- Gunung kelud adalah gunung berapi akut, disekitar daerah Kediri, Blitar, Malang.
- Daerah sekitar = 200 penduduk, 36 desa, radius 10 km (dekat penduduk).
- 2 Februari 2014 peningkatan status dr level 1 ke 2.
- 10 Februari 2014 jd status level 3.
- 13 Februari 2014 potensi berbahaya, status level 3 ke 4. Evakuasi penduduk yg tinggal di radius 10km ke
daerah aman.
- 10.55 pm erupsi, setelah 5 menit -> erupsi ke 2
- Erupsi explosive -> semburan material dgn udara panas dan cairan panas
- 11.29 pm ledakan setinggi 17 km menyebar sampai wates,pare,kediri,nganjuk.
- Indonesia berpotensial bencana seperti erupsi gunung, gempa, tsunami, dll
- Presiden melakukan tanggap darurat bencana & kunjungan ke pos management bencana.
- Penduduk yg dievakuasi 87.629 di tenda pada 5 daerah (kediri blitar jombang batu)
- 7 org meninggal akibat penyakit pernafasan, serangan jantung dll akibat erupsi
- Kerugian : infrastruktur : rumah, kantor pemerintahan, sekolah, gedung kesehatan, tempat ibadahm tempat
air bersih, sawah, kebun, tanaman
- Penanganan bencana : cost sharing, tidak semua ditanggung pemerintah pusat
1. Problem
a. Karakteristik stratovulcanic dengan erupsi explosive
b. Gunung vulkanik yang paling aktif setelah merapi
c. Ribuan orang tinggal di sisi gunung vulkanik
d. Sangat dekat dengan kota
e. Letusan segera (imminent eruption)
2
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
- Aliran lava
Magma yang sampai ke permukaan, cair dan suhu tinggi, antara 700-1200o C. Karena cair, lava
biasanya mengalir mengikuti turunan dan lembah membakar semua yang dilewati. Ketika lava
dingin, berubah menjadi batu dan area yang dilewati menjadi tanah bebatuan.
- Gas beracun
Gas beracun yang muncul dari gunung berapi tidak selalu diikuti erupsi, tapi bisa keluar sendiri
lewat retakan pada batu, walaupun sering diikuti oleh erupsi. Gas utama yang muncul dari
retakan batu adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. yang paling sering menyebabkan kematian
adalah CO2. Sifat alami gas ini lebih berat dari udara dan cenderung turuh ke lembah kalau
malam, berkabut, atau berangin, karena pada kondisi itu konsentrasinya meningkat. Gunung
tangkuban perahu, Dieng, Ciremei, dan Papandayan terkenal karna memiliki karakteristik
erupsi gas ini dan sering mengakibatkan korban, karena itu dikenal sebagai “Lembah
Kematian”.
b. Bahaya sekunder
Bahaya sekunder dari erupsi vulkanik adalah bahaya yang timbul setelah proses erupsi. Ketika
gunung erupsi ada akumulasi bahan dari berbagai ukuran diatas lereng. Ketika hujan datang,
beberapa material akan terbawa hujan dan menciptakan adonan lumpur turun ke lembah sebagai
banjir batu, banjir ini disebut lava dingin (lahar).
11. Apa dampak bahan berbahaya dari letusan gunung vulkanik terhadap kesehatan
a. Explosi dan kontak dengan massa dari gunung berapi menyebabkan trauma, luka yang
menekan, dan lecet-lecet.
b. Abu panas, gas, batu, dan lava menyebabkan terbakarnya paru dan kulit, asphyxiation,
konjunktivitis, atau abrasi kornea
c. Menghirup gas dan asap beracun menyebabkan distress respirasi akut
d. Hujan asam menyebabkan iritasi mata dan kulit
e. Jatuhnya abu dari langit, terutama partikel yang sangat kecil menyebabkan asma bronkial dan
penyakit respiratori kronik lainnya pada anak-anak dan dewasa
c. Partikel abu
Dapat berefek pada mata dengan menyebabkan iritasi, luka dgn foreign bodies, dan
konjungtivitis
Organisasi non-pemerintah
Perusahaan swasta
LSM
Palang Merah Indonesia
SAR
Palang Merah Internasional
Lembaga Internasional
15. Efek yang ditimbulkan dari bencana untuk lingkungan fasilitas dan pelayanan kesehatan
a. Penyediaan air dan pembuangan air limbah
Kerusakan terhadap struktur teknik sipil
Kerusakan induk
Kerusakan pada sumber air
Listrik padam
Kontaminasi (biologis atau kimiawi)
Kegagalan transportasi
Kekurangan personil
Sistem yang berlebihan (akibat dari pergeseran penduduk)
Kekurangan peralatan, suku cadang, dan bantuan
5
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
c. Penanganan makanan
Pembusukan makanan yang didinginkan
Kerusakan terhadap fasilitas penyediaan makanan
Kegagalan transportasi
Listrik padam
Sistem yang berlebihan pada fasilitas
Kontaminasi/degradasi dari persediaan bantuan
d. Pengendalian vektor
Proliferasi tempat perkembangbiakan vektor
Peningkatan kontak manusia dengan vektor
Gangguan pengendalian penyakit yang dibawa oleh vektor
e. Sanitasi rumah
Kehancuran atau kerusakkan struktur
Kontaminasi air dan makanan
Gangguan listrik, bahan bakar, pasokan air, atau jasa pembuangan sampah
Kepadatan penduduk
6
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
3. Aktivitas menejemen bencana (PP NO. 21 TH. 2008, BAB 1 PASAL 1 AYAT 2)
a) Menentukan kebijakan pembangunan untuk resiko kerusakan yang terjadi
b) Aktivitas pencegahan bencana
c) Respon darurat
d) Rehabilitasi
Kesulitan yg parah dalam deteksi kasus dan investigasi epidemi. Situasi ini bisa terjadi karena
perpindahan yang berkelanjutan dari penduduk, ditambah dengan ketidakamanan. Ini sangat sulit
untuk memperkirakan jumlah penduduk ketika ada pergerakan yang luas
8
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
10. Menejemen rumah sakit dan fasilitas pertolongan pertama dalam keadaan darurat
Dalam situasi darurat, pusat-pusat perawatan khusus yang tersedia akan menjadi fokus aktivitas
pertolongan yang terorganisir. Dimana pos-pos pertolongan pertama dan fasilitas kesehatan sementara
diperlukan, pertimbangan kesehatan lingkungan berikut harus mempengaruhi lokasi dan pengaturan.
Pos-pos petolongan pertama harus terletak di ruang terbuka tetapi terlindungi dari panas yang
intens, dingin atau hujan.
Harus jauh dari bahaya sekunder yang potensial (api, ledakan, banjir, longsor) atau efek dari gempa
susulan, tetapi dekat dengan area dimana banyak orang yang terluka, sehingga meminimalisir
kebutuhan transportasi.
Persediaan air yang aman dan cukup, drainase limbah air, toilet dan fasilitas cuci tangan untuk
pekerja-pekerja pertolongan pertama harus disediakan.
Tempat sampah medis yang sesuai harus diatur atau disediakan secepat mungkin.
Di beberapa tempat, rumah sakit darurat yang mobile sepanjang jalur militer harus tersedia.
Identifikasi jenazah
Identifikasi awal jenazah membantu menjaga kesehatan mental orang-orang yang ditinggalkan.
Kecemasan dan ketidakpastian digantikan dengan duka dan proses dalam menerima kematian
orang yang ditinggalkan dimulai.
Identifikasi jenazah dapat menjadi sulit jika jumlahnya sangat banyak. 1000 jenazah yang tidak
teridentifikasi membutuhkan >2000 m^2 luas ruangan untuk dilihat (diidentifikasi) secara
adekuat, dan orang yang berjalan diantara jenazah harus berjalan sekitar 800m.
Penanganan jenazah
Penguburan dalam kubur individual adalah metode yang dipilih tetapi jumlah jenazah yang sangat
banyak, atau batasan iklim dan sebagainya, membuat hal ini mejadi mustahil.
Peralatan
Platform ladder utk fotografer kepolisian
Meja post mortem stainless steel/ meja penyangga yg kuat dialasi plastik
Troli utk transport jenazah dalam ruang
9
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
10
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
11
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
Debriefing (fase 5)
Kegunaan :
- meninjau kembali pelaksanaan DVI
- mengenali dampak positif dan negativ operasi DVI
- menentukan efektifitas persiaoan tim DVI secara psikologis
- melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan operasiberikutnya
12
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
Investigasi
Komandan
DVI
Staff
Administrasi
16. Communicable disease yang biasa terjadi selama bencana (Penyakit Menular)
Lima penyebab utama kematian saat terjadi kegawatdaruratan adalah diare, infeksi pernafasan akut,
measles, malnutrisi, dan pada daerah endemis, malaria. Semua kecuali malnutrisi adalah penyakit
menular yang berhubungan langsung dengan kondisi kesehatan lingkungan, bahkan malnutrisi
sangat diperparah oleh penyakit menular. Para korban bencana sangat rentan terhadap penyakit menular,
terutama ketika bencana dan dampak-dampak langsungnya menyebabkan penurunan ketahanan terhadap
penyakit akibat malnutrisi, stress, kelelahan, dll dan apabila kondisi kehidupan paska bencana yang
tidak bersih.
17. Apa saja tindakan yang dilakukan untuk kontrol penyakit menular dan epidemi selama terjadi
bencana
Kesiapan danPrevensi
Tindakan tersebut termasuk:
Pelatihan tenaga kesehatan dan staf outreach dalam mengidentifikasi dan menegement
penyakit tertentu yang dianggap sebagai ancaman
Membuat persediaan barang-barang dan peralatan untuk diagnosa, treatment, dan
tindakan kesehatan lingkunan jika terjadi outbreak penyakit
Memperkuat sistem pengawasan kesehatan dan pelatihan protokol untuk mengolah informasi
dari suatu penyakit tertentu
Meningkatkan kewaspadaan di masyarakat yang mungkin terkena dampak bencana terhadap
penyakit menular dan kebutuhan awal untuk ke fasilitas kesehatan
13
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
19. Bagaimana cara mengkontrol vektor dan hama saat terjadi bencana dan emergency
Beberapa bencana dapat meningkatkan populasi vektor dan hewan pengganggu, biasanya serangga dan
hewan pengerat. Banjir dapat menciptakan breeding site baru bagi nyamuk di reruntuhan bekas
bencana dan genangan air.
Pengurangan densitas
Mengurangi densitas populasi vektor dan hewan pengganggu dapat ditempuh secara
langsung di tempat breeding sites, management lingkungan (drainase, filling, leveling
lubang/cekungan dan menutup celah)
14
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
2. Aktivitas rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan melalui kegitan :
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana
b. Perbaikan sarana dan prasarana umum
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d. Pemulihan sosial psikologis
e. Pelayanan kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan sosial ekonomi budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintah
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik
15
BLOK COMMUNITY MEDICINE – CASE 2 FEMUR
16