Anda di halaman 1dari 13

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN BENDA

DENGAN MENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED


HEAD TOGETHER (NHT) PELAJARAN IPA KELAS VI
SD NEGERI LUWUNGBATA 01 KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES
Oleh
MURTINI, S.Pd.
Guru SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes

ABSTRAK : Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa tentang perubahan benda dengan
menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pelajaran IPA
Kelas VI SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes”.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena rendahnya prestasi belajar siswa di SD Negeri
Luwungbata 01. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi
belajar sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered
Head Together (kelas eksperimen).
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan minat belajar dan prestasi belajar
antara kelas yang menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head Together (kelas
eksperimen) dengan dua siklus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VI SD
Negeri Luwungbata 01 sebanyak 45 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar dan prestasi belajar
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head
Together. Terdapat perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode konvensional. Dalam penggunaan metode konvensional, guru hendaknya
dapat menggunakan media pembelajaran tambahan agar siswa lebih tertarik dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran CTL tipe NHT, guru sebagai pemimpin jalannya
pembelajaran harus dapat membangkitkan gairah belajar siswa untuk dapat memecahkan persoalan
secara bersama-sama agar diperoleh solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahan. Guru
harus memperhatikan semua siswa agar siswa dapat lebih fokus dalam mengikuti jalannya proses
pembelajaran.
Kesimpulan penelitian yang dideskripsikan adalah sebagai berikut. presentase ketidak
ketuntasan dapat diamati pada grafik 2 ini terjadi karena kreatifitas guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran. pada siklus satu 29,7% menurun menjadi 10,8% Pada siklus dua.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together, Minat Belajar
Peserta Didik, dan Prestasi Belajar Peserta Didik

Latar Belakang
Pendidikan memiliki wahana penting sebagai wahana untuk menghantarkan peserta didik
dengan cara membantu mereka meningkatkan kualitas hubungannya dengan dirinya, lingkungan
dan Tuhannya. Hal tersebut tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia
yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai peran yang penting
dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan
tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal
terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan. Pendidikan
bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Dimana
keberhasilan proses belajar mengajar tercermin dari prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar
merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar
sebagai salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar seseorang.
Prestasi hasil belajar mencerminkan hasil yang dicapai seseorang dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga guru
hanya sebagai fasilitator dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut agar siswa
dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan tidak takut lagi untuk bertanya. Salah satu
pembelajaran kooperatif sebagai fondasi yang baik dalam meningkatkan keaktifan siswa, tipe
pembelajaran kooperatif ini adalah Numbered Head Together (NHT).
Number Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, serta melibatkan para
peserta didik dalam mereviu bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau
memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Pembelajaran ini mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka dalam kesempatan ini penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Upaya Peningkatkan Prestasi
Belajar Siswa tentang perubahan benda dengan Menerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Pelajaran IPA Kelas VI SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan
Tanjung Kabupaten Brebes.”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses belajar IPA tentang perubahan benda sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head Together (kelas eksperimen)?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa IPA tentang perubahan benda sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (kelas kontrol)?
3. Bagaimana perbedaan prestasi belajar IPA tentang perubahan benda antara kelas yang
menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head Together (kelas eksperimen) dengan kelas
yang menggunakan metode konvensional (kelas kontrol)?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses belajar sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan
metode kooperatif tipe Numbered Head Together (kelas eksperimen).
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan menggunakan metode konvensional (kelas kontrol).
3. Untuk mengetahui perubahan perilaku belajar antara kelas yang menggunakan metode kooperatif
tipe Numbered Head Together (kelas eksperimen) dengan kelas yang menggunakan metode
konvensional (kelas kontrol).
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah
pengetahuan tentang metode pembelajaran kooperatif, khususnya tipe Numbered Head Together
(NHT) dan prestasi belajar. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilaksanakan guru
dapat menjadi model bagi siswa sehingga siswa menjadi kritis dalam menyikapi cara belajarnya
sendiri.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slamento, 2003:1). Jika
terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar, bila ada yang belajar, maka
sudah barang tentu ada yang mengajarinya, dan begitu sebaliknya.
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan
kemampuan perasaan, sikap dan kepribadian, sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan
persoalan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis (Hasan et all,
1991:23). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir dikenal ada 5 jenjang ranah
kognitif. Berdasarkan urutan dari yang terendah ke yang tertinggi, kelima jenjang tersebut, adalah:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan manusia dalam mengingat semua jenis informasi yang
diterimanya. Informasi tersebut dapat saja berbentuk data, istilah, definisi, fakta, teori, pendapat,
prosedur kerja, tata tertib, hukum, generalisasi, klasifikasi, kriteria, metodologi, abstraksi, dan
penjelasan.
b. Pemahaman
Pemahaman adalah jenjang kognitif kedua. Tingkat pemahaman ada tiga kemampuan pokok
yang merupakan indikator pemahaman terhadap informasi yang diterima. Ketiga kemampuan
tersebut dianggap sebagai subkategori pemahaman. Ketiganya adalah kemampuan, menerjemahkan,
menafsirkan, dan ekstrapolasi berdasarkan urutan tingkatannya.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan sesuatu dalam situasi tertentu yang bukan
merupakan pengulangan. Analisis adalah kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi lebih
lanjut. Pengetahuan analisis yang tertinggi adalah kemampuan menemukan prinsip atau dasar
organisasi dengan informasi yang dikaji.
d. Sintesis
Kemampuan sintesis secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan ini baru terjadi apabila
kita menghadapi informasi yang berbeda-beda.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan tertinggi dalam ranah kognitif, untuk sampai kepada kemampuan
evaluasi semua kemampuan yang ada di bawahnya harus dikuasai. Orang tak mungkin melakukan
evaluasi apabila tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang akan dievaluasi
serta bagaimana melakukan evaluasi, tentang prosedur yang harus dilakukan, melihat keunggulan
dan kelemahan suatu program berdasarkan informasi yang ada, juga melihat orisinalitas sesuatu
yang akan dievaluasi.
f. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi lebih lanjut. Pengetahuan
analisis yang tertinggi merupakan kemampuan melakukan prinsip atau dasar organisasi dengan
informasi yang dikaji.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses,
internalisasi, dan pembentukan karakteristik diri. Ranah afektif dibagi ke dalam lima jenjang.
Kelima jenjang tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan (receiving)
Jenjang ini adalah pembuka alat indera seseorang terhadap dunia luar. Ada tiga proses untuk
jenjang penerimaan ini, pertama adanya kesadaran tentang apa yang sedang terjadi kita sadar
adanya sejawat yang datang, orang berbicara, acara televisi, dan sebagainya. Kedua adalah
kesediaan menerima apa yang terjadi tersebut sebagai stimulus. Ketiga adalah kemauan kita untuk
mengontrol atau memilih stimulus mana yang akan kita perhatikan lebih lanjut.
b. Penanggapan (responding)
Penanggapan adalah jenjang kedua dan lebih tinggi dari jenjang penerimaan. Penanggapan ini
yang ditekankan adalah keinginan yang bersangkutan dan bukan sesuatu yang dirasakan sebagai
suatu kewajiban yang harus dilakukan.
c. Penghargaan (valuing)
Penghargaan adalah jenjang ketiga. Jenjang ini aktivitas efektif lebih tinggi dari jenjang
pemberian penanggapan. Kalau dalam jenjang penanggapan orang yang melakukannya baru
menunjukkan rasa senang dan gembira dapat memberikan penanggapan, dalam jenjang
penghargaan ini sudah sampai pada rasa keterikatan atau memiliki terhadap suatu stimulus. Jenjang
penghargaan terbagi atas tiga kategori pula yaitu penerimaan suatu nilai, kecenderungan
(preferensi) akan suatu nilai, dan keterikatan (commitment) akan suatu nilai tertentu.
d. Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian adalah jenjang keempat. Pengorganisasian terjadi apabila seseorang berada
dalam situasi dimana terdapat lebih dari satu nilai atau sikap. Kesamaan antara pengorganisasian
dengan sintetis dalam kognitif. Keduanya berhubungan dengan berbagai jenis dan kelompok
stimulus. Perbedaannya, dalam sintetis hasil dari proses yang diperhatikan dan dianggap sebagai
hasil kemampuan intelektual, afektif hal yang diutamakan adalah proses dan kecenderungan yang
diperhatikan dalam berhubungan dengan stimulus.
e. Penjatidirian (characterization)
Penjatidirian adalah jenjang tertinggi afektif. Jenjang ini nilai dan sikap sudah menjadi milik
seseorang. Jadi, nilai dan sikap bukan saja diterima, disenangi, dihargai, digunakan dalam
kehidupan, serta diorganisasikan dengan nilai dan sikap lainnya, tetapi sudah mendarah daging pada
dirinya.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan
disebabkan oleh kematangan biologis. Pengembangan ranah ini justru kemudian dilanjutkan oleh
orang yang bukan masuk dalam kelompok kerja Bloom. Pertama mengembangkan ranah ini adalah
Simpson (1966) memberikan tujuh jenjang psikomotor yang bersifat hierarkis yaitu persepsi,
kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan
originalitas.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer
Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan
pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur
Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas
tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam
kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan peneliti.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) yaitu:
1. Kelompok Heterogen
2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda.
3. Berpikir bersama (Heads Together)
Menurut Kagen (2007) dalam Ibrahim (2000) model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu:
1. Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Karakteristik Pembelajaran IPA
Pelajaran IPA merupakan hal yang tidak terpisahkan dari metode penyelidikan saja tetapi
terkait pula dengan mengetahui bagaimana caranya untuk mengumpulkan fakta dan
menghubungkan fakta-fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan. Keterampilan proses
IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk
mempelajari berbagai macam ilmu, tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
(Hartinawati, 2007 : 9.8)
Kerangka Berpikir Penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), peserta didik
menggunakan lembar kerja serta diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam mengolah
informasi sehingga peserta didik dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif dan bekerjasama untuk memahami materi pelajaran.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numberd Heads Together) adalah lebih banyak
melibatkan peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Penyampaian materi ajar melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik
dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berfikir kritis karena peserta didik diberikan
kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan kerjasama kelompok sehingga
mereka lebih mudah memahami materi.
Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2007:85) mengatakan bahwa “Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap
rumusan pada suatu masalah penelitian.” Agar dalam pemecahan masalah lebih terarah dan sesuai
dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis merumuskan hipotesis yaitu:
1. Prestasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe
Numbered Head Together lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head Together.
2. Prestasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional lebih
tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
3. Perubahan perilaku belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Head
Together meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan
metode pembelajaran konvensional.

METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian di SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung dengan pertimbangan bahwa
kemampuan akademis siswa di sekolah ini cenderung bervariasi sehingga memungkinkan untuk
memperoleh banyak informasi yang kaya akan makna. Pelaksanaan penelitian diharapkan tidak
mengganggu program sekolah dalam meningkatkan nilai siswa.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung.
Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2015/2016. Pemilihan subjek penelitian
di SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung dengan pertimbangan bahwa kemampuan
akademis siswa di sekolah ini cenderung bervariasi sehingga memungkinkan untuk memperoleh
banyak informasi yang kaya akan makna.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dilakukan dalam rangka membuktikan bahwa hasil dari
kajian dan studi tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan benar-benar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi yang mempunyai ciri spesifik bila
dibanding dengan wawancara dan kuesioner yang berkomunikasi dengan orang maka observasi
tidak terbatas orang saja tetapi juga objek objek alam lainnya.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam PTK ini, karena merupakan
hasil belajar yang di ukur melalui pembuatan soal soal yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5
soal jawaban singkat. Setelah dilaksanakan tes pada masing masing siklus maka peneliti membuat
rekapitulasi hasil belajar siswa yang akan digunakan dalam langkah kegiatan lanjutan.
Validasi Data
Peneliti membuat standar validitas yang merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti sendiri. Terdapat dua macam
validitas penelitian, validitas internal yang berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian
dengan hasil yang di capai..
Analisis Data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, selanjutnya mengolah data yang diperoleh
menggunakan langkah-langkah analisis data sederhana dengan melakukan uji komparatif dengan
menggunakan test untuk 2 siklus
Kegiatan pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, serta
pembuatan grafik, diagram dan gambar sehingga memberikan informasi yang berguna dan juga
menatanya ke dalam bentuk yang siap untuk dianalisis.
Adapun analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran
(deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi
orang yang membacanya. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-
rata (mean), jumlah (sum)
Indikator Kinerja
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, selanjutnya mengolah data yang diperoleh. Dalam
mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik tes. Riyanto (2001:103)
berpendapat bahwa “Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.”
Prosedur Penelitian
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus I terdiri dari
1pertemuan pembelajaran dan untuk tes formatif. Setiap siklus melalui 4 tahapan, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Ketika proses pembelajaran berlangsung timbul berbagai masalah timbul seperti setiap hari
pasti ada yang tidak hadir, sehingga prosentase absen setiap harinya/bulannya lebih dari 10% ;
Beberapa siswa tidak mampu mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru; Guru belum
menerapkan metode yang tepat; Guru kurang memotivasi siswa dalam proses pembelajaran;
Deskripsi Hasil Siklus Satu
Pada siklus satu ini hasil observasi menunjukkan bahwa nilai rata rata masih rendah yaitu 56
% sedangkan tingkat ketuntasannya hanya 34 % maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Kemudian yang dilakukan adalah mengadakan penelitian tindakan kelas melalui beberapa siklus
agar hasil belajar siswa melalui tes formatif dapat meningkat dengan membuat analisa alat
pengumpul data pengamatan keaktifan siswa, kegiatan belajar mengajar.
Deskripsi Siklus Dua
Hasil pada siklus satu adalah nilai rata rata 69 dengan tingkat ketuntasan 58 % kurang
memuaskan sehingga penulis mengadakan siklus dua dengan cara menyusun kembali aktivitas
perbaikan pembelajaran agar terjadi peningkatan pelaksanan perbaikan pembelajaran. Aktivitas-
aktivitas perbaikan pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:
a. Siswa dirangsang untuk bertanya tentang perubahan benda.
b. Secara individual siswa menjelaskan IPA tentang perubahan benda dengan menerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
c. Secara kelompok dengan arahan guru siswa bertanya jawab IPA tentang perubahan benda
dengan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
berdasarkan data yang dibuat guru.
d. Siswa melengkapi data tabel yang ditempel di papan tulis.
e. Siswa mengamati perubahan benda yang dipasang di depan kelas.
a. Pelaksanaan
Setelah perbaikan pembelajaran pada masing-masing siklus selesai, penulis dan pengamat
mengadakan diskusi mengenai pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hasil diskusi ini menjadi
bahan refleksi bagi penulis. Penampilan aktivitas perbaikan yang telah baik dipertahankan dan yang
belum baik ditingkatkan pada siklus berikutnya. Pada siklus 2 penampilan aktivitas perbaikan yang
telah baik adalah:
a. Siswa berani tampil menunjukan penjelasan guru tentang perubahan benda.
b. Secara individual siswa dapat menyelesaikan tugas IPA tentang perubahan benda.
c. Siswa berani bertanya tentang langkah-langkah dan membandingkan arti IPA tentang
perubahan benda.
d. Siswa melengkapi gambar bagan yang ditempel di papan tulis IPA tentang perubahan benda.
Dari data hasil tes formatif proses belajar dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dari siklus satu ke siklus dua meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berjalan dengan baik.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus satu dan siklus dua, penulis
memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan kontektual. Minat
belajar dan prestasi belajar sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontektual . Berdasarkan hasil analisis terhadap kelas yang memperoleh pembelajaran dengan
model pembelajaran kontektual terus menggembirakan. Sedangkan skor rata-rata siklus satu dan
siklus dua prestasi belajar sebesar 69 % dan 83%. Artinya terdapat peningkatan prestasi belajar
antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual.
Terdapat perbedaan minat belajar dan prestasi belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan menggunakan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
Tujuan pembelajaran mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Hasil Penelitian
Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar antara kelas yang menerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang menggunakan
metode konvensional berdasarkan hasil analisis terjadi perbedaan peningkatan minat belajar yang
relatif besar, dimana peningkatan minat belajar kelas lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional
Hasil perhitungan diperoleh nilai setiap siklus meningkat hal ini menunjukkan minat belajar
dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional secara statistik diterima.
Dari hasil analisis data dengan membandingkan rata-rata hasil pra siklus, siklus satu dan dua
pada kedua perlakuan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) lebih tinggi peningkatannya atau lebih efektif dalam meningkatkan minat belajar dan hasil
belajar.
Grafik 1
Nilai Rata Rata Setiap Siklus

Dari grafik tersebut tampak perolehan nilai rata-rata kelas sebelum diadakan perbaikan sampai pada
siklus dua dengan peningkatan perolehan nilai yang signifikan. Tingkat ketuntasan belajar juga
terjadi peningkatan hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini
Grafik. 2
Perbandingan Prosentase Ketidak Ketuntasan Belajar
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah penulis paparkan dapat disimpulkan
bahwa “Perbaikan pembelajaran menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada siswa Kelas VI SD Negeri Luwungbata 01 Kecamatan Tanjung Kabupaten
Brebes, mengalami peningkatan dengan kategori baik”, karenanya berdampak pada “kualitas belajar
siswa yang dapat meningkat”.
1. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) secara efektif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran perubahan benda .
2. Dengan memahami karakteristik siswa maka pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang
perubahan benda bagi siswa kelas VI semester dua SD Luwungbata 01 Tahun Pelajaran
2016/2017 Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes?”
Secara rinci kesimpulan penelitian yang dideskripsikan adalah sebagai berikut. presentase
ketidak ketuntasan dapat diamati pada grafik 2 ini terjadi karena kreatifitas guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran. pada siklus satu 29,7% menurun menjadi 10,8% Pada siklus dua.
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:146) dalam prosedur penelitian peningkatan kualitas
belajar dipengaruhi oleh keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Berdasarkan pengamatan
keaktifan siswa peningkatan ini sangat signijfikan karena pengelolaan pembelajaran yang begitu
aktif melibatkan siswa yang aktif dan menyenangkan.
Saran
Bertolak dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperoleh, maka penulis
menyarankan kepada rekan-rekan guru, dalam pembelajaran menerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) bagi siswa kelas VI semester dua SD Luwungbata
01 Tahun Pelajaran 2016/2017 Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, agar kualitas pembelajaran
dapat bermakna dan siswa mencapai prestasi belajar yang baik, hendaknya guru mampu merancang
pembelajaran yang sesuai.
Setelah itu diadakan penguatan yang pada dasarnya dapat dilaksanakan agar kegiatan kita
menjadi lebih berguna dan harus dikuasahi guru untuk tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan perhatian guru terhadap penelitian.
2. Membangkitkan dan memelihara motivasi guru dalam merancang dan melaksanakan
penelitian.
3. Memberikan rekomendasi kepada peneliti untuk dapat mengembangkan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid. 1998. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan Pembelajaran.
Jakarta: Delia Press.
Afandi, I. 2006. KTSP dan Penguatan Otonomi Sekolah, (Online), (http//www.pikiran rakyat.com,
diakses 28 Agustus 2006).
Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M. 1994. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional (2002). Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI. Departemen
Pendidikan Nasional
Hasan et all. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai