Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,
bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa
nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya
manajemen tahap kedua dan ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik.
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi
perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur
sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling
sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian
tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan kebanyakan terjadi pada wanita
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun serta wanita dengan jarak persalinan
yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit,
sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian mengalami
perdarahan postpartum dan terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang
keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas
tinggi. (Yayan Akhyar)

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang perdarahan
postpartum.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya definisi perdarahan postpartum
2. Diketahuinya epidemiologi dari perdarahan postpartum
3. Diketahuinya etiologi dari perdarahan postpartum
4. Diketahui klasifikasi dari perdarahan postpartum
5. Diketahui diagnosa dari perdarahan postpartum
6. Diketahui penanganan dari perdarahan postpartum

1.3 Manfaat Penulisan


1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan mahasiswa akademi lainnya, khususnya dalam
masalah perdarahan postpartum.
2. Masukkan pada pihak-pihak terkait dalam bidang obstetri dan ginekologi terutama bidan tentang
perdarahan postpartum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
anak lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam
kehilangan lebih dari 1000 ml darah.

2.2 Epidemiologi
Perdarahan karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir meningkat insidennya
pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion, anak terlalu besar ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti
pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada kehamilan usia lanjut, induksi
partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan
sebagainya.
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan
plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan
perdarahan pada akhir masa nifas. Kadang-kadang plasenta tidak segera
terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak
ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga
perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi.
Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan
melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung
lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan,
termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati
30 menit atau lebih. (yayanakhyar.com, 2008)
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi
dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat
banyak.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi perdarahan postpartum :
1 Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
2 Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaitu-perdarahan
yang terjadi setelah 24 jam pertama.
2.4 Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi UterusHal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu
:
- Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
- Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>
500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

2.6 Diagnosis
—Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan
yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien
akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang
mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan
postpartum selalu ada.
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan
segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes
karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes
bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan
jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina
dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah
uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan
lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan
dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen
uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi
dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam
dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan
adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.

2.7 Pencegahan dan Penanganan


Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin
kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter
spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan
ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan
yang terjadi.
Penanganan umum pada perdarahan post partum :
 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
 Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan)
 Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
 Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan
komplikasi
 Atasi syok
 Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan
uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
 Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
 Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi perdarahan postpartum
primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh
atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta, hematoma dan kelainan pembekuan darah.
Karena etiologi dari perdarahan postpartum berbeda-beda. Oleh sebab itu, penanganannya juga
berbeda-beda. Namun dalam hal ini, sangat perlu diperhatikan manajemen aktif kala II dan III
dengan baik. Selain itu, tindakan deteksi dini dan sangat berarti dalam pencegahan terjadinya
perdarahan postpartum demi menekan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat perdarahan
postpartum.
3.2 Saran

Mahasiswa diharapkan dapat mengenali perdarahan postpartum


sehingga dapat melakukan tindakan deteksi, pencegahan serta penanganan
terhadap perdarahan postpartum.

Daftar pustaka

http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-komplikasi-persalinan-kala-ii_07.html

PERDARAHAN POSTPARTUM (Post


Partum Hemorrhagic)
Posted on September 29, 2008 by Yayan A.I| 31 Comments

11

Rate This

Authors : Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi,
S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008.

PENDAHULUAN

—Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi
perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur
sekitarnya, atau keduanya.1
—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut
terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.2 Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil
akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.1

—Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien
yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit,
saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. 3
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran
hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.2

—Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang
spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta,
dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum.
Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi.
Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain
laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.1

TINJAUAN PUSTAKA

I. PERDARAHAN POST PARTUM

Definisi

—Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak
lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam
kehilangan lebih dari 1000 ml darah.

Epidemiologi

—Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil,
tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. 1 Kadang-
kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga
secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan
akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275
persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3%
berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk
kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1

—Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi
dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat
banyak.1

Klasifikasi

—Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9

1. Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaitu-perdarahan
yang terjadi setelah 24 jam pertama.

Etiologi

—Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :1,9

a. Etiologi perdarahan postpartum dini :

1. Atonia uteri

—Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :

 Umur yang terlalu muda / tua


 Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara

 Partus lama dan partus terlantar

 Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar

 Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta

 Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi

2. Laserasi Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.

3. Hematoma
—Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada
daerah jahitan perineum.

4. Lain-lain

—Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri

b. Etiologi perdarahan postpartum lambat :

1. Tertinggalnya sebagian plasenta


2. Subinvolusi di daerah insersi plasenta

3. Dari luka bekas seksio sesaria

Diagnosis

—Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang
menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan
jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang
mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan
postpartum selalu ada. 9

—Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan
segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes
karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes
bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan
jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. 9

—Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di
dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri
keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9

—Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus
didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi
dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam
dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan
adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.9

Pencegahan dan Penanganan


—Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala
II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter
spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan
ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan
yang terjadi.9

—Penanganan umum pada perdarahan post partum :10

 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)


 Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan)

 Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).

 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

 Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan
komplikasi

 Atasi syok

 Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan
uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.

 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.

 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

 Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan

 Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

Daftar pustaka

http://belibis-a17.com/2008/09/29/perdarahan-postpartum-post-partum-hemorrhagic/

Anda mungkin juga menyukai