Dosen Pembimbing :
dr. Rita Halim, M.Gizi
KELOMPOK 6A :
Fia Mentari G1A115077
Dora Yolanda Simanungkalit G1A115079
Anisa Rifkia ZS G1A115081
Siti Sarah Elvia G1A115083
Wulan Sudaryani G1A115084
Bianti Putri Sekarani G1A115048
Agra Farellio Moniga G1A115055
Nailatul Fadhila G1A115060
Rizki Fajar Muttaqin G1A115061
Elsa Aulia G1A115094
1. Rontgen
Suatu pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi untuk melihat
kondisi organ dalam tubuh.
2. Fraktur
Hilangnya kontinuitas pada tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya;
ditandai dengan nyeri, deformitas, dan pemendekan tulang.
3. Tirah Baring
Keadaan saat individu mengalami keterbatasan fisik.
4. Rehabilitasi
Proses refungsionalisasi untuk membantu penderita melakukan fungsi
sosialnya secara wajar kembali.
IDENTIFIKASI MASALAH
B. Edukasi:
a. pemeliharaan kebersihan lingkungan
b. latihan fisik ditingkatkan
c. pemantauan keluarga
ANALISIS MASALAH
2. Neurologi : a. TIA
b. Stroke
c. Serangan kejang
d. Parkinson
e. Kompresi saraf spinal karena
spondylosis
f. Penyakit cerebelum
F. Idiopatik
G. Sinkope:
1. Drop attack
2. Penurunan darah ke otaksecara tiba-tiba
3. Terbakar matahari
H. Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi
jatuh:
1. Aktivitas
2. Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya)
3. Penyakit akut
Sumber :
B. Nyeri tumpul:
Nyeri ini dirasakan di kulit sampai jaringan yang lebih dalam,
terasa menyebar dan lambat dijalarkan sedangkan rangsangan
bersifat terus-menerus.
b. Berdasarkan kronologi:
A. Nyeri akut:
Biasanya disebabkan karena penyakit dan merupakan reaksi
biologis yang merupakan suatu peringatan bagi pasien untuk
mencari pertolongan.
B. Nyeri kronik:
Bila nyeri dirasakan lebih lama dari perjalanan penyakit atau
luka-lukanya, artinya rasa nyeri masih menetap sesudah
penyembuhan penyakit atau disertai dengan kielainan kronis.
c. Secara patofisiologik:
A. Nosiseptif
B. Neuropatik
C. Campuran/patofisiologi tak dapat ditentukan
D. Psikologik/psikogenik
Sumber :
Tjenol P, Hadi M. Nyeri pada Usia Lanjut. Dalam H. Hadi M, Kris P
(editor). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut) Edisi Ke-5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015. 3(25): hal. 743-748.
3. Apa makna klinis kesadaran Nenek W yang baik dan bisa menjelaskan
kronologis kejadian?3
Jawab:
Kesadaran Nenek W yang baik dan bisa menjelaskan kronologis menandakan
fungsi kognitif Nenek W baik. Fungsi kognitif merupakan proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga reaksi dan
perilaku lansia menjadi semakin lambat. Fungsi kognitif dapat berhubungan
dengan risiko jatuh dimana perubahan di semua sistem di dalam tubuh
manusia tersebut, salah satu misalnya terdapat pada sistem saraf. Perubahan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dari fungsi kerja otak.
Sumber :
Pathy J, Sinclair A, Morley J. Principles and Practice of Geriatri
Medicine. Ed 4th. Vol 1. Part I, Chapter 5: Aging of The Brain. USA:
British Library Cataloguing in Publication Data. 2006.
Sumber :
Sumber :
Sandstrom Staffan,2003,(The WHO Manual of Diagnostic Imaging:
Radiographic Technique and Projections), Jakarta:EGC,99-100.
6. Apa saja penyebab dari fraktur dan apa tanda dan gejala dari fraktur?6,7,8
Jawab :
A. Faktor penyebab terjadinya fraktur adalah sebagai berikut: 6,7
a. Orang tua yang intake kalsium dan vitamin D yang tidak adekuat
juga olahraga yang tidak teratur semenjak massa muda
b. Peminum kopi dalam jangka waktu panjang
c. Lebih sering ditemukan pada perempuan karena hormone
esterogen yang sudah berkurang
d. Pada orang tua sistem integument menurun fungsinya,termasuk
fungsi untuk mensintesis vitamin D
e. Pada tulang terkena tekanan yang besar
Sumber :
11. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat tirah baring yang lama? 13
Jawab:
Terdapat beberapa komplikasi dari imobilisasi antara lain :
a. Trombosis
Trombosis vena dalam merupakan salah satu gangguanvaskular perifer
yang penyebabnya multifaktorial, meliputi faktor genetik dan
lingkungan.Terdapat tiga faktor yang meningkatkan risiko trombosis vena
dalam yaitu karena adanya luka di vena dalam karena trauma atau
pembedahan, sirkulasi darah yang tidak baik pada vena dalam ,dan
berbagai kondisi yang meningkatkan resiko pembekuan darah. Beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan sirkulasi darah tidak baik di vena dalam
meliputi gagal jantung kongestif, imobilisasi lama, dan adanya gumpalan
darah yang telah timbul sebelumnya.Gejala trombosis vena bervariasi,
dapat berupa rasa panas, bengkak, kemerahan, dan rasa nyeri pada tungkai.
b. Emboli Paru
Emboli paru dapat menghambat aliran darah keparu dan memicu
refleks tertentu yang dapat menyebabkan panas yang mengakibatkan
nafas berhenti secara tiba-tiba. Sebagian besar emboli paru disebabkan
oleh emboli karena trombosis vena dalam. Berkaitan dengan trombosis
vena dalam, emboli paru disebabkan oleh lepasnya trombosis yang
biasanya berlokasi pada tungkai bawah yang pada gilirannya akan
mencapai pembuluh darah paru dan menimbulkan sumbatan yang dapat
berakibat fatal. Emboli paru sebagai akibat trombosis merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada pasien lanjut usia.
c. KelemahanOtot
Imobilisasi lama akan menyebabkan atrofi otot dengan penurunan
ukuran dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot diperkirakan 1-2%
sehari. Kelemahan otot pada pasien dengan imobilisasi sering kali terjadi
dan berkaitan dengan penurunan fungsional, kelemahan, dan jatuh.
d. Kontraktur Otot dan Sendi
Pasien yang mengalami tirah baring lama berisiko mengalami
kontraktur karena sendi-sendi tidak digerakkan. Akibatnya timbul nyeri
yang menyebabkan seseorang semakin tidak mau menggerakkan sendi
yang kontraktur tersebut.
e. Osteoporosis
Osteoporosis timbul akibat ketidakseimbangan antara resorpsi
tulang dan pembentukan tulang. Imobilisasi meningkatkan resorpsi
tulang, meningkatkan kalsium serum, menghambat sekresi PTH, dan
produksi vitamin D3 aktif. Faktor utama yang menyebabkan kehilangan
masa tulang pada imobilisasi adalah meningkatnya resorpsi tulang.
f. UlkusDekubitus
Luka akibat tekanan merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien usia lanjut dengan imobilisasi. Jumlah tekanan yang
dapat mempengaruhi mikro sirkulasi kulit pada usia lanjut berkisar antara
25 mmHg. Tekanan lebih dari 25 mmHg secara terus menerus pada kulit
atau jaringan lunak dalam waktu lama akan menyebabkan kompresi
pembuluh kapiler. Kompresi pembuluh dalam waktu lama akan
mengakibatkan trombosis intra arteri dan gumpalan fibrin yang secara
permanen mempertahankan iskemia kulit. Relief bekas tekanan
mengakibatkan pembuluh darah tidak dapat terbuka dan akhirnya
terbentuk luka akibat tekanan.
g. HipotensiPostural
Hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah sebanyak 20
mmHg dari posisi berbaring keduduk dengan salah satu gejala klinik yang
sering timbul adalah iskemia serebral, khususnya sinkop. Pada posisi
berdiri, secara normal 600-800 ml darah dialirkan kebagian tubuh inferior
terutama tungkai. Penyebaran cairan tubuh tersebut menyebabkan
penurunan curah jantung sebanyak 30%. Pada orang normal sehat,
mekanisme kompensasi menyebabkan tekanan darah tidak turun. Pada
lansia, umumnya fungsi baroreseptor menurun.Tirah baring total selama
paling sedikit 3 minggu akan mengganggu kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan posisi berdiri.
h. Pneumonia dan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Akibat imobilisasi retensi sputum dan aspirasi lebih mudah terjadi
pada pasien geriatri. Pada posisi berbaring otot diafragma dan interkostal
tidak berfungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada juga menjadi
terbatas yang menyebabkan sputum sulit keluar dan pasien mudah terkena
pneumonia. Aliran urin juga terganggu akibat tirah baring menyebabkan
infeksi saluran kemih. Inkontinensia urin juga sering terjadi pada usia
lanjut disebabkan ketidakmampuan ke toilet, berkemih yang tidak
sempurna, gangguan status mental, dan gangguan sensasi kandungkemih.
i. Gangguan Nutrisi (Hipoalbuminemia)
Imobilisasi akan mempengaruhi sistem metabolik dan endokrin
yang akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabolisme zat gizi.
Salah satu yang terjadi adalah perubahan metabolisme protein. Kadar
plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut yang imobilisasi sehingga
menyebabkan metabolisme menjadi katabolisme. Keadaan tidak
beraktifitas dan imobilisasi selama 7 hari akan meningkatkan ekskresi
nitrogen urin sehingga terjadi hipoproteinemia.
j. Konstipasi dan Skibala
Imobilisasi lama akan menurunkan waktu tinggal feses di kolon. Semakin
lama fesestinggal di usus besar, absorpsi cairan akan lebih besar sehingga
feses akan menjadi lebih keras. Asupan cairan yang kurang, dehidrasi, dan
penggunaanobat-obatan juga dapat menyebabkan konstipasi pada pasien
imobilisasi.
Sumber:
Setiati S, Roosheroe A G. Imobilisasi pada Usia Lanjut. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI.Jakarta : Internal
Publishing. 2014. Hal 3762-5
15. Bagaimana cara mencegah dan mengedukasi fraktur pada lansia? 17, 18 , 19
Jawab:
a. Pencegahan 17,18
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal,
penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan
jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi,
dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga
bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang
dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedative. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari
empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat
4. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan
berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari
jalan yang biasa untuk melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.
8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindari tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti
misalnya di kamar mandi.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4. Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau
faktor yang mendasarinya.
A. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu
meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan
langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk
membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda.,
karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan
secara individual.
B. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak
dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh
karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti
cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1
ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane.
Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang
paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas
atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh
frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti
meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur
akibat terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor
estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
b. Edukasi 19
Edukasi adalah anjuran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
pasien selama berada di bangsal ataupun setelah pasien pulang ke rumah.
Edukasi yang diberikan berupa home program antara lain:
1. Memberikan motivasi agar pasien terus berlatih
2. Untuk mengurangi oedem pasien disuruh menyangga tungkai yang sakit
dengan bantal dan diletakkan lebih tinggi dari posisi jantung
3. menganjurkan pada pasien untuk melakukan gerakan dorsi fleksi-plantar
fleksi maupun inversi-eversi, fleksi-ekstensi lutut secara aktif yang
sebelumnya diberikan contoh oleh fisioterapi.
4. Menganjurkan pada pasien agar tidak menapakkan kaki yang sakit ke
lantai.
Sumber:
A. Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management.
Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.).
Philadelphia: Lippincott.
B. Kozier & Erb. (2004). Pain Management.
Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.).
New Jersey: Pearson prentice hall.
C. Ekawati ID. 2008. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Post
Fraktur Cruris 1/3 Tengah Dextra. Di unduh pada
http://eprints.ums.ac.id/1806/2/J100050057.pdf di unduh tanggal
29-maret-2018.
MIND MAPPING
NENEK W
(73 TAHUN)
JATUH TERPELESET
FRAKTUR
TIRAH BARING:
KOMPLIKASI
Pedoman tirah baring
yang baik dan benar
Daftar Pustaaka