Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,

atau sediaan galenik, campuran dari bahan tersebut yang belum mempunyai data

klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat

tradisional atau jamu terdapat dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, dan ada juga

dalam bentuk pil, kapsul, atau tablet sebagai usaha yang dilakukan untuk

perusahaan yang memproduksi jamu untuk mempermudah dikonsumsi (Depkes

RI, 1990).

Menurut Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 Tahun 2005

Pasal 1, jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat tradisional adalah bahan

atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun

telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Jamu terbuat dari bahan alami dari banyak tumbuhan yang berkhasiat sebagai

jamu hanya beberapa yang sering digunakan sebagai bahan jamu adalah jahe

(Zingiberaceae), kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Languas galanga),

kencur (Kaemferiae galanga), lempuyang pahit (Zingiber amaricans), lempuyang

wangi (Zingiber aromaticum), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan jahe

(Zingiber officinale) (Beers, 2013).

Pada kenyataannya sering terjadi kecurangan yang dilakukan sebagian

penjual jamu dengan menambahkan obat-obat tertentu ke dalam jamu yang

dijualnya. Menurut temuan BPOM, obat yang sering ditambahkan ke dalam jamu

salah satunya yaitu deksametason yang sering terkenal sebagai obat yang bisa

mengobati berbagai penyakit. Penambahan obat pada jamu tradisional juga tidak

sesuai dosis dan indikasi penggunaan obat sehingga menimbulkan efek yang tidak

diinginkan (BPOM, 2006)


2.1.1 Peraturan Tentang Produksi dan Distribusi Obat Tradisional

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa jamu tidak mengandung efek

samping karena terbuat dari bahan alami, anggapan ini tidak seluruhnya benar

karena tumbuhan memiliki zat kimia alami yang sebagian memang mangandung

unsur aktif dalam penyembuhan penyakit tertentu. Dalam hubungan ini jamu

sebagai obat tradisional meski terbuat dari bahan alami (tumbuhan) tetapi

mempunyai efek samping, meski diakui efek sampingnya tidak seburuk efek

samping obat kimiawi (Depkes RI, 1985).

2.2 Asam Urat

Asam urat adalah suatu penyakit arthritis yang disebabkan oleh metabolisme

abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah

(Sunita, 2005). Peradangan sendi pada asam urat bersifat menahun, sendi yang

terserang bisa menjadi bengkok atau cacat.

Penyakit asam urat umumnya lebih sering menyerang laki-laki dari pada

wanita karena wanita yang belum menopouse memiliki kadar hormon esterogen

cukup tinggi hormon ini membantu mengeluarkan asam urat melalui urin

sehingga kadar asam urat pada wanita yang belum menopouse itu normal. Pada

laki-laki asam urat sering menyerang diusia setengah baya karena hormon

androgennya mulai stabil tinggi bahkan bisa menimbulkan gejala penyakit asam

urat akut (Junaidi, 2012).

2.2.1 Penyebab Asam Urat

Menutut (Andry DKK, 2009) dan (Junaidi, 2012) penyebab dari asam urat

adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan asam urat berlebihan.


2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang karena gangguan ditubuli distal

ginjal yang tidak sehat dan disebabkan oleh ginjal yang rusak.

2.2.2 Gejala klinis asam urat

Biasanya serangan pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung

beberapa hari, kemudian gejalanya hilang secara bertahap, dimana sendi kembali

berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya namun

cenderung akan semakin buruk dan serangan yang tidak diobati akan

berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi. Sendi yang

terserang akan mengalami kerusakan permanen. Biasanya sendi yang terserang

adalah ibu jari, sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,

pergelangan tangan, lutut, dan pada siku (Junaidi, 2012).

2.2.3 Kadar Asam Urat

Pemeriksaan laboratorium untuk kadar asam urat di dalam darah dan urin

diperlukan untuk diagnosa asam urat, kadar normal asam urat untuk pria antara

2,1-8,5 mg/dL dan wanita 2,0- 6,6 mg/dL. Bagi mereka yang berusia lanjut, kadar

tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0-7,0

mg/dL. Kadar normal asam urat dalam darah pada pria 8 mg/dL dan wanita 7

mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat menyebabkan batu ginjal (Sustrani, 2007).

2.3 Deksametason

Deksametason adalah kortikosteroid kuat dengan khasiat immunosupresan

dan anti inflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan

(Samtani, 2005). Obat ini dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala

inflamasi. Ada dua penyebab timbulnya efek samping penggunaan kortikosteroid.

Efek samping dapat timbul karena penghentian obat secara tiba-tiba atau

pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar (Suherman dan Ascobat,

2012).
Komplikasi yang timbul akibat pemberian obat dalam jangka panjang ialah

gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat

infeksi, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi,

osteoporosis, miopati, psikosis, habitus pasien cushing (antara lain moon face,

buffalo hump, timbunan lemak supraklavikular, obesitas sentral, ekstremitas

kurus, striae, ekimosis, akne, dan hirsutisme) (Suherman dan Ascobat, 2012).

2.3.2 Struktur Deksametason

Gambar 2.1
Struktur Kimia Deksametason

Rumus molekul : C22H29FO5

Berat molekul : 392,47 g/mol


: 9 – fluoro - 11β,17,21 – trihidroksi - 16⍺ - metilpregna - 1,4 –

diena - 3,20 dion


Nama kimia
: Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil
Pemerian diudara, melebur pada suhu lebih kurang 250c disertai

peruraian.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,agar sukar larut dalam aseton,

dalam etanol, dalam dioksan, dan dalam metanol.


2.4 Identifikasi Bahan Kimia Obat Deksametason Dalam Jamu Rematik
Secara Kratografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu

proses dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya

bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu dan di dalamnya zat-zat

itu menunjukan perbedaan adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran

molekul atau kerapatan muatan ion, dengan demikian masing-masing zat dapat

diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Farmakope Indonesia edisi

IV, 1995).

Kromatografi lapis tipis merupakan yang paling cocok untuk analisis obat di

laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk

perlengkapan, menggunakan waktu yang sangat singkat untuk menyelesaikan

analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira-

kira 0,1 gr) (Stahl, 1985).

Kromatografi lapis tipis mempunyai keuntungan yaitu dalam

pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi

kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat

dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat

secara tepat (Rohman, 2009).

2.4.1 Fase diam

Fase diam yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis merupakan

penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm, semakin kecil

ukuran rata-rata pertikel fase diam maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensi dan resolusinya (Rohman, 2009). Dua sifat yang penting dari penyerap

adalah besar partikel dan homogenitasnya, kebanyakan penjerap yang digunakan

adalah silika gel (Sastrohamidjojo, 1985).

2.4.2 Fase Gerak

Fase gerak KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan

mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar sistem yang

sederhana ialah dengan menggunakan campuaran 2 pelarut organik karena daya

elusi campuran kedua pelarut dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga

pemisahan dapat terjadi sedemikan rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara

optimal.

Petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:

a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT

merupakan teknik yang sensitif.

b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut

terletak diantara 0,2-0,8 untuk memisahkan pemisahan.

Pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase

gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan

nilai Rf penembahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter kedalam

pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara

signifikan.

2.4.3 Penotolan Sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya

jika menotolkan dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Hasil

penelitian menunjukan bahwa penotolan secara manual terutama jika sampel yang
akan ditotolkan lebih dari 15 µL. Penotolan sampel yang tidak tepat akan

menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.

2.5 Pemeriksaan Kadar Bahan Kimia Obat Deksametason dengan


Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah

ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350–800 nm) oleh suatu senyawa.

Serapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu

promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke

orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.

Spektrofotometri UV-Vis anggota teknik analisis spektroskopik yang

memakai sumber REM (Radiasi Elektro Magnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)

dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dan

melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,

sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif

dibandingkan kualitatif (Khopkar SM,1990).

2.5.1 Absorbansi

Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi

elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital

keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian

terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi untuk

transisi elektron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu

spektrum garis atau peak tajam namun ternyata berbeda.

Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah

panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan
keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi

(Gandjar dan Rohman, 2007).

2.5.2 Prinsip – prinsip Spektrofotometri

Berkas cahaya polikromatis diubah menjadi monokromatis. Sinar

monokromatis yang dilewatkan pada suatu bahan yang dianalisa akan diabsorbsi,

dan sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang dianalisa sebanding dengan jumlah

(kosentrasi) bahan yang dianalisa. Hukum Lambert Beer merupakan gabungan

hukum Lambert dan hukum Beer yang menetapkan antara lain intensitas cahaya

yang masuk dengan intensitas cahaya yang keluar, merupakan fungsi dari larutan

dan kadar zat dalam larutan (Depkes RI, 1979).

2.5.3 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan

sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya

monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan

konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu.

Hukum Lambert Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus

terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:

A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)

Dimana:

A = serapan

a = absorptivitas (a) b

= ketebalan sel (cm) c

= konsentrasi (b/v)

ε = absorptivitas molar (ε)


Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri

dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas

tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi

(Day dan Underwood., 1999 ; Rohman, 2007).

2.5.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu

sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi (Day dan Underwood., 1999). Unsur-unsur terpenting suatu

spektrofotometer adalah sebagai berikut :

1. Sumber cahaya

Lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350 nm, sementara lampu

halogen kuartz atau lampu tungsten daerah visibel dari 350 sampai 900 nm.

2. Monokromotor

Digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam panjang gelombang unsur-

unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah.

3. Kuvet (sel)

Digunakan sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Pada pengukuran di

daerah sinar tampak, kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran

pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak

tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya mempunyai ketebalan 1 cm.

4. Detektor

Berperan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang

gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang

selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka digital.
5. Rekorder

Digunakan sebagai perekam absorbansi yang dihasilkan dari pengukuran (Day

dan Underwood, 1999; Watson, 2005).

Tinjauan Bahan

1. MATERIAL SAFETY DATA SHETS (MSDS) Metanol


Informasi produk
Rumus kimia CH4O
Formulasi kimia CH3OH
Massa molar 32.04 g/mol

Data kimia dan fisika


Temperatur penyalaan 455 °C
Kelarutan di dalam air (20 °C)
Titik leleh -98 °C
Massa molar 32.04 g/mol
Densitas 0.792 g/cm3 (20 °C)
Angka pH (H2O)
Titik didih 64.5 °C (1013 hPa)
Tekanan uap 128 hPa (20 °C)
Batasan ledakan 5.5 – 36.5 %(V)
Titik nyala 15.6 °C
Indeks Refraktif 1.33
Penyerapan air 1000 g/kg
Informasi keselamatan berdasarkan GHS
Hazard Statement(s) H225: Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar
H331: Beracun bila terhirup.
H311: Beracun jika kena kulit.
H301: Beracun jika tertelan.
H370: Menyebabkan kerusakan organ-organ.
Precautionary P210: Jauhkan dari panas/ percikan api/ lidah api/
Statement(s) permukaan-permukaan yang panas – Dilarang merokok.
P233: Jaga agar wadah tertutup rapat.
P280: Gunakan pakaian/sarungtangan pelindung /pelindung
mata/muka.
P302 + P352: JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan
banyak sabun dan air.
Signal Word Bahaya
Hazard Pictogram(s)
RTECS PC1400000
Kelas penyimpanan 3 Zat-zat cair yang dapat terbakar
WGK WGK 1 agak berbahaya untuk air
1
Disposal
Pelarut organik bebas halogen: wadah A
Informasi keselamatan kerja
Frase R R 11-23/24/25-39/23/24/25
Amat mudah-menyala.Beracun jika terhirup, jika kena
kulit, dan jika tertelan.Beracun : bahaya efek tak-
terpulihkan yang sangat serius jika terhirup, jika kena kulit,
dan jika tertelan.
Frase S S 7-16-36/37-45
Jaga agar wadah tertutup rapat.Jauhkan dari sumber
api Dilarang merokok.Pakai pakaian pelindung dan
sarung tangan yang sesuai.Jika terjadi kecelakaan atau
jika merasa tidak enak badan, segera dapatkan bantuan
medis (tunjukkan label jika mungkin).
Jenis-jenis bahaya mudah terbakar, Toksik
Hazard Symbol FlammableToxic
Data toksikologis
LD 50 tertelan LD50 tikus 5628 mg/kg
Spesifikasi-spesifikasi
Purity (GC) ≥ 99.5 %
Identity (IR) Conforms
Density (d
0.791 – 0.792
20 °C/ 4 °C)
Evaporation
≤ 0.001 %
residue
Water ≤ 0.1 %
2. MATERIAL SAFETY DATA SHETS (MSDS) Kloroform
Produk Kimia dan Identifikasi:
Nama Produk : Kloroform
Sinonim : Triklorometana ; Metana, Triklor
Nama Kimia : Kloroform
Formula Kimia : CHCl3 Identifikasi
Bahaya Efek Kesehatan Akut :
Bahaya jika terjadi kontak dengan kulit (iritasi), kontak dengan mata (iritasi), terhirup,
dan tertelan
Efek Kesehatan Kronis:
Efek karsinogenik ; efek mutagenik terhadap sel somatik mamalia dan bakteri) ;
pemaparan dengan prosuk dapat menyebabkan kerusakan organ yang terpapar.
Penanganan dan Penyimpanan Penanganan :
Jangan ditelan. Jangan hirup gas/spray. Pakai pakaian pelindung. Dalam ventilasi
yang tidak mencukupi, pakai peralatan pernafasan. Jika tertelan, segera minta
pertolongan medis dan perlihatkan label atau tempat penyimpanan. Hindari kontak
dengan mata dan kulit. Jauhi dari logam, dan alkali.
Pertolongan Pertama Kontak dengan mata : Cek dan lepas lensa kontak (jika ada).
Segera basuh mata dengan air (PANAS atau dingin) selama 15 menit.
Kontak dengan kulit : Segera basuh kulit dengan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emmolient. Lepas sepatu atau baju yang terkontaminasi. Cuci baju dan sepatu
sebelum dipakai ulang.
Kontak kulit serius : Cuci dengan sabun disinfektan dan tutupi kulit yang teriritasi
dengan krim anti bakteri.
Terhirup : Segera hirup udara segar. Jika tidak dapat bernafas, beri nafas buatan. Jika
sulit bernafas, beri Oksigen
Terhirup serius : Segera evakuasi korban ke daerah yang aman. Longgarkan pakaian
yang ketat, seperti dasi, sabuk, atau waistband. Jika sulit bernafas, beri Oksigen.
Penyimpanan :
Selalu tutup rapat tempat penyimpanan. Simpan wadah dalam daerah dingin dan
berventilasi cukup. Sensitif terhadap cahaya. Simpan dalam wadah kedap cahaya.
Wadah akan berbahaya saat sudah tidak ada lagi kloroform (wadah kosong), karena
terdapat residu (cair, uap). Ambang batas bau gas klorofom : 250 mg/m 3 .
Proteksi Personal/Kontrol Pemaparan Kontrol teknik :
Sediakan ventilasi exhaust supaya konsentrasi uap udara tetap dibawah ambang
batas. Pastikan tempat pencucian dan shower dekat dengan lokasi kerja Proteksi
personal : Basuh goggle. Jas laboratorium. Pastikan untuk memakai respirator yang
telag tersertifikasi. Sarung tangan.
Proteksi personal dalam kasus tumpah besar:
Basuh goggle. Pakaian lengkap. Respirator uap. Sepatu boot. Sarung tangan. Untuk
menghindari produk terhirup, gunakan peralatan pernafasan. Konsultasikan dengan
spesialis sebelum menangani produk ini.
Batas Pemaparan :
TWA : 10 (ppm) [Australia]
Penghirupan TWA : 2 (ppm) from OSHA (PEL) [United States]
Penghirupan STEL : 9.78 (mg/m3) dari penghirupan
NIOSH STEL : 2 (ppm) dari penghirupan
NIOSH TWA : 9.78 (mg/m3) dari OSHA (PEL) [United States]
penghirupan TWA : 10 (ppm) dari ACGIH (TLV) [United States] [1999]
Sifat Kimia dan Fisik
Bentuk fisik : Cair
Bau : Seperti eter. Tidak menyebabkan iritasi.
Rasa : Membakar. Manis Berat Molekul : 119,38 g/mol
Warna : Tidak berwarna. Jernih
Titik didih : 61°C (141.8°F)
Titik leleh : -63.5°C (-82.3°F)
Suhu kritis : 263.33°C (506°F)
Gravitas spesifik : 1.484 (Water = 1)
Tekanan udara : 21.1 kPa (@ 20°C)
Kerapatan udara : 4.36 (Air = 1)

a. Aseton

1. Karakteristik Bahan
- Rumus kimia : CH3COCH3

- Bentuk molekul :

- Nama IUPAC : Propanon

- Nama lain : dimetil keton, 2-propanon, dimetilformaldehida, dan β- ketopropana

- Bentuk : cairan yang tidak berwarna.

- Massa molar : 58,08 g/mol

- Densitas : 0,79 g/cm3, cair

- Titik lebur : -94,4 oC (178,2 K)

- Titik didih : 56,53 oC (329,4 K)

- Berat jenis uap air: 2,0

- Tekanan uap: 181 mm Hg pada 20 oC

- Titik nyala: -18 oC

- Kelarutan dalam air : larut dalam berbagai perbandingan

- Tidak cocok dengan asam halogen dan senyawa halogen

- Bersifat oksidator kuat, termasuk basa kuat

2. Identifikasi Bahaya

- Sangat mudah terbakar.


- Iritan. Mengiritasi mata.

- Kontak dengan kulit dapat menyebabkan kerusakan kulit.

- Bila terhirup dapat menyebabkan kantuk dan pusing.

3. Penanggulangan

- Terhirup: bila terjadi iritasi pada sistem pernapasan, pindahkan korban ke tempat

dengan udara yang segar dan biarkan beristirahat. Berikan bantuan pernapasan atau

bantuan oksigen bila dibutuhkan. Bila tidak sadarkan diri hubungi dokter.

- Kontak dengan kulit: segera lepaskan pakaian yang terkena bahan. Cuci bagian yang

terkena dengan sabun dan air. Bila iritasi kulit masih berlanjut hubungi dokter.

- Kontak dengan mata: lepaskan lensa kontak. Bilas dengan air hangat selama 10 menit.

Bila gejala masih berlanjut hubungi dokter.

- Tertelan: cuci mulut dengan air. Minum dua gelas air atau susu bila korban masih

dalam keadaan sadar. Jangan pernah memberikan sesuatu untuk diminum bila dalam

keadaan tidak sadarkan diri.

DIETIL ETER

3.1 Bahan

Rumus (C₂H₅)₂O C₄H₁₀O (Hill)

No-Indeks 603-022-00-4

No-EC 200-467-2

Massa molar 74,12 g/mol


Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)

Piktogram bahaya

Kata sinyal
Bahaya

Pernyataan Bahaya
H224 Cairan dan uap sangat mudah
menyala. H302 Berbahaya jika
tertelan.
H336 Dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
EUH019 Dapat membentuk peroksida yang mudah-meledak.
EUH066 Pendedahan berulang-kali dapat menyebabkan kulit kering atau pecah-pecah.

Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P210 Jauhkan dari panas/percikan/api terbuka /permukaan yang panas. Dilarang merokok.
P240 Tanam /Bond wadah dan peralatan penerima.
Penyimpanan
P403 + P233 Simpan di tempat berventilasi baik. Jaga wadah tertutup kedap/rapat.

Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


4.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah menghirup: hirup udara segar. Konsultasikan dengan dokter jika merasa tak sehat.

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
dengan air/ pancuran air.

Setelah kontak dengan mata : bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka lebar.
Hubungi dokter mata jika diperlukan. Lepaskan lensa kontak.

Setelah tertelan: perhatian jika korban muntah. Resiko pengeluaran! Jaga agar aliran
udara tetap bebas. Kerusakan paru-paru mungkin terjadi setelah pengeluaran muntah.
Segera panggil dokter.

4.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda


efek iritan, paralisa pernapasan, Mengantuk, Tidak sadar, inebriation, eufhoria, kolaps, perasaan
mengantuk, ataxia (kerusakan koordinasi alat gerak), Salivasi/berliur, Koma, kematian

4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Tidak tersedia informasi.

Anda mungkin juga menyukai