SC 3x + suspek adhesive. Pada pasien dilakukan SC elektif pada tanggal 2 April 2019 dan lahir bayi
laki-laki dengan BB : 3400 gr, PB : 48 cm dan A/S 7/8. Intra operasi didapatkan perdarahan
pervaginam masif yang membuat pasien mengalami syok hipovolemik. setelah dilakukan
pemantauan lebih lanjut didapatkan kontraksi uterus jelek oleh karena atonia uteri, sehingga
diputuskan untuk dilakukan cesarean histerektomi. selama operasi diperkirakan terjdi perdarahan
sebanyak 2000cc. Dari keterangan sebelumnya dapat diperoleh data-data yang menyokong
terjadinya perdarahan postpartum ,yaitu terjadinya perdarahan pervaginam masif segera
setelah dilakukan penglahiran bayi. Kasus ini dapat digolongkan kedalam kasus Perdarahan
post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak
lahir.
Pasien dalam kasus ini berusia 31 tahun, dimana hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan
yang menjelaskan bahwa perdarahan post partum lebih sering atau rentan terjadi pada usia > 35
tahun. Kehamilan pasien ini merupakan kehamilan kelima, dimana hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa kehamilan lebih dari satu kali merupakan faktor risiko dari terjadinya
perdarahan post partum, hal ini dikarenakan adanya penurunan fungsi reproduksi tiap persalinan,
sehingga untuk kehamilan lebih dari satu kali konraksi uterus semakin menurun.
Perdarahan post partum primer paling banyak disebabkan oleh atonia uteri. Atonia
uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
setelah kelahiran bayi. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam
waktu kurang dari 1 jam. Pada pasien perdarahan post partum, mengalami perdarahan per
vaginam yang banyak. Perdarahan ini dapat menyebabkan terjadinya hipovolemia berat hingga
syok. Pada pasien ini didaptakan tekanan darah 80/60, nadi 108 x /menit, dan nafas 22 x / menit.
Sedangkan dari pemeriksaan konjungtiva didapatkan anemis pada kedua mata. Dari pemeriksaan
fisik ini dapat dinyatakan bahwa pasienmengalami syok hipovolemi dan perlu mendapatkan
penanganan segera.
Perdarahan post partum dapat disebabkan 4 hal, bisa karena tonus, tissue, trauma, dan
trombin. Dari pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan tinggi fundus uteri masih setinggi pusat
dan tidak teraba kontraksi. Pada inspeksi genitalia terlihat adanya perdarahan aktif. Hal ini dapat
menginformasikan bahwa pada pasien ini terdapat gangguan tonus otot. Maka dari itu, pada
pasien ini dapat ditegakkan diagnosis late HPP ec sisa plasenta pada P4AOH4 post partum di
Pada pasien diberikan tatalaksana berupa pemberian jalur IV dengan Ringer Lactate 500 mL +
metergin, transfusi PRC sampai Hb 10 gr/dl, injeksi ceftriakson 2 x 1 gr, metronidazole 3x 500