Anda di halaman 1dari 16

BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

KELUD BEAUTY AND DANGEROUS


FIRST SESSION

- Gunung kelud adalah gunung berapi akut, disekitar daerah Kediri, Blitar, Malang.
- Daerah sekitar = 200 penduduk, 36 desa, radius 10 km (dekat penduduk).
- 2 Februari 2014 peningkatan status dr level 1 ke 2.
- 10 Februari 2014 jd status level 3.
- 13 Februari 2014 potensi berbahaya, status level 3 ke 4. Evakuasi penduduk yg tinggal di radius 10km ke
daerah aman.
- 10.55 pm  erupsi, setelah 5 menit -> erupsi ke 2
- Erupsi explosive -> semburan material dgn udara panas dan cairan panas
- 11.29 pm  ledakan setinggi 17 km menyebar sampai wates,pare,kediri,nganjuk.
- Indonesia berpotensial bencana seperti erupsi gunung, gempa, tsunami, dll
- Presiden melakukan tanggap darurat bencana & kunjungan ke pos management bencana.
- Penduduk yg dievakuasi 87.629 di tenda pada 5 daerah (kediri blitar jombang batu)
- 7 org meninggal akibat penyakit pernafasan, serangan jantung dll akibat erupsi
- Kerugian : infrastruktur : rumah, kantor pemerintahan, sekolah, gedung kesehatan, tempat ibadahm tempat
air bersih, sawah, kebun, tanaman
- Penanganan bencana : cost sharing, tidak semua ditanggung pemerintah pusat

1. Problem
a. Karakteristik stratovulcanic dengan erupsi explosive
b. Gunung vulkanik yang paling aktif setelah merapi
c. Ribuan orang tinggal di sisi gunung vulkanik
d. Sangat dekat dengan kota
e. Letusan segera (imminent eruption)

2. Definisi bencana menurut UU RI No 24 Th 2007


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.

3. Definisi bencana alam menurut UU RI No 24 Th 2007


Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.

4. Definisi bendana non-alam menurut UU RI No 24 Th 2007


Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
1
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

5. Bencana potensial yang dibuat oleh manusia yang terjadi di Indonesia


a. Kecelakaan Transportasi (kereta api, kapal, pesawat, mobil, dll)
b. Kebakaran
c. Industrial Hazard
d. Terorisme (bom, bioteroris)
e. Kerusuhan masa

6. Level waspada aktivitas gunung vulkanik


Status waspada aktifitas vulkanik
a. Normal (level 1)
Tidak terlihat aktifitas vulkanik dengan instrumentasi, tidak ada tanda aktifitas vulkanik.
b. Waspada (level 2)
Berdasar observasi visual dan deteksi gejala instrumentasi dari perubahan aktifitas, seperti jumlah
dari gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/ fumarola)meningkat dari nilai normal.
c. Siaga (level 3)
Peningkatan aktifitas semakin terlihat. Hasil dari penglihatan terus-menerus dan monitoring seismic
dan data dari instrumen lain.
d. Awas (level 4)
Semua data mengindikasi bahwa erupsi utama sudah dekat. Asap atau erupsi abu telah dimulai.

7. Problem di Indonesia  Gunung Kelud erupsi

8. Bahaya gunung vulkanik


Bahaya gunung vulkanik dibagi menjadi 2 tipe :
a. Bahaya primer
Bahaya primer (bahaya langsung) erupsi gunung berapi adalah bahay langsung yang terjadi ketika
proses erupsi seang terjadi. Tiper dari bahay adalah aliran piroclastic (awan panas), bahan
terlempar (berpijar), jatuh abu tebal, aliran lava, dan gas beracun.
Campuran erupsi bahan material antara gas dan batu (berbagai ukuran) terdorong turun karna
tersaturasi dan densitas tinggi bergulung seperti awan meluncur ke bawah, suhu sangat tinggi, antara
300-700o C. Kecepatan luncuran sangat cepat, > 70 km per jam.
- Material terlempar
Terjadi ketika erupsi (magmatik). Jarak antara material terlempar adalah sangat bergantung
jumlah energi erupsi, dapat mencapai ratusan meter. Sebagai tambahan temperatur tinggi
(>200o C), ukurannya besar (D >10cm) jadi dapat membakar dan melukai, bahkan makhluk
hidup mematikan. Disebut juga “bom volkanik”.
- Hujan abu
Terjadi ketika erupsi volkanik, material (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh
sebagai hujan, arahnya bergantung arah angin. Karna ukuran kecilnya, jadi berbahaya bagi
pernapasan, mata, air yg terkontaminasi, tanaman rusak (terutama daun), korosif pada atap dan
seng dan juga pesawat terbang.

2
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

- Aliran lava
Magma yang sampai ke permukaan, cair dan suhu tinggi, antara 700-1200o C. Karena cair, lava
biasanya mengalir mengikuti turunan dan lembah membakar semua yang dilewati. Ketika lava
dingin, berubah menjadi batu dan area yang dilewati menjadi tanah bebatuan.
- Gas beracun
Gas beracun yang muncul dari gunung berapi tidak selalu diikuti erupsi, tapi bisa keluar sendiri
lewat retakan pada batu, walaupun sering diikuti oleh erupsi. Gas utama yang muncul dari
retakan batu adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. yang paling sering menyebabkan kematian
adalah CO2. Sifat alami gas ini lebih berat dari udara dan cenderung turuh ke lembah kalau
malam, berkabut, atau berangin, karena pada kondisi itu konsentrasinya meningkat. Gunung
tangkuban perahu, Dieng, Ciremei, dan Papandayan terkenal karna memiliki karakteristik
erupsi gas ini dan sering mengakibatkan korban, karena itu dikenal sebagai “Lembah
Kematian”.

b. Bahaya sekunder
Bahaya sekunder dari erupsi vulkanik adalah bahaya yang timbul setelah proses erupsi. Ketika
gunung erupsi ada akumulasi bahan dari berbagai ukuran diatas lereng. Ketika hujan datang,
beberapa material akan terbawa hujan dan menciptakan adonan lumpur turun ke lembah sebagai
banjir batu, banjir ini disebut lava dingin (lahar).

9. Identifikasi risiko potensial


a) Apakah operasi/fasilitas berada dekat tempat-tempat yang beresiko, contoh :
 Berada di dekat retakan gempa bumi
 Berada di dekat gunung berapi
 Berada di dekat daerah angin topan
 Berada di dekat daerah heavy snow
 Berada di dekat atau di sungai (bisa menyebabkan banjir)
 Berada di dekat area kebakaran hutan
 Berada di tepi / di bawah bukit ( bisa menyebabkan tanga longsor)
b) Apakah operasi/fasilitas berada dekat operasi/fasilitas lain yang dapat menyebabkan potensi resiko
itu bisa di transfer, contoh :
 Berada di dekat/ di samping instalasi penyulingan petrokimia
 Berada di dekat fasilitas produksi bahan-bahan peledak
 Berada di dekat medan tentara udara
 Berada di dekat fasilitas nuklir

10. Bagaimana menilai kerentanan bencana di beberapa daerah


o Manfaat penilaian kerentanan dan kapasitas, biasanya disebut analisa resiko atau penilaian
peringatan yaitu identifikasi bahaya dan kemungkinan dampaknya dalam komunitas, aktivitas
atau organisasi dan kemampuannya untuk mencegah dan respon terhadap bencana.
o Langkah awal yang penting dalam proses manajemen bencana
3
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

o Penilaian kerentanan memberikan strategi untuk menurunkan kerentanan kegagalan pembangunan,


pencegahan darurat, mitigasi dan persiapan pelaksanaan, meliputi :
 Pemetaan bahaya (rekam kejadian, karakteristik bahaya di lokasi, daerah banjir)
 Analisa system penyediaan air
 Penilaian kerentanan lingkungan kesehatan
 Menjelaskan komunitas, pembangunannya dan efek bahayanya
 Monitoring kerentanan yang berkelanjutan (termasuk monitoring pertumbuhan kota, migrasi
desa-desa, arus masuk pengungsi)

11. Apa dampak bahan berbahaya dari letusan gunung vulkanik terhadap kesehatan
a. Explosi dan kontak dengan massa dari gunung berapi menyebabkan trauma, luka yang
menekan, dan lecet-lecet.
b. Abu panas, gas, batu, dan lava menyebabkan terbakarnya paru dan kulit, asphyxiation,
konjunktivitis, atau abrasi kornea
c. Menghirup gas dan asap beracun menyebabkan distress respirasi akut
d. Hujan asam menyebabkan iritasi mata dan kulit
e. Jatuhnya abu dari langit, terutama partikel yang sangat kecil menyebabkan asma bronkial dan
penyakit respiratori kronik lainnya pada anak-anak dan dewasa

12. Vulcanic ash toxicity


Saat abu yg baru jatuh bercampur dengan air jernih/bersih, sejumlah besar materi yg terlarut akan
tersingkirkan. Komponen yg dapat terbawa lalu ditangkap oleh dari sebaran volkanik yg menunjukkan
tipe dan kuantitas gas erupsi. Materi-materi ini larut dlm air permukaan (mugkin dapat mengubah pH
air) / kemudian dihilangkn oleh air hujan beberapa minggu kemudian.
a. Fluorida (fluoride)
 Level sampai setinggi 9 ppm dapat ditemukan pada air permukaan segera setelah jatuhnya abu
berat.
 Konsumsi air dgn kadar ( konsentrasi ) sebesar 2-10 ppm seharusnya tidak menyebabkan
terganggunya kesehatan apabila konsentrasi hanay bertahan bbrp hari.
 Walapun masyarkat yg rentan, terutama yg memiliki penyakit kronis, sebaiknya menggunakan air
yg tdk terkontaminasi.
 Paparan akut terhadap konsentrasi yg lbh tinggi dpt menyebabkan penyakit GI.
 Konsumsi air yg mengandung kadar fluoride > 1 ppm pd waktu lama dapat menyebabkan gigi
bernoda pd anak2.
 Konsentrasi yg lebih tinggi lagi dpt menyebabkan osteofluorisis, tetapi domba dan kuda
mati akibat keracunan fluorida.
b. Silika ( fibriogenic )
 Seharusnya mirip dengan kandungan silika bebas kristalinnya wlaupun komponen lain seperti
silicates bisa menjadi penting.
 Masyarakat yg melakukan pekerjaan2 di luar rumah mungkin beresiko lebih tinggi terkena
pneumokoniosis jika terkena paparan tinggi dalam waktu bertahun-tahun.
4
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

c. Partikel abu
 Dapat berefek pada mata dengan menyebabkan iritasi, luka dgn foreign bodies, dan
konjungtivitis

13. Regulasi / hukum menejemen bencana di Indonesia


a. UU RI No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
b. PP RI no. 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana
c. Peraturan kepala BNPB no. 9 tahun 2008 tentang prosedur tetap tim reaksi cepat BNPB

14. Organisasi yang terlibat dalam menejemen bencana


Organisasi pemerintah
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
- Pengarah penanggulangan bencana
- Pelaksana penanggulangan bencana
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
- Badan Penanggulangan Bencana Propinsi (BPBD Propinsi)/Satkorlak PB
- Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota (BPBD Kabupaten/kota)/Satlak PB
 Badan Koordinasi Nasional
 Lembaga Usaha Pemerintah

Organisasi non-pemerintah
 Perusahaan swasta
 LSM
 Palang Merah Indonesia
 SAR
 Palang Merah Internasional
 Lembaga Internasional

15. Efek yang ditimbulkan dari bencana untuk lingkungan fasilitas dan pelayanan kesehatan
a. Penyediaan air dan pembuangan air limbah
 Kerusakan terhadap struktur teknik sipil
 Kerusakan induk
 Kerusakan pada sumber air
 Listrik padam
 Kontaminasi (biologis atau kimiawi)
 Kegagalan transportasi
 Kekurangan personil
 Sistem yang berlebihan (akibat dari pergeseran penduduk)
 Kekurangan peralatan, suku cadang, dan bantuan

5
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

b. Penanganan limbah padat


 Kerusakan terhadap struktur teknik sipil
 Kegagalan transportasi
 Kekurangan peralatan
 Kekurangan personil
 Polusi air, tanah, dan udara

c. Penanganan makanan
 Pembusukan makanan yang didinginkan
 Kerusakan terhadap fasilitas penyediaan makanan
 Kegagalan transportasi
 Listrik padam
 Sistem yang berlebihan pada fasilitas
 Kontaminasi/degradasi dari persediaan bantuan

d. Pengendalian vektor
 Proliferasi tempat perkembangbiakan vektor
 Peningkatan kontak manusia dengan vektor
 Gangguan pengendalian penyakit yang dibawa oleh vektor

e. Sanitasi rumah
 Kehancuran atau kerusakkan struktur
 Kontaminasi air dan makanan
 Gangguan listrik, bahan bakar, pasokan air, atau jasa pembuangan sampah
 Kepadatan penduduk

KELUD BEAUTY AND DANGEROUS


SECOND SESSION

1. Tanggap Darurat Bencana (Emergency Response in Disaster)


Serangkaian aktivitas segera setelah terjadinya bencana untuk menanggulangi dampak buruk dari
bencana yang terjadi. Dibutuhkan tindakan yang cepat dan efektif untuk menyelamatkan nyawa,
kesehatan,dan stabilisasi keadaan, agar keadaan tidak menjadi makin buruk. Aktivitasnya :
 Penyelamatan dan evakuasi korban
 Penyelamatan harta benda
 Pemenuhan kebutuhan dasar
 Perlindungan
 Membuat tempat pengungsian
 Penyelamatan dan pemulihan fasilitas.

6
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

2. Evakuasi korban bencana


Evakuasi bisa menjadi komponen sangat penting dari prevensi, kesiapsiagaan dan respon. Ini
berhubungan dengan pemindahan sementara dari suatu populasi (berakhir sampai batas tertentu) dari
suatu area yang beresiko bencana ke lokasi yang lebih aman. Staf kesehatan lingkungan terlibat dalam
memastikan evakuasi yang tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
- Evakuasi yang terorganisir
- Evakuasi yang spontan

3. Aktivitas menejemen bencana (PP NO. 21 TH. 2008, BAB 1 PASAL 1 AYAT 2)
a) Menentukan kebijakan pembangunan untuk resiko kerusakan yang terjadi
b) Aktivitas pencegahan bencana
c) Respon darurat
d) Rehabilitasi

4. Tahap menejemen bencana (PP NO. 21 TAHUN 2008, BAB 1 PASAL 3)


 Prabencana
 Tanggap darurat bencana
 Pascabencana

5. Prioritas ukuran kesehatan lingkungan dalam keadaan darurat


 Menyediakan fasilitas untuk buang air yang aman dan bersih, melindungi tempat air dari
kontaminasi
 Menyediakan air untuk minum, memasak, dan untuk kebersihan personal
 Memastikan bahwa orang-orang mempunyai cukup air untuk d kumpulkan dan disimpan secara
bersih
 Memastikan orang-orang mempunyai peralatan, bahan bakar untuk memasak, dan menyimpan
makanan dengan aman
 Memastikan orang-orang mempunyai pengetahuan dan pemahaman bahwa mereka butuh
menghindari penyakit
 Memastikan orang-orang mencuci tangan dengan sabun
 Menghilangkan bahan kimia atau kontaminasi radiological, atau evakuasi penduduk untuk
memastikan mereka tidak lagi terkena bahaya-bahaya ini

6. Apa masalah yang terjadi dalam tempat pengungsian


 Pilihan yang tidak tepat untuk daerah pengungsian. Daerah tersebut biasanya daerah
pengungsian dan masalahnya termasuk : tidak ada suplai air, permukaan air tinggi (ini saanitasi
yang memperburuk), resiko banjir, dan adanya vektor penyakit (seperti nyamuk malaria)
 Defekasi sembarangan. Ini susah untuk di kontrol ketika penduduk tidak teredukasi atau tidak ada
akses ke WC
 Penduduk yang merasa ketakutan, bermusuhan, atau kaku terhadap sosialisasi efektif untuk
dikumpulkan
7
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

 Kesulitan yg parah dalam deteksi kasus dan investigasi epidemi. Situasi ini bisa terjadi karena
perpindahan yang berkelanjutan dari penduduk, ditambah dengan ketidakamanan. Ini sangat sulit
untuk memperkirakan jumlah penduduk ketika ada pergerakan yang luas

7. Berapa banyak air yang dibutuhkan dalam situasi darurat


Kebutuhan air esensial
 Jumlah minimal kebutuhan air pada situasi darurat adl 7 liter per orang per hari (hanya untuk
jangka waktu pendek) jumlah ini tidak dapat mengurangi resiko epidemic pada populasi karena
hanya memberikan tingkat kebersihan yg rendah.
 Pedoman kebutuhan darurat adalah 20 liter per orang per hari. Yang dapat digunakan untuk
memasak, mencuci, mandi dan aktivitas lain yg dapat mencegah penyakit yg transmisinya water-
borne

8. Prioritas ukuran kesehatan lingkungan dalam keadaan darurat


 Menyediakan fasilitas untuk buang air yang aman dan bersih, melindungi tempat air dari
kontaminasi
 Menyediakan air untuk minum, memasak, dan untuk kebersihan personal
 Memastikan bahwa orang-orang mempunyai cukup air untuk dikumpulkan dan disimpan secara
bersih
 Memastikan orang-orang mempunyai peralatan, bahan bakar untuk memasak, dan menyimpan
makanan dengan aman
 Memastikan orang-orang mempunyai pengetahuan dan pemahaman bahwa mereka butuh
menghindari penyakit
 Memastikan orang-orang mencuci tangan dengan sabun
 Menghilangkan bahan kimia atau kontaminasi radiological, atau evakuasi penduduk untuk
memastikan mereka tidak lagi terkena bahaya-bahaya ini

9. Menejemen keamanan makanan pada keadaan darurat


Kepentingan makanan yg aman bisa jadi susah utk didapatkan dalam keadaan emergency/sesudah
bencana. Hasil panen bisa hancur di ladang, hewab ternak tenggelam, supply makanan terganggu & org
dipaksa utk lari ke daerah tanpa akses makanan. Terlebih lagi keamanan makanan yg ada bisa terganggu
menghasilkan resiko yg lebih besar terhadap epidemi penyakit yg berasal dari makanan.
Keamanan makanan termasuk :
 Kontrol bahan makanan
 Bahan makanan yg bisa diselamatkan/ tidak
 Inspeksi bisnis makanan
 Kontrol makanan donasi/impor

8
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

10. Menejemen rumah sakit dan fasilitas pertolongan pertama dalam keadaan darurat
Dalam situasi darurat, pusat-pusat perawatan khusus yang tersedia akan menjadi fokus aktivitas
pertolongan yang terorganisir. Dimana pos-pos pertolongan pertama dan fasilitas kesehatan sementara
diperlukan, pertimbangan kesehatan lingkungan berikut harus mempengaruhi lokasi dan pengaturan.
 Pos-pos petolongan pertama harus terletak di ruang terbuka tetapi terlindungi dari panas yang
intens, dingin atau hujan.
 Harus jauh dari bahaya sekunder yang potensial (api, ledakan, banjir, longsor) atau efek dari gempa
susulan, tetapi dekat dengan area dimana banyak orang yang terluka, sehingga meminimalisir
kebutuhan transportasi.
 Persediaan air yang aman dan cukup, drainase limbah air, toilet dan fasilitas cuci tangan untuk
pekerja-pekerja pertolongan pertama harus disediakan.
 Tempat sampah medis yang sesuai harus diatur atau disediakan secepat mungkin.
Di beberapa tempat, rumah sakit darurat yang mobile sepanjang jalur militer harus tersedia.

11. Menejemen jenazah pada bencana


Tubuh manusia yang telah meninggal atau membusuk tidak secara umum menyebabkan ancaman
kesehatan yang serius, kecuali mencemari sumber air minum dengan material feses, atau terinfeksi
plak/tipus, yang mana dapat diinfestasi/dikerumuni oleh fleas//lice (kutu) yang menyebarkan penyakit.
 Pengaturan ruang jenazah
Ruang jenazah harus merupakan bangunan yang aman dan harus memiliki 4 bagian:
a. Reception room
b. Viewing room
c. Storage chamber for bodies (not suitable for viewing)
d. Room for records and for storing personal effect

 Identifikasi jenazah
 Identifikasi awal jenazah membantu menjaga kesehatan mental orang-orang yang ditinggalkan.
 Kecemasan dan ketidakpastian digantikan dengan duka dan proses dalam menerima kematian
orang yang ditinggalkan dimulai.
 Identifikasi jenazah dapat menjadi sulit jika jumlahnya sangat banyak. 1000 jenazah yang tidak
teridentifikasi membutuhkan >2000 m^2 luas ruangan untuk dilihat (diidentifikasi) secara
adekuat, dan orang yang berjalan diantara jenazah harus berjalan sekitar 800m.

 Penanganan jenazah
Penguburan dalam kubur individual adalah metode yang dipilih tetapi jumlah jenazah yang sangat
banyak, atau batasan iklim dan sebagainya, membuat hal ini mejadi mustahil.

 Peralatan
 Platform ladder utk fotografer kepolisian
 Meja post mortem stainless steel/ meja penyangga yg kuat dialasi plastik
 Troli utk transport jenazah dalam ruang
9
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

 Troli utk kecelakaan/darurat yg memiliki X-ray grid


 Truk pengangkut
 Meja penyangga & kursi utk area administrasi
 Tabel dinding utk record progress/ papan poster besar jika tidak ada dinding
 Terpal/ laisan plastic utk lantai jika tidak terbuat dari beton
 Lapisan plastic hitam utk mengukur berat utk pengecekan sementara
 Tempat penyimpanan & kantung sampah
 Sapu, ember, pakaian pakaian, sabun, handuk
 Desinfektan & penghilang bau
 Pakaian pelindung & sarung tangan karet yg kuat
 Peralatan kantor : fax, computer, mesin ketik
 Tas & label
 Kantung jenazah & label
 Peralatan khusus utk pathologist, odontologist, radiographer, dll yg diperlukan

12. Pengertian DVI


DVI (disaster victim identification) merupakan prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi
korban dalam sebuah insiden atau bencana yg sah dan dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat serta merupakan bagian dari investigasi, rekonstruksi tentang sebab bencana.
Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana tiap fase memiliki keterkaitan satu dengan yg lainnya, yg
tdd scene (tempat kejadian), mortuary (kamar mayat), ante mortem information retrieval (pencarian
informasi antemortem), reconciliation, debriefing (tanya jawab).

13. Dasar hukum korban bencana


Dasar hukum identifikasi korban bencana
 Pasal 120 ayat 1 KUHAP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
 Pasal 133 ayat 1 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya.
Karena pada dasarnya identifikasi korban bencana baik itu meninggal masih merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan mengingat korban meninggal adalah korban juga. Hal sesuai pada pasal 53 UU
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan PP no 32tahun 1996. disamping itu jugaproses identifikasi
tidak memerlukan/menunggu surat permintaan dari pihak penyidik (SPVR).

10
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

14. Metode identifikasi korban bencana massal


Metode identifikasi korban bencana masal
Identifaikasi merupakan upaya pengenalan kembalijati diri seseorang manusia baiksudah mati maupun
yang sudah meninggal. sedangkanidentifikasi massal merupakan pengenalan jati diri korban massal yang
terjadi akibat bencana

Penanganan di TKP (fase 1)


Kegiatan :
a. Memberi tanda dan label diTKP
- membuat sektor sektor / zona pada TKP denganukuran 5x5m yg sesuai dgn situasi dan kondisi
geografi
- memberikan tanda pada setiap sektor
- memberikan label orange pada jenazah dan potongan jenazah , label diikat pada pada tubuh/ibu
jari kanan jenazah
- menentukan label putih pada barang barang pemilih yang tercecer , membuat sketsa dan foto
tiap sektor
b. Evakuasi dan transportasi jenazah dan barang
- memasukan jenazah dan potongan jenazah dalam kantung jenazah dan diberi label sesuai label
jenazah
- memasukan barang barang yang terlepas dari tubuh korban dan diberi label sesuai nama
jenbazah
- diangkut ketempat pemeriksaaan dan penyimpanan jenazah dan dibuat berita acara penyerahan
kolektif

Penanganan di Unit post mortem (fase 2)


Fungsi :
- menampung dan menyimpan sisa tubuh
- mencatat dan menyimpan properti
- tempat melaksanakan pengujian terhdp sisa tbh
- tempat koordinasi untuk pemisahan sisa tbh
Kegiatan :
- menerima jenazah /ptngan dan brng dari unit TKP
- registrasi ulang dan mengelompokan kiriman tersebutberdasarkan jenazah utuh, tdk utuh , potongan
jenazah dan barang2
- membuat foto jenazah
- mencatat ciri2 korban dengan gol darah
- mencatat gigi geligi korban
- membuat foto rontgen jika perlu
- melakukan otoskopi
- mengambil data-data ke unit pembanding data

11
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

Penanganan unit ante mortem (fase 3)


Fungsi :
- mendapatkan menganalisa serta mencocokan data orang
- mengetahui data orang hilang
- mendapatkan info DNA
- mendapatkan info properti dalam formulir ante mortem
Kegiatan :
- mengumpulkan data2 ante mortem yang berupa:
Umum : Nama, umur , BB TB, pakaian, perhiasan serta kepemilikan lainnya
Medis : warna kulit, warna-jenis rambut, mata, cacat, tatto,tanda khusus lainya, golongan darah,
serta catatan medisnnya
- memasukan data2 yg ada/masuk dalam formulir yang tersedia

Penanganan unit pembanding data (reconciliastion) (fase 4)


Fungsi :
- membandingkan data ante mortem dan post mortem
- penetapan dari suatu identifikasi
Kegiatan :
- mengkoordinasikan rapat rapat penentuan identifikasi korban antara unit TKP ,unit data ante
mortem dan post mortem
- mengumpulkan data korban yang dikenal untuk dikirim ketim identifikasi
- mengumpulkan data data tambahan dari unit TKP, post mortem dan ante mortem untuk korban yg
belum diketahui

Debriefing (fase 5)
Kegunaan :
- meninjau kembali pelaksanaan DVI
- mengenali dampak positif dan negativ operasi DVI
- menentukan efektifitas persiaoan tim DVI secara psikologis
- melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan operasiberikutnya

12
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

15. Struktur operasional DVI


Tata laksana disaster victim identification (DVI)
Struktur operasional DVI
Coroner
(Ketua)

Investigasi

Komandan
DVI

Staff
Administrasi

Kanit DVI Kanit DVI Kanit DVI


Kanit DVI TKP
Post-Mortem Ante-Mortem Rekonsiliasi

16. Communicable disease yang biasa terjadi selama bencana (Penyakit Menular)
Lima penyebab utama kematian saat terjadi kegawatdaruratan adalah diare, infeksi pernafasan akut,
measles, malnutrisi, dan pada daerah endemis, malaria. Semua kecuali malnutrisi adalah penyakit
menular yang berhubungan langsung dengan kondisi kesehatan lingkungan, bahkan malnutrisi
sangat diperparah oleh penyakit menular. Para korban bencana sangat rentan terhadap penyakit menular,
terutama ketika bencana dan dampak-dampak langsungnya menyebabkan penurunan ketahanan terhadap
penyakit akibat malnutrisi, stress, kelelahan, dll dan apabila kondisi kehidupan paska bencana yang
tidak bersih.

17. Apa saja tindakan yang dilakukan untuk kontrol penyakit menular dan epidemi selama terjadi
bencana
 Kesiapan danPrevensi
Tindakan tersebut termasuk:
 Pelatihan tenaga kesehatan dan staf outreach dalam mengidentifikasi dan menegement
penyakit tertentu yang dianggap sebagai ancaman
 Membuat persediaan barang-barang dan peralatan untuk diagnosa, treatment, dan
tindakan kesehatan lingkunan jika terjadi outbreak penyakit
 Memperkuat sistem pengawasan kesehatan dan pelatihan protokol untuk mengolah informasi
dari suatu penyakit tertentu
 Meningkatkan kewaspadaan di masyarakat yang mungkin terkena dampak bencana terhadap
penyakit menular dan kebutuhan awal untuk ke fasilitas kesehatan
13
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

 Pengawasan kesehatan masyarakat


 Kontrol outbreak

18. Vaksinasi selama bencana


Vaksin utama yang digunakan dalam situasi darurat adalah untuk measles, meningococcal meningitis,
dan yellow fever. Vaksinasi measles merupakan satu-satunya yang paling diprioritaskan pada fase
akut situasi darurat jika vaccine coverage rates pada populasi yang terdampak <90%. Tujuan utama
dari program vaksinasi measles adalah untuk mecegah KLB measles dengan mortalitas yang tinggi
terkait bencana pada situasi darurat. Dengan cara ini, vaksin measles menyediakan suatu alat kesehatan
masyarakat yang efektif dan hemat biaya.

19. Bagaimana cara mengkontrol vektor dan hama saat terjadi bencana dan emergency
Beberapa bencana dapat meningkatkan populasi vektor dan hewan pengganggu, biasanya serangga dan
hewan pengerat. Banjir dapat menciptakan breeding site baru bagi nyamuk di reruntuhan bekas
bencana dan genangan air.
 Pengurangan densitas
Mengurangi densitas populasi vektor dan hewan pengganggu dapat ditempuh secara
langsung di tempat breeding sites, management lingkungan (drainase, filling, leveling
lubang/cekungan dan menutup celah)

 Mengurangi longevity dengan pestisida


Mengurangi longevity tergantung dari penggunaan insektisida yang dapat membunuh vektor
dewasa. Meskipun management lingkungan masih merupakan strategi yang lebih disukai untuk
menurunkan jumlah vektor. insektisida untuk membunuh vektor dewasa harus digunakan di
tempat-tempat di mana vektor beristirahat, seperti di bagian dalam rumah (kasus nyamuk
anopheles), atau di dalam retakan dinding dan tempat persembunyian lain (kasus serangga
triatomid). Sebagai tambahan, spesies target harus rentan terhadap senyawa kimia tersebut dan
senyawa tersebut tidak boleh membahayakan kesehatan populasi atau personel yang
melakukan spraying. Desain dan implementasi dari tindakan tersebut menjadi tanggung jawab
personel khusus.

 Management lingkungan untuk kontrol vektor dan hama


Usaha untuk mengurangi breeding site vektor

 Hygiene dan Proteksi personal


 Penggunaan Repellent
 Mempersiapkan bahan untuk kontrol malaria
 Disinfeksi dan disinfestasi

14
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

20. Siaga dini pada bencana


Serangkaian kegiatan oleh pemerintah untuk melayani siaga sedini mungkin terhadap suatu bencana
pada suatu komunitas di daerah tertentu

21. Prevensi dan aktifitas migitasi


Mitigasi adalah serangkaian usaha untuk menurunkan resiko bencana dengan konstruksi fisik atau
memahami dan meningkatkan kapabilitas untuk menghadapi ancaman bencana. Contoh:
a) Meningkatkan suplai air dan sistem sanitasi yang berhubungan dengan penurunan kerentanan
terhadap bencana
b) Membangun selokan
c) Membangun tempat pemompaan air

KELUD BEAUTY AND DANGEROUS


THIRD SESSION

1. Tranmisi dari bantuan ke pemulihan


 Perbedaan biasanya di buat di antara pengukuran langsung yang di ambil untuk menyokong
hidup dan menjaga moral, dan kegiatan berikutnya di dedikasikan untuk membangun
kembali perekonomian, sosial dan kehidupan bermasyarakat dari orang orang yang terkena
dampak dan membangun kembali area yg terkena.
 Tidak ada batasan yg jelas antara pertolongan dan periode recovery. Sejak bencana itu merubah
kehidupan sosial, politik, ekonomi dan demografik yang perubahannya tidak bisa dikembalikan.
 Tidak akan bisa kembali pada situasi sebelum bencana. Lagipula masyarakat mulai untuk
membangun rumah mereka kembali dan membangun sosial ekonomi setelah bencana.
 Tentu saja pada saat pertolongan berubah menjadi recovery, beberapa masyarakat memiliki ide yang
jelas tentang apa yg harus dilakukan untuk membangun ulang hidup mereka. Hal ini sangat penting
untuk memperhitungkab cara pandang mereka saat merencanakan recovery.

2. Aktivitas rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan melalui kegitan :
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana
b. Perbaikan sarana dan prasarana umum
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d. Pemulihan sosial psikologis
e. Pelayanan kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan sosial ekonomi budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintah
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik

15
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR

3. Perhitungan fase recovery


a. Pengembangan yang berkelanjutan
Suatu sistem dikatakan berkelanjutan apabila mampu menyediakan mata pencaharian, yang tidak
membahayakan kemampuan generasi masa depan dalam mencapai penghidupan yang baik.
b. Meningkatnya kapasitas individu dan institusi
 Meningkatnya kapasitas individu untuk mengurangi resiko, menyerap guncangan dan menemui
kemungkinan sebagai tujuan utama recovery yang berkelanjutan.
 Pembangunan kembali daerah yang terdampak tidak terlimitasi hanya untuk pembangunan
bangunan baru.
 Proses pengembangan yang terintegrasi dibutuhkan untuk mencakup pembangunan kembali
yang penuh di daerah yang terdampak berdasarkan kebutuhan dari masyarakat daerah itu
sendiri
c. Penilaian untuk recovery
Dengan melanjutkan usaha bantuan, seperti persediaan tempat tinggal darurat, air, sarana
kebersihan, dan lain lain yang tidak menghasilkan recovery sendiri. Secara alamiah dari response
keadaan darurat, seperti aktifitas yang sering tidak berintegrasi menjadi proses pengembangan
jangka panjang. Lebih utamanya, ketika fase bantuan, masyarakat harus selalu mensuport dari
persediaan luar yang tidak akan bertahan lama untuk jangka panjang.
d. Pembangunan kembali rumah-rumah warga
e. Pembangunan kembali supply air dan sistem kebersihan
f. Penilaian daerah terdampak sekunder
- Penilaian daerah terdampak sekunder fokus kepada akibat dari primer terdampak secara
ekonomi, sosial dan kehidupan kultur dari yang selamat.
- Sejak kepastian barang kebutuhan yang berkelanjutan adalah tujuan utama dari recovery dan
pengembangan yang berkelanjutan penilaian daerah terdampak seharusnya lebih berfokus
kepada 3 hal yang terganggu maupun rusak
g. Penilaian kerentanan sekunder
- Banyak macam kerusakan yang telah di diskusikan sebelumnya di atas, yang termasuk dari
barang kebutuhan, kohesi sosial, dan identitas kultur yang bisa menimbulkan kerentanan
kepada bencana yang akan terjadi di masa depan atau membuat kerentanan yang ada menjadi
semakin buruk.
- Kegagalan dari recovery atau sebagian recovery akan membuat semakin mungkin untuk
masyarakat menjadi lebih rentan terhadap kejadian yang susah berikutnya

16

Anda mungkin juga menyukai