Satuan Acara Penyuluhan
Satuan Acara Penyuluhan
KELOMPOK II
Anderson
Leni Fitriah
Nurhayani
Owik Hariawan
Rafidah
Ros Gunaningsih
Tri Wulandari
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh
darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Sehingga akibat penyumbatan
maupun pecahnya pembuluh darah tersebut, bagian otak tertentu berkurang
bahkan terhenti suplai oksigennya sehingga menjadi rusak bahkan mati.
Akibatnya timbullah berbagai macam gejala sesuai dengan daerah otak yang
terlibat, seperti wajah lumpuh sebelah, bicara pelo (cedal), lumpuh anggota gerak,
bahkan sampai koma dan dapat mengancam jiwa (Mediskus, 2013).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun.
Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah
penyakit jantung koroner dan kanker. Depkes RI (2007) melaporkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian yang utama di rumah sakit disamping itu stroke
juga merupakan penyebab utama kecacatan nomor satu didunia ( Pinzon & Asanti,
2010).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi terjadinya serangan
berulang atau kekambuhan pada penderita stroke adalah dengan menjalankan
perilaku hidup sehat sejak dini. Pengendalian faktor-faktor resiko secara optimal
harus dijalankan, melakukan kontrol secara rutin, mengkonsumsi makanan yang
sehat serta konsumsi obat, tidak merokok, dan harus mengenali tanda-tanda dini
stroke ( Wardhana, 2011).
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan
menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai serangan
mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease
(CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008)
B. Faktor Risiko
1. Hipertensi.
2. Obesitas.
3. Hiperkolesterol.
4. Peningkatan hematokrit.
5. Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF.
6. DM.
7. Merokok.
8. Alkoholisme.
9. Penyalahgunaan obat : kokain.
C. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
a. Atherosklerosi
2. Emboli
4. Hypoksia Umum
D. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah
dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran
darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.
E. Klasifikasi
a. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oelh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua,
yaitu ;
1. Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
2. Perdarahan Sub Araknoid
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan meningeal +/- +++
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
Tabel 2.4 Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid
3. Gangguan persepsi.
G. Komplikasi
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis
11. CHF
12. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme
Komplikasi
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi sertaa
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
3. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurimsa atau malformasi vaskuler.
4. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah (AGD)
6) Biokimia darah
7) Elektrollit
I. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
J. Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
K. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
L. Pencegahan Stroke
1. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
3. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
4. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya).
5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
6. Olahraga secara teratur.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. KASUS
Tn. T dirawat di ruangpenyakitdalamFlamboyandengan diagnose mediscvd
stroke non hemoragic. Tn. T
masukdengankondisilemahpadabagiankananbadannyadariatassampai kaki.
Tekanandarah Tn. T saatmasuk IGD adalah 210/110 mmHg,
adariwayatdarahtinggidan stroke padakeluargaTn.Tyaitudari ayah.
SaatdilakukanpengkajianTn.Ttidakmengetahuipenyebabsakit yang
dideritanyakarenaiatidakmerasakangejalaapapunhanyakakupadalehernya.
SelamainiTn.Ttidakpernahmemeriksakandirinyakepelayanankesehatanhanyamin
umobatwarungsaja.
Saatinikondisi Tn. T sudahmembaik, tekanandarahstabil di level 110/70-130/80
mmHg. Dan doktermerencanakanuntukdilakukanperawatanlanjut di rumah.
B. PEMBAGIAN PERAN
Dokter : “selamatpagiTn.Tbagaimanakabarnyahariini?”
Istri : “Baikdok”
Jam 11 siangdokterfisioterapidatangkeruangFlamboyanuntukmelihatTn.T
Tn.T : “Waalaikumsalamwr..wb.terimakasih.”
Tn.T : “Alhamdulillah
sudahenakDoktinggalbadansayasebelajkananmasihlemasdansulitdigerakkan.”
Pukul 13 fisioterapistdatangkeruangFlamboyan
Fisioterapist :
“bagaimanaTn.TsudahsiapuntuklatihanpergerakananggotabadanBapak?”
Fisioterapist : “baikkitamulaisekarangya “
(gerakanpadakepala)
(gerakanpadatangandanlengan)
(gerakanpadalutut,paha)
(gerakanpadatumitdanibujari)
DilihatdariperkembanganTn.Tsudahmampuuntukdilakukanrawatjalan,
makaperawatmempersiapkan discharge planning untukTn.T
Perawat :Tn.TBapaksudahdiperbolehkanpulangolehdoker yang merawatBapak,
sebelumpulangsayaakanmenjelaskansedikittentangpenyakitBapakdancarapence
gahan agar tidakkambuhkembali, bagaimana Pak, Bapakbersedia?”
Perawat :sayajelaskanya
Pak..jikaadapertanyaanBapakbisaajukansetelahsayaselesaimenjelaskan.”
Sayamulaiya Pak
Tn.T :bapaksayasus…”
Perawat : “kalausepertiitu,
bapakharusmemperhatikanpolamakandanminumobatteraturya..”
untukmakannyanantiBapakbisatanyakanpadaahligizi yang datang.”
IstriTn.T :makasihsus
Pukul 14 ahligizidatang
Tn.T :sudahbu…tapisayabelumtahudirumahmakannyabagaimana.
Tn.T :waalaikumsalam..
Ahligizimeninggalkanruangandankeluargabergegasmengurusadmnistrasiperawat
anpasien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian ( Fransisca
B.Battacaca )
BAB V
KESIMPULAN
Tindakan ambulasi dan mobilisasi terbukti efektif dalam mencegah kekakuan otot
pada pasien stroke sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi serta pasien
diharapkan mampu melakukan kembali aktifitas sehari-hari seperti perawatan
diri,kegiatan lain,dan aktifitas secara mandiri atau dengan bantuan minimal
dengan menggunakan kemampuan diri yang masih ada.
SARAN
Tindakan ambulasi dan mobilisasi yang rutin dapat diaplikasikan sebagai tindakan
keperawatan yang efektif untuk pasien –pasien dengan post stroke .Bagi keluarga
pasien diharapkan ikut serta dalam upaya peningkatan ambulasi dan mobilisasi
fisik dirumah.