Anda di halaman 1dari 11

Mengenal Cairan Infus

Bagi seorang yang awam akan dunia medis pasti pernah berfikiran tentang apa itu
infus?
Nah..! apa itu infus? apa fungsinya?
berikut sedikit ulasan dari saya tentang mengenai cairan infus

Infus cairan adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
tubuh untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Fungsi NaCl bagi tubuh
yang sehat sebenarnya tidak ada. NaCl 0,9%, misalnya, dulu dikenal sebagai cairan fisiologis karena
dianggap memiliki kandungan cairan yang menyerupai kandungan cairan tubuh. Biasanya cairan ini
digunakan pada penderita rawat inap yang memerlukan jalur infus, yang tanpa kelainan pada
kandungan cairan tubuh (dalam artian tidak terdapat perubahan nilai elektrolit dalam tubuh).
Namun, dalam keadaan tertentu (misalnya kadar natrium dalam darah menurun), NaCl dapat
digunakan (secara infus) untuk meningkatkan kadar natrium, tentunya dengan menyesuaikan persen
NaCl yang dibutuhkan. Dengan kata lain NaCl itu juga merupakan molekul yang orang bilang garam
dapur terdiri dari Na+ dan Cl- merupakan ion elektrik, berperan dalam natrium kalium ATP-ase yang
intinya semua kerja tubuh yang memerlukan listrik, seperti saraf, otot, chenel2 reseptor, dll

berikut adalah jenisnya :

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS

ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue
(DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:

• Na 130 mEq
• K 4 mEq
• Cl 109 mEq
• Ca 3 mEq
• Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
KA-EN 1B

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A

Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia


3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

 Na 30 mEq/L
 Cl 28 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

1. Untuk resusitasi

2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi


adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:

1. Resusitasi

2. Suplai ion bikarbonat

3. Asidosis metabolik

MARTOS-10

Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan
defisiensi protein

3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

4. Mengandung 400 kcal/L


AMIPAREN

Indikasi:

1. Stres metabolik berat

2. Luka bakar

3. Infeksi berat

4. Kwasiokor

5. Pasca operasi

6. Total Parenteral Nutrition

7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit


AMINOVEL-600

Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

2. Penderita GI yang dipuasakan

3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

4. Stres metabolik sedang

5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)


PAN-AMIN G

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

2. Nitrisi dini pasca operasi

3. Tifoid

(http://www.akperinsada.ac.id)

JENIS - JENIS CAIRAN INFUS

1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah
dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan
pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien
yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose
5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Dari Sisi Cairan


a. Kandungan elektrolit cairan
Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+, Cl, Ca2+, laktat atau asetat.
Jadi, dalam pemberian infus, yang diperhitungkan bukan hanya air melainkan juga kandungan
elektrolit ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak. Dalam hal ini pula atau dalam kandungan
cairan ini terkandungosmolaritas cairan dimana

yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol elektrolit dalam kandungan infus. Untuk
pemberian infus ke dalam vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan adalah kurang dari
900mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena). Jika osmolaritas cairan melebihi 900
mOsmol/L maka infus harus diberikan melalui vena sentral.

Adapun kandungan lain dalam cairan infuse yaitu seperti disebutkan sebelumnya, selain elektrolit
beberapa produk infus juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke dalam sel, antara lain:
glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino, trigliserida. Pasien yang dirawat lebih lama
juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti Mg2+, Zn2+ dan trace element lainnya.

Dalam proses sterilitas cairan infuse itu sendiri dapat di lihat dari parameter kualitas untuk sediaan
cairan infus yang harus dipenuhi adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen disamping
pemenuhan persyaratan yang lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang menggunakan metoda
sterilisasi uap panas, ada dua pendekatan yang banyak digunakan, yaitu overkill dan non-overkill
(bioburden-based).

a. Overkill adalah Pendekatan yang dilakukan untuk membunuh semua mikroba, dengan prosedur
sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121oC selama 15 menit. .Dengan cara ini, hanya cairan infus
yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami perubahan. Namun cara ini sangat berisiko
dilakukan pada cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino karena bisa
jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun. Misalnya saja larutan glukosa konsentrasi
tinggi. Pada pemanasan tinggi, cairan ini akan menghasilkan produk dekomposisi yang dinamakan 5-
HMF atau 5-Hidroksimetil furfural yang pada kadar tertentu berpotensi menimbulkan gangguan hati.
Selain suhu sterilisasi yang terlalu tinggi, lama penyimpanan juga berbanding lurus dengan
peningkatan kadar 5-HMF ini.

b. Non-overkill :

Sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis cairan yang lebih beragam
contohnya cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino serta obat-
obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi sterilisasi yang lebih
mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga Bioburden, dimana pemanasan akhir yang
digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan
metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil serta
tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlampau tinggi. Dengan demikian infus tetap
bermanfaat dan aman untuk diberikan.

PRINSIP KERJA CAIRAN INFUS


Dinding sel darah merah mempunyai ketebalan ± 10 nm dan pori berdiameter ± 0,8 nm. Molekul air
berukuran ± setengah diameter tersebut, sehingga ion K+ dapat lewat dengan mudah. Ion K+ yang
terdapat dalam sel juga berukuran lebih kecil dari pada ukuran pori dinding sel itu, tetapi karena
dinding sel bermuatan positif maka ditolak oleh dinding sel. Jadi selain ukuran partikel muatan juga
faktor penentu untuk dapat melalui pori sebuah selaput semipermiabel.

Cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,92%. Dengan
kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan NaCl 0,92%. Jika sel darah merah dimasukkan
kedalam larutan NaCl 0,92%, air yang masuk keluar dinding sel akan setimbang (kesetimbangan
dinamis). Akan tetapi jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan Nacl yang lebih pekat dari
0,92% air akan keluar dari dalam sel dan sel akan mengerut. Larutan yang demikian dikatakan
hipertonik. Sebaliknya jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl yang lebih encer dari
0,92%, air akan masuk kedalam sel dan sel akan menggembung dan pecah(plasmolisis). Larutan ini
dikatakan sebagai hipotonik.

Anda mungkin juga menyukai