Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK : OPERANT CONDITIONING

KELOMPOK 3

1. Hanum Wulandari 18304241029


2. Novia Permata Utami 18304241042
3. Nur Widya Setyaningsih 18304241044
4. Reynaldi Desta Prammudya 18304244002

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui belajar adalah suatu proses dimana seseorang
mengertahui hal yang baru menggunakan alat indera yang dimiliki oleh manusia.
Baik menggunakan mata (visual), telinga (audio) atau menggunakan mata dan
telinga (audio visual). Penggunaan alat indera sebagai media belajar dan
pembelajaran pun dapat dilakukan dimana saja selain sekolah seperti pasar,
rumah, dan lain-lain. Proses dan cara-cara belajar ataupun mengajar pun sudah
sangat beragam dengan tingkat keberhasilan masing-masing. “Living is
Learning”, merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh Havighurst
(1953). Dengan kalimat tersebut memberikan gambaran bahwa belajar merupakan
hal yang sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang
ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar (dalam Gredler, Margaret E. Bell.
1994:202).
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke-19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan
memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar
tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog
Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah
pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward
Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian
didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi (dalam Djiwandono, Sri Esti Muryani.
2001:122).
B. Rumusan masalah
Masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut :

2
1. Biografi B.F. Skinner
2. Sejarah munculnya Teori Kondisioning Operan
3. Kajian umum Teori B.F. Skinner
4. Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5. Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
6. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
7. Kelebihan dan kekurangan teori Skinner

C. Tujuan
1. Mengetahui biografi B.F. Skinner.
2. Mengetahui sejarah munculnya teori Operant Conditioning.
3. Mengetahui kajian umum teori B.F. Skinner.
4. Mengetahui eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner.
5. Mengetahui aplikasi teori Skinner terhadap pembelajaran.
6. Mengetahui analisis perilaku terapan dalam pendidikan.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Skinner.

BAB II
ISI

1. Biografi B.F. Skinner

Burrhus Frederic Skinner lahir di


Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret
1904 dari pasangan Willian dan Grace
Skinner. Dia wafat di Massachusetts pada
18 Agustus 1990. Dia merupakan psikolog,
penulis, penemu, dan ahli filsafat sosial. Dia

3
merupakan seorang profesor psikologi di Harvard University dari 1958 sampai
pengunduran dirinya pada 1974.
Ayahnya merupakan seorang pengacara. Dia menjadi atheis setelah seorang
guru Agama
Kristen yang merupakan peganut liberal mencoba

meredakan ketakutannya akan neraka yang diceritakan oleh neneknya. Dia belajar di
Hamilton College di New York dengan niatan untuk menjadi seorang penulis dan
mengikuti Kelompok Lambda Chi Alpha. He mulis untuk paper sekolah, namun karena
atheis, dia dikritik berdasarkan sekolah tempatnya belajar. Dia juga belajar di Harvard
University setelah menerima gelar B.A. untuk sastra Inggris pada 1926. Setelah
kelulusan, dia menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya di Scranton, mencoba
untuk menjadi penulis fiksi. Dia mencoba untuk menjadi penulis di Desa Greenwich
namun dia kemudian kecewa akan keterampilan menulisnya dan berkesimpulan bahwa
dia hanya memiliki sedikit pengalaman dan tidak ada prespektif pribadi yang kuat
untuk menulis. Pertemuannya dengan Behavorism, hasil karya John B. Watson
membawanya kepada untuk mempelajari bidang psikologi.
Skinner memperoleh gelar PhD dari Harverd pada 1931 and merupakan
seorang peneliti di sana sampa 1936. Dia kemudian mengajar di Universitas Minnesota
di Minneapolis dan kemudian berpindah ke Universitas Indiana di mana dia memiliki
kedudukan di departemen psikologi dari 1946-1947. Kemudian, dia kembali ke
Harvard menjabat sebagai profesor pada 1958. Dia kemudian menghabiskan sisa
hidupnya di Harvard. Pada 1973 Skinner merupakan salah satu penandatangan untuk
Humanist Manifesto II.
Pada 1936, Skinner menikahi Yvonne Blue dan memiliki dua anak, Julie dan
Deborah. Pada saat dia menjadi salah seorang ketua behavioris, dia menjalankan kajian
ke atas tikus dengan menggunakan Kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahwa
segala konsep berkaitan dengan tingkahlaku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia.
Malah beliau pernah membesarkan anaknya, Debbie di dalam kotak Skinner. Skinner
telah mengandaikan bahawa segala konsep berkaitan dengan tingkah laku tikus boleh
diaplikasikan ke atas manusia. Dia meninggal disebabkan oleh Leukimia pada 18
Agustus 1990 dan dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cambridge,
Massachusetts. Sebagai sesosok figur yang kontroversial, Skinner dilukiskan secara
berbeda-beda, dia dipanggil jahat dan sesosok yang dibenci, namun juga ramah dan

4
entusias. Pada kenyataannya, dia merupakan orang yang sangat teliti dan terbuka,
namun emosional.
Anugerah yang telah diperoleh sepanjang karier Skinner ialah National Medal
of Science from President Lyndon B. Johnson (1968) , Gold Medal of the American
Psychological Foaudation (1971), Human of the Year Award (1972) dan Citation for
Outstanding Lifetime Contribution to Psychology. 2012. Teori Belajar Skinner
(Burrhus Frederick Skinner).

2. Sejarah Munculnya Teori Operant Conditioning


Pada tahun 1938 istilah operant conditioning pertama kali dikenalkan oleh
seorang ahli psikologi dengan aliran behaviorisme yang bernama B.F Skinner. Selain
dikenal dengan istilah operant conditioning juga sering disebut skinnerian
conditioning. Skinner tertarik pada bagaimana konsekuensi atau akibat tindakan
manusia akan mempengaruhi tindakan manusia. Ia meyakini bahwa perilaku
sesenorang dapat dijelaskan hanya dengan melihat faktor eksternal yang dapat diamati
tanpa harus melihat ke dalam pikiran dan mnotivasi internalnya.
Istilah operant yang digunakan merujuk pada konosekuensi yang dihasilkan dari
perilaku aktif pada lingkungannya. Dengan kata lain, teori operant conditioning
menjelaskan bagaimana kita memperoleh perilaku yang dipelajari yang kita tunjukkan
setiap hari (Ambar, 2017).
Ambar, 2017 juga menjelaskan bahwa Teori operant conditioning dipengaruhi
oleh ahli psikologi lainnya yang bernama Edward L. Thorndike yang menggagas law
of effect. Teori ini menyatakan bahwa tanggapan yang diikuti oleh kepuasan akan
melekat erat pada situasi. Karena itu, akan cenderung terulang kembali ketika situasi
diulang. Sebaliknya, jika situasi diikuti oleh ketidaknyamanan, maka koneksi ke
situasi akan menjadi lebih lemah, dan perilaku respon atau tanggapan cenderung tidak
akan terjadi lagi bila situasi diulang. Oleh karena itu Skinner kemudian merumuskan
teori yang sama dengan mengenalkan sebuah istilah baru yang disebut dengan
operant untuk menjelaskan seluruh perilaku dan tanggapan atau respon yang
dihasilkan oleh organisme saat terkena peneguh dan hukuman.
3. Kajian Umum Teori B.F. Skinner

Dalam teori operant conditioning terdapat dua konsep dasar yang utama yaitu
reinforcement dan punishment atau peneguhan dan hukuman.

5
1. Peneguhan (reinforcement)

Reinforcement atau peneguhan merujuk pada berbagai macam kejadian yang


menguatkan atau meningkatkan perilaku yang mengikutinya. Dalam
reinforcement atau peneguhan terdapat dua macam peneguh atau reinforcers yaitu
peneguh positif (positive reinforcers) dan peneguh negatif (negative reinforcers).

a. Peneguh positif (positive reinforcers) yaitu peristiwa atau hasil yang


menguntungkan yang disajikan setelah perilaku tersebut. Dalam situasi yang
mencerminkan penguatan atau peneguhan positif, maka respon atau perilaku
akan diperkuat dengan penambahan sesuatu seperti misalnya pujian atau
penghargaan.
b. Peneguh negatif (negative reinforcers) – melibatkan penghapusan kejadian
atau hasil yang tidak menguntungkan setelah menampilkan perilaku. Dalam
situasi seperti ini, respon diperkuat dengan menghilangkan sesuatu yang
dianggap tidak menyenangkan.

2. Hukuman (punishment)

Yang dimaksud dengan punishment atau hukuman adalah presentasi dari


kejadian buruk atau hasil yang menyebabkan penurunan perilaku yang
mengikutinya. Sebagaimana reinforcement atau peneguhan, punishment atau
hukuman pun terdiri dari dua macam, yaitu hukuman positif (positive punishment)
dan hukuman negatif (negative punishment).
a. Hukuman positif (positive punishment) disebut juga sebagai hukuman dengan
penerapan yang menyajikan kejadian atau hasil yang tidak menguntungkan
untuk melemahkan respon yang diikutinya.
b. Hukuman negatif (negative punishment) disebut juga sebagai hukuman dengan
pemindahan, yang terjadi ketika kejadian atau hasil yang menguntungkan
dikeluarkan setelah terjadinya perilaku.

3. Kepunahan (extinction)

6
Konsep yang menjelaskan hilangnya respon yang dipelajari karena
dihapuskannya peneguhan dari situasi. Konsep kepunahan dalam operant
conditioning mirip dengan pelaziman klasik.

4. Generalisasi dan diskriminasi (generalization and discrimination)

Generalisasi adalah fenomena dimana organisme menggambarkan respon


serupa ketika bereaksi terhadap rangsangan serupa. Konsep yang melengkapi
generalisasi adalah diskriminasi yang menjelaskan respon serupa yang digambarkan
oleh organisme karena perbedaan rangsangan.

5. Pemulihan spontan (spontaneous recovery)

Konsep yang menjelaskan bagaimana tikus di kotak Skinner secara otomatis


pergi untuk menekan tuas bahkan setelah tikus itu dikeluarkan dari kotak untuk waktu
tertentu. Tingkah laku tikus itu disebut dengan pemulihan spontan (Ambar, 2017).

4. Eksperimen Yang Dilakukan Skinner

Skinner dalam percobaannya menggunakan sebuah kotak (boks) yang dibueri


alat penekan untuk mengeluarkan makanannya. Makanan yang digunakan yaitu
daging sebagai hadiah atau penguat respon. Kotak percobaan yang digunakan diberi
nama Kotak Skinner. Kotak Skinner dipakai untuk mengamati tingkah laku hewan
dalam jangka waktu yang pendek. Hewan yang menjadi objek pengamatan yaitu
tikus.

Tikus dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam kotak tersebut. Skinner


mengamati adanya respon yang dilihat dari tingkahlakunya. Tikus tersebut akan
bergerak aktif kesana kemari. Dengan kata lain, dalam keaktifannya tikus merespon
kotak dengan menginjak atau menekan tombol sehingga makanan dapat keluar, lalu
tikus akan memakannya. Skinner menyebut tingkahlaku tikus tersebut sebagai respon
operan.

Skinner memandang tikus dapat memanipulasi tombol yang ditafsirkan


sebagai proses belajar tikus. Kejadian itu terus diulang-ulang oleh tikus percnobaan

7
sehingga menjadi kebiasaan karena operant conditioning. Dari kejadian inilah
selanjutnya Skinner mengatakan prnoses belajar tikus ini sebagai belajar operan.

5. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran


Ada beberapa contoh penerapan teori Skinner dalam proses belajar mengajar
antara lain :
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.

6. Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan


Analisis perilaku terapan melibatkan penerapan prinsip-prinsip pengondisian
operan untuk mengubah perilaku manusia ( Santrock, 2014 ). Ada tiga penggunaan
analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan, yaitu :
a. Peningkatan perilaku yang diinginkan
1) Memilih penguat yang efektif
Tidak semua penguat adalah sama untuk setiap anak. Untuk mengetahui
penguat yang paling efektif untuk anak, maka perlu diketahu tentang apa yang
telah memotivasi anak di masa lalunya, apa yang anak inginkan tetapi tidak
didapatkan dengan mudah atau sering didapatkan, dan persepsi anak tentang
nilai penguat tersebut. Penguat alamiah seperti pujian dan keeistimewaan
umumnya direkomendasikan atas imbalan material seperti permen, bintang,
dan uang.
2) Membuat penguat kontingen dan tepat waktu

8
Agar penguat menjadi efektif, guru harus memberikannya hanya setelah
anak melakukan perilaku tertentu. Hal ini penting untuk membuat penguat
yang bergantung pada perilaku anak. Artinya, anak harus melakukan perilaku
untuk mendapat imbalan. Penguat lebih efektif ketika mereka diberikan
dengan cara yang tepat waktu, sesegera mungkin setelah anak melakukan
perilaku sasaran. Hal ini membantu anak melihat hubungan kontingensi antara
imbalan dan perilaku manusia.
3) Memilih jadwal terbaik dari penguatan
Skinner (1957) mengembangkan konsep jadwal penguatan, yaitu penguatan
jadwal parsial yang menentukan kapan respons akan diperkuat. Empat jadwal
penguatan utama diantaranya yaitu :
a) Jadwal rasio tetap
Pada jadwal rasio tetap, perilaku diperkuat setelah melewatkan sejumlah
tanggapan.
b) Jadwal rasio variabel
Pada jadwal rasio variabel, perilaku diperkuat setelah rata-rata beberapa
kali tetapi secara tidak sengaja.
c) Jadwal interval tetap
Pada jadwal interval tetap, respon yang tepat pertama setelah jumlah
waktu yang tetap diperkuat.
d) Jadwal variabel interval
Pada jadwal variabel interval, respons diperkuat setelah jumlah variabel
waktu telah berlalu.
4) Mempertimbangkan perjanjian
Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam
tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru
dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku
terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru
dan murid.
5) Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respons
menghapus rangsangan permusuhan( tidak menyenangkan ).
b. Menggunakan permintaan dan membentuk
Permintaan adalah rangsangan tambahan atau isyarat yang diberikan tepat
sebelum respons yang meningkatkan kemungkinan bahwa respons akan terjadi.
Membentuk melibatkan pengajaran perilaku baru dengan memperkuat ke perilaku
target yang ditentukan.
c. Penurunan perilaku yang tidak diinginkan
1) Menggunakan penguatan diferensial

9
Dalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih
diinginkan dan berbeda dari apa yang dilakukan oleh anak.
2) Menghentikan penguatan (kepunahan)
Strategi menghentikan penguatan adalah menarik penguatan positif
dari perilaku yang tidak pantas pada anak.
3) Menghapus rangsangan yang diinginkan
Strategi yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan
rangsangan diinginkan adalah waktu-keluar, dimana siswa diajak menjauh dari
penguatan positif.
4) Menghadirkan rangsangan permusuhan (hukuman)
Pelajaran yang berhubungan dengan penggunaan hukuman adalah
dengan menghabiskan lebih banyak waktu kelas memantau apa yang
dilakukan siswa dengan benar daripada yang mereka lakukan dengan salah.

7. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Skinner

a. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya.
Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung
dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan.

b. Kekurangan

Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret


E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1) Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang
berhasil bergantung pada keterampilan teknologis.
2) Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai
ukuran peluang kejadian.
Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan
dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.
hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner

10
hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari
kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar,
ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa (dalam Muhammad Nur
: 1998).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu Operant Conditioning merupakan
suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh
konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti
oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan
akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
terjadinya suatu perilaku.
B. Saran
Berdasarkan teori belajar menurut B.F Skinner, pengondisian operan dan
analisis perilaku terapan menempatkan terlau banyak penekanan pada eksternal
perilaku siswa . Selain itu, hadiah ataupun hukuman bukanlah yang mengubah
perilaku siswa, melainkan keyakinan atau harapan bahwa tindakan tertentu akan
dihargai atau dihukum. Teori ini tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap
proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu
dipertimbangkan beberapa hal yaitu tentang strategi penguatan dan bagaimana guru
fokus tidak hanya kepada perilaku siswanya, tetapi juga terfokus pada
pembelajarannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ambar. 2017. Teori operant conditioning. [online]. (diupdate 27 September 2017.


https://pakarkomunikasi.com/teori-operant-conditioning [diakses pada 08 November
2018].
Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

http://www.scribd.com/document_downloads/direct/6242419?extension=pdf&ft=13516
14520&lt=1351618130&source=read+page&uahk=9yC9xXLuHuOjnVS4qQFB0IjUk Dg.

Nur, Muhammad, dkk. 1998. Teori Pembelajaran Perilaku dan Teori Pembelajaran Sosial.

Surabaya : Unipress.

Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media.
Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Harya Bhimasena. Jakarta :
Salemba Humanika.

Sugihartono,dkk. 2015. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : UNY Press.

12

Anda mungkin juga menyukai