,2 hidup. Tingkat kualitas hidup buruk ditemukan
Hipertensi 24 25,8 lebih tinggi pada domain fisik dan lingkungan.
Katarak 5 5,4
DM 4 4,3
Tabel 4. Distribusi tingkat kualitas hidup
Penyakit saluran napas 2 9,5
responden berdasarkan skor per domain kualitas
Penyakit lainnya 17 23,8
hidup
n = jumlah responden, 1 orang lansia dapat
Kualitas Hidup
menderita lebih dari 1 jenis penyakit kronis. Variabel Baik Buruk
n % n %
Distribusi Status Depresi dan Kualitas Hidup Jenis Kelamin
Lansia Laki 18 48,6 19 51,4
Perempuan 28 50 28 50
Hasil penentuan status depresi pada responden
menggunakan kuesioner GDS-15 diperoleh jumlah Domain
lansia yang mengalami depresi (21,5%) lebih Fisik 44 47,3 49 52,7
Psikologis 61 65,6 32 34,4
rendah dibandingkan lansia yang tidak mengalami
Sosial 61 65,6 32 34,4
depresi (78,5%). Pengukuran status depresi Lingkungan 45 48,4 48 51,6
dengan menggunakan GDS-15 tidak dapat
menentukan keparahan dari depresi yang dialami Hubungan Status Depresi dengan Kualitas Hidup
responden. Dari hasil tersebut juga diperoleh Lansia
bahwa lansia perempuan lebih banyak mengalami Penilaian terhadap variabel seperti status depresi
depresi dibandingkan dengan lansia laki-laki dilakukan untuk mengetahui hubungannya
namun dengan perbedaan yang tidak terlalu besar. terhadap kualitas hidup lansia. Maka dari itu
98
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
99
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
100
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101
101
http://intisarisainsmedis.weebly.com/