Anda di halaman 1dari 10

E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084

ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

Hubungan Status Depresi terhadap Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Petang II
Kabupaten Badung Bali Tahun 2015

Sri Chandra Kumar Kathiravellu


Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
(kumar.blackhawk@gmail.com)

Diterima: 2 Maret 2016. Disetujui: 31 Maret 2016. Diterbitkan: Juni 2016


ABSTRAK
Pendahuluan: Fenomena population aging di wilayah kerja Puskesmas Petang II dapat menimbulkan
masalah baru terkait kualitas hidup lansia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui
beberapa faktor terkait seperti status depresi memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status
depresi terhadap kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II sehingga dapat dijadikan
acuan dalam pengembangan program kesehatan lansia.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional analitik yang melibatkan
93 lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Petang II sebagai responden. Data mengenai
karakteristik sosiodemografi, dan penyakit kronis pada lansia diperoleh melalui wawancara
terstruktur dengan kuesioner, data status depresi dan kualitas hidup didapatkan melalui wawancara
dengan kuesioner yang spesifik yakni kuesioner GDS dan WHOQOL BREF. Data selanjutnya dianalisis
secara univariat dan bivariat terstratifikasi dengan program komputer.
Hasil: Kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II secara umum telihat lebih banyak
jumlah lansia memiliki kualitas hidup buruk (50,5%) namun dengan selisih yang kecil dibandingkan
kualitas hidup baik. Hasil uji chi-square antara status depresi menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan kualitas hidup lansia.
Simpulan: Hubungan yang bermakna ditunjukkan antara status depresi terhadap kualitas hidup
lansia. Lansia yang tidak mengalami depresi memiliki kecendrungan tinggi untuk memiliki kualitas
hidup yang baik.
Kata Kunci: lansia, kualitas hidup, status depresi

PENDAHULUAN jumlah lansia di Provinsi Bali menunjukkan suatu


Dewasa ini telah terjadi revolusi demografis tren peningkatan dari 7,2% tahun 2006 menjadi
global yang ditandai adanya pergeseran gambaran 9,4% pada tahun 2011.2 Fenomena revolusi
piramida penduduk dimana proporsi penduduk demografis serupa juga telihat di wilayah kerja
dengan usia lebih dari 60 tahun (lansia) mengalami Puskesmas Petang II dimana terjadi proporsi lansia
peningkatan yang lebih cepat dibandingkan pada tahun 2013 mencapai 11,68% dari total
kelompok usia lainnya. Hal yang menarik perhatian penduduk (Laporan Tahunan Program Lansia
adalah percepatan pertumbuhan populasi lansia Puskesmas Petang II, 2012).
lebih tinggi di negara berkembang dengan jumlah Serangkaian proses penuaan pada lansia
penduduk lansia yang meningkat lima kali lipat menyebabkan lansia mengalami kemunduran fisik,
dalam kurun waktu 8 tahun dan diprediksi akan psikologis, maupun kehidupan sosialnya yang
terus meningkat menjadi 1,6 milyar pada tahun berdampak pada kualitas hidup lansia.3-5 Pada
2050.1 Di Indonesia, data Survei Sosial dan lansia, penurunan kesehatan fisik memiliki
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012 pengaruh yang lebih besar terhadap penurunan
menunjukkan persentase jumlah lansia adalah kualitas hidup dibandingkan kelompok usia
sebesar 7,56% atau setara dengan 18,96 juta. Data lainnya.6 Penurunan fungsi kognitif akibat proses

92
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

penuaan juga dikaitkan dengan penurunan kualitas wilayahnya, Puskesmas Petang II telah memiliki
hidup. Penelitian Sethi (2012) mengungkapkan upaya kesehatan lansia dengan program pokoknya
bahwa gangguan kognitif rentan terjadi pada berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia.
lansia seiring dengan penurunan aktivitas dan Namun untuk saat ini Posyandu yang berjalan
interaksi sosial dari lansia tersebut. Proses masih hanya mencakupi 5 Banjar dari 18 Banjar
adaptasi yang harus dijalani terhadap segala yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Petang
perubahan yang dialami membuat lansia rentan II. Pencatatan lansia juga belum dilakukan dengan
mengalami gangguan psikologis seperti kondisi lengkap di masing-masing banjar di wilayah kerja
emosi yang tidak stabil, depresi, atau ansietas Puskesmas Petang II. Disamping itu, kegiatan
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia. posyandu lansia yang dilakukan selama ini hanya
Selain itu, perubahan tempat tinggal seperti terbatas pada upaya peningkatan kesehatan fisik
tinggal dengan keluarga yang lain atau tinggal seperti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
sendiri di rumah dapat mempengaruhi kualitas gratis, pengukuran berat badan dan tinggi badan,
hidup lansia.5 pemberian makanan gratis dan senam lansia.
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap Adanya data mengenai kualitas hidup lansia serta
ancaman penyakit degeneratif yang umumnya faktor yang memiliki hubungan terkuat dengan
bersifat kronis.7,8 Berdasarkan data Riset kualitas tersebut tentunya dapat dijadikan acuan
Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2013, prevalensi dalam mengembangkan program kesehatan lansia
tertinggi penyakit kronis seperti kanker, diabetes yang lebih komprehensif. Akan tetapi, data
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan tersebut belum tersedia dan belum pernah
gagal jantung ditemukan pada kelompok usia ≥ 65 dilakukan evaluasi terhadap kualitas hidup lansia
tahun. Sebagai akibat dari penyakit kronis, di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
perjalanan penyakit dan komorbiditas serta beban Bertolak dari fakta dan hal yang dipaparkan di atas
kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan dapat maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
mempengaruhi kehidupan lansia, termasuk hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas
keluarga dan komunitas secara keseluruhan.7 hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
Salah satu dampak terbesar yang dapat timbul Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
adalah depresi pada lansia. informasi dalam perencanaan dan keberlanjutan
Kualitas hidup merupakan isu strategis yang program puskesmas yang tepat dan sesuai dengan
mencerminkan kondisi lansia dalam menikmati kebutuhan lansia guna meningkatkan kualitas
sisa usianya dan bersiap untuk meninggal dengan hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II.
damai. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia hendaknya METODE PENELITIAN
dapat diakomodasi baik oleh lansia, keluarga Rancangan Penelitian
maupun health provider. Salah satu penyedia Penelitian ini menggunakan desain penelitian
layanan kesehatan pada lini pertama adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
puskesmas.9 Puskesmas sebagai penyediaan sectional berupa survei lapangan. Survei lapangan
layanan kesehatan yang sekaligus berperan dilakukan untuk mempelajari hubungan tingkat
sebagai pusat pengembangan kesehatan depresi dengan kualitas hidup lansia di wilayah
masyarakat (center for community health kerja Puskesmas Petang II.
development) di wilayah kerjanya hendaknya
mengembangkan program kesehatan berdasarkan Tempat dan Waktu Penelitian
permasalahan yang berkembang di masyarakat, Tempat Penelitian
termasuk permasalahan pada penduduk lansia.9 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja
Tingginya jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Petang II yang meliputi 2 Desa yakni
Petang II hendaknya diantisipasi dengan upaya – Desa Belok dan Pelaga.
upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup yang optimal pada lansia. Guna Waktu Penelitian
meningkatkan derajat kesehatan lansia di Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015.

93
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

Populasi dan Sampel Responden Penelitian


Populasi Sampel yang terpilih selanjutnya ditetapkan
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk sebagai responden untuk memperoleh informasi
lansia yakni mereka yang berusia ≥ 60 tahun dan tentang tingkat depresi, umur, jenis kelamin,
berdomisili di wilayah kerja Puskemas Petang II. tingkat pendidikan, satus pernikahan, pekerjaan,
penyakit kronis yang diderita dan kualitas hidup
Besar Sampel pada kelompok lansia yang tinggal di wilayah kerja
Besar sampel dihitung menggunakan rumus Puskesmas Petang II.
sebagai berikut:

n1  n2 
Z 2PQ  Z P1Q1 P2Q2 2
Variabel Penelitian

P1 P2 2 Adapun variabel yang diteliti adalah :


1. Variabel bebas: Tingkat depresi
Dimana P  1
2
P1  P 2 2. Variabel terikat: Kualitas hidup lansia
3. Variabel perancu: Jenis kelamin, usia, tingkat
Jumlah yang diperlukan
pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, penyakit
Zα : 1,96 pada confidence level 95%
kronis
Zb : 0,82
P1 : 60 % (proporsi lansia dengan kualitas hidup
Instrumen Penelitian
buruk dan fungsi keluarga tidak sehat.10
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
P2 : 9,7% (proporsi lansia dengan kualitas hidup
antara lain sebagai berikut:
buruk dan fungsi keluarga sehat)
1. Kuisioner untuk mencatat data demografi,
Q : (1 – P)
sosial ekonomi, dan penyakit kronis.
Dari hasil tersebut diperoleh sampel minimal pada
2. Kuisioner Geriatric Depresion Scale
penelitian ini adalah 17 orang. Dalam penelitian ini
Intsrumen terdisi dari 15 pertanyaan yang
jumlah sampel yang digunakan sebanyak 93 orang.
bertujuan unutk menilai kejadian depresi pada
lansia. Masing-masing pertanyaan dapat dijawab
Dari hasil tersebut diperoleh sampel minimal pada
dengan “ya” atau “tidak”, yang akan memberikan
penelitian ini adalah 17 orang. Dalam penelitian ini
satu poin untuk salah satu jawaban tersebut.
jumlah sampel yang digunakan sebanyak 93 orang.
Pertanyaan nomor 1, 5, 7, 11, dan 13 apabila
dijawab “ya” mendapat nilai 0, sedangkan apabila
Cara Pengambilan Sampel
dijawab “tidak” mendapat nilai 1. Sistem penilaian
Sampel dipilih dengan cara non random sampling
ini berlaku sebaliknya untuk 10 pertanyaan
yakni accidental sampling. Accidental sampling
lainnya. Selanjutnya semua nilai dijumlahkan dan
dilakukan dengan mengunjungi rumah lansia di
diinterpretasikan: 0-4 menunjukkan tidak depresi
wilayah kerja Puskesmas Petang II.
dan skor ≥5 mengindikasikan depresi. Kuesioner ini
juga telah tersedia dalam Bahasa Indonesia,
Kriteria Inklusi
sehingga peneliti tidak lagi menerjemahkan sendiri
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
kuesioner ini ataupun melakukan uji validitas dan
responden bertempat tinggal di wilayah kerja
reliabilitas.
Puskesmas Petang II.
3. Kuisioner WHOQOL BREF untuk mendapatkan
data kualitas hidup.
Kriteria Drop Out
Kuesioner ini terdiri dari 26 pertanyaan
Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah :
dengan dua pertanyaan yang umum tentang
1. Subyek menolak berpartisipasi dalam penelitian
kualitas hidup dan kepuasan hidup yang tidak
2. Subyek menderita gangguan jiwa.
dimasukkan kedalam skoring kualitas hidup dan 24
3. Subyek tidak kooperatif
pertanyaan lainnya yang menyakut tentang
4. Subyek mengalami tuna wicara
keempat domain kualitas hidup. Penilaian kualitas
5. Subyek menderita demensia
hidup dengan menggunakan skala Likert dengan
6. Subyek menderita gangguan pendengaran hebat

94
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

lima titik yang berkisar antara 1-5. Aspek dan hidup sedang, (3) Skor ≥ 67 termasuk dalam
distribusi item kuesioner kualitas hidup dapat kategori kualitas hidup tinggi.
dilihat pada lampiran. Kuesioner WHOQOL BREF merupakan
kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur
Setiap item pertanyaan diberikan nilai 1, 2, 3, 4 kualitas hidup lansia. Kuesioner WHOQOL BREF ini
dan 5 dengan dideskripsikan sebagai berikut: dikeluarkan oleh WHO dan telah baku. Kuesioner
a) Pada item pertanyaan nomor 3 dan 4 ini tersaji dalam berbagai bahasa salah satunya
merupakan pertanyaan unfavorable dengan skor Bahasa Indonesia. Jadi, peneliti tidak
1= dalam jumlah berlebihan, 2 = sangat sering, 3 = menterjemahkan sendiri kuesioner WHOQOL BREF
dalam jumlah sedang, 4 = sedikit dan 5 = tidak ini melainkan sudah ada dalam bentuk Bahasa
sama sekali, sedangkan untuk item pertanyaan 5- Indonesia. Untuk itu, peneliti tidak lagi melakukan
9 merupakan pertanyaan favorable 1 = tidak uji validitas dan reabilitas terhadap kuesioner ini.
sama sekali, 2 = sedikit, 3 = dalam jumlah sedang,
4 = sangat sering dan 5 = dalam jumlah Cara Pengumpulan data
berlebihan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti
b) Pada item pertanyaan 10-14 merupakan mewawancarai responden untuk kemudian
pertanyaan favorable dengan skor 1= tidak sama mengisi kuesioner berdasarkan jawaban-jawaban
sekali, 2 = sedikit, 3 = sedang, 4 = seringkali dan 5 = dari responden. Kuesioner diberikan pada
sepenuhnya dialami. responden yang setuju diwawancarai setelah
c) Pada item pertanyaan nomor 15 merupakan diberi inform consent. Dalam satu wawancara
pertanyaan favorable dengan skor 1= sangat diperkirakan menghabiskan waktu 15-30 menit.
buruk, 2 = buruk, 3 = biasa-biasa saja, 4 = baik dan Wawancara dilakukan sesuai dengan daftar
5 = sangat baik. pertanyaan atau kuesioner yang berisi pertanyaan-
d) Pada item pertanyaan nomor 16-25 pertanyaan sesuai dengan variabel-variabel yang
merupakan pertanyaan favorable dengan skor 1 = diteliliti kepada responden.
sangat tidak memuaskan, 2= tidak memuaskan, 3=
biasa-biasa saja, 4= memuaskan, 5 = sangat Analisis Data
memuaskan. Setelah data terkumpul, data diolah dengan
e) Pada item pertanyaan nomor 26 merupakan bantuan perangkat lunak dan data yang diperoleh
pertanyaan unfavorable dengan skor 1= selalu, akan dianalisis secara deskriptif (persentase).
2= sangat sering, 3= kadang-kadang, 4=jarang dan
5= tidak pernah. Analisis Univariat
Data gambaran kualitas hidup Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
dideskripsikan berdasarkan akumulasi skor dari variabel dalam hasil penelitian. Pada analisis ini
pengisian kuesioner WHOQOL BREF. Untuk dapat hanya menghasilkan distribusi persentase dan
mencapai akumulasi skor tersebut, skor yang rata-rata untuk skor kualitas hidup masing-masing
diperoleh harus melewati beberapa tahap, yaitu domain dan skor total kualitas hidup. Hasil analisis
penentuan skor akhir untuk masing-masing univariat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
domain dan transformasi skor. Tata cara
penentuan skor akhir telah disajikan pada Analisis Bivariat
lampiran 1 dan transformasi skor pada lampiran Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
2. tabulasi silang dengan uji chi-square, yaitu antara
Skor dari masing-masing domain kualitas variabel fungsi keluarga, status kognitif dan status
hidup yang telah ditransformasi, kemudian depresi terhadap kualitas hidup lansia. Uji statistik
diakumulasi lalu dibagi 4, kemudian diklasifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan
sebagai berikut: (1) Skor < 33 termasuk dalam antara variabel bebas dan variabel terikat pada
kategori kualitas hidup rendah, (2) Skor ≥ 33 dan < penitian ini. Selanjutnya dilakukan analisis
67 termasuk dalam kategori dukungan kualitas terstratifikasi berdasarkan variabel perancu seperti
jenis kelamin, kelompok usia, status perkawinan,

95
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

perkerjaan dan penyakit kronis, yang memiliki


hubungan signifikan dengan kualitas hidup
berdasarkan uji chi-square sehingga dapat
diketahui ada tidaknya modifikasi dari variabel
perancu tersebut terhadap hubungan antara
variabel bebas dan terikat.

Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Status Depresi

1. Status Suatu gangguan mental Wawancara Kuisioner Dikategorikan dalam depresi Ordinal
Depresi umum yang ditandai GDS-15 atau non depresi.
dengan mood tertekan,
kehilangan kesenangan
atau minat, yang dinilai
dari skor dari pengisian
kuisioner GDS yang
terdiri dari 15
pertanyaan

Karakteristik Demografi

1. Usia Lama hidup lansia yang Wawancaraa Kuisioner Dikategorikan ke dalam


dihitung dari tanggal tau kelompok usia 60-74 dan
lahir hingga tanggal Pengecekan diatas 75 tahun
pengambilan data KTP

2. Status Status pendidikan Wawancara Kuesioner Tingkat pendidikan Ordinal


pendidikan adalah jenjang pen- dikategorikan dalam tidak
didikan formal ter-akhir bersekolah, tidak tamat SD,
yang ditempuh oleh tamat SD, SMP, SMA/SMK,
lansia Perguruan Tinggi; dan
lainnya

3. Status Status pernikahan Wawancara Kuesioner Dikategorikan ke dalam Nominal


pernikahan lansia saat ini belum menikah, menikah,
duda/janda
4. Pekerjaan Pekerjaan lansia saat Dikategorikan menjadi Nominal
ini. Pekerjaan disini bekerja dan tidak bekerja.
adalah pekerjaan yang
mendatangkan
pemasukan bagia
lansia. Dilihat dari ada /
tidaknya pekerjaan
yang mengahsilkan
uang yang dilakukan
lansia.

Penyakit Kronis

96
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

1. Penyakit Ada / tidaknya pe- Wawancara Kuesioner Dikategorikan menjadi ada Nominal
kronis nyakit kronis yang dan tidak ada
diderita lansia yang
diderita minimal selama
3 bulan dan pernah
didiagnosa dokter.
Tidak meliputi keluhan
penyakit yang tidak
pernah dilakukan
pemeriksaan oleh
dokter.

2. Jenis Tipe dari penyakit Wawancara Kuesioner Dikategorikan menjadi Nominal


penyakit kronis hipertensi, DM, gagal ginjal
kronis kronis pasca stroke,
osteoartritis katarak,
penyakit saluran nafas, dan
penyakit kronis lainnya.
Kualitas hidup
1. Kualitas Kualitas hidup adalah Wawancara Kuesioner Dikategorikan dalam kualitas Ordinal
hidup skor yang diperoleh dari WHOQOL hidup rendah, kualitas hidup
hasil pengisian BREF sedang, kualitas hidup
kuesioner WHOQOL tinggi.
BREF oleh responden
yang menggunakan
skala likert dengan 5
titik (kisaran skor 1-5)
dan terdiri dari 24
pertanyaan yang
meliputi 4 dimensi
kualitas hidup yaitu:
1) kesehatan fisik,
2) psikologis,
3) sosial, dan
4) lingkungan
Usia (mean ± SD) (71,38 ± 8,47)
Karakteristik Sosiodemografi dan Prevalensi 60-74 tahun 71 76,3
>75 tahun 22 23,7
Penyakit Kronis pada Responden
Status Pendidikan
Responden penelitian ini adalah kelompok
Tidak sekolah 38 40,9
penduduk berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di
Tidak tamat SD 24 25,8
wilayah kerja UPT Puskesmas Petang II dan telah Tamat SD 29 31,2
memberikan persetujuan ikut serta dalam SMP 2 2,2
penelitian. Responden dipilih dengan metode Status Perkawinan
accidental sampling dan diperoleh jumlah sampel Menikah 44 47,3
sebanyak 93 orang. Berdasarkan wawancara Duda/janda 49 52,7
diperoleh karakteristik sosiodemografi responden Pekerjaan
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, Bekerja 44 47,3
Tidak bekerja 49 52,7
status pernikahan, dan pekerjaan.
Penyakit kronis
Ada 71 76,3
Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi dan Tidak 22 23,7
Prevalensi Penyakit Kronis pada Responden
Karakteristik Jumlah %
Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan (60,2%).
Jenis kelamin Rata-rata usia responden adalah 71,3 tahun,
Laki-laki 37 39,8
Perempuan 56 60,2 dengan usia termuda 60 tahun dan usia tertua 97

97
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

tahun. Dari data kelompok umur didapatkan Penilaian kualitas hidup pada penelitian ini
bahwa responden sebagian besar pada kelompok menggunakan kuesioner WHOQOL BREF yang
umur 60-74 tahun (eldery age). Berdasarkan menilai kualitas hidup dari total skor hasil
tingkat pendidikan, proporsi responden yang tidak penjumlahan masing-masing domain kualitas
tamat SD ditemukan paling tinggi yaitu sebesar hidup yaitu domain fisik, psikologis, sosial, dan
40,9%, Ditinjau dari status perkawinan, mayoritas lingkungan, kemudian dibagi 4. Total skor kualitas
responden berstatus duda/janda. Disamping itu, hidup selanjutnya dikelompokkan menjadi
mayoritas responden juga sudah tidak bekerja kualitas hidup baik dan kualitas hidup buruk. Rata-
(52,7%) , rata kualitas hidup subjek adalah 49,2 dengan nilai
Dari hasil wawancara mengenai penyakit kronis, median sebesar 48. Dalam hal ini nilai median yang
sebanyak 71 responden (35,6%) mengaku memiliki digunakan untuk menentukan kelompok kualitas
penyakit kronis yang telah didiagnosis oleh dokter. hidup lansia sehingga diperoleh jumlah subjek
Proporsi laki-laki yang memiliki penyakit kronis yang memiliki kualitas hidup baik adalah sebanyak
(75,6%) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 46 orang (49,5%) dan yang memiliki kualitas hidup
proporsi perempuan yang memiliki penyakit kronis buruk adalah 47 orang (50,5%)
(76,8%).
Dari 71 responden yang menderita penyakit Tabel 3. Distribusi status depresi dan kualitas
kronis, osteoartritis adalah jenis penyakit kronis hidup responden
yang paling banyak diderita oleh responden, yakni Jenis Kelamin
sebanyak 42 kasus (45,2%). Penyakit kronis lain Variabel Pria % Wanita %
yang diderita responden antara lain, hipertensi, Status
katarak, DM dan penyakit saluran nafas. Depresi
Depresi 7 18,9 13 23,2
Non 30 81,1 43 76,8
Tabel 2. Frekuensi jenis penyakit kronis yang
depresi
diderita responden
Total Pada tabel 4 telah dijabarkan tingkat kualitas
Jenis Penyakit Kronis
N % hidup berdasarkan domain penyusun kualitas
Osteoarthritis 42 45,2 hidup. Tingkat kualitas hidup buruk ditemukan
Hipertensi 24 25,8 lebih tinggi pada domain fisik dan lingkungan.
Katarak 5 5,4
DM 4 4,3
Tabel 4. Distribusi tingkat kualitas hidup
Penyakit saluran napas 2 9,5
responden berdasarkan skor per domain kualitas
Penyakit lainnya 17 23,8
hidup
n = jumlah responden, 1 orang lansia dapat
Kualitas Hidup
menderita lebih dari 1 jenis penyakit kronis. Variabel Baik Buruk
n % n %
Distribusi Status Depresi dan Kualitas Hidup Jenis Kelamin
Lansia Laki 18 48,6 19 51,4
Perempuan 28 50 28 50
Hasil penentuan status depresi pada responden
menggunakan kuesioner GDS-15 diperoleh jumlah Domain
lansia yang mengalami depresi (21,5%) lebih Fisik 44 47,3 49 52,7
Psikologis 61 65,6 32 34,4
rendah dibandingkan lansia yang tidak mengalami
Sosial 61 65,6 32 34,4
depresi (78,5%). Pengukuran status depresi Lingkungan 45 48,4 48 51,6
dengan menggunakan GDS-15 tidak dapat
menentukan keparahan dari depresi yang dialami Hubungan Status Depresi dengan Kualitas Hidup
responden. Dari hasil tersebut juga diperoleh Lansia
bahwa lansia perempuan lebih banyak mengalami Penilaian terhadap variabel seperti status depresi
depresi dibandingkan dengan lansia laki-laki dilakukan untuk mengetahui hubungannya
namun dengan perbedaan yang tidak terlalu besar. terhadap kualitas hidup lansia. Maka dari itu

98
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

dilakukan analisis hubungan dan analisi risiko Kualitas Hidup


untuk lebih memahami hubungan antara variabel Karakteristik Baik Buruk P-value
N % N %
tersebut.
Jenis
Dari analisis hubungan antara status depresi Kelamin 18 48,6 19 51,4 0,898
dengan kualitas hidup lansia diperoleh bahwa Laki-laki 28 50,0 28 50,0
responden yang tidak mengalami depresi (61,6%)
Perempuan
memiliki kualitas hidup baik lebih tinggi Kelompok
dibandingankan dengan responden yang usia 41 57,7 30 42,3 0,004
mengalami depresi. Uji analisis chi-square 60-74 5 22,7 17 77,3
terhadap variabel tersebut menunjukkan tahun
>75 tahun
hubungan yang signifikan antara status depresi Status
dengan kualitas hidup lansia (p<0,05). Nilai yang Perkawinan 30 68,2 14 31,8 0,001
diperoleh dari analisis risiko menyatakan bahwa Menikah 46 32,7 47 67,3
lansia dengan kualitas hidup yang buruk memiliki
Janda/Duda
kecenderungan 30,56 kali lebih besar untuk Pekerjaan
mengalami depresi. Bekerja 36 81,8 8 18,2 0,000
Tidak 46 20,4 47 79,6
Bekerja
Tabel 5. Distribusi Kualitas Hidup Berdasarkan
Penyakit
Status Depresi Kronis 27 38,0 44 62,0 0,000
Kualitas Hidup Ada 46 86,4 47 13,6
Variabel Buruk Baik Tidak ada
n % n %
Depresi 19 95,0 1 5,0 Tabel 7. Distribusi Kualitas Hidup Berdasarkan
Non 28 38,4 45 61,6 Status Depresi dengan Stratifikasi Kelompok Usia
n = jumlah responden Kualitas Hidup
Usia Karakter Buruk Baik OR 95%CI
Dari hasil uji analisis tersebut tersebut, diperlukan n (%) n (%)
60-74 Depresi 10 1
kajian lebih lanjut untuk mengetahui variabel
tahu (90,9) (9,1) 20 2,39 –
perancu yang memiliki hubungan bermakna n 167,3
dengan kualitas hidup lansia. Selanjutnya, variabel Non 20 40 8
perancu yang memiliki hubungan yang bermakna Depresi (33,3) (66,7)
>75 Depresi 9 0
tersebut akan digunakan untuk melakukan analisis
tahu (100%) (0) 11,
terstratifikasi untuk mengetahui modifikasi n 25
variabel perancu terhadap hubungan antara status Non 8 5
depresi dengan kualitas hidup. Depresi (61,5) (38,5)
Pada tabel 6 telah dijabarkan mengenai hubungan
dari setiap variabel perancu. Hasil analisis tersebut Analisis terstratifikasi berdasarkan kelompok usia
menunujukkan bahwa beberapa variabel perancu menunjukkan bahwa lansia pada kelompok umur
memiliki hubungan yang bermakna terhadap 60-74 tahun dengan kualitas hidup yang buruk
kualitas hidup lansia. Adapun variabel yang mempunyai kecenderungan untuk menderita
memiliki hubungan yang bermakna yakni usia, depresi 20 kali lebih tinggi. Sedangkan pada
status perkawinan dan pekerjaan. Dalam hal ini, kelompok umur >75 tahun dengan kualitas hidup
jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan yang yang buruk memiliki kecendrungan mengalami
bermakna dengan kualitas hidup (p=0,898) depresi 11,25 kali lebih tinggi (tabel 7).
sehingga tidak akan digunakan untuk analisis lebih Tabel 8. Distribusi Kualitas Hidup Berdasarkan
lanjut. Status Depresi dengan Stratifikasi Status
Tabel 6. Distribusi Kualitas Hidup Berdasarkan Pernikahan
Karakteristik Sosiedemografik dan Prevalensi
Kualitas Hidup
Penyakit Kronis.
Status Karakter Buruk Baik OR 95%CI

99
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

n (%) n (%) perempuan lebih banyak dibandingkan responden


Menikah Depresi 5 1 laki-laki, mayoritas responden berusia antara 60 –
(83,3) (16,7) 16,11 1,65 –
74 tahun, tingkat pendidikan responden terbanyak
156,5
Non 9 29 adalah tidak tamat sekolah, dan lebih dari
Depresi (23,7) (76,3) setengah responden berstatus duda/janda, serta
Duda/ Depresi 14 0 sudah tidak bekerja. Dilihat dari penyakit kronis
Janda (100) (0) 0,042
pada lansia, 76,3% responden mengaku memiliki
Non 19 16 penyakit kronis, dengan kejadian penyakit kronis
Depresi (54,3) (45,7) tertinggi ditemukan pada lansia perempuan dan
lansia berusia ≥70 tahun, dan jenis penyakit kronis
Statifikasi berdasarkan status pernikahan yang paling banyak diderita adalah osteoartritis.
menunjukkan bahwa yang menikah dan masih 2. Gambaran kualitas hidup lansia di wilayah
memiliki pasangan hidup dengan kualitas hidup kerja Puskesmas Petang II secara umum telihat
yang buruk memiliki kecendrungan untuk lebih banyak jumlah lansia memiliki kualitas hidup
menderita depresi 16,11 kali lebih tinggi. buruk (50,5%) namun dengan selisih yang kecil
Sedangkan pada kelompok duda/janda dengan dibandingkan kualitas hidup baik. Bila dilihat per
kualitas hidup yang buruk memiliki kecendrungan domain, masih ditemukan tingkat kualititas hidup
mengalami depresi sebesar 0,042 kali (tabel 8). rendah pada domain fisik dan lingkungan.
3. Status Depresi memiliki hubungan yang
Tabel 9. Distribusi Kualitas Hidup Berdasarkan bermakna dengan kualitas hidup namun tidak
Status Depresi dengan Stratifikasi Penyakit Kronis demikian halnya dengan status kognitif. Hasil
Penyakit Kualitas Hidup analisis risiko menunjukkan lansia yang tanpa
Kronis Karakte Buruk Baik OR 95%C
depresi memiliki kecendrungan sebesar 30,56 kali
ristik n (%) n (%) I
untuk memiliki kualitas hidup yang baik.
Ada Depresi 19 1
(95,0) (5,0) 19,76 2,46-
158,8 Saran
Non 25 26 8 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
Depresi (49,0) (51,0)
maka penulis memberikan rekomendasi pada
Tidak Depresi 0 0
(0) (0) 1,6 berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok khusus lansia dengan
Non 45 28 penyakit kronis khususnya penyakit osteoartritis,
Depresi (61,60) (38,4)
hipertensi dan katarak sehingga dapat dilakuan
upaya peningkatan kualitas hidup terkait domain
Uji hubungan dengan stratifikasi berdasarkan
fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan secara lebih
penyakit kornis menunjukkan bahwa lansia yang
terfokus.
mengidap penyakit kronis dengan kualitas hidup
2. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut
yang buruk memiliki kecendrungan untuk
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
menderita depresi 19,76 kali lebih tinggi.
kualitas hidup lansia di Desa Petang.
Sedangkan pada lansia yang tidak memiliki
penyakit kronis dengan kualitas hidup yang buruk
DAFTAR PUSTAKA
memiliki kecendrungan mengalami depresi 1,6 kali
1. United Nation. (2013), “World Population
lebih tinggi (tabel 9).
Ageing 2013”. New York: United Nation. Pp: 1-
95.
2. BPS Provinsi Bali. (2013), “Statistik Daerah
Simpulan
Provinsi Bali Tahun 2012. Denpasar: Badan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kualitas hidup
Pusat Statistik Provinsi Bali.
lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang II dapat
3. Mudey, A., et al. (2011), “Assessment of
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
Quality of Life among Rural and Urban Elderly
1. Karakteristik demografi dan sosial ekonomi
responden antara lain, jumlah responden

100
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
E- ISSN: 2503-3638, Print ISSN: 2089-9084
ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 92-101

Population of Wardha District, Maharashtra,


India”. Ethno Med, vol. 5, no. 2, pp. 89-93.
4. Qadri, S., et al. (2013), An Epidemiological
Study on Quality of Life Among Rural Elderly
Population of Northern India. International
Journal of Medical Science and Public Health.
2013; 2(3): 514-522.
5. Yuliati, dkk. (2014), “Perbedaan Kualitas Hidup
Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di
Pelayanan Sosial Lanjut Usia”. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, vol. 2, no. 1.
6. Bodur, S. et al. (2009), “Using WHOQOL-BREF
to Evaluate Quality of Life among Turkish
Elders in Different Residential Environments”. J
Nutr Health Aging ., vol. 13, no. 7, pp. 652-6.
7. Canbaz, S., et al. (2003), “The Prevalence of
Chronic Disease and Quality of Life in Elderly
People in Samsun”. Turk J Med Sci, vol. 33, pp
335-340.
8. Yenny dan Herwana, E. (2006), “Prevalensi
Penyakit Kronis dan Kualitas Hidup Pada Lanjut
Usia di Jakarta Selatan”. Universa Medicina,
vol. 25, no. 4, pp. 164-171.
9. Depkes RI. (2003), “Pedoman Pengelolaan
Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut”.
Depkes: Jakarta. 2003.
10. Ekawati. (2010). “Hubungan Fungsi Keluarga
dengan Kualitas Hidup Lansia”. Available at:
http://perpustakaan.uns.ac.id Akses: 20 Maret
2015.

This work is licensed under


A Creative Commons Attribution

101
http://intisarisainsmedis.weebly.com/

Anda mungkin juga menyukai