Untuk memperoleh modal pokok, bank syariah dalam menghimpun dananya yakni
dengan Dana Pihak Ketiga. Yang dimaksud Dana Pihak Ketiga yakni meliputi tabungan,
instrument giro, dan deposito. Walaupun cara menghimpun dananya sama seperti bank
konvensional. Akan tetapi, dalam mekanisme kerjanya berbeda. Untuk lebih jelasnya lagi akan
dijelaskan dibawah ini.
1. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang sudah
disepakati, akan tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang lainnya disebut dengan
tabungan. Mekanisme tabungan yang dibenarkan oleh fatwa DSN adalah mekanisme yang
menggunakan prinsip mudharabah dan prinsip wadiah. Akan tetapi pada kenyataannya, bank-
bank syariah yang ada di Indonesia kebanyakan menggunakan prinsip mudharabah.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Dalam transaksi tabungan mudharabah ada transaksi yang dapat menambah saldo
tabungan mudharabah dan ada juga transaksi yang dapat mengurangi saldo tabungan
mudharabah. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Dalam transaksi tabungan mudharabah ada beberapa transaksi yang dapat menambah
saldo tabungan mudharabah. Transaksi-transaksinya yaitu seperti transfer dari bank lain ke
rekening nasabah, penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah, setoran uang tunai
nasabah, dan transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah.
02 Sept 2012 Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan tabungan Mudharabah atas nama Indriyani sebesar Rp. 3.500.000
08 Sept 2012 Indriyani menerima transfer dari nasabah BMS cabang Solo sebesar Rp. 500.000.
17 Sept 2012 Indriyani menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) sebesar Rp.
1.500.000.
31 Sept 2012 Indriyani menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari BMS sebesar Rp. 20.000.
Kr Tab. Mudharabah-Indriyani
3.500.000
Kr Tab. Mudharabah-Indriyani
500.000
Kr Tab. Mudharabah-Indriyani
1.500.000
2. Deposito Mudharabah
Menurut Rizal Yaya, bahwa depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya
pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan bank syariah (Unit
Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional adalah terlihat pada akad dan
sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito mudharabah
yaitu:]
Di sini nasabah disebut sebagai pemilik dana atau shahibul maal dan bank disebut
sebagai pengelola dana atau mudharib.
Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak melenceng pada
prinsip syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi biaya
operasional deposito.
Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.
01 Sep 2012 Bank Murni Syariah (BMS) menerima setoran atas nama Bunda Dolly Rp.
5.000.000 sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah
60% untuk nasabah dan 40% untuk BMS.
30 Sep 2012 Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar untuk
kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp. 15.000.000.
4 Okt 2012 Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Bunda Dolly sebesar Rp. 40.000
dan artas pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan ke
rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama*.
5 Okt 2012 Bunda dona mencairkan deposito mudharabah. Pencairan dilakukan secara tunai.
Dalam praktik perbankan, bagi hasil deposito dapat dibayarkan ke berbagai rekening
sesuai permintaan nasabah deposito, antara lain ke tabungan mudaharabah, giro wadiah,
penambah saldo deposito, periode berikut atau rekening nasabah di bank yang lain.
Kr Kas 5.000.000
Hak pihak ke-3 atas bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar
setiap bulan. Besar pencadangan ini mempunyai dua alternative. Pertama, dicadangkan sebesar
total bagi hasil yang akan dibayarkan selam satu bulan penuh pada bulan jatuh tempo. Kedua,
dicadangkan sebagai porsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir bulan pencatatan.
Kemudian saat pembayaran bagi hasil pada saat jatuh tempo, mengakui adanya tambahan hak
pihak ke-3 (biaya bagi hasil).
Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan bagi hasil
deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu
sebelum memotong pajak PPh Pasal 4(2) agar nasabah dapat melihat besar masing-masing bagi
hasil dan pajak,. Adapun bagi hasil deposito yang disalurkan kepada nasabah bersifat neto karena
sudah dipotong langsung.
3. Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan (Rizal Yaya, dkk., 2009:107). Jenis giro dalam perbankan syariah terbagai
menjadi dua, yaitu giro wadiah dan giro mudharabah, namun yang lebih umum digunakan adalah
giro wadiah.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama
(shahib al mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang disepakati
bersama.
Rukun mudharabah adalah:
1. Mudharabah Muthlaqah (Investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kekuasaan
penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/ gangguan apa pun. diaplikasikan pada
tabungan dan deposito
2. Mudharabah muqayyadah (Investasi terikat) yaitu pemilik dana membatasi / memberi syarat
kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya melakukan mudharabah dalam bidang
tertentu saja.
Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau dana
investasi lainnya pada saat berinvestasi.Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tanpa
melalui pihak ketiga).
Dalam investasi terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja, dan atas
kegiatannya tersebit bank menerima imbalan berupa fee. Pola dalam investasi terikat dapat
dilakukan dengan cara:
a. Channeling, apabila semua resiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai agent tidak
menanggung resiko apapun.
b. Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung resiko, dan hal ini banyak yang
menganggap bahwa investasi terkait executing ini sudah tidak sesuai lagi denga prinsip
mudharabah.
Giro Wadiah
Giro wadiah memiliki karakteristik yang telah di fatwakan oleh DSN, yaitu sebagai berikut:
a. Bersifat titipan.
b. Dalam akadnya, penitip dana mengizinkan kepada pihak bank untuk memanfaatkan dana
tersebut.
e. Dalam pengelolaannya dana titipan tersebut, bank mendapat keuntungan karena hakikat
wadiah adalah qardh sehingga mempunyai prinsip tidak ada bonus yang diberikan kepada
pemilik dana wadiah. Meski demikian, bank dapat memberikan bonus dalam bentuk pemberian
(athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Rekening giro wadiah dapat bertambah dan berkurang. Dapat bertambah melalui
transaksi penyetoran tunai, transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama,
penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan penerimaan
bonus giro wadiah dari bank syariah. Dan dapat berkurang melalui transaksi penarikan cek oleh
nasabah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet untuk ditransfer ke cabang lain bank atau ke
nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan pajak tabungan.
01 Mar 2012 Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan giro wadiah atas nama Thariq sebesar Rp. 35.000.000.
05 Mar 2012 Thariq menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp. 5.000.000.
10 Mar 2012 Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang pernah
membeli sesuatu dari Thariq seharga Rp. 15.000.000. bilyet giro tersebut dicairkan oleh Thariq
ke BPS untuk dimasukkan ke rekening giro wadiah Thariq di BMS.
31 Mar 2012 Thariq menerima bonus giro wadiah dari BMS sebesar Rp. 50.000.
03 Mar 2012 Thariq menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiahnya di
Bank Murni Syariah (BMS) secara tunai sebesar Rp. 12.000.000.
07 Mar 2012 Thariq menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana ke nasabah giro
wadiah BMS cabang Jakarta sebesar Rp. 5.000.000.
12 Mar 2012 Thariq menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah mesin
kepada nasabah giro bank lain sebesar Rp. 10.000.000.
31 Mar 2012 Dipotong giro wadiah Thariq untuk administrasi tabungan sebesar Rp. 15,000 dan
untuk pajak sebesar Rp. 10.000 (20% dari bonus giro wadiah yang diterima sebesar Rp.50.000).
Kr Kas 12.000.000
Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah salah satu alat penghimpun dana melaui produk giro yang yang
menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pihak
penanam dana dan pengelola dana dalam melakukan kegiatan usaha dengan pembagian
penghasilan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebebelumnya.
Prinsip yang digunakan oleh giro mudharabah itu sama dengan prinsip giro wadiah tetapi
yang membedakannya adalah dalam hal insentif yang diperoleh nasabah. Contohnya dalam giro
wadiah, hal insentif yang diterima berupa bonus yang bersifat sukarela yang diberikan oleh bank
dengan tidak mensyaratkannya. Sedangkan hal insentif yag diterima nasabah giro mudharabah
adalah bagi hasil yang telah ditentukan presentasi sebelumnya, harus dibayarkan bank sesuai
dengan keuntungan bank syariah.
5 Mar 2012 Haniya adalah nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang menerima imbalan bagi
hasil sebesar Rp. 45.000.
Jurnalnya adalah:
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Surabaya
dengan judul “Perlakuan Akuntansi Atas Deposito Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Suarabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah perlakuan akuntansi atas
deposito mudharabah pada sudah sesuai dengan PSAK No.59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian berjenis deskriptif kuantitatif dengan
menganalisis pengakuan bagi hasi deposito mudharabah, penentuan bagi hasil deposito
mudharabah, pencatatan dan penyajiannya deposito mudharabah. Dari analisis yang dilakukan,
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah
menggunakan metode revenue sharing, sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 25. Untuk
perhitungan bagi hasil deposito mudharabah dilakukan pada akhir periode sebesar yang tercatat,
sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 29. Adapun bagi hasil deposito mudharabah diberikan pada
nasabah dan bank sesuai dengan nisbah yang disepakati awal perjanjian, sesuai dengan
PSAKNo.59 paragraf 30. sedangkan penyajian deposito mudharabah dikelompokan pada pos
investasi tidak terikat dan dibedakan pada pos kewajiban dan modal, sesuai dengan PSAK
No.59. Darikesimpulan diatas, penulis memberikan saran bahwa sebaiknya metode revenue
sharing segera diganti dengan metode profit sharing, karena metode revenue sharing tidak
memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang profit dan loss sharing sesuingguhnya.
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional adalah dalam
bentuk tabungan, deposito dan giro yang biasa disebut dengan dana pihak ketiga. Dalam bank
syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi
melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu
dari kehilangan, kemusnahan, kecurian, dan sebagainya.
Sebagai penerima titipan, tidak ada kewajiban bagi bank untuk memberikan imbalan dan bank
syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Bank syariah dapat memberikan
bonus kepada penitip dengan syarat:
1. Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) dari bank sebagai penerima titipan
2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan baik dalam prosentase
maupun nominal, tidak ditetapkan dimuka.
Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan
c. Orang yang menerima titipan
d. Ijab qabul
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh
digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus dalam
keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi
kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai
kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan.
Wadiah Yad Ad Dhamanah dalam Bank Islam dapat diaplikasikan pada Rekening giro
(current account) dan Rekening tabungan (saving account).
GIRO WADIAH
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro Wadiah
(Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 6-7) sebagai berikut:
a. Bersifat titipan
b. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
TABUNGAN WADIAH
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut:
a. Bersifat simpanan
b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari
pihak bank.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama
(shahib al mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang disepakati
bersama.
Aplikasi prinsip wadiah dalam perbankan syariah adalah produk giro dan tabungan
wadiah
Pada tanggal 1 jan 2008 diterima setoran tunai dari sdr Syarif Rp.20.000.000
Tanggal 7 Januari syarif melakukan penarikan giro wadiah nya sebesar Rp. 2.000.000, dijurnal:
Pada tanggal 10 Agustus 2008 syarif menyerahkan aplikasi transfer untuk dilakukan pemidah
bukuan dari rekening gironya sebesar Rp. 5.000.000. untuk dibuatkan rekening deposito
mudharabah.dijurnal:
10/01/2008 Giro Wadiah 5.000.000
Deposito mudharabah 5.000.000
Contoh:
Pada tanggal 1 feb 2008 bank syariah menerima setoran tunai atas nama syarifah sebesar
15.000.000. sebagai investasi mudharabah untuk jangka waktu 1 bulan dengan nisbah 65 untuk
nasabah dan 35 untuk bank
Dijurnal:
01/02/2008 Kas 15.000.000
Deposito mudharabah 15.000.000
Pada tanggal 1 maret dilakukan pembayaran melalui kliring deposito mudharabah yang telah
jatuh tempo. Ditambah dengan bagi hasil sebesar Rp. 150.000setelah dikurangi pajak
penghasilan sebesar 30.000
NAMA KELOMPOK :
D3 AKUNTANSI