Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

A. TOPIK
Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik

B. Latar Belakang
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan
atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan Perilaku kekerasan tidak jauh
dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996).
Di ruang merak RSJ provinsi Jawa Barat selama tiga hari pengamatan
mengobservasi klien ada 4 pasien yang mengalami Perilaku kekerasan sehingga pasien
membutuhkan terapi aktifitas kelompok untuk menceritakan pengalaman Perilaku
kekerasan mereka untuk didiskusikan dalam kelompok.

C. Landasan Teori
1. Pengertian prilaku kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz,
1993). Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua
yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995). Sedangkan
marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993).

2. Penyebab Prilaku kekerasan


Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
- Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

1
- Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
- Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
- Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
- Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
3. Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan pemicu kemarahan.stressor
yang kuat dapat menyebabkan mekanisme koping seseorang tak adekuat sehingga
terjadi penyimpangan perilaku kekerasan pada seseorang.
4. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau
perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
sebagai berikut :
- Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
- Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah
tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
- Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.

5. Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
- Menyerang atau menghindar (fight of flight)

2
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
- Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping
itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
- Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
- Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
- Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
- Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
- Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil

3
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
- Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
- Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.

D. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok selama 45 menit klien mampu
mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat menyebutkan kegiatan kegiatan fisik yang biasa
dilakukan klien.
2) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3) Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
E. Karakteristik Pasien
- Klien dengan resiko perilaku kekerasan
- Klien tidak mengalami gangguan fisik
- Klien tidak sedang mengalami perilaku agresif dan tidak indikasi amuk
Klien dalam keadaan tenang dan kooperatif
- Peserta bersedia mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok

4
F. PROSES SELEKSI
Proses seleksi dilakukan oleh terapis (mahasiswa) dengan cara mengobservasi
klien selama klien berada di rumah sakit. Berdasarkan kriteria tersebut ditetapkan
empat (4) orang klien yang akan diikutsertakan dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok. Setelah ditetapkan klien yang akan diikut sertakan, diberikan penjelasan
kepada klien tentang rencana kegiatan terapi aktivitas kelompok yang kemudian
dilakukan kontrak dengan klien, apakah klien bersedia atau tidak untuk ikut serta
dalam terapi.

G. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


1. Tempat
Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
2. Hari/ Tanggal : Sabtu, 13 Mei 2017
3. Waktu : 30 Menit

a. Leader : Tri Wulan MayangSari


 Memimpin TAK : merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalannya TAK.
 Membuka acara TAK
 Memimpin perkenalan
 Menjelaskan tujuan TAK
 Menjelaskian proses kegiatan TAK
 Menutup kegiatan TAK
b. Co. Leader : Ucu Suparyanti
 Membacakan tata tertib dan program antisipasi
 Mengambil alih tugas leader apabila jalannya TAK pasif, dan menyerahkannya
kembali kepada leader apabila jalannya TAK sudah normal kembali
 Fasilitator : Yayah Sopiah, Ulfah Rufaidah, Tryan Anas Alansori,
Yuliani
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
 Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok

5
c. Observer: Yudi Muammar
 Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir
 Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis
 Mengevaluasi jalannya TAK dari awal sampai akhir
 Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
 Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya

H. .Jumlah dan nama klien


Berdasarkan kriteria tersebut ditetapkan empat (4) orang klien yang akan
diikutsertakan dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok
Nama klien peserta TAK
 Yuni
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
 Iis Sugiarti
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
 Nengsih
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan :
 Neneng
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

I. Metode
- Diskusi dan Tanya jawab
- Bermain peran / stimulasi
J. Media/Alat
- Karton
- Spidol
- Gelas
- Papan nama

6
K. Setting Tempat

Keterangan :
: Klien

: Fasilitator

: Observer

: Leader

: Co Leader

LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan

a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapetik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Klien dan terapis memakai papan nama (pakai papan nama)
b. Evaluasi/ Validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.

7
- Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab, tanda dan
gejala, perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
- Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
- Terapis menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
L. Tahap Kerja
a) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
- Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang bisa
dilakukan klien.
- Tulis di karton
b) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan
secara sehat: nafas dalam, menyikat kamar mandi, main bola, senam,memukul
bantal tidur.
- Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
- Tulis di karton
c) Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d) Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih.
- Terapis memperaktikkan (mendemonstrasikan)
- Klien mendemonstrasikan ulang.
e) Menanyakan perasaan klien setelah memperaktikkan cara penyaluran kemarahan.
f) Memberikan pujian pada peran serta klien.
g) Upayakan semua klien berperan aktif

J. Tahap Terminasi

1) Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Menanyakan secara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Tindak lanjut
8
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah diperajari jika
menghadapi (lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
- Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
- Memasukan pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan dating
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif.
- Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2kemampuan
mencagah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

No Nama Klien Mempraktikan cara fisik yang Mempraktikan cara fisik


pertama yang kedua

Petunjuk :
9
1. Tunis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien , beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan
dua cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√ ) jika
klien mampu dan tanda ( - ) jika klien tidak mampu.

10
PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B A dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Rumah Sakit Jiwa Bandung, 1997. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yosep, l. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

12
TATATERTIB
1. Peserta TAK harus hadir paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai
2. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan
meninggalkan ruangan
3. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak menggangu anggota
yang lain
4. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperkenankan makan,
minum dan merokok
5. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan tangan, dan
berbicara apabila dipersilahkan oleh leader
6. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, dipersilahkan sebelum acara dimulai
7. Peserta tidak diperbolehkan membicarakan hal-hal lain diluar topik TAK
8. Peserta yang melanggar aturan diperingatkan dan tidak diperkenankan mengikuti
permainan selanjutnya

13

Anda mungkin juga menyukai