Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA


“ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit
Disorder)”

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Annisa Hidayati 30701601807


2. Devi Arista 30701700016
3. Jihan Savia Syahroni 30701700054
4. Muhammad Aqil Ali Saoki 30701501699
5. Pamila Miftaqul Fiqria 30701700096
6. Siti Lina Indriyah 30701700002
7. Yusuh Adib Ulinnuha 30701501777

FAKULTAS PSIKLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil meneyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder)”

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder),
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta penyusunannyan makalh ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha.

Semarang, 3 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakanng ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
A. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ....................................................... 9
1. Pengertian ADHD ..................................................................................................... 9
2. Faktor-faktor Penyebab ADHD .............................................................................. 11
3. Subtipe ADHD ........................................................................................................ 12
4. Penanganan ADHD ................................................................................................. 14
B. ADD (Attention Deficit Disorder) ................................................................................ 6
1. Pengertian ADD (Attention Deficit Disorder) .......................................................... 6
2. Ciri-ciri anak ADD ................................................................................................... 6
3. Macam – Macam ADD (attention deficit disorder) .................................................. 7
4. Penanganan ADD...................................................................................................... 8
BAB III. KESIMPULAN........................................................................................................ 15
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakanng
Gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas adalah suatu sindrom neuro-
psikiatri yang paling sering dijumpai pada anak usia prasekolah, keduanya
dapat dijumpai bersamaan. Attention deficit disorder atau biasa sering disebut
gangguan pemusatan perhatian adalah gangguan perilaku yang dicirikan oleh
kurangnya perhatian terus– menerus, impulsif dan sering hiperaktif. ADD
(Attention Deficit Disorder) adalah anak yang mempunyai perhatian buruk
atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak. ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) jika anak ADD tidak muncul sikap
hiperaktif maka anak dengan diagnosa ADHD memiliki sikap atau
menunjukkan hiperaktifnya.

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD) adalah suatu


gangguan yang melibatkan ketidakmampuan untuk merperhatikan dan
hiperaktif-impulsivitas. Masing-masing komponen gangguan tersebut
didefinisikan dalam beberapa criteria perilaku. Ketidakmampuan untuk
memperhatikan dicirikan dengan perilaku, seperti keteledoran, lupa terhadap
aktivitas sehari-hari, dan masalah perhatian yang lain. Seseorang anak yang
teledor umum nya kehilangan benda-benda mereka, mudah terganggu, tidak
dapat mengikuti instruksi yang diberikan, dan memiliki kesulitan untuk
mengatur tugas.
Orang dewasa dengan ADHD lebih cenderung mengalami deficit
dalam memori kerja, perhatian yang terarah, kefasihan verbal, dan kecepatan
memproses, masalah-masalah yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya
pencapaian akademis dibandingkan dengan orang dewasa tanpa ADHD
(Biederman dkk.,2006)
Para ahli percaya bahwa tidak terdapat kasus yang menunjukan ADHD
pertama kali muncul pada masa dewasa,namun terdapat banyak hal yang
membuat gangguan tersebut pertama kali didiagnosis secara akurat pada usia
dewasa; asusmsinya adalah bahwa symptom pada anak-anak tidak
terdiagnosis, khususnya pada para individu yang pada saat masih anak-anak,
memiliki symptom tidak mampu memperhatikan, namun tanpa simptom yang
mengganggu. Diperikirakan sebanyak 4% orang dewasa di Amerika
memenuhi criteria diagnostic untuk gangguan tersebut, dengan jumlah yang
hamper sama untuk pria dan wanita (Kessler dkk.,2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ADD?
2. Apa saja ciri-ciri anak ADD?
3. Apa saja macam-macam ADD?
4. Bagaimana cara penanganan ADD
5. Apa yang dimaksud dengan ADHD?
6. Apa saja faktor-faktor penyebab ADHD?
7. Apa saja subtipe ADHD?
8. Bagaimana cara penanganan ADHD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ADD
2. Untuk mengetahui ciri-ciri anak ADD
3. Untuk mengetahui macam-macam ADD
4. Untuk mengetahui penanganan ADD
5. Untuk mengetahui definisi dari ADHD.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ADHD.
7. Untuk mengetahui subtipe ADHD.
8. Untuk mengetahui penanganan ADHD.
BAB II. PEMBAHASAN

A. ADD (Attention Deficit Disorder)


1. Pengertian ADD (Attention Deficit Disorder)
Attention deficit disorder atau biasa sering disebut gangguan pemusatan
perhatian adalah gangguan perilaku yang dicirikan oleh kurangnya
perhatian terus– menerus, impulsif. (Erman, 2002)

2. Ciri-ciri anak ADD


Anak ADD memiliki ciri–ciri yang terlihat berbeda dengan anak
normal pada umumnya. Seorang anak dapat dikategorikan kedalam anak
yang terkena gangguan pemusatan perhatian apabila memiliki ciri-ciri
yang menunjukkan. Ciri–ciri dari anak yang terkena ADD diantaranya
adalah sebagai berikut:
- Biasanya pelamun, sering kali dalam kelas sehingga tidak
responsive dalam pembelajaran.
- Sulit untuk di motivasi
- Lebih sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki –
laki.
- Belum pernah hiperaktif di masa lalu.
- Biasanya tidak disruptif.
- Tidak mudah teralihkan perhatiannya.
- Mungkin masih berprestasi di kelas, tetapi relative berprestasi lebih
rendah dibandingkan dengan kemampuannya.
- Mungkin mengalami kesulitan belajar lainnya, dengan suasana hati
yang naik turun, kecemasan, atau depresi.
- Memiliki masalah fungsi otak, maka kesulitan konsentrasi mereka
bukan atas keinginan mereka sendiri. Mencoba memaksa mereka
tidak dapat melakukannya hanya akan memberikan dampak
negative pada harga diri mereka dan mematikan motivasi mereka8.
3. Macam – Macam ADD (attention deficit disorder)
ADD sering disebut gangguan perhatian. Terdapat macam – macam
dari gangguan perhatian. Macam – macam dari gangguan perhatian
terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Berdasarkan intensitasnya
yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas
atau pengalaman batin, maka perhatian dibedakan menjadi
perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. Makin banyak
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin,
maka perhatian tersebut semakin intensif. Berkaitan dengan ini
juga, tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua – duanya
disertai dengan perhatian yang intensif.
b. Berdasarkan cara munculnya perhatian
Dapat dibedakan menjadi perhatian spontan (tak sekehendak atau
tak sengaja) dan perhatian sekehendak (perhatian
disengaja/perhatian reflektif). Dalam kenyataannya, seringkali
perhatian spontan cenderung lebih lama dan lebih intensif
dibandingkan dengan perhatian yang sekehendak.
c. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian
Perhatian dapat dibedakan menjadi perhatian terpencar
(distributive) dan perhatian memusat (konsentratif).
Kemudian perihal jenisnya gangguan perhatian dibedakan menjadi
3:
- Distrakbilitas, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian
dirinya, perhatiannya mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli
yang tidak berarti.
- Aporexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara
tekun dalam waktu singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak
memandang pentingnya situasi itu.
- Hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih – lebihan, sehingga
lapangan persepsi menjadi sangat sempit.
4. Penanganan ADD
Attention Deficit Disorder (ADD) yang sering disebut gangguan
pemusatan perhatian. Susahnya seseorang untuk memfokuskan
perhatiannya menyebabkan proses belajar terganggu. Hal demikian dapat
diatasi dengan beberapa cara sebagai usaha untuk membantu
membiasakan anak agar tetap fokus terhadap sesuatu yang sedang
berlangsung, contohnya dalam proses belajar mengajar. Ada dua cara
untuk memberikan penanganan pada anak yang mengalami ADD.
a. Terapi Obat
Obat-obatan digunakan dalam membantu anak-anak untuk
lebih tenang dan perhatian di sekolah merupakan kelompok stimulan
yang mencakup Ritalin (metylphenidate), Cylert (pemoline). dan
stimulan jangka panjang lainnya yang dosisnya sekali sehari.
Kemudian selain obat juga dengan modifikasi perilaku.
b. Selain Obat “Modifikasi Perilaku”
Modifikasi perilaku terdapat berbagai cara, misalnya dengan
menggunakan konsep Cognitive Behavior therapy (CBT). CBT
merupakan suatu bentuk psikoterapi yang menekankan pada
pentingnya peran berpikir tentang perasaan manusia dan apa yang
dilakukan manusia. CBT dikembangkan dari perpaduan antara terapi
kognitif (cognitive therapy) dan terapi perilaku (behavior therapy).
- Cognitif Therapy
merupakan sejenis psikoterapi yang dikembangkan oleh Psikiater
Amerika. Cognitive Therapy bertujuan untuk membantu pasien
mengatasi kesulitan–kesulitannya dengan mengidentifikasi dan
mengubah disfungsi berpikir, perilaku, dan respon emosi. Terapi
didasarkan pada kolaborasi antara pasien dan terapis, dan pada
pengujian keyakinan (belief) (Wikipedia, 2011b).
- Behavior therapy
merupakan sebuah pendekatan psikoterapi didasarkan pada teori
pembelajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan sakit kejiwaan
(psikopatologi) dengan teknik–teknik yang dirancang untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan dan menyingkirkan perilaku
yang tidak diinginkan (Wikipedia, 2011c).

B. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


1. Pengertian ADHD
ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
yang terjadi pada anak yang ditandai dengan beberapa gejala dari
gangguan perhatian dan konsentrasi, impulsivitas dan hiperaktivitas.
Gejala-gejala ini haruslah sudah tampak sejak amat dini sekali (sebelum
usia 7 tahun) dan bukan disebabkan karena gangguan fisik ataupun
gangguan penyakit jiwa, dan juga bukan disebabkan karena faktor
lingkungan yang kurang menguntungkan baginya.
a. Gangguan perhatian dan konsentrasi
Anak-anak dengan ADHD akan sangat kesulitan
mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas tertentu. Misalnya
saja di sekolah, ia bukan hanya mendengarkan gurunya, tetpai ia
juga mendengarkan bunyi mobil diluar, bunyi gemeretak kursi
sebelahnya. Ia bukan hanya melihat guru yang tengah
menjelaskan, tetpi juga melihat gambar dipapan tulis, garis-garis
dibaju teman sebelahnya. Semua ini akan menjadikannya
membutuhkan energy ekstra agar dapat berkonsentrasi, dan untuk
tidak memedulikan rangsangan-rangsangan yang tidak penting
tadi. Hal ini tidak ada kaitanya dengan seberapa tinggi atau
rendahnya intelegensi atau ketidak mampuan si anak, namun
berkaitan dengan fungsi otak yang bekerja tidak sama dengan
anak-anak lain.
b. Impulsivitas
Impulsivitas adalah dorongan yang didasarkan keinginan atau
untuk pemuasan atau keinginan secara sadar maupun tidak sadar.
Anak impulsive sulit mengendalikan reaksinya dan gampang
bertindak tanpa pikir panjang.
Anak ADHD biasanya sangat impulsive. Ia memberi jawaban
sebuah pertanyaan sebelum ia benar-benar membaca atau
mengetahui apa yang diharapkan. Ia berdiri begitu saja diatas
kursinya. Naik keberbagai tempat rasa takut, atau memukul anak
lain sebelum dia mendapatkan rasa sakit dari anak lain.
Mereka berbuat tanpa memikirkan akibat apa yang akan
terjadi. Mereka mempunyai kekurangan pada kerja system control
yang merupakan system rem, yang dapat mengatur perilaku
mereka.
c. Hiperaktivitas
Sejak masih muda sekali anak ADHD adalah anak yang akan
selalu bergerak. Ia terus bergerak sepanjang hari, dan tidak dapat
diam duduk dikursinya. Ia ttidak pernah tenang, mudah tegang,
dan frustasi. Anak0anak ini sendiri di dalam hatinya merasa tidak
tenang. Dibutuhkan banyak energi baginya untuk duduk diam dan
tenang. Saat mereka sudah besar, hiperaktivitasnya akan
berkurang, yang tinggal adalah hiperaktifitas kecil, misalnya
mengutik-ngutik dengan jari, bergoyang-goyang atau berputar-
putar.
2. Faktor-faktor Penyebab ADHD
Dalam penelitian penyebab ADHD masih banyak di kembangkan ,
laporan ADHD juga setiap hari semakin banyak. ADHD sendiri
sebenarnya adalah gangguan yang berasal dari gangguan neorologis di
otak atau di sebabkannya oleh faktor dari orang tua yaitu pola pengasuhan
dari si orang tua itu sendiri. . beberapa hal sebagai faktor dari penyebab
ADHD yaitu:
a. Faktor genetik (keturunan)
Menurut penelitian pada anak kembar dan anak adopsi, tampak
bahwa dari 80% terdapat perbedaan antara anak yang mempunyai
gejala ADHD di kehidupan masyarakat akan di temukan oleh faktor
genetik. (Paternotte & buitelaar, 2010:17).
b. Faktor Fungsi otak
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secarabiologis ada
dua mekanisme didalam otak yaitu pngaktifan sel-selsaraf (eksitasi)
dan penghambat sel-sel saraf (inhibisi). Pada anak ADHD
perkembangan sistem ini lebih lambat, dan juga dengankapasitas
yang lebih kecil. Sistem penghambat atau pengereman di otak
bekerja kurang kuat atau kurang mencukupi. Dari penelitian juga
disebutkan bahwa adanya neu-anatomi dan neuro-kimiawi yang
berbeda antara anak yang menyandang ADHD dan tidak
(Patternotte&buitelaar,2010:19).
c. Faktor Lingkungan
Saat ini lagi diperdebatkan apakah ADHD disebabkan oleh gen
atau lingkungan . tetapi sekarang lebih mengarah antara faktor
geetika dengan faktor ingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan secara luas termasuk lingkungan psikologis dengan orang
lain dan berbagai kejadian serta penanganan yang telah diberikan
seperti lingkungan fisik (makanan , minuman ,obat-obatan),
lingkungan biologis (cidera otak,radang otak, komplikasi
melahirkan).
3. Subtipe ADHD
Tipe-tipe ADHD digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu:
a. Tipe dominan inattentive
Anak-anak dengan gangguan ADHD tipe dominan inattentive
memiliki kesulitan pemusatan perhatian dan pemrosesan informasi,
tetapi hanya sedikit atau tidak ada hiperaktifitas. Mereka dapat duduk
tenang, tetapi tidak memberikan perhatian pada apa yang
dilakukannya.
b. Tipe dominan hiperaktif-impulsif
Gangguan hiperaktif impulsif tampak pada masa prasekolah.
Anak dengan gangguan ADHD tipe hiperaktif impulsif sangat mudah
hiperaktif dan sering tidak mampu mengontrol gerakan tubuhnya.
c. Tipe kombinasi
Gangguan tipe kombinasi dapat dimulai atau diketahui untuk
pertama kalinya pada tahun-tahun awal sekolah. Anak dengan
gangguan ADHD tipe kombinasi ditandai dengan tidak adanya
perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas yang sangat tinggi.

Kriteria diagnostic dari tipe-tipe ADHD tersebut adalah:


- Tipe dominan innatentive
Inatensi: terdapat enam atau lebih simtom inatensi ini telah
menetap selama paling sedikit 6 bulan sampai ketingkat maladaptif
dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan :
1. Sering tidak memberi perhatian lekat pada detail atau
melakukan kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah, atau
kegiatan-kegiatan lain.
2. Sering mengalami kesulitan untu mempertahankan perhatian
dalam tugas atau kegiatan bermain.
3. Sering tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara
langsung.
4. Sering tidak mengikuti intruksi dengan cermat dan gagal
menyeleksikan tugas sekolah, tugas rumah atau kewajiban di
tempat kerja.
5. Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan berbagai
tugas dan kegiatan.
6. Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terlibat
dalam tugas – tugas yang membutuhkan usaha mental
berkelanjutan.
7. Sering kehilangan benda-benda yang diperlukan untuk tugas
atau kegiatan
8. Sering mudah terdikstrasi oleh stimuli luar
9. Sering lupa kehiatan sehari hari
- Tipe Hiperaktif-Impulsif
Hiperaktif dan Impulsivitas : enam atau lebih diantara simtom
hiperaktiv-impulsivitas berikut ini telah menetap selama paling
sedikit 6 bulan sampai ketingkat maladaptif atau tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan.
1. Hiperaktifitas
a. Sering gelisah dengan tangan atau kaki terus bergerak
ketika duduk.
b. Sering gelisah dengan tangan atau kaki terus bergerak
ketika duduk.
c. Sering berlari-larian atau memanjat secara eksesif dalam
situasi yang tidak tepat.
d. Sering mengalami kesulitan untuk bermain atau terlibat
dalam situasi yang tidak tepat
e. Sering “on the go” atau sering bertindak seakan-akan
“dierakkan oleh motor”.
f. Sering berbicara secara eksesif.
2. Implusif
a. Sering meneriakan jawaban sebelum pertanyaan selesei
b. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran.
c. Sering mengintrupsi atau mengganggu orang lain
- Tipe Kombinasi
Tipe kombinasi terdapat kriteria dari tipe intensi lebih dari 6
simptom dan kriteria tipe hiperaktivitas-impulsif lebih dari 6
simptom yang terpenuhi selama 6 bulan terakhir.
Untuk mendiagnosis ADHD, gangguan ini harus muncul
sebelum usia 7 tahun, harus secara signifikan menghambat
akademik, sosial, dan pekerjaan, dan harus ditandai oleh sejumlah
ciri klinis yang ada diatas, serta telah terjadi lebih dari 6 bulan
paling tidak pada situasiseperti di sekolah, rumah, atau pekerjaan.
4. Penanganan ADHD
a. Pengobatan Medis
Penanganan ADHD dapat menggunakan obat-obatan stimulan yang
digunakan untuk membantu anak-anak ADHD untuk lebih tenang dan
perhatian. Obat-obatan tersebut mencakup Ritalin (metylphenidate),
Cylert (pemoline), dan stimulan jangka panjang lainnya dengan dosis
sehali sekali. Obat-obatan ini juga dapat mengurangi impulsivitas,
overaktivitas, perilaku mengganggu dan agresif. Obat-obatan ini
bekerja pada neurotransmitter di otak, meningkatkan aktivitas
dopamin pada bagian otak depan, yang mengatur perhatian dan kontrol
terhadap perilaku impulsif. Efek samping dari obat ini dalam jangka
pendek adalah kehilangan nafsu makan atau insomnia yang biasanya
akan menghilang dalam waktu beberapa Minggu atau mengurangi
dosis obatnya. Obat-obatan stimulan juga dapat mengakibatkan
memperlambatnya perkembangan fisik, tetapi anak-anak yang
mengiakan obat stimulan akhirnya dapat mencapai kondisi fisik seperti
teman-temannya. Tetapi apapun keuntungannya, obat-obatan ini gagal
dalam menjadikan perilaku sosial dan akademik ADHD berada pada
rentang normal, karena obat-obatan tidak dapat mengajarkan
keterampilan baru.
b. Terapi kognitif behavioral
Terapi kognitif behavioral pada ADHD menggabungkan
modifikasi perilaku, berdasarkan pada penggunaan reinforcement
(contohnya, seorang guru memuji anak ADHD yang duduk tenang)
dan modifikasi kognitif (contohnya, melatih anak untuk berbicara
dalam hati melalui tahapan pemecahan akademik).
Terapi perilaku kognitif tujuannya adalah untuk mengubah perilaku
seseorang dengan mengubah pemikiran dan resepsi terutama pada pola
pikirnya. Terapi perilaku fokus untuk mengurangi respons kebiasaan
(seperti takut, marah, dan sebagainya) dengan cara mengenal situasi
atau stimulus. Terapi ini melatih kemampuan berpikir, menggunakan
pendapat, dan mengambil keputusan. Terapi ini fokus pada defisit
memori, konsentrasi dan atensi, persepsi, proses belajar, membuat
rencana dan pertimbangan. Sejauh ini kombinasi obat-obatan dan
terapi kognitif behavioral menunjukkan hasil yang beragam.

BAB III. KESIMPULAN


Gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas adalah suatu
sindrom neuro-psikiatri yang paling sering dijumpai pada anak usia
prasekolah, keduanya dapat dijumpai bersamaan.ADD ( Attention deficit
disorder) atau biasa sering disebut gangguan pemusatan perhatian adalah
gangguan perilaku yang dicirikan oleh kurangnya perhatian terus–
menerus, sedangkan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif adalah suatu gangguan
yang melibatkan ketidakmampuan untuk merperhatikan dan hiperaktif-
impulsivitas. Jika anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif maka anak
dengan diagnosa ADHD memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya ADHD yaitu faktor
genetik, faktor fungsi otak, dan faktor lingkungan. Ada beberapa subtipe
ADHD digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu: a. Tipe dominan inattentive,
b. Tipe dominan hiperaktif-impulsif, c. Tipe kombinasi. Sedangkan untuk
macam – macam dari gangguan perhatian terbagi menjadi 3 yaitu : a.
Berdasarkan intensitasnya, b. Berdasarkan cara munculnya perhatian c.
Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian. Pada penangan ADD
dan ADHD dapat dengan Terapi kognif-perilaku dan biasanya untuk
penanganan ADHD dapat menggunakan obat-obatan stimulan yang
digunakan untuk membantu anak-anak ADHD untuk lebih tenang dan
perhatian. Obat-obatan tersebut mencakup Ritalin (metylphenidate), Cylert
(pemoline), dan stimulan jangka panjang lainnya dengan dosis sehari
sekali
DAFTAR PUSTAKA

Buitelaar, A. P. (2010). ADHD ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (GANGGUAN


PEMUSATAN DAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS) GEJALA, DIAGNOSIS, TERAPI,
SERTA PENANGANANNYA DIRUMAH DAN DI SEKOLAH. Jakarta: KENCANA
PRENADAMEDIA GROUP.

Erman. (2002, September). Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktifitas pada Anak. Sari
Padiatri, 4(2), 54-58.

Anda mungkin juga menyukai