Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1 STRUKTUR BAJA

KELOMPOK :
TASHA RAMADHERY PUTRI (1707123081)
DELVITASARI LUBIS (1707122274)

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
2019
TUGAS BAJA 1
Tasha Ramadhery Putri (1707122274) | Delvitasari Lubis (1707122274)

Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah, yang populer


dikenal dengan nama Jembatan Siak III, adalah nama sebuah jembatan yang terletak
di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia. Jembatan ini menghubungkan Jalan Panglima
Undan, Kecamatan Senapelan dengan Jalan Sembilang, Kecamatan Rumbai Pesisir. Jembatan
ini dibangun untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di daerah tersebut, yang selama ini
menggunakan Jembatan Siak I yang usianya sudah lebih dari 30 tahun. Jembatan ini
diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu, H.M. Rusli Zainal pada tanggal 8 Desember 2011
menyongsong penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVIII yang digelar di Provinsi
Riau tahun 2012
Panjang total Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah mencapai
520 meter dan lebar 11 meter. Konstruksi bentang utama menggunakan rangka baja
pelengkung. Sedangkan, konstruksi bentang pendekat menggunakan empat steel box
girder dan delapan steel girder dan pondasi bangunan bawah dengan bor pile. Ketinggian
jembatan mencapai 11 meter dari muka air sungai tertinggi.
Jembatan ini menggunakan sistem struktur jembatan rangka baja pelengkung
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (Pelat buhul dan pelat penyambung) dan alat
pengencang (baut dan las). Pada Jembatan ini digunakan Sambungan Baut dan Las. Kekuatan
Sambungan Baut Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang
yang disatukan dengan alat pengencang. Salah satu alat pengencang di samping las yang
cukup populer adalah baut terutama baut mutu tinggi. Dua tipe baut mutu tinggi yang
disarankan oleh ASTM adalah tipe A325 dan A490. Sesuai dengan cara bekerjanya baut
maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type friksi (friction type) dan type tumpu (bearing
type).

Tipe Sambungan Baja


a. Sambungan Mur/ Baut
Mur dan Baut merupakan alat pengikat yang sangat penting. 0ntuk
mencegahkecelakaan atau kerusakan pada mesin, sebab fungsi dari mur/baut adalah sebagai
alat penyambung atau pengikat komponen yang satu dengan yang lainnya, agar menjadi satu
kesatuan yang kokoh dan terbentuk sesuai dengan keinginan perancangnya. Teknik
penyambungan dengan menggunakan baut dan mur relatif lebih aman, karena lebih mudah
dipasang dan dibongkar kembali apabila diperlukan untuk melakukan hal-halseperti
perawatan, perbaikandan lain-lain. Pemilihan Mur dan Baut sebagai alat pengikat harus
dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Untuk menentukan
ukuran mur dan baut, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada
baut, syarat kerja,kekuatan bahan, kelas ketelitian dan lain sebagainya.

Jenis jenis Sambungan Baut :


1. Sambungan antar balok (balok dengan balok)
Sambungan ini merupakan sambungan yang menghubungkan antara balok dengan
balok,

Gambar Jembatan Siak III


2. Sambungan antar Kolom (kolom dengan kolom);
Sambungan ini merupakan sambungan yang menghubungkan antara Kolom
dengan Kolom, sehingga mendapatkan Profil yang menerus secara vertikal.

Gambar Jembatan Siak III

3. Sambungan Balok dengan kolom


Sambungan ini merupakan sambungan antara balok yang dihubungkan dengan
Kolom sehingga mendapatkan Sambungan Siku, sambungan baja ini dapat dilakukan
dengan merakit Balok pada tepi Flens/Sayap maupun pada Web/Badan Kolom yang
dibantu dengan Pelat Penyambung ataupun Profil yang lainnya.

Gambar Jembatan Siak III

4. Sambungan Titik Buhul (Simpul)


Sambungan ini merupakan sambungan yangmenyatukan beberapa Batang/Balok
menjadi satu Titik Buhul (Simpul) atau Titik Pertemuan, sambungan ini dilakukan
dengan cara memberi Pelat Baja (Pelat Buhul/Simpul) sebagai titik pertemuan
batang-batang aksial tersebut.

Gambar Jembatan Siak III

b. Sambungan Las
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang menghasilkan
peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian
tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi (Setiawan, 2008). Sedangkan
menurut Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat
dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.
Seiring dengan berkembangnya zaman Tekniks pengelasan banyak digunakan
diberbagai infrastruktur. Hal ini karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik
penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Pengelasan
bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan
yang lebih baik. Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara
sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas,
sehingga hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling
sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yangada pada konstruksi Mutu dari hasil pengelasan di
samping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan
sebelum pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua
bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.
Keuntungan menggunakan sambungan Las
a. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu
dengan lebih kokoh “lebih sempurna”.
b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat "tak perlu membuat lubang lubang pk/baut, tak
perlu memasang potongan baja siku/pelat penyambung, dan sebagainya
e. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya
utuh.

Kekurangan menggunakan sambungan Las :


a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya
baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna
maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat
fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan
yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang
tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat
seperti jembatan jalan raya/kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan
sambungan las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

Jenis –jenis sambungan Las


1. Sambungan sebidang ( butt joint ), sambungan ini umumnya dipakai untuk pelat –
pelat datar, tak ada eksentrisitas. Ujung – ujung yang hendak disambung harus
dipersiapkan terlebih dulu ( diratakan atau dimiringkan )

2. Sambungan lewatan ( lap joint ), jenis sambungan yang paling banyak dijumpai,
cocok untuk tebal pelat yang berlainan
3. Sambungan tegak ( tee joint ), banyak dipakai untuk membuat penampang tersusun
seperti bentuk I, pelat girder, stiffener

4. Sambungan sudut ( corner joint ), dipakai untuk penampang tersusun berbentuk kotak
yang digunakan untuk kolom atau balok

5. Sambungan sisi ( edge joint ), bukan jenis struktural


Kelebihan Baja
Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena memiliki beberapa
keunggulan, antara lain yaitu:
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih kecil (colume kecil) dibanding
beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi beban sendiri, dan
jauh lebih berat dibandingkan beton.
2. Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya merata
3. Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan terhadapnya sangat
baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar terhindar dari korosi.
4. Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang cukup tinggi. Baja
akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang terjadi tidak melebihi batas elastisitas
baja.
5. Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang cukup tinggi,
baja juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar sebelum runtuh.
6. Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk sesuai yang
dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja juga mudah, hanya tinggal
memasangkan baut atau bisa menggunakan las, sehingga akan mempercepat kegiatan
proyek.

Kelemahan Baja
Beberapa kelemahan baja sebagai struktur, antara lain, yaitu;
1. Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar mutunya tidak
berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air harus dicat
secara periodik.
2. Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan kerusakan langsung karena
temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi kebakaran.
3. Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.
Perilaku tegangan regangan (uji tarik) baja Pengujian kuat tarik spesimen baja dapat
dilakukan dengan universal testing machine (UTM). Adapun bentuk spesimen untuk uji tarik
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini . Dengan mesin itu spesimen ditarik dengan gaya
yang berubah-ubah,dari nol diperbesar sedikit demi sedikit sampai spesimen putus. Pada saat
spesimen ditarik, besar gaya atau tegangan dan perubahan panjang spesimen atau regangan
dimonitor terus-menerus.
Baja adalah bahan yang (meskipun tidak 100%) dapat dianggap homogen sehingga
dengan demikian bersifat isotroph (artinya kekuatannya dalam semua arah sama)
Untuk mengetahui bahan baja dilakukan percobaan Batang Tarik, Hasil percobaan
pada batang tarik dinyatakan dalam suatu grafik/diagram tegangan-regangan

a. Pada bagian lurus OP tegangan yang ada masih sebanding dengan regangan yang
terjadi
b. Pada bagian ini keadaannya masih tunduk pada hukum Hooke. (Robert Hooke) Titik
batas P ini disebut titik proporsional.

Setelah melampaui titik ini bahan baja sedah tidak tunduk lagi dengan / pada hukum
R. HOOKE,Untuk memudahkan dalam praktek maka penyimpangan setelah melalui titik
P ini diabaikan.Modifikasi grafik diatas sebagai berikut;
Grafik ini sering dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
Hal-hal penting pada grafik :
a. Hukum Hooke.
b. max
c. Titik leleh -> Tegangan leleh
d. Tangen sudut
Catatan:
a. Untuk Baja, seolah-olah hukum Hooke berlaku tetapi hanyasampai titik 1. Titik ini
menunjukkan batas elastic.
b. Ada suatu harga max, bila beban bertambah terus.
c. Titik leleh adalah titik : di mana keadaan ini dicapai dan untuk kemudian setelah
melewati titik ini dengan tanpa penambahan beban, akan timbul deformasi juga.
d. Tangen sudut yang dibuat oleh grafik dari hasil percobaan ter-hadap sumbu 
menunjukkan harga modulus elastisitas.

Mengidentifikasi Baja, Dahulu dikenal dengan cara identifikasi baja dengan cara sebagai
berikut :
St-37
St-52
Sekarang dengan Fe… (Fe = Ferrum)
Fe 360 artinya : minimum dijamin ada tegangan baja sebesar 360 Nt/mm 2 yang
merupakan tegangan maksimumnya.
Diagram - untuk Fe 360 & Fe 510

Catatan :
1. Makin kuat baja berarti makin kecil daerah plastisnya.
2. Belum tentu baja yang kuat dimasukkan ke dalam kategori baja yang paling baik,
karena perlu diperhatikan faktor ductility atau kegetasannya. Faktor ini berbahaya bila
ada gempa.
3. Baja Fe 510 diperoleh dengan menambahkan kadar Carbon. Kadar Carbon ini yang
menyebabkan baja semakin getas. Apabila kadar karbonnya diperbesar akan
menyebabkan pada suatu saat baja akan putus; ini menunjukkan bahwa batas plastisnya
baja tidak jelas.
4. Untuk baja yang batas plastisnya tidak jelas maka diambil batas plastisnya pada kondisi
tegangan yang membuat regangan sebesar 0.2% 

Teori Elastis
Pada teori ini Hukum Hooke dapat diterapkan dengan asumsi :
1. deformasi kecil
2. deformasi sebanding dengan penyebab deformasi
3. batasannya  < e
Teori Plastisitas
Pada teori ini hukum Hooke tidak berlaku lagi ,untuk teori plastis ini, tegangan yang
selalu timbul adalah  = e. Kemajuan teori ini pesat sekali di mana seakan-akan
menggeser teori elastis, akan tetapi menurut para ahli teori elastis akan dapat bertahan
lama sebab perhitungannya yang sederhana .
Teori Plastis sama sekali tidak mementingkan tegangan, yang di-pentingkan adalah kapan
konstruksi akan ambruk dan dengan pem-bebanan berapa konstruksi akan ambruk tanpa
menyinggung tegangannya
Foto – foto sambungan Baja
Foto – foto Kelompok dengan Infrastruktur
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Agus. 2013. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD-Edisi Kedua.
Semarang : Erlangga
file:///C:/Users/asus/Downloads/Sambungan_las.pdf
https://www.academia.edu/12139263/Perbedaan_Menggunakan_Sambungan_Baut_dan_Las_Pada_K
onstruksi_Baja
file:///D:/Dokumen%20Kuliah/All%20of%20my%20files/Semester%204/semester%204/Baja
/13-Las.pdf
file:///D:/Dokumen%20Kuliah/All%20of%20my%20files/Semester%204/semester%204/Baja
/SAMBUNGAN-LAS.pdf
file:///D:/Dokumen%20Kuliah/All%20of%20my%20files/Semester%204/semester%204/Baja
/Slide-TSP306-Perancangan-Struktur-Baja-TSP-306-P14.pdf
https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid=S%2b%2fpSogU&id=0B251DD
611E9192D70342F138B631869B3D80726&thid=OIP.S-
_pSogUSnUkeGpwsMCEtQHaD_&mediaurl=https%3a%2f%2fwww.theweldingmaster.com
%2fwp-content%2fuploads%2f2017%2f11%2ftypes-of-welding-joints-
finale.png&exph=404&expw=749&q=Edge+Joint+Weld&simid=608040975539506508&sel
ectedIndex=19&ajaxhist=0
https://www.academia.edu/8765040/Tegangan_leleh

Anda mungkin juga menyukai