Anda di halaman 1dari 28

BAB III

GAMBARAN RADIOLOGIS

3.1 Radioposisi Cranium

3.1.1 Posisi Rontgen Cranium

A. Posisi Antero Posterior (AP) Axial

Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi anterior

posterior axial adalah untuk menampakkan patologi seperti fraktur, neoplastic,

dan osteitis. Pasien dalam posisi berdiri atau tidur di atas meja pemeriksaan.17

Gambar 4. RadioposisiAntero Posterior (AP) Axial.17

B. Posisi Antero Posterior

Menurut Frank (2012), ketika pasien tidak dapat diposisikan PA atau AP

axial proyeksi yang dapat menggambarkan kriteria yang serupa adalah proyeksi

AP. Tujuan dilakukannya proyeksi AP adalah untuk menampakkan patologi

seperti fraktur, neoplasma dan osteitis.Pasien dalam posisi supine.17

Gambar 5. Radioposisi Antero Posterior (AP).17

20
21

C. Posisi Postero Anterior (PA) Axial

Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi PA axial adalah

untuk menampakan patologi seperti fraktur, neoplasma dan osteitis. Pasien dalam

posisi berdiri atau prone.17

Gambar 6. Radioposisi Postero Anterior (PA) Axial.17

D. Posisi Postero Anterior (PA)

Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi PA adalah untuk

menampakan patologi seperti fraktur, neoplasma dan osteitis. Pasien dalam posisi

berdiri atau prone.17

Gambar 7. Radioposisi Postero Anterior (PA).17

E. Posisi Lateral

Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah

untuk menampakkan patologi seperti fraktur, neoplasma, osteitis, dan untuk

menampakkan tengkorak kanan dan kiri serta untuk menggambarkan udara pada

sinus sphenoid. Pasien dalam keadaan erect , recumbent semiprone.17


22

Gambar 8. Radioposisi Lateral.17

3.1.2 Posisi CT-Scan Cranium

CT-Scan (Computed Tomography Scan) merupakan pencitraan diagnostic

yang menggunakan kombinasi sinar-x dan teknologi computer dalam mengolah,

menganalisia dan merekonstruksi data menjadi gambaran irisan transversal tubuh

(cross sectional) yang diperiksa. Posisi pasien padaCT-Scan kepala adalah dengan

posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan ganty.19

Gambar 9. Posisi CT-Scan.19

Pencitraan dengan sinar X yang menghasilkan pencitraan berupa bidang

tubuh pasien kemudian direkontruksi oleh komputer yang menghasilkan potongan

axial, sagittal dan coronal.19Adapun prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala,

meliputi :

- Persiapan pasien : berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur


23

pemeriksaan, jika diperlukan injeksi kontras dianjurkan bagi pasien untuk

puasa.

- Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, head first, atur posisi

kepala sehinggal OML vertikal tegak lurus.29

Scan parameter :

- Slice thickness : 2-5 mm pada daerah fossa posterior (foramen magnum

sampaitentorium) : 5-10 mm pada daerah hemisfer (tentorium sampai

vertex)

- Inter slice distance/pitch : 1,0

- FOV : kira-kira 24 cm.

- Gantry tilt : 10-20o parallel dengan supraorbito meatal baseline (untuk

mereduksi dosis radiasi pada orbita).

- KV : standard.

- MA : diatur sesuia denga kualitas gambar yang diperlukan.

- Rekontruksi algorithm : soft tissue

- Window width : 0-90 HU (supratentroial brain), 140-160 HU (brain pada

daerah fossaposterior) 2000-3000 HU (bone).

- Window level : 40-45 HU (supratentorial brain), 3-40 HU (brain pada

daerah posterior), 200-400 HU (bone).29

3.1.3 Posisi MRI Cranium

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran

penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.

Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan


24

tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat

gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi

tubuh pasien.19

Gambar 10. Posisi MRI.19

Tujuan pemeriksaan MRI ialah untuk mengevaluasi kelainan yang ada di

otak dan sekitarnya misalnya pada kasus-kasus :

- Multiple sclerosis.
- Tumor primer atau metastases.
- Aids/toxoplasmosis.
- Infark.
- Deficit neurologist atau gejala neurologist yang tidak bisa dijelaskan.31

a. Posisioning pasien:

- Pasien dalam posisi supinasi di meja pemeriksaan MRI dengan kepala


dalam head coil.
- Tripilot.30

b. Sequences yang diambil:

- Axial T1 dan T2.


- Sagital T1.
- Koronal T2.
- FLAIR.30
25

3.2 Radioanatomi Cranium

3.2.1 Radioanatomi Rontgen Cranium

A. Radioanatomi posisi AP Axial

Kiteria radiografi pada proyeksi ini akan tampak tulang oksipital, petrosum

piramid dan foramen magnum dengan dorsum sellae dan posterior clinoid

di bayangan foramen magnum.17

Gambar 11. Radioanatomi posisi AP axial.17

B. Radioanatomi Posisi AP

Kriteria radigraf pada proyeksi ini akan tampak sama dengan proyeksi PA.

Tampak tulang frontal, crista galli, internal ridge, greter dan sayap

sphenoid dan dorsum sella.17

Gambar 12. Radioanatomi posisi AP.17

C. Radioanatomi Posisi PA Axial

Kriteria radiograf pada proyeksi ini akan tampak tulang frontal, besar dan
26

kecil sayap sphenoid, tampak superior orbita, anterior sinus ethmoid jarak

superior orbita.17

Gambar 13. Radioanatomi posisi PA axial.17

D. Radioanatomi Posisi PA

Kriteria radiograf pada proyeksi ini akan tampak tulang frontal, crista galli,

internal auditory canal, frontal dan anterior sinus ethmoid, petrous ridge,

greter dan sayap sphenoid dan dorsum sella.17

Gambar 14. Radioanatomi posisi PA.17

E. Radioanatomi Posisi Lateral

Kriteria radiograf pada proyeksi ini akan tampak cranium secara lateral,

bagian dalam sella tursica termasuk anterior dan posterior clinoid dan

tampak dorsum sella.17


27

Gambar 15. Radioanatomi posisi lateral.17

3.2.2 Radioanatomi CT-Scan Cranium

Hiperdens menunjukan gambaran putih, hipodens menunjukan gambaran

hitam dan isodens memberikan gambaran yang sama dengan sekitarnya.

Perbedaan densitas tersebut tergantung pada daya serap organ tubuh terhadap

sinar X. Oleh karena itu, dibuatlah penomoran image dengan satuan HU

(Hounsfield Unit). Semakin tinggi nilai HU maka densitas gambar semakin

tinggi.24

A. Potongan Axial

Potongan axial I merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut

hemisphere.Kriteria gambarnya adalah tampak :

a. Bagian anterior sinus superior sagital

b. Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)

c. Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)

d. Sulcus

e. Gyrus

f. Bagian posterior sinus superior sagital.17


28

Gambar 16. Radioanotomi potongan axial I.17

Potongan axial IV merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat

medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak :

a. Anterior corpus collosum

b. Anterior horn dari ventrikel lateral kiri

c. Nucleus caudate

d. Thalamus

e. Ventrikel tiga

f. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)

g. Posterior horn dari ventrikel lateral kiri17

Gambar 17. Radianatomi potongan axial IV.17

Potongan axial V Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga.

Kriteria gambarnya adalah tampak :

a. Anterior corpus collosum


29

b. Anteriorhorn vantrikel lateral kiri

c. Ventrikel tiga

d. Kelenjar pineal

e. Protuberantia occipital interna.17

Gambar 18. Radioanatomi potongan axial V.17

Potongan axial VII irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang

orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-

scan. Kriteria gambarnya adalah tampak:17

a. Bola mata / occular bulb

b. Nervus optic kanan

c. Optic chiasma

d. Lobus temporal

e. Otak tengah

f. Cerebellum

g. Lobus oksipitalis

h. Air cell mastoid

i. Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid.17


30

Gambar 19. Radioanatomi potongan axial VII.17

B. Potongan Sagittal

Kriteria radiograf pada potongan ini akan tampak sulcus serebri, lobus

frontal, lobus parietal, ventrikel lateral, ventriculus quartus, ventriculus

tertius, corpus callosum, serebellum, vermis serebelli, pons, medulla

spinalis, tallamus, sinus sphenoid, sinus frontalis, aqueductus serebri,

hypophysis, dan chiasma opticum.20

Gambar 20. Radioanatomi potongan sagittal.20

C. Potongan Coronal

Kriteria radiograf pada potongan ini akan tampaksubstantia alba,

substantia drisea, gyrus cinguli, ventrikel lateralis, ventrikel tertius, pons,

medulla oblongata, capsula interna, dan glandula pineal.20


31

Gambar 21. Radioanatomi potongan coronal.20

3.2.3 Radioanatomi MRI Cranium

A. Potongan Axial

Pada potongan axial tampak : Bulbus oculi, cellulae ethmoidalis, N.

Opticus, chiasma opticum, ventrivulus lateralis, pedunculus cerebri, tegmentum

mesencephali, aqueductus mesencephali, tegmentum mesencephali, vermis

cerebri, sulcus calcarinus, fisura longitudinalis cerebri, fornix, dan thalamus.23

Gambar 22. Radioanatomi potongan axal.23

B. Potongan Sagittal

Pada potongan sagittal tampak : gyrus cinguli, septum pellucidum,

tentorium serebelli, sulcus serebri, lobus frontal, lobus parietal, ventrikel lateral,

ventriculus quartus, ventriculus tertius, corpus callosum, serebellum, vermis

serebelli, pons, medulla spinalis, tallamus, glandula pinealis, sinus sphenoid, sinus
32

frontalis, aqueductus serebri, hypophysis, chiasma opticum, lingua, pars nasalis,

dan pharyngis.23

Gambar 23. Radioanatomi potongan sagittal.21

C. Potongan Coronal

Coronal orientasi: irisan menurut bidang coronal (dari bagian belakang ke

arah depan tubuh) tampak :

1. Lobus frontal

2. Corpus callosum

3. Frontal horn

4. Nukleus caudatus

5. Ventriculus tertius

6. Nervus opticus

7. Pituitary stalk

8. Glandula pituitary

9. Arteri carotis interna

10. Sinus cavernosus

11. Sinus sphenoid

12. Nasopharynx.12
33

Gambar 24. Radioanatomi potongan coronal.23

3.2 Gambaran Radiopatologi Abses Otak

A. Gambaran Radiografi

Temuan radiografi biasanya terbatas pada kekeruhan sinus paranasal atau

mastoid; namun, gelembung gas atau kadar cairan udara di dalam tempurung

kepala dapat mengindikasikan organisme penghasil gas atau hubungan dengan

sinus paranasal atau hidung.25

Bukti langsung osteomielitis pada tengkorak umumnya adalah pola

campuran lucency dengan penghancuran dari luar atau dalam tengkorak. Kadang-

kadang, benda asing (misalnya, pada luka tembak) atau osteomielitis tulang

rahang atas dapat mengindikasikan sumber yang mungkin untuk abses

intrakranial. Kerusakan tulang tempurung, dasar, atau dinding lateral sinus dapat

mengindikasikan osteomielitis agresif dengan ekstensi ke ruang intrakranial.25

Gambar 25. Radiografi kranium tampak lesi osteolitik di bagian atas.25


34

Radiografi kranium diambil 20 hari (A) dan 66 hari (B) setelah kraniotomi

menunjukkan perkembangan lesi osteolitik dibagian atas dari penutuptulang dan

ditulang sekitarnya yang berdekatan.25

(B)

(C) (D)

Gambar 26. Radiografi kranium lateral.25

Radiografi kranuim lateral: A) menunjukkan lesi tengkorak radiolusen

(panah) 17 mm pada tulang parietal. B) Menunjukkan lesi osteolitik ovoid (panah)

tanpa sklerosis di tulang frotal kiri. C) Osteomietlitis dari tempurung tengkorak

terlihat jelas. D) Menunjukkan hypertransradiancy yaitu kerusakan tulang yang

tidak teratur dan beragam.25

(A) (B)

25
Gambar 27. Radiografi kranium
(B)tampak lesi osteolitik.
35

Radiografi krianuam : A) Menunjukkan lesi osteolitik di atas daerah

supraorbitalis kanan.B) Panah hitam menunjukan lesi litik pada tulang fronto

parietal kiri.25

B. Gambaran CT-Scan

Abses otak melewati 4 tahap: awal serebritis, akhir serebritis, kapsul awal,

dan kapsul terlambat. Selama serebritis dini, pemindaian CT yang tidak

ditingkatkan mungkin menunjukkan temuan normal atau hanya menunjukkan

daerah hipodens subkortikal yang marginalnya buruk. Studi CT kontras

ditingkatkan menunjukkan daerah peningkatan kontras yang tidak jelas dalam

wilayah edematous.25

Selama tahap awal abses yang terbentuk, lesi menyatu, dengan tepi yang

meningkat tidak teratur yang mengelilingi area low-attenuating pusat. Pemindaian

yang diperoleh dengan penundaan waktu setelah peningkatan kontras pada

cerebritis dapat menunjukkan kontras "filling in" daerah dengan low-attenuating

pusat. Abses yang terbentuk tidak akan "filling in" bagian tengah abses.25

Edema perifer menghasilkan efek massa yang cukup besar dengan

obliterasi sulkus.25

Tahap kapsul awal ditandai dengan kapsul kolagen yang berbeda,

sedangkan kapsul yang relatif tipis dan digambarkan dengan baik pada tahap akhir

dari abses yang terbentuk sepenuhnya.25

Lesi peningkatan cincin biasanya terlihat pada berbagai kondisi penyakit.

Selain abses, tumor otak metastasis, beberapa tumor otak primer (terutama

astrositoma kelas 4), granuloma, hematoma yang sembuh, dan infark dikaitkan
36

dengan pola peningkatan seperti cincin. Pola kistik adalah fitur yang sangat

menonjol dari sistiserkosis, karena infestasi larva Taenia solium. Pada sebagian

besar abses piogenik, cincin halus dan berdinding tipis (<5 mm). Margin medial

sering lebih tipis di sepanjang margin medial , yang mungkin mencerminkan

variasi perfusi serebral dari materi abu-abu dan putih. Dinding neoplasma kistik

umumnya tebal dan tidak teratur, seperti daun, atau berlobus.25

(A) (B)

Gambar 28. CT-Scan potongan axial. A) Edema otak parietal posterior (panah). B) lobus
frontal adanya low-density massa yang besar.25

(C) (D)

D)
Gambar 29. CT-Scan potongan axial. (A) Tampak gambaran mirip cincin. (B).25
37

(E) (F)

Gambar 30. CT-Scan potongan axial. (E) Tampak gas di dalam abses di lobus frontal
kanan bawah. (F) Poli efek massa di lobus temporal kiri.25

Pada gambaranCT-scan potongan axial: A) Edema otak parietal posterior

(panah). B) lobus frontal adanya low-density massa yang besar. C) Area peningkatan

mirip cincin (panah kuning), pola edema yang lebih besar (panah putih). Sentral

abses (panah hitam) tidak ada peningkatan, konsisten dengan nekrosis sentral. D)

Peningkatan massa yang timbul dari dalam sel udara etmoid, dengan ekspansi ke

orbit kanan medial (panah hitam). Saraf optik bersentuhan dengan massa (panah

biru). E) Menunjukkan gas dalam abses otak di lobus frontal kanan bawah. Dan

area dengan kepadatan lebih rendah dengan atenuasi tinggi pada pinggiran di

lobus frontal kiri kontra lateral yang merupakan abses kedua. F) Menunjukkan

pola efek massa yang kurang jelas dan atenuasi yang rendah di lobus temporal

kiri. Polanya konsisten dengan kemungkinan selebritis dini.25

Gambar 31. CT-Scan potongan axial. Tampak abses serebri pada lobus frontalis.15
38

Gambar 32. Gambaran CT-Scan abses otak sebelum dan sesudah diberikanzat pewarnaan
kontras.22

Gambar 33. Gambaran CT-Scankranium abses otak. (A) Gambaran setelah pemberian zat
kontras iodin. (B) Tampak formasi bulat dengan kepadatan rendah di bagian
pusat dan tampak seperti cincin pinggiran kontras di daerah lobus frontalis
kiri dan temporalis kiri.23

Gambaran CT-Scan kranium potongan axial pada abses otak dengan


pemberian zat kontras memberikan gambaran tampak lesi multiple berbentuk
bulat di daerah lobus frontalis kiri dan lobus frontalis kiri yang menyebabkan
midline shift bergeser ke kanan. Gambaran CT-Scan menunjukan area sentral
dengan low-density dan pinggiran memiliki hight-density. Sehingga tampak
seperti cincin.23
39

Gambar 34. Gambaran CT-Scankranium abses otakmenunjukan area sentral dengan


low-density dan pinggiran memiliki hight-density tampak seperti
cincin yang menyebabkan midline shift bergeser ke kiri.19

Gambar 35. CT-scankranium potongan koronal menunjukan gambaran abses otak pada
daerah parenkim serebri di lobus frontalis kiri.23

(A) (B)

Gambar 36. CT-scan potongan koronal: A) lobus temporal (panah kuning) dan abses
ekstrakranial sisi kiri (panah putih). B) Menunjukkan abses otak yang
terkalsifikasi.25
40

(C) (D)

Gambar 37. CT-scan potongan koronal: C) Abses pada temporal kanan, bersifat kistik
dan berbatas tegas dengan edema disekitarnya.D) Abses pada parietal
kanan, menunjukkan abses otak dikelilingi oleh edema vasogenik.

(F)

Gambar 38. CT-scan potongan Coronal image bone window.

(A) (B)

Gambar 39. CT-scan potongan sagital: A) Ct-Scan dengan kontras menunjukkan abses
otak frontal posterior sisi kanan. B) Menunjukkan massa besar di lobus
oksipitas dan parietal.25
41

(C) (D)

Gambar 40. CT-scan potongan sagital : C) Abses pada temporal kanan, bersifat kistik dan
berbatas tegas dengan edema disekitarnya.D) Abses di lobus frontalis.25

(E) (F)

Gambar 41. CT-scan potongan sagital : E) Menunjukkan peningkatan cincin pada


cerebellum. F) Abses pada parietal kanan, menunjukkan abses otak
dikelilingi oleh edema vasogenik.

C. Gambaran MRI

Temuan abses otak pada CT tanpa kontras tidak spesifik. Paling umum,

efek massa dengan edema di sekitarnya ditemukan. Pada MRI, cerebritis dini

ditandai sebagai hiperintensitas yang tidak didefinisikan dengan jelas pada

gambar T2 dan sebagai hipointensitas pada gambar T1. Dengan infeksi yang

berlanjut, gambar T1-weighted akan menunjukkan pengumpulan cairan lokal

sebagai hyperintense dibandingkan dengan CSF dan hypointense relatif terhadap

materi putih. Pada gambar T2-weighted, koleksi cairan muncul sebagai isointense
42

ke hiperintense.26

Gambar dengan diffusion-weighted dapat membantu dalam diagnosis

dengan menampilkan bagian sentral yang tidak meningkatkan abses sebagai

hiperintense pada gambar dengan diffusion-weighted dan sebagai hipointense pada

peta koefisien difusi yang jelas.26

Perfusi MRI juga telah digunakan untuk membedakan lesi-lesi ini dengan

mengevaluasi vaskularisasi menggunakan analisis aliran darah dalam studi injeksi

kontras gadolinium intravena dinamis. MRI otak menawarkan kesempatan yang

lebih baik untuk membedakan abses otak dari penyebab massa otak lainnya.26, 27

Penggunaan kontras intravena membantu menentukan dinding abses untuk

membedakan abses otak dari kontusio otak atau infark. Banyak neoplasma otak

memiliki pola peningkatan yang serupa dan mungkin sulit dibedakan dari abses

otak.28

A
Gambar 42. MRI potongan aksial: A) T1-weighted, abses di lobus frontal kanan. B) T1
peningkatan kontras, abses di temporal kanan.25
43

Gambar 43. Gambaran MRI pasa abses otak. C) T2 menunjukkan abses otak berdinding
tipis (panah merah) dengan pola edema otak disekitarnya (panah putih).25

D E

Gambar 44.Gambaran MRI abses otak D) T2-weighted, abses di lobus frontal kanan
dinding abses relatif tipis (panah hitam). (E) T2-weighted fast spin-ech.25

Gambar 45. Axial fluid-attenyates inversion recovery (FLAIR). (A) Abses sekunder di
daerah anterior rongga abses primer.25
44

Gambaran MRI potongan aksial: A) Perhatikan dinding tebal abses (panah

hitam). Isi sentral abses gelap pada pencitraan T1-weighted tanpa peningkatan. B)

Tampak adanya massa yang tidak teratur dengan peningkatan sedang pada tepi.E)

T2-weighted fast spin-echo. Perhatikan area denganpeningkatansinyal, baik di

dalamabsesdan di dalamotakkecildisekitarnya (panahhitam). F) Axial fluid-

attenuated inversion recovery (FLAIR)dariabsesotakoksipital-parietal kiri.

Polaedema (panahputih) mengelilingiabsessentral. (A)Absessekunder di anterior

ronggaabses primer.25

A B C
Gambar 46.MRI potongan koronal. A) T1-weightedAbses subdural bilateral (panah
kuning). B) T1-weightedspin-echo gadolinium-enhanced. C) T2-weighted
gradient-echo.25

Gambaran MRI potongan koronal : A) Panah putih di lobus parietalis kiri

merupakan tepi dari serebritis. B) Zona pusat peningkatan dalam abses, dengan

zona penurunan kecerahan (edema, putih panah). C) Efek massa, dengan edema

disekitarnya di lobus temporal kiri (panah hitam).25


45

D E F

Gambar 47. MRI potongan koronal: D) T1-weightedgadolinium-enhanced. Perhatikan


peningkatan dalam sinums ethmoid kanan tempat infeksi muncul. Sinus
maksilaris kanan superior medial telah dihancurkan (panah kuning). E)T1-
weightedgadolinium-enhanced. Abses dalam orbit kanan bawah medial.
Sinus maksila kanan (panah putih gandan) mengandung sekresi dan lendir
yang terinfeksi. F) T1-weighted gadolinium-enhanced. Lobus frontal kanan
otak bergeser dari garis tengah otak (panah hitam ganda) karena adanya
abses (panah hitam) yang memanjang ke atas dari orbital kanan medial dan
etmodid medial (panah merah).25

A B
Gambar 48. MRI potongan sagital : A) T1dengan peningkatan kontras dengan adanya
efek massa dan peningkatan cincin pada abses frontal kiri. B) T1-weighted
tanpa peningkatan kobntras.25
46

C D
Gambar 49. MRI potongan sagital : C)T1-weighted spin-echo gadolinium-enhanced.
Adanya peningkatan massa di cerebellum medial kanan (panah kuning)
berdinding tebal. D) T1-weightedgadolinium-enhanced. Area edema
disekitarnya tidak meningkat (panah putih), adanya peningkatan nodul dalam
lesi cincin (panah kuning).25

E F

Gambar 50.Gambaran MRI potongan sagital : E) Weighted unenchanced. Abses otak


(panah putih) berkembang dari infeksi luar tengkorak. F) T1-
weightedgadolinium-enhanced. Perhatikan peningkatan lesi perifer di insula
kiri dengn edema disekitarnya. 25

Gambaran MRI potongan sagital : B) T1-weighted tanpa peningkatan

kobntras. Setelah trauma kepala berkembang osteomielitis (panah kuning). Abses

otak (panah merah) dari infeksi luar tengkorak. Tepi utama serebritis ditandai efek

massa dalam margin yang lebih dalam dari lobus parietal kiri. C)T1-weighted

spin-echo gadolinium-enhanced. Adanya peningkatan massa di cerebellum medial

kanan (panah kuning) berdinding tebal. D) T1-weightedgadolinium-


47

enhanced.Area edema disekitarnya tidak meningkat (panah putih), adanya

peningkatan nodul dalam lesi cincin (panah kuning). E) Weighted unenchanced.

Abses otak (panah putih) berkembang dari infeksi luar tengkorak. F) T1-

weightedgadolinium-enhanced.25

3.3 Gambaran Patologi Diagnosis Banding

A. Tuberculoma

A B
Gambar 51. Tuberculoma MRI: A) T2-weighted tuberculoma parietal kanan. Perhatikan
tepi intensitas sinyal yang rendah dari lesi dan edema vasogenik hiperintens
disekitarnya. B) T1-weighted gadolinium-enhanced pada pasien dengan
tuberculoma multipel di kedua hemisfer serebebelum.29

B. Meningitis

A B
Gambar 52. MRI meningitis bacterial akut: A) T1-weighted menunjukkan peningkatan
leptomeningeal (panah). B) T2-weighted menunjukkan ventrikulomegali
ringan.30

Anda mungkin juga menyukai