Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektif Kepemimpinan
Dosen Pembimbing: Bambang Edi Warsito, S.Kep., M.Kes.
Oleh: Zumrotul Aulia 22020115130062
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019 ESSAY TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996 dakam Mugianti, 2016). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi". Beberapa dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen penting dalam kepemimpinan adalah adanya Leader, Pengikut, Tujuan, Situasi dan Komunikasi. Cara seseorang memimpin disebut dengan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan
yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu: pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi. 3 faktor tersebut berhubungan dengan teori kepemimpinan yaitu teori bakat, teori perilaku, dan teori situasional. Teori bakat berhubungan dengan pemimpin itu sendiri, dimana terdapat kepercayaan bahwa kemampuan memimpin hanya didapat oleh orang yang dilahirkan dengan kemampuan tersebut. Kemudian teori perilaku, teori ini menggambarkan tentang sikap dan ketentuan pemimpi pada orang yang dipimpin. Teori situasional berkaitan dengan situasi yang dihadapi oleh pemimpin dan kelompok (Mugianti, 2016).
Satu dari sekian banyak teori-teori kepemimpinan komprehensif mengenai
transformasi organisasional adalah teori kepemimpinan transformasional dan teori kepemimpinan transaksional. Teori Kepemimpinan Transformasional juga mengakui pentingnya power dan proses memengaruhi (influence processes). Hubungan Pemimpin pengikut dipandang sebagai satu intensi emosi yang pengikutnya memberikan kepercayaan dan keyakinan yang besar kepada Pemimpin. Karisma, inspirasi, pertimbangan (consideration) individual, dan stimulasi intelektual sebagai empat karakteristik yang membentuk kepemimpinan transformasional. Teori Kepemimpinan Transformasional menyatakan bahwa pemimpin dapat mengoptimalkan power dan pengaruh mereka terutama melalui karisma (referent power), inspirasi (visionary processes). Kemudian untuk teori kepemimpinan transaksional adalah mengakui adanya sifat leadership dengan hubungan deterministik timbal balik. Teori Kepemimpinan Transaksional menyatakan, bahwa leader dan/atau bawahan dapat saling melaksanakan power dan pengaruh, yang dilaksanakan dalam suatu proses pertukaran yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, seorang leader memiliki informasi penting dan seorang bawahan memiliki keahlian khusus dalam memecahkan masalah-masalah penting organisasional, kondisi ini menjadikan kedua pihak untuk melakukan negosiasi yang saling menguntungkan, jadi ada transaksi di antara mereka (Narsa, 2012).
Kepemimpinan transformasional dinyatakan sebagai jenis kepemimpinan
yang terbaik menurut penelitian Robbins (2006) dalam Murtinigsih (2015), karena dapat memotivasi para karyawan agar bekerja sesuai dengan tujuan yang belum pernah diraih sebelumnya, memberikan perhatian pada karyawan, mampu melatih, serta membuat karyawan loyal terhadap perusahaan. Pengaruh kepemimpinan transformasional membuat karyawan lebih memiliki rasa loyalitas terhadap pekerjaanya. Dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat membuat perubahan dan sukses membuat sebuah perubahan kearah yang lebih positif dan membimbing organisasi kearah baru yang memiliki tujuan jelas. Kepemimpinan transformasional lebih efektif dibandingkan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transformasional adalah gabungan yang sempurna dari kepemimpinan kharismatik dan transaksional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Syarifah Fatmawati (2013) dalam Murtinigsih (2015) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan sangat kuat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Apapun gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin yang pasti setiap gaya kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja para karyawan. Ruyatnasih,et al (2013) juga mendukung penelitian Syarifah dan membuktikan pada penelitiannya bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Humairah (2005) dalam Murtinigsih (2015), menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformatif lebih cocok digunakan di rumah sakit dari pada gaya kepemimpinan transaksional, karena kepala ruangan memperlakukan perawat sebagai mitra yang harus bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang dijalankan sehingga meningkatkan ketrampilan perawat dalam menjalankan tugas tugasnya dan mengatasi setiap kesulitan yang ditemukan di lapangan (Murtinigsih, 2015).
Kepemimpinan transformasional secara umum mempunyai korelasi
terhadap softskill perawat pelaksana, dalam hal kemampuan beradaptasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama tim, dan ketelitian, kepemimpinan transformasional tidak mempunyai korelasi terhadap softskill perawat pelaksana dalam hal kemampuan memecahkan masalah, percaya diri, dan kedisiplinan. Kepala ruang yang kharismatik yaitu yang memiliki dan menerapkan visi misi yang sarat dengan pesan moral bagi perawat, kepala ruang yang memiliki pengaruh idealis dengan kemampuan menggerakkan perawat pelaksana dalam menerapkan SOP, dan kemampuan memotivasi serta jadwal tugas kegiatan perawat yang jelas merupakan kemampuan motivasi insirasional bagi kepala ruang (Hartiti, 2014).
Kepemimpinan Transaksional secara umum memang digunakan pada
hampir semua bidang, dengan kelebihan yang ada kepemimpinan ini mampu memajukan kelompok untuk mencapai tujuannya. Namun dari sudut padang penulis gaya kepemimpinan transfrmasional lebih dapat memberikan manfaat dalam bidang keperawatan yang di terapkan . Gaya kepemimpinan trasformasional dapat memberikan peluang bagi perawat untuk mengembangkan skill yang ia punya. DAFTAR PUSTAKA
Dewi Destri, Widyana Rahma, Sriningsih. 2016. Pelatihan Analisis Transaksional
(At) Untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Perawat Poli Eksekutif Di Paviliun Nusa Indah Rsud Dr Adhyatma Mph Provinsi Jawa Tengah. InSight: 18 (2). Hartiti Tri. 2014. Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Di Rsi Sultan Agung Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan: 2 (1). Marshall, Elaine Sorensen dan Broome, Marion E. 2017. Transformational Leadership in Nursing: From Expert Clinician To Influential Leader, Second Edition. Springer Publishing Company: New York Murtiningsih. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Pada Kinerja Perawat Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya: 17 (2). Mugianti Tri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Narsa I Made. 2012. Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional Versus Transaksional. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan: 14 ( 2) 102-108