#3

KELOMPOK C

ADDRESS PROBLEMATIC STUDENT BEHAVIOR

PERMASALAHAN PERILAKU PADA SISWA

Reports of problematic behaviors are on the rise nationally, not only in the classroom but in society
at large (Kowalski, 2003). Some of these immature, irritating, or thoughtless behaviors or “classroom
incivilities” include:
 lateness or leaving early
 inappropriate cellphone and laptop usage in class
 side conversations
 disregard for deadlines
 grade grubbing
 sniping remarks
 cheating

Laporan masalah perilaku sedang meningkat secara nasional, tidak hanya didalam kelas, akantetapi
di dalam masyarakat luaspun. Diantaranya belum dewasa, menyebalkan, tidak bijaksana, atau “ruang
kelas incivilities ” termasuk :
 Terlambat atau pergih lebih awal
 Penggunaan Hp dan leptop yang tidak pantas di dalam kelas
 Mengobrol tidak sesuai waktu
 Tidak menghiraukan tenggat waktu atau tidak tepat waktu
 Kelas grubbing
 Mengejek
 Curang atau tidak adil

These behaviors are not just instructors’ pet peeves; they have real costs including:
 distracting other students and instructor in class
 reducing student participation
 lowering other students' and instructor’s motivation in or out of class
 affecting fairness in grading
 using instructor or TA time unproductively
 feeling disrespected as a fellow learner or authority figure

Perilaku ini bukan hanya meresahkan hewan peliharaan instruktur, mereka memiliki biaya nyata
termasuk :
 Mengganggu siswa lain dan instruktur di kelas
 Mengurangi partisipasi siswa atau kurang menghargai
 Menurunkan motivasi siswa lain di dalam atau di luar kelas
  Mempengaruhi keadilan dalam penilaian
 Menggunakan waktu TA dengan tidak produktif
 Tidak merasa dihargai sebagai sesama pelajar

Possible causes
In order to limit or deal effectively with these behaviors, it is important to understand the factors that
cause or facilitate them. The cause can be:
 contingent on individual student situations
 structural to the course
This distinction is important because it orients us towards the causes we can control.

Kemungkinan penyebabnya
Untuk membatasi atau berurusan secara efektif dengan perilaku, ini penting untuk dipahami faktor-
faktor yang menyebabkan mereka. Penyebabnya bisa seperti :
 bergantung pada setiap situasi masing-masing siswa


Contingent on individual student situations

Students can engage in problematic behaviors because of health problems, personal or family
problems, adjustment or developmental issues (e.g., “immaturity” or self-esteem issues), or general
academic difficulties. These factors are not controllable, but instructors who feel those are issues are
at play can certainly refer students to the appropriate support services on campus:
 Health Services
 Counseling and Psychological services
 Academic Development
 Office of the Dean of Student Affairs

Bergantung pada situasi masing-masing siswa

Siswa dapat terlibat dalam masalah perilaku karena masalah kesehatan, masalah pribadi atau
keluarga, masalah penyesuaian atau pengembangan, kesulitan akademik umum. Faktor-faktor ini
tidak dapat dikontrol , akantetapi instruktur yang merasa itu adalah masalah sedang bermain, pasti
bisa merujuk siswa untuk sepantasnya ke layanan dukungan di kampus :
 Pelayanan kesehatan
 Layanan konseling dan psikologi
 Pengembangan akademik
 Kantor Dekan bagian kemahasiswaan
Cultural or generational issues
“In particular, some sociologists point out that some students seem to watch a lecture the same way
they watch TV. This would explain why they think they can arrive a little late or take a break in the
middle of lecture, or why they can have side conversations or otherwise multi-task – none of these
behaviors impairs the ability to get meaning out of a movie, and the screen barrier between the
 audience and the actors makes it so that the actors’ performance is not affected by the audience’s
behavior. (Jaffee, 1999) > MORE on the Millennial generation.”

Masalah budaya atau generasi

“khususnya, beberapa sosiologis yang ditunjukkan bahwa beberapa siswa bahwa tampak menonton
kuliah seperti mereka menonton tv. Ini akan menjelaskan mereka berfikir, mengapa mereka bisa
datang sedikit terlambat atau beristirahat di tengah perkuliahan, atau mengapa mereka mengobrol
atau sebaliknya pendiam. Tidak satupun perilaku ini merusak kemampuan untuk mendapatkan
makna dari film dan penghalang layar diantara penonton, dan para aktor membuatnya begitu,
sehingga kinerja para aktor tidak terpengaruh oleh perilaku penonton.
(Jaffee, 1999) > lebih banyak pada generasi seribu tahun lalu.”

Encourage active learning.

Meaningful engagement has obvious benefits for student learning and performance, but it can also
bring some side benefits with respect to student behavior in the classroom. In fact, Sorcinelli (1991)
points out that in classes that use active learning effectively, students
• o feel more responsible for coming to class, and coming prepared
• o perceive they pay more attention in class
• o feel more responsible for their own learning.

Mendorong untuk giat belajar.

Keterlibatan yang bermakna memiliki manfaat yang jelas untuk pembelajaran dan kinerja siswa,
akantetapi itu dapat juga memberikan beberapa manfaat lain sehubungan dengan perilaku siswa
didalam kelas. Bahkan Sorcinelli (1991) menunjukkan, bahwa di kelas yang menggunakan
pembelajaran aktif secara efektif siswa, yaitu
 Merasa lebih bertanggungjawab untuk datang ke kelas dan datang dengan siap
 Membayangkan mereka lebih memperhatikan di dalam kelas
 Merasa lebih bertanggungjawab belajar untuk dirinya sendiri