Anda di halaman 1dari 40

SISTEM ENDOKRIN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) FLORA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan
Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, Desember 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Endokrina ............................................................ 2
2.2 Fungsi Sistem Endokrin .............................................................................. 17
2.3 Karakteristik Sistem Endokrin..................................................................... 17
2.4 Patofisiologi Sistem Endokrin ..................................................................... 18
2.5 Klasifikasi Hormon ..................................................................................... 26
2.6 Hormon Utama ............................................................................................ 30
2.7 Patofisiologi Hormon .................................................................................. 32
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 33
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33
3.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ Sistem Endokrin ..................................................................................... 2


Gambar 2. Hipopisis ........................................................................................................... 4
Gambar 3. Hormon yang Dihasilkan Hipofisis Lobus Anterior Beserta Organ
Targetnya .......................................................................................................... 4
Gambar 4. Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ
targetnya ............................................................................................................ 6
Gambar 5. Kelenjar Pratiroid .............................................................................................. 8
Gambar 6. Kelenjar Timus.................................................................................................. 9
Gambar 8. Kelenjar Pankreas ........................................................................................... 11
Gambar 10. Kelenjar Pienalis ............................................................................................. 12
Gambar 11. Kelenjar Kelamin ............................................................................................ 13
Gambar 14. Kelenjar Testis ................................................................................................ 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Macam-Macam Fungsi Hormon Yang Dihasilkan Kelenjar


Hipofisis Lobus Anterior dan Gangguannya. ................................................... 5
Tabel 2. Jenis Hormon Serta Fungsi Hipofisis Pars Media ............................................ 5
Tabel 3. Jenis Hormon Serta Fungsi dari Hipofisis Posterior ......................................... 6
Tabel 4. Hormon Yang Dihasilkan dari Kelenjar Tiroid Beserta Fungsinya.................. 7
Tabel 5. Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya .................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk
digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan
bekerja didalam tubuh.
Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar
keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin. Cabang kedokteran yang
mempelajari kelainan pada kelenjar endokrin disebut endokrinologi, suatu cabang ilmu
kedokteran yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan penyakit dalam.
Sistem endokrin, dalam kaitanya dengan system syaraf, mengontrol dan mendukung
fungsi tubuh. Kedua system ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostatis
tubu. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla aderenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari syaraf ( neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka funfsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh system syaraf.
Hormon merupakan bahan kimia yang disintesa oleh kelenjar dibawah kontrol genetic
dan kemudian disekresikan menuju darah. Sistem endokrin mempunyai sel-sel target spesifik
di dalam tubuh dan mengontrol bermacam-macam fungsi fisiologis. Perubahan pada fungsi
kelenjar endokrin, hormon-hormon, atau aktifitas sel target, biasanya mempunyai pengaruh
yang cukup lama. Banyak penyakit endokrin yang prosesnya lambat dan tidak ketahuan
gejala-gejalanya, banyak fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem endokrin merupakan
sistem yang vital, disfungsi sistem ini akan menimbulkan keadaan yang serius dan fatal.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui anatomi fisiologi sistem endokrin.
2. Mengetahui fungsi sistem endokrin.
3. Mengetahui karakteristik sistem endokrin.
4. Mengetahui Patofisiologi Sistem Endokrin
5. Mengetahui klasifikasi Hormon
6. Mengetahui patofisiologi Hormon

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Endokrina


Sistem endokrin adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret
internal ( hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, mempengaruhi
metabolisme dan proses tubuh lainnya.
Kelenjar endokrin biasa di sebut kelenjar buntu. Kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya di sebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal). Di samping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya kelenjar hipofise
sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Kelenjar utama dari sistem endokrin adalah hipotalamus, hipofisis, tiroid , paratiroid,
adrenal, pineal body, dan organ reproduksi (ovarium dan testis).Pankreas juga merupakan
bagian dari sistem ini; memiliki peran dalam produksi hormon serta dalam pencernaan.
Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah pengikat sel epitel yang
telah berploriferasi dan membentuk sebuah kelenjar endokrin, tumbuh dan berkembang
dalam pembuluh kapiler. Zat yang dihasilkannya di sebut hormon, dialirkan langsung ke
dalam darah. Dalam keadaan fisiologis hormon mempunyai pengaturan sendiri sehingga
kadarnya selalu dalam keadaan optimum untuk menjaga keseimbangan dalam organ yang
berada di bawah pengaruhnnya, mekanisme pengaturan ini di sebut sistem umpan balik
negatif.
Sistem endokrin diatur oleh umpan balik dalam banyak cara yang sama bahwa
termostat mengatur suhu di kamar. Untuk hormon yang diatur oleh kelenjar hipofisis, sinyal
yang dikirimkan dari hipotalamus ke kelenjar pituitari dalam bentuk "releasing hormone,"
yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan sebuah "stimulating hormone" ke dalam
sirkulasi.Hormon merangsang kemudian sinyal kelenjar target untuk mengeluarkan hormon
tersebut. Sebagai tingkat hormon ini meningkat dalam sirkulasi, hipotalamus dan kelenjar
hipofisis menutup sekresi hormon melepaskan dan hormon merangsang, yang pada gilirannya
memperlambat sekresi oleh kelenjar sasaran. Sistem ini menghasilkan konsentrasi darah yang
stabil dari hormon yang diatur oleh kelenjar hipofisis.

Gambar 1. Organ Sistem Endokrin

2
2.1.1 Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan
1. Hipotalamus.
Hipotalamus terletak di bagian tengah bawah otak. Ini bagian dari otak yang penting
dalam regulasi kenyang, metabolisme, dan suhu tubuh. Selain itu, ia mengeluarkan hormon
yang merangsang atau menekan pelepasan hormon di kelenjar pituitari. Banyak dari hormon
ini melepaskan hormon yang disekresikan ke dalam arteri (sistem portal hypophyseal) yang
membawa mereka langsung ke kelenjar pituitari. Dalam kelenjar hipofisis, hormon-hormon
melepaskan sinyal sekresi hormon-hormon. Hipotalamus juga mengeluarkan hormon yang
disebut somatostatin, yang menyebabkan kelenjar pituitari untuk menghentikan pelepasan
hormon pertumbuhan.
Fungsi utama hipotalamus 'adalah homeostasis, yaitu bermanfaat untuk menjaga tubuh
agar tetap stabil dan dalam kondisi konstan.
Karena berapa hipotalamus juga terhubung ke beberapa daerah dari sistem saraf pusat
dan otak depan limbik, maka harus menyesuaikan sesuai dengan sinyal yang berbeda baik
internal maupun yang eksternal. Rangsangan yang berasal dari penciuman sering
mempengaruhi hormon endokrin. Sementara glucorticoids dan steroid mempengaruhi
tanggapan seperti nafsu makan atau rasa haus. Paparan sinar matahari merupakan sebuah
sinyal yang jelas dan hal ini akan membantu mengatur siklus tidur dan bangun tidur.
Daerah anterior hipotalamus berada di depan dan memiliki tanggung jawab untuk
beberapa fungsi. Hal ini merupakan bagian penting dari termoregulasi yang bertugas
mengatur suhu tubuh. Termoregulasi dikendalikan melalui proses berkeringat dan saat Anda
terengah-engah, selain itu tidur serta siklus sirkadian juga diatur oleh daerah anterior.
Di tengah hipotalamus bertanggung jawab pada rasa haus dan lapar. Wilayah tuberal
juga memiliki tugas mengontrol tekanan darah dan denyut jantung. Pada bagian belakang
hipotalamus merupakan daerah posterior. Bagian ini juga akan mengontrol peningkatan
tekanan darah, rasa menggigil, serta pelebaran pupil. Fungsi memori juga akan dipengaruhi
juga oleh daerah ini.

Hormon Hipotalamus
 Crticotropibn Releasing Hormon (CRH)
 Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
 Thyrotrpin Releasing Hormon (TRH)
 Grrowth Hormon Inhibiliting Hormon (GHIH)
 Plolachtin Releasing Fachtor (PRF)
 Prolactin Inhibitory Factor (PIF)
 Vasopresin (ADH)
 Oxitosin

Hipotalamus dan kelenjer hipofise/ pituitary membentuk satu kesatuan unit yang
mengatur fungsi dari bebeerapa kelenjar endokrin : kelenjar tiroid , adrenal, gonad dan
berbagai aktivitas fisiologis lainnya.

3
2. Kelenjar Hipofise
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar
lainnya. Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar yanga seukuran kacang polong dan berat 0,5
gram (0.018 oz) pada manusia. Ini adalah penonjolan dari bagian bawah hipotalamus di
dasarotak, terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon
dari semua semua organ-organ endokrin. Dapat di katakan sebagai kelenjar pemimpin, sebab
hormon-hormon yang dihasilkannya dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya.

Gambar 2. Hipopisis
a) Hipofisis Anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar:

Gambar 3. Hormon yang Dihasilkan Hipofisis Lobus Anterior Beserta Organ Targetnya

4
Tabel 1. Macam-Macam Fungsi Hormon Yang Dihasilkan Kelenjar Hipofisis
Lobus Anterior dan Gangguannya.
Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya
Merangsang sintesis protein dan metabolisme
lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang
(terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan
Hormon Somatotropin (STH), hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan
Hormon pertumbuhan (Growth pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme),
Hormone / GH) jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan
raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada
saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki,
rahang, ataupun tulang hidung yang disebut
akromegali.
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
Hormon tirotropin atau Thyroid
kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang
Stimulating Hormone (TSH)
sekresi tiroksin
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
Adrenocorticotropic hormone
aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar
(ACTH)
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu
hormone (LTH) oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada wanita :
1. Follicle Stimulating Hormone Merangsang pematangan folikel dalam ovarium
(FSH) dan menghasilkan estrogen
2. Luteinizing Hormone (LH) Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium
dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :
1. FSH Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses
pematangan sperma)
2. Interstitial Cell Stimulating Merangsang sel-sel interstitial testis untuk
Hormone (ICSH) memproduksi testosteron dan androgen

b) Hipofisis Pars Media


Tabel 2. Jenis Hormon Serta Fungsi Hipofisis Pars Media
Hormon Fungsi
Mempengaruhi warna kulit
individu, dengan cara menyebarkan
MSH (Melanosit Stimulating
butir melanin, apabila hormon ini
Hormon
banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.

5
c) Hipofisis Posterior
Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat
pada gambar :

Gambar 4. Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya

Tabel 3. Jenis Hormon Serta Fungsi dari Hipofisis Posterior


Hormon Fungsi
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita
Oksitosin
selama proses melahirkan
Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan
Hormon ADH
darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah

Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika
cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH untuk
melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari
hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali
seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat
pekat.

3. Kelenjar Tiroid
Kelenjar Tiroid terdiri atas dua lobus yang terletak di sebelah kanan trakea, diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Kelenjar ini
merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding
laring. Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar
toroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon tiroksin adalah
mengatur pertukaran zat/ metabolisme dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan
rohani.

6
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh
epitelium silinder, disatukan oleh jaaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang
bersifat lekat yaitu koloid tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan
hormon tiroksin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik
langsung maupun melalui saluran limfe.
Hipofungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema.
Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksoftamalik goiter. Sekresi tiroid diatur oleh sebuah
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofise yaitu oleh hormon tirotropik.
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik, adapun fungsi kelenjar
tiroid yaitu sebagai berikut :
1) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2) Mengatur penggunan oksidasi
3) Mengatur pengeluaran karbon dioksida
4) Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
5) Pada anak memengaruhi perkembangan fisik dan mental
Kelenjer tiroid mempunyai keunikan dibandingkan kelenjer endokrin lain karena :
1. Kelenjer tiroid mempunyai kemampuan untuk menyimpan hormon tiroid dalam jumlah
besar sekitar 23 minggu.
2. Untuk sintesa horon tiroid dibutuhkan iodium. Hormon tiroid T3 dan T4 memegang
peranan penting dalam proses pertumbuhan serta proses meetabolisme hampir semua
jaringan dan organ didalam tubuh
Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus
Basedowi) dengan gejala sebagai berikut;
 Kecepatan metabolisme meningkat
 Denyut nadi bertambah
 Gelisah
 Gugup
 Merasa demam.
 Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar
tiroid membesar.

Tabel 4. Hormon Yang Dihasilkan dari Kelenjar Tiroid Beserta Fungsinya


Hormon Fungsi
Tiroksin (T4) Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan,
dan kegiatan system saraf
Triiodontironin (T3) Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan
kegiatan sistem saraf
Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan cara
mempercepat absorpsi kalsium oleh tulang

7
Efek Fisiologis Hormon Tiroid
 Metabolisme
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Efek kordiofaskuler mematikan
 Hemopoetik
 Pernapasan
 Aktivitas saluran cerna
 SSP
 Suhu tubuh

4. Kelenjar Pratiroid
 Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid
 Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur
konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi
kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
 Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi
kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk
merombak matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks bermineral
pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah
 Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah
meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.
 Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
 Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga fungsinya
menurunkan kalsium darah.

Fungsi kelenjar Pratiroid :


a. Memelihara konsentrasi ion kalsium yang teteap dalam plasma.
b. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal.
c. Mempercepat absorbsi kalsium di intestin.
d. Kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resorpsi tulang sehingga menambah
kalsium dalam darah.
e. Menstimulasi dan mentraspor kalsium dan fosfat melalui membran sel.

Gambar 5. Kelenjar Pratiroid

8
5. Kelenjar Timus
Terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus hanya dijumpai
pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam thorax kira-kira setinggi
bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah besar
pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi.
Suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan imunologis. Sumber hormon timus
mempersiapkan poliferasi dan maturasi sel-sel yang memepunyai kemampuan potensial
imunologisdalam jaringan lain sehingga pertumbuhan meningkat masa bayi sampai remaja.
Setelah dewasa pertumbuhan akan kurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
Fungsi hormon kelenjar timus :
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

Gambar 6. Kelenjar Timus

6. Kelenjar Adrenal
Pada manusia, kelenjar anak ginjal, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah
kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di"
+ renes, "ginjal").
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-
atas) ginjal. Padamanusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax
ke-12 dan mendapatkan suplai darah dariarteri adrenalis. Tiap kelenjar berbobot sekitar
4 gram.
Kelenjar ini berpasangan, masing-masing menempel di atas ginjal sebagai topi.
Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks
berbobot sekitar 90% massa kelenjar
Kelenjar adrenal yang sehat merupakan alat kecantikan yang paling baik di dunia.
Warna dan mutu kulit merupakan suatu tanda dari cara bekerja adrenal itu. Fungsi adrenal
yang normal memberikan warna kemerah-merahan dan terang kepada kulit biarpun kulit itu
berwarna gelap; kulit kelihatan segar. Bila kulit nampak pucat, kisut, maka itu menandakan
kurangnya aktivitas adrenal.

9
Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan
hormon yang saling berkaitan.
Hipotalamus menghasilkan CRH (Corticotrophin Releasing Hormone), yang
merangsang kelenjar hipofisa untuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan
kortikosteroid oleh kelenjar adrenal.
Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal
membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan
setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius yaitu Penyakit
Addison.
Tabel 5. Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya
Hormon Fungsi
Bagian korteks adrenal
a. Mineralokortikoid Mengontol metabolisme ion anorganik
b. Glukokortikoid Mengontrol metabolisme glukosa
Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja sama dalam hal
c. Adrenalin (epinefrin) dan noradre berikut :
nalin a. dilatasi bronkiolus
b. vasokonstriksi pada arteri
c. vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot
d. mengubah glikogen menjadi glukosa dalam hati
e. gerak peristaltik
f. bersama insulin mengatur kadar gula darah

Gambar 7. Kelenjar Adrenal

7. Kelenjar Pankreas
 Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga
dikenal dengan pulau – pulau langerhans.

10
 Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin
mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel – sel tubuh menembus
membrane sel.
 Di dalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan.
 Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis).
 Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan
insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan. Setelah makan,
maka kadar glukosa dalam darah akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari
pemecahan makanan tersebut. Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara
mensekresikan insulin untuk menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya
glukagon bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Glukagon berfungsi
mengubah glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik. Contohnya pada
saat kita berpuasa. Karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa,
maka tubuh mensekresikan glukagon untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa
tersebut.
 Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing
manis). Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
 Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar
gula darah. Jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam
darah terus bertambah karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen.
Akibatnya urine yang dikeluarkannyapun mengandung glukosa.

Gambar 8. Kelenjar Pankreas

Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia)
merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel –sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika
konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara
mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.

11
Gambar 9. Pengaturan Kadar Gula
8. Kelenjar Pienalis
Kelenjar pineal (juga disebut badan pineal, epiphysis cerebri, epiphysis, conarium atau
"Mata ketiga") adalah sebuah kelenjarendokrin pada otak vertebrata. Ia memproduksi
serotonin turunan dari melatonin, sebuah hormon yang mempengaruhi modulasi pola
bangun/tidur dan fungsi musiman. Bentuknya mirip dengan sebuah buah pohon cemara
mungil (namanya karenanya), dan dia terletak dekat dengan pusat otak, di antara dua belahan,
terselip di sebuah alur di mana dua badan thalamus bulat bergabung.
Kelenjar pineal berwarna abu-abu kemerahan dan sekitar ukuran sebutir beras (5–
8 mm) pada manusia, berlokasi hanya di rostro-dorsal dengansuperior colliculus dan
dibelakang dan dibawah stria medullaris, di antara berposisi lateral badan thalamus. Dia
adalah bagian dari epithalamus.
Kelenjar pineal adalah struktur berbentuk garis tengah seperti buah pohon cemara , dan
sering terlihat di tengkorak X-ray, seperti yang sering klasifikasi. Kelenjar ini menghasilkan
sekresi interna dalm membantu pankreas dan kelenjar kelamin.

Gambar 10. Kelenjar Pienalis

12
9. Kelenjar Kelamin

Gambar 11. Kelenjar Kelamin

10. Ovarium
 Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone
estrogen dan hormone progesterone.
 Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH
 Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda –tanda kelamin
sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit
menjadi halus.
 Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH
 Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur
yang sudah dibuahi.

Gambar 12. Regulasi Hormon di Ovarium

13
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
a. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
b. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
c. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada umumnya hanya 1 folikel
yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen ini menekan produksi
FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH
maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormonesyang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium.Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang
sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi
korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu
hormon gonadotropik).Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan
kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium.
Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi,
maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
a. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah.
b. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
c. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

14
Gambar 13. Regulasi Hormon Wanita

Testis Essentials
 Testis mensekresi testosteron, yang diperlukan untuk pembangunan fisik yang tepat
dalam anak laki-laki.
 Pada usia dewasa, testosteron mempertahankan libido, kekuatan otot, dan kepadatan
tulang.
 Gangguan testis disebabkan oleh terlalu sedikit produksi testosteron.
Testis (buah zakar atau) adalah sepasang organ yang memproduksi sperma yang
menjaga kesehatan sistem reproduksi laki-laki. Testis dikenal sebagai gonad. Rekan
perempuan mereka adalah ovarium .
Selain peran mereka dalam sistem reproduksi laki-laki, testis juga memiliki perbedaan
menjadi kelenjar endokrin karena mereka mengeluarkan testosteron-hormon yang sangat
penting untuk perkembangan normal karakteristik fisik laki-laki.

Anatomi Testis
Testis yang kembar organ berbentuk oval seukuran anggur besar. Mereka berada di
dalam skrotum, yang merupakan kantong longgar kulit yang menggantung di luar tubuh
belakang penis. Sementara lokasi ini membuat testis rentan terhadap cedera (mereka tidak
memiliki otot atau tulang untuk melindungi mereka), ia menyediakan suhu pendingin untuk
organ.Lingkungan pendingin diperlukan untuk produksi sperma yang sehat.

15
Gambar 14. Kelenjar Testis

Testosteron: Hormone dari Testis


Testosteron diperlukan untuk pembangunan fisik yang tepat dalam anak laki-laki. Ini
adalah androgen utama, yang merupakan istilah untuk zat yang merangsang dan / atau
mempertahankan pengembangan maskulin. Selama pubertas, testosteron terlibat dalam
banyak proses transisi seorang anak ke kedewasaan, termasuk:
 Perkembangan yang sehat dari organ seks pria
 Pertumbuhan rambut wajah dan tubuh
 Menurunkan suara
 Peningkatan tinggi
 Peningkatan massa otot
 Pertumbuhan jakun
Pentingnya testosteron tidak terbatas pada pubertas. Sepanjang masa dewasa, hormon
merupakan bagian integral dalam berbagai fungsi, seperti:
 Menjaga libido
 Produksi sperma
 Mempertahankan kekuatan otot dan massa
 Mempromosikan kepadatan tulang yang sehat

Produksi testosteron
The hipotalamus dan kelenjar hipofisis bagaimana banyak kontrol testosteron testis
memproduksi dan mengeluarkan.
Hipotalamus mengirim sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan zat gonadotrophic
(folikel merangsang hormon dan luteinizing hormone). Luteinizing hormone (LH)
merangsang produksi testosteron. Jika terlalu banyak testosteron diproduksi, hipotalamus
memberitahu kelenjar pituitari untuk membuat sedikit LH, yang memberitahu testis untuk
mengurangi kadar testosteron.

Gangguan dari Testis: Hipogonadisme


Hipogonadisme adalah gangguan testis terkait dengan testosteron rendah . Memiliki
kadar testosteron yang terlalu rendah menyebabkan berbagai masalah, termasuk:
 Penurunan gairah seks

16
 Massa otot berkurang
 Jumlah sperma rendah (mengurangi kesuburan)
 Hilangnya rambut tubuh
Ada dua jenis hipogonadisme primer dan sekunder. Primer mengacu cacat dengan
testis, dan sekunder melibatkan masalah pada kelenjar pituitari yang secara tidak langsung
mempengaruhi produksi testosteron.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal dan ini paling sering hasil dari:
 Penuaan
 Cacat pada hipofisis dan / atau hipotalamus, seperti tumor hipofisis (yang negatif
mempengaruhi kemampuan hipofisis untuk berfungsi normal) dan kadar prolaktin yang
tinggi (terlalu banyak hormon menyebabkan penurunan kadar testosteron)
 Pengobatan
 Kondisi testis berbasis, seperti cedera parah, dan radiasi atau kemoterapi, semua bisa
menguras kadar testosteron
Testis memainkan peran penting tidak hanya dalam sistem reproduksi laki-laki, tetapi
dalam sistem endokrin juga. Pelepasan hormon testosteron merupakan bagian integral dari
perkembangan yang sehat dari karakteristik fisik laki-laki.

2.2 Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat

2.3 Karakteristik Sistem Endokrin


Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri,
namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.Hormon disekresi dalam salah satu
dari tiga pola berikut:
a. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah
contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada
malam hari.
b. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus
menstruasi.
c. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat
lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium
serum.Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas
selular.
Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel
yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.

17
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan
di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

2.4 Patofisiologi Sistem Endokrin


Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke dalam aliran darah.
Hormon-hormon ini berjalan melalui darah ke sel-sel lain dan membantu mengendalikan atau
mengkoordinasikan banyak proses dalam tubuh.
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
 Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau terlalu
sedikit hormon endokrin, yang disebut ketidakseimbangan hormon.
 Penyakit endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam sistem
endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi kadar hormon.
Sistem umpan balik endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan hormon
dalam aliran darah. Jika tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tertentu,
sistem umpan balik akan memberikan sinyal kepada kelenjar untuk memperbaiki masalah.
Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik ini memiliki
kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam aliran darah, atau jika tubuh tidak
dapat membersihkan mereka dari aliran darah dengan benar. Peningkatan atau penurunan
kadar hormon endokrin dapat disebabkan oleh:
 Masalah dengan sistem umpan balik endokrin
 Penyakit
 Kegagalan kelenjar untuk merangsang kelenjar lain untuk melepaskan hormon (misalnya,
masalah dengan hipotalamus dapat mengganggu produksi hormon di kelenjar pituitari)
 Kelainan genetik, seperti beberapa endokrin meoplasia (MEN) atau hipotiroidisme
kongenital
 Infeksi
 Cedera kelenjar endokrin
 Tumor kelenjar endokrin
Kebanyakan tumor endokrin dan nodul (benjolan) bukan kanker. Mereka biasanya tidak
menyebar ke bagian lain dari tubuh. Namun, tumor atau nodul pada kelenjar dapat
mengganggu produksi hormon kelenjar.
Ada berbagai jenis gangguan sistem endokrin. Diabetes adalah gangguan endokrin yang
paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin lainnya meliputi:
1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-anak yang
menyebabkan cebol.
2. Gigantisme (acromegaly)
Gangguan endokrin yang terjadi karena kelebihan growth hormonesebelum pubertas.
Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan pada masa
anak-anak dan remaja (sebelum pubertas).
Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak
dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan
terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.

18
3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas,impaired glucose
tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada
berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon androgen
serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi pada orang,
terutama anak-anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit Chusing
yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis (80%
kasus).
4. Goiter (gondok)
Sebuah manifestasi umum dari penyakit Grave dan tiroiditis Hashimoto, gondok adalah
pembesaran kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu yang terletak di daerah leher
tubuh. Kondisi ini biasanya terjadi karena kekurangan yodium, dan telah menjadi langka
di Amerika Serikat setelah munculnya garam beryodium.
Pembengkakan kelenjar biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tapi kadang-kadang jika
terlalu besar akan menyebabkan kesulitan bernafas. Di sini perlu dicatat bahwa gangguan
sistem endokrin ini mempengaruhi perempuan empat kali lebih sering dari laki-laki.
Strategi pengobatan yang disarankan melibatkan suplementasi hormon tiroid dalam
tubuh yang meringankan beban kelenjar, sehingga membawa penurunan ukurannya.
Kadang-kadang, perlu untuk diangkat sebagian atau seluruh kelenjar yang bengkak
melalui operasi. Cara terbaik untuk menghindari kelainan tersebut adalah mengkonsumsi
garam beryodium dalam makanan Anda secara teratur.
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH), hormon asam amino
polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang
mudah patah.
Sering disebabkan oleh pengangkatan kelenjar paratiroid yang disengaja selama operasi
leher, atau scrapping disengaja saat mengobati hiperparatiroidisme. Individu yang
menjadi korban musibah penyakit ketika empat kelenjar yang berukuran sebesar kacang,
ditemukan di sekitar kelenjar tiroid di daerah leher, menunjukkan ketidakmampuan untuk
memproduksi dan mengeluarkan jumlah yang cukup HP (hormon paratiroid).
Tugas HP adalah untuk mengatur tingkat kalsium dalam darah. Mulai dari paresthesia
sampai tetani, kurangnya HP mengakibatkan berbagai kelainan neurologis dan otot.
Gejala umum, seperti mati rasa & kesemutan, terbakar dan sensasi tusukan di wajah,
tangan, jari, dan bagian lain dari tubuh. Namun, pasien juga dapat mengalami kejang otot
yang menyakitkan, kulit dan rambut menjadi kering dan kusam, perkembangan gigi yang
abnormal pada anak-anak, psikosis, dan kejang.
Setelah perkembangan penyakit, ada kebutuhan untuk melakukan pengawasan tingkat
kalsium dalam darah. Sementara itu, suplemen kalsium seumur hidup dan sejumlah besar
vitamin D yang direkomendasikan, sedangkan kejang parah dan kejang-kejang mungkin
memerlukan rawat inap. Kadang-kadang, administrasi antikonvulsan dan suntikan
kalsium intravena menjadi perlu untuk bantuan sementara, tetapi langsung dari gejala.

19
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon
tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar
kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa
jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat hipotiroidisme adalah
Kretinisme
Gangguan dari sistem endokrin ini terjadi ketika hormon tiroid diproduksi dalam jumlah
sedikit oleh kelenjar tiroid. Insufisiensi ini, pada gilirannya akan menyebabkan
perlambatan semua proses metabolisme dalam tubuh.
Gangguan autoimun, seperti penyakit Hashimoto, dan produksi yang tidak memadai
hormon tiroid merangsang dikelompokkan antara penyebab hipotiroidisme. Biasanya
berkembang selama bertahun-tahun, tingkat keparahan gejala tergantung pada tingkat
kekurangan hormon tiroid
Beberapa gejala yang jelas termasuk kelelahan, intoleransi dingin, sembelit, berat badan
yang tidak biasa, rambut rontok, kurangnya minat dalam seks, gondok, lemas, suara
menjadi lebih dalam, gangguan kemampuan mental, periode menstruasi berkepanjangan,
dan sebagainya. Munculnya gejala full-blown mengarah ke kondisi yang disebut sebagai
myxedema. Pengobatan dilakukan melalui terapi penggantian hormon seumur hidup
dengan hormon tiroid atau tiroksin.
7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak, menyebabkan penurunan
berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup.
Hipertiroidisme disebabkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid yang terletak di daerah leher. Hormon ini berkaitan dengan pengaturan
pertumbuhan tubuh dan proses metabolisme. Hasil Hipertiroidisme dari kelebihan
otonom hormon tiroid oleh kelenjar membesar yang menderita penyakit Grave.
Dalam kasus yang kurang umum, sekresi sangat tinggi dari hormon tiroid juga bisa
terjadi akibat pertumbuhan yang tidak diinginkan dari nodul tunggal pada kelenjar.
Gejala ini lima kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, biasanya
mempengaruhi orang pada usia berkisar antara 30 sampai 40 tahun. Dikaitkan dengan
pertumbuhan dan metabolisme, jumlah kelebihan hormon mempercepat semua aktivitas
metabolisme dalam tubuh, yang juga melibatkan pembakaran jumlah surplus kalori.
Gejala yang umum termasuk pembengkakan di leher, kecemasan & stres, insomnia,
meningkatkan tingkat detak jantung, gelisah, keringat berlebihan, gerakan cepat usus,
dan penurunan berat badan meskipun peningkatan nafsu makan dan konsumsi makanan
tinggi. Dalam sebagian besar kasus, hipertiroidisme dapat diobati, tetapi jika diabaikan,
mungkin akan berakibat fatal dan mengambil alih kehidupan penderita.
Metode pengobatan yang disukai adalah pemberian yodium radioaktif dan pasien
mungkin memerlukan pengawasan medis sepanjang hidup mereka. Dalam keadaan
tertentu, operasi pengangkatan bagian yang terkena dari kelenjar tiroid juga mungkin
dianjurkan.

20
8. Hiperpituitarisme
Merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior yang terjadi akibat
adanya tumor.
9. Hypopituitarisme
Adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama pada bagian anterior.
Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau tidak ada. Ini mungkin disebabkan
oleh sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita dengan kondisi ini mungkin berhenti
mendapatkan menstruasi. Beberapa neoplasia endokrin I dan II (MEN I dan II MEN).
Ini, kondisi genetik langka yang diturunkan melalui keluarga. Mereka menyebabkan
tumor paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid, menyebabkan kelebihan produksi hormon.
Hal ini ditandai dengan rendahnya produksi hormon oleh kelenjar hipofisis, yang terletak
jauh di dalam otak dan dianggap sebagai kelenjar endokrin yang paling penting dalam
tubuh atau sistem hormonal. Human Growth Hormone (HGH) atau hormon pertumbuhan
manusia adalah salah satu dari enam hormon yang diproduksi oleh bagian anterior dari
kelenjar pituitari.
Kekurangan hormon ini pada anak-anak mengakibatkan gangguan pertumbuhan atau
dwarfisme. Gejala yang menonjol lainnya seperti lemas, mual muntah &, tingkat detak
jantung lambat, telat dalam berpikir, haus yang ekstrim, munculnya keriput halus di
sebelah mata dan mulut, dan sebagainya. Diagnosis dini dan pemberian HGH dapat
memperbaiki kondisi, dan mengakibatkan anak kembali atau mendekati normal.
Berbagai gejala ditimbulkan dalam kasus kekurangan hormon lain dari kelenjar pituitari.
Jika semua hormon kelenjar penting ini dirilis dalam jumlah sedikit, maka kondisi ini
disebut sebagai panhipohipofisesme. Karena hormon kelenjar pituitari berfungsi sebagai
stimulan bagi kelenjar lain untuk memproduksi hormon, situasi seperti ini mungkin
memiliki efek bola salju, sehingga mengakibatkan kekurangan hormon seks, hormon
kelenjar adrenal dan hormon tiroid juga.
10. Adrenal insufisiensi
Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan kadang-kadang,
aldosteron. Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan kulit.
Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.
11. Tiroiditis
Adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral seperti HFV
dan virus beguk pada tiroiditis subakut.
12. Tumor tiroid
Adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai dengan
metastasispada organ yang jauh dari lokasi primer.
13. Tiroidektomi
Adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari
kelenjar tiroid.
14. Hipoparatiroid
Adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid menyebabkan kadar kalsium
dalam darah rendah.
15. Aldosteronisme primer

21
Adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi aldosteron “suatu
hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih.
16. Tumor hipofisis
Adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada otak.
17. Hipofisektomi
Merupakan suatu tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan.
18. Pangkreatitis
Adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim pencernaan dalam
saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin dan glukagon.
19. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).
Kelebihan produksi androgen mengganggu perkembangan telur dan pembebasan mereka
dari indung telur perempuan. PCOS adalah penyebab utama infertilitas. Dewasa sebelum
waktunya pubertas. Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar memerintahkan
tubuh untuk mengeluarkan hormon seks terlalu cepat dalam hidup.
20. Diabetes Insipidus
Adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena kurangnya hormon
antidiuretik (hormon vasopresin).
21. Morbus Basedow
a. Pengertian
Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada orang muda akibat daya peningkatan produksi
tiroid yang ditandai dengan peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar
tiroid.
b. Etiologi
Diduga akibat peran antibodi terhadap peningkatan produksi tiroid serta
adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh di dalam jaringan tiroid
dan ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.

c. Patofisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan
lipatan – lipatan sel – sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel – sel ini lebih
meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan
TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai
kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan
reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi
terus – menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme.

d. Gambaran Klinik
i. Berat badan menurun 10) Dispnea

22
ii. Eksoftalmus. 11) Berkeringat
iii. Palpitasi, takikardia. 12) Diare
iv. Nafsu makan meningkat. 13) Kelelahan otot
v. Tremor (jari tangan dan kaki) 14) Oligomenore/amenore
vi. Telapak tangan panas dan lembab
vii. Takikardia, denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler
viii. Gugup, mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia.
ix. Gondok (mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).

e. Penanggulangan
Terapi penyakit graves dtujukan kepada pengendalian stadium tirotoksikosis
dengan pemberian antitiroid seperti propiltiourasil (PTU) atau karbimasol. Terapi
definitif dapat dipilih antara pengobatan antitiroid jangka panjang, ablasio dengan
yodium radioaktif atau tiroidektomi subtotal bilateral.
Indikasi tindakan bedah adalah:
1) perlu mencapai hasil definitif cepat.
2) Keberatan terhadap antitiroid
3) Penanggulangan dengan antitiroid tidak memuaskan
4) Struma multinoduler dengan hipertiroidi
5) Nodul toksik soliter.

22. Diabetes Mellitus


a. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price
dan Wilson, 1995).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai keluhan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada berbagai organ dan system tubuh seperti mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
dan lain-lain (Mansjoer, 1999).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidaseimbangan
antara tuntutan dan suplai insulin (H. Rumahorbo, 1999).

b. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi
umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
herediter memegang peranan penting.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah).

23
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu
insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya
mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan
bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program
penurunan berat badan, olah raga dan diet.

c. Insiden
Tingkat prevalensi dari DM adalah tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta
kasus diabetes di USA dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru serta 75 %
penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. Penyakit ini cenderung
tinggi pada negara maju dari pada negara sedang berkembang, karena perbedaan
kebiasaan hidup. Dampak ekonomi jelas terlihat akibat adanya biaya pengobatan dan
hilangnya pendapatan. Disamping konsekuensi finansial karena banyaknya
komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler. Perbandingan antara wanita dan
pria yaitu 3 : 2, hal ini kemungkinan karena faktor obesitas dan kehamilan (Price dan
Wilson, 1995).

d. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam
ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah
kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus
pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak
lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans
hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta.
Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan

24
insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu
dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng.
b. Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa
hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-
hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar
glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah
yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan
timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya,
contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat
sekresi glukagon dan insulin.

e. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin
karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan
hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial.
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga
terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya
berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu
keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000)
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

25
f. Manifestasi Klinik
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)

2.5 Klasifikasi Hormon


a. Hormon perkembangan: hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan
dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
b. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
c. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin
yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada
ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
d. Hormonpengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar
tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

23. Addison
1. Definisi
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua
kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini di karakteristikan oleh
kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya
penggelapan kulit pada kedua bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. Penyakit
Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. Penyakit Addison (juga

26
dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah
penyakit endokrin langka dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak
cukup.

2. Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam
dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar
(ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi
(melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan
sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal
kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.
Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi
bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat
padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini
dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam
kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior,
berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri
suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus
subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari
kortex, yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler
ini mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex
sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler
ganda ini memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena
(melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil
yang ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang
bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
1) Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2) Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3) Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal
akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk
memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan
pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan
menaikkan kadar glukosa darah.

27
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok
hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa;
peningkatan hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid
disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior
hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks
adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera
jaringan dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup
kemungkinan timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan
pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan
redistribusi lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme
protein, memecah protein menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen
negatif.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal
untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal
dan traktus gastro intestinal yang cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali
normal. Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan
hormon primer untuk mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.
c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)
Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula adrenalis
dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen
ini memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi
seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom
Adreno Genital.

3. Etiologi
1. Tuberculosis
2. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma
capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru)
3. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides
immitis, yang biasanya menyerang paru-paru.
4. Kriptokokissie
5. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
6. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)

28
7. Adrenalitis auto imun

4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan
kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan
pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens
tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman pemyakit
infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis
juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan
stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian
kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh
sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan
kortikosteroid.

5. Tanda dan Gejala


1. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, hipotensi,
dan hipoglikemi.
2. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih
3. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari,
biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
4. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
5. Hipotensi arterial (TD : 80/50 mmHg/kurang)
6. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
1) Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
2) Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4) Penurunan kadar kortisol serum
5) Kadar kortisol plasma rendah
6) ADH meningkat
7) Analisa gas darah: asidosis metabolic
8) Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena
hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal.
CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi
pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan
hemoragik adrenal

29
Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik

Tes stimulating ACTH


Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendekcepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

Tes Stimulating CRH


Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH “Panjang”
diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH
sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp.
Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu
penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

7. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis
12,5 – 50 mg/hr
2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

2.6 Hormon Utama


Yang
Hormon Fungsi
menghasilkan
Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan garam & air
dengan cara menahan garam & air serta
membuang kalium
Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar Hipofisa Menyebabkan ginjal menahan air
Bersama dengan aldosteron, membantu
mengendalikan tekanan darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan
memiliki efek Mempertahankan kadar gula
yang luas darah,tekanan darah & kekuatan otot
diseluruh tubuh Membantu mengendalikan tekanan
darah

30
Kartikotropin Kelenjar Hipofisa Mengendalikan pembentukan &
pelepasan hormon oleh korteks adrenal
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel darah
merah
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri
seksual & sistem reproduksi wanita
Glukagon Pankreas Meningkatkan adar gula darah
Hormon pertumbuhan Kelnjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan &
perkembangan
Meningkatkan pembentukan protein
Insulin Pankreas Menurunkan kadar gula darah
Mempengaruhi metabolisme
glukosa,protein & lemak di seluruh
tubuh
LH Kelenjar hipofisa Mengendalikan fungsi reproduksi
(Luteinizing Hormone) (pembentukan sperma & smentum,
pematangan sel telur,siklus menstruasi)
FSH Mengendalikan ciri seksual pria &
(Follicle Stimulating wanita (penyebaran rambut,
Hormone) pembentukan otot, tekstur & ketebalan
kulit, suara & bahkan mungkin sifat
kepribadian
Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot rahim
& saluran susu di payudara
Hormon Paratiroid Kelenjar Mengendalikan pembentukan
paratiroid tulang
Mengendalikan pelepasan kalsium &
fosfat progesteron indung telur
Mempersiapkan lapisan rahim untuk
penanaman sel telur yang telah dibuahi
Mempersiapkan kelenjar susu
untuk menghasilkan susu
Polaktin Kelenjar Hiposa Memulai & mempertahankan
pembentukan susu di kelenjar susu
Renin & angiotensin Ginjal Mengenalikan tekanan darah
Hormon Tiroid Kelenjar Tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan &
kecepatan metabolisme
TSH (Tyroid-Stimu Kelenjar Hipofisa Merangsang pembentukan &
lating Hormone) pelepasan kelenjar tiroid

Aktivasi Sel-Sel Target :

31
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel berfungsi
dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator intraselular dan, kedua
yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator intraselular adalah cyclic
adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari membran
sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya,
ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan
berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya
protein (misalnya enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.

2.7 Patofisiologi Hormon


Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung
pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di
dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar
(parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin). Di sel target,
hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai
mekanisme transduksi sinyal selular.Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan
dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat
siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik
positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas
perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila
pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan
hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau
gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup
dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya
tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau
kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma,
lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk
terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan
dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya.
Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak
akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons
(misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan
pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang
berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon
(hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon

32
pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon
ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat
diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat
dengan protein.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret
internal ( hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, mempengaruhi
metabolisme dan proses tubuh lainnya.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu.Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membantu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan
reproduksi.

33
Ada berbagai jenis gangguan sistem endokrin seperti Dwarfisme,Gigantisme
(acromegaly), Penyakit Cushing (Sindrom Cushing), Goiter (gondok), Diabetes Insipidus,
Tumor Tiroid, dan lain-lain.

3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pengertian dan Fungsi Hipotalamus. http://macamx.com/ : 26 Maret 15


Anonim. 2014. Kelenjar Pineal. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjar_pineal : 26 Maret 15
Anonim. 2015. Pituatari Gland. http://en.wikipedia.org/wiki/Pituitary_gland : 26 Maret 15
Anonim.2010. Kelenjar Kelamin http://humanhormone.blogspot.com/p/kelenjar-kelamin.
html : 26 Maret 2015
Anonim. 2014. Patologi Sistem Endokrin. https://kabelankunia.wordpress.com/2014/02/15/
patologi-sistem-endokrin/ : 26 Maret 15
Anonim.2012. http://www.pustakasekolah.com/wp-content/uploads/2012/08/kelenjar-tir
oid.png : 26 Maret 15

34
Anonim. 2014 https://ameliarahmawati3.files.wordpress.com/2014/06/parathyroid
_glands.jpg : 26 Maret 15
Anonim. 2008 .https://anatomytopics.files.wordpress.com/2008/12/inside-of-testis.jpg : 26
Maret 15
Anonim.2010. Kelenjar Pankreas. http://biodewi.webs.com/kelenjarpankreas.htm : 26 Maret
15
Anonim. 2010. Kelenjar Hipofisis. http://humanhormone.blogspot.com/p/kelenjar-
hipofisis.html : 26 Maret 15
Anonim. 2015. Pituitari Gland. http://en.wikipedia.org/wiki/Pituitary_gland : 26 Maret 15
Anonim.2011.http://tgskepmedikalbedah3.blogspot.com/2011_05_01_archive.html : 26
Maret 15
Arifin, Herlyana Putri. 2013. Makalah Anatomi Fisiologi Manusia “Sistem
Endokrin”. https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com/2013/04/makalah-sistem-
endokrin.pdf : 26 Maret 15
Baskoro Bintang . 2013. Kelenjar Adrenelar.http://binbask.blogspot.com/2013/04/makalah-
kelenjar-adrenal.html : 26 Maret 15
Kemp, Stephen .2015. Anatomi sistem Endokrin.http://www.emedicinehealth.com
/anatomy_of_the_endocrine_system/page2_em.htm#hypothalamus : 26 Maret 15
Sargis , Robert M. 2015. An Overview of the Testes.http://www.endocrineweb.com
/endocrinology/overview-testes : 26 Maret 15
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta : EGC
Kamus Saku Kedokteran Dorland. 1998. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai