5.1. Pendahuluan
121
murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat
bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang
ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana
yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah
tersebut sangat terbatas sekali.
122
5.3. Tipe-tipe Rumah Sakit
123
c. RSU KELAS C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
d. RSU KELAS D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.
124
5.5. Limbah Rumah Sakit
125
(a). Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang
dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas dan pisau bedah.
(b). Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.
(c). Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan atau autopsi.
(d). Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksik.
(e). Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa,
obat yang terbuang karena karena batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,
obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses
produksi obat.
(f). Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium,
proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan
buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan
sitotoksik.
(g). Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan
radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset
radionuklida
126
yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan lainya.
Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik
maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung
senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah
dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya
banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah
tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis,
logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya.
Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka
air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan
ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air
olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain,
dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara
biologis. Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit
secara umum dapat dilihat seperti pada Gambar 5.1.
127
Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air
limbah rumah sakit yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa
konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD
31,52 - 675,33 mg/l, ammoniak 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen
(MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l. Hal ini mungkin disebabkan karena
sumber air limbah juga bervarisi sehingga faktor waktu dan
metoda pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya
konsentarsi.
128
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses
pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan
dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut
melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi
pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter
atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact
aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya.
129
5.7.1. Pengolahan air Limbah Dengan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob
130
diturukkan sampai kira-kira 400-500 ppm (efisiensi pengolahan +
60-70 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan
proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob.
131
serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Dari bak aerasi, air
dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa
sirkulasi lumpur.
132
5.8.2. Perhitungan Disain IPAL
Bak ekualisasi
Kapasitas : 20 M3/hari
Tipe : Pompa Celup
Total Head : 9 meter
Jumlah : 1 buah
Listrik : 250 watt, 220-240 volt
Biofilter Anaerob
133
8 kg/hari
3
Volume media yang diperlukan = = 3,2 m
3
2,5 kg/m .hari
4,6 m 3
= X 24 jam/hari = 5,52 jam
3
20 m /hari
Dimensi :
Lebar : 1,5 m
Panjang : 1,5 m
Kedalaman air efektif : 2,0 m
Ruang Bebas : 20 cm
Pengolahan Lanjut
Dimensi bak :
Lebar : 1,5 m
Panjang : 0,6 m
Tinggi : 2,2 m
Kedalaman Air efektif : 2,0 m
Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,162 Jam
Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,2 m3/m2.hari
Standar :
Waktu tinggal = 2 jam
Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)
134
Biofilter Zona Anoksik (Anaerob)
2,4 kg/hari
Volume media yang diperlukan = = 2,4 m .3
3
1,0 kg/m .hari
Dimensi :
Lebar : 1,5 m
Panjang : 1,4 m
Kedalaman air efektif : 2,0 m
Tinggi ruang bebas : 0,2 m
Jumlah ruang : di bagi menjadi 2 ruangan
Chek :
Waktu tinggal rata-rata = 4,8 jam
Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 1,5 m
Tinggi air di atas bed media = 30 cm
Volume media pada biofilter anaerob = 3,6 m3.
3
BOD Loading per volume media = 1,0 Kg BOD/m .hari.
Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m .hari.2 (Ebie
Kunio, 1995)
135
Biofilter Aerob
Beban BOD per volume media yang digunakan = 1,0 kg/m .hari.3
0,96 kg/hari
3
Volume media yang diperlukan = = 0,96 m
3
1,0 kg/m .hari
Chek :
Waktu tinggal total rata-rata : + 2,52 jam
Tinggi ruang lumpur : 0,2 m
Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,5 m
Tinggi air di atas bed media : 30 cm
Reaktor dibagi menjadi dua ruangan yakni ruangan aerasi dan
ruangan biofilter.
136
Chek :
3
BOD Loading per volume media = 0,71 Kg BOD/m .hari.
Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m .hari.2
Kebutuhan Oksigen :
0,672 kg/hari
3
= 2,47 m /hari
1,1725 kg/m 3x 0,232 g O /g2 Udara
2,47 m 3/hari
Kebutuhan Udara Aktual = = 98,8 m 3/hari
0,025
= 0,069 m 3 /menit
Chek :
Ratio Volume Udara /Volume Air Limbah = 4,94
137
Spesifikasi Blower :
3
Kapasitas = 0,069 m /menit
Head = 2000 mm-aqua
Jumlah = 2 unit
Difuser :
3
Total transfer udara = 0,069 m /menit = 69 liter/menit
Tipe Difuser yang digunakan : difuser gelembung kasar
Dimensi bak :
Lebar : 1,5 m
Panjang : 2,2 m
Kedalaman Air efektif : 2,0 m
Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,16 Jam
Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,22 m3/m2.hari
Standar :
Waktu tinggal 2 jam
Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)
138
Media Pembiakan Mikroba
3
Total Media Biofilter Yang Diperlukan = 10 m
Kapasitas : 10 M3/hari
Tipe : Pompa Celup
Total Head : 9 meter
Jumlah : 1 buah (satu untuk cadangan)
Listrik : 80-100 watt, 220-240 volt
Blower Udara
139
5.8.3. Gambar Teknis Disain IPAL
140
Gambar 5.3. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Kombinasi
Biofilter Anaerob-Aerob
Gambar 5.4. Potongan Melintang Bak Ekulaisasi
141
Gambar 5.6. Potongan Melintang Biofilter Anaerobik
142
Gambar 5.8. Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut (Tampak Atas)
143
Gambar 5.10. Potongan Melintang Reaktor Biofilter
Pengolahan Lanjut
144
Gambar 5.12. Potongan E–E Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut
145
Gambar 5.14. Potongan G-G dan H–H Reaktor Biofilter
Pengolahan Lanjut.
POTONGAN I-I
146
Gambar 5.16. Diagram Kelistrikan
147
5.8.4. Spesifikasi Teknis IPAL Biofilter Anaerob-Aerob
3
Kapasitas 20-30 M per Hari
148
Media Biofilter
Peralatan :
a. Blower Udara
Tipe : HIBLOW 60
Kapasitas : 60 liter per menit
Listrik : 100 watt, 220 volt
Jumlah : 2 unit
c. Pompa Sirkulasi
149
3
5.9. Contoh Pembangunan IPAL Kapasitas 20-30 M /Hari
150
Gambar 5.20. Pembuatan Bak Ekualisasi
151
Gambar 5.22. Bekesting Reaktor IPAL
152
Gambar 5.24. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang
153
Gambar 5.26. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang Rapih
154
5.10. Analisa Kualitas Air Hasil Olahan
Air limbah yang harus diolah adalah seluruh air limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan industri farmasi atau rumah sakit, yaitu
air yang berasal dari dapur, laundry, air limbah dari kegiatan
klinis, air limpasan tangki septik dan lainnya. Pengambilan dan
pengujian kualitas air dilakukan setelah IPAL beroperasi selama
tiga bulan.
BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 6–9
155
5.11. Penutup
156
5.12. Daftar Pustaka
-----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon
Gesuidou Kyoukai, 1984.
-----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah
Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL
JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.
Anonim. (1995), “Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Kep-51/MENKLH/10/1995”. Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.
Arvin, E dan Herremoes., “Concepts and Models for Biofilm
Reactor Performance”, Water Science Technology, Vol.22,
No.1/2, pp. 171-192, 1990.
Benefield, Larry, D and Randal, Cliiford.W. (1990), “
Biological Proccesses Design For Wastewater Treatment”.
Prentice Hall, New York.
Casey, T.J.(1997). “Unit Treatment Process In Water and
Wastewater Engineering”. University College Dublin, Ireland :
John wiley and Sons Ltd.
Dojlido, jan R, and Best, Gerald A. (1993). “Chemistry of
Water and Wastewater Pollution”. England. Ellis Horwood
Limited.
Droste, Ronald R. (1997). “Theory and Practice of Water and
Wastewater Treatment”. John wiley and Sons Ltd.Toroto,
Canada.
Fair, Gordon Maskew et.al., " Elements Of Water Supply
And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc.,
1971.
157
Metclaf And Eddy (1978). " Waste Water Engineering”, Mc
Graw Hill.
Mosey, F.E. (1983), Water Science Technology, Vol.15,
1983.
Reynolds, T.D. (1982). “Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering”. Boston : B/C Engineering
Division.
Said,N.I. (2000). “ Pengolahan Air Limbah dengan Proses
Biofilter Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.1
No.2. Jakarta.
Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei
Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai,
Tokyo, 1987.
158