Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan
jasakesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap
masyarakat sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan yang
setingggitingginya. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit,
terlihat adanya faktor-faktor penting sebagai pendukung pelayanan itu sendiri,
yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi
pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta
proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Di samping memberikan dampak positif,
faktor tersebut juga memberikan nilai negatif terhadap semua komponen yang
terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya
kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM 2000). Lingkungan rumah sakit dapat
mengandung berbagai dampak negatif yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan manusia terutama pekerjanya. Dalam Indonesia 2010, lingkungan
yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Cara
pengendalian dapat dilkakukan untuk mengurangi bahaya di lingkungan kerja
dimana cara terbaik adalah dengan menghilangkan bahaya atau menutup
sumber bahaya tersebut itu bila mungkin, tetapi sering bahaya tersebut tidak
dapat sepenuhnya dikendalikan.Oleh karena itu dibutuhkan usaha
pencegahannya dengan menggunakan beberapa alat pelindung diri (Sam’mul,
1985).

Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga kerja


terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit adalah dengan
cara memberikan APD. Pemberian APD kepada tenaga kerja, merupakan upaya
terakhir apabila upaya rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work
practices) telah maksimum dilakukan. Alat pelindung diri perorangan adalah alat
yang digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud
untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari
pekerjaan maupun lingkungan kerja dan berguna dalam usaha untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan cidera atau cacat (Syukri, 1982). Alat pelindung
diri terdiri dari sarung tangan, masker, penutup kepala, baju pelindung, celemek,
dan sepatu pelindung. Perundang - Undangan yang mengatur tentang
pemakaian Alat pelindung diri adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 3, 9, 12, 14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk
memberikan Alat Pelindung Diri (APD), pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD),
dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan dan

1
pengurus diwajibkan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan
secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari undang-undang tersebut maka
jelaslah bahwa Alat Pelindung Diri (APD) dibutuhkan di setiap tempat kerja
seperti rumah sakit. Oleh karena itu keselamatan kerja harus benar-benar
diterapkan dalam suatu rumah sakit dimana di dalamnya tenaga kerja
melakukan pekerjaannya. Bukan hanya pengawasan terhadap mesin, dan
peralatan lain saja tetapi yang lebih penting pada manusianya atau tenaga
kerjanya, salah satu contohnya adalah pengawasan pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD). Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting
dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaankerja yang berdampak cacat sampai meninggal (Boedi
Maryoto, 1997).

Dalam menyongsong akreditasi rumah sakit dan penerapan ISO 18000


(K3), setiap rumah sakit dan institusi kesehatan lain harus segera berbenah diri
mempersiapkan perangkat keras maupun lunak bagi pemenuhan standar K3.
Ketertinggalan dalam mempersiapkan diri akan berakibat ketertinggalan secara
kompetitif. Terlebih di era pasar bebas dalam perdagangan global, maka citra
dan keunggulan sangat menentukan keberlangsungan perusahaan maupun
keandalan sistem industri tersebut. Peranan K3 di rumah sakit dan institusi
kesehatan lain bukan suatu masalah yang kecil dan dapat diabaikan.
Pengetahuan dam pemahaman bagi para dokter, perawat, dan petugas
nonmedis tentang K3 di masing-masing lingkungan kerjanya, akan menentukan
bagi terciptanya optimalitas sistem kerja dan produktivitasindustri. Pentingnya
pelatihan singkat (short course) ini tidak diragukan lagi sebagai media
pencerahan dan penyadaran, bahwa K3 adalah bagian dari sistem manajemen
total sebuah industri termasuk rumah sakit dan institusi kesehatan lain. Sebuah
upaya untuk mewujudkan profesionalisme kerja.

Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memiliki 14 ruang


rawat inap yang dilayani oleh instalasi gizi dengan 24 tenaga penjamah
makanan yang memiliki tingkat pendidikan, pengetahuan diet dan masa kerja
yang berbeda beda. Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
Instalasi Gizi Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) sudah mencapai standar ≥20% dalam penggunaan
APD bagi penjamah makanan. Hasil penelitian yang dilakukan di instalasi gizi
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan pada tahun 2018 bahwa
sebagian besar penjamah makanan belum patuh terhadap pemakaian APD
karena keterbatasan alatnya berupa penutup kepala, celemek, baju steril, sepatu
dan masker.

2
Berdasarkan uraian diatas, mendorong peneliti untuk mengetahui
kejadian ketidakpatuhan penggunaan APD pada petugas penjamah makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

B. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kedisiplinan petugas penjamah makanan dalam
penggunaan APD
2. Mencegah tingkat resiko tertularnya penyakit
3. Meningkatkan keamanan pasien

C. Manfaat Penelitian
Memberi masukan kepada rumah sakit dalam pelaksanaan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga kerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan
petugas penjamah makanan dalam penggunaan APD.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Gizi Rumah Sakit

Instalasi gizi Rumah Sakit adalah wadah yang mengelola pelayanan gizi
secara efektif, efisien, dan kualitas yang optimal meliputi penyediaan,
pengelolaan, dan penyaluran makanan, terapi gizi, pendidikan dan pelatihan,
pengkajian, dan pengembangan melalui perencanaan, penggerakan serta
pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan. Pelayanan pendukung medis seperti instalasi gizi di suatu rumah
sakit merupakan suatu kegiatan yang membantu dalam upaya penyembuhan
dan pemulihan penderita, yang kegiatannya dapat dari usaha dapur sampai
pengolahan diet bagi penderita. Dalam petunjuk tentang ukuran
akreditasrumah sakit, dinyatakan bahwa pelayanan gizi merupakan salah satu
fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Bagian ini harus diatur
dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis, kebutuhan masyarakat,
keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan manajemen tepat guna. Dimana
dalam proses penyembuhan pasien dibantu dengan adanya makanan yang
memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Andry
Hartono,2000).

B. Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi merupakan salah satu aspek penting dalam


pelayananpasien di rumah sakit yang berperan dalam menunjang proses
kesembuhan pasien. Apabila pelayanan gizi yang diberikan bermutu, aman,
dan sesuai dengan kebutuhan pasien, maka tingkat kesembuhan pasien
dapat ditingkatkan sehingga dapat memperpendek lama perawatan di rumah
sakit. Dengan demikian,dapat menghemat biaya perawatan. Salah satu
pelayanan gizi yang dilakukan di rumah sakit yaitu penyelenggaraan
makanan, baik untuk pasien maupun dengan pegawai dan dokter yang
bertugas.

C. Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit merupakan suatu rangkaian


kegiatan yang dimulai dari perencanaan menu hingga pendistribusian
makanan ke pasien di ruangan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit
dilaksanakan untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai
kebutuhan serta melayani pasien secara layak dan memadai. Oleh karena
itu, penyelenggaraan makanan harus selalu berprinsip pada penyehatan
makanan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi
pengadaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengangkutan
makanan masak, penyimpanan makanan masak dan penyajian makanan,
hendaknya memperhatikan syarat higiene dan sanitasi, mengingat

4
permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi
terhadap makanan (Sediaoetama, 2009). Untuk menghasilkan makanan yang
mengandung gizi dapat memenuhisyarat kesehatan bagi pasien yang ada
dirumah sakit, maka diperlukan untukmengelola makanan yang sesuai
dengan standar kesehatan di instalasi gizi rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan
pengetahuan tentang higiene dan sanitasi pengolahan makanan dan
pelayanan gizi di instalasi gizi rumah sakit.oleh karena itu pihak rumah sakit
dapat meningkatkan manajemen pada petugas instalasi gizi, bekerja sama
dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk merencanakan kegiatan studi
banding dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengolah makanan bagi petugas pada instalasi gizi tersebut.
Makanan yang diselenggarakan oleh instalasi gizi harus memenuhi tandar
keamanan yang telah ditetapkan. Prinsip keamanan pangan yang digunakan
yaitu Hazard Analysis Critical Cotrol Point (HACCP). HACCP merupakan
tindakan pencegahan yang efektif untuk menjamin keamanan pangan dalam
system penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar.

Sistem penyelenggaraan makanan antara lain :


1) Perencanaan menu
Perencanaanmenu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan
memadukan hidangan dalam varian yang serasi, harmonis yang memenuhi
kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera pasien (Kemenkes
RI,2013)
2) Produksi makanan
Produksi makanan atau pemasakan bahan makanan merupakan suatu
kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan dari
pemasakan yaitu untuk mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan
makanan, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan
penampilan makanan, serta bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk
tubuh.
3) Distribusi
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang
dilayani. Tujuan distribusi yaitu pasien mendapatkan makanan sesuai diet
dan ketentuan yang berlaku.
4) Sarana
Kegiatan penyelenggaraan makanan dirumah sakit akan berjalan dengan
optimal apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai,
seperti perencanaan bangunan, peralatan, dan perlengkapan, fasilitas ruang
yang dibutuhkan, sarana fisik, peralatan dan perlengkapan diruang
penyelenggaraan makanan (Kemenkes RI,2013).
5) Tenaga
Dalam upaya menjamin pelaksaan pelayanan gizi yang optimal di rumah
sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih
rinci.Tenaga gizi yang baik dan berkualitas bertujuan untuk menjamin
keamanan pasien dirumah sakit (Kemenkes RI,2013).
6) Kontrol mutu

5
Kontrol mutu adalah tindakan inspeksi pada produk untuk menjamin
produk tersebut memenuhi standar. Kegiatan kontrol mutu untuk menjamin
keamanan makanan adalah dengan menerapkan jaminan mutu yang
berdasarkan keamanan makanan, meliputi Good Manufacturing Practices
(GMP), hygiene dan sanitasi makanan, dan penggunaan bahan makanan
tambahan (Kemenkes RI,2013).
7) Kontrol harga
Dalam kegiatan penyelenggaraan makanan pasien dirumah sakit biaya
merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan menentukan
dalam pelayanan gizi. Biaya harus diperhitungkan setepat mungkin, sehingga
secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan seefisien
dan seefektif mungkin (Kemenkes RI,2013).

D. Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan


dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan, sampai dengan penyajian.Untuk memperoleh
kualitas makanan yang baik perlu diperhatikan dan diawasi mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga pengolah. Tujuannya untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit melalui makanan yang
disebabkan tenaga pengolah makanan.

Yang perlu diperhatikan dari perilaku tenaga pengolah makanan selama


bekerja adalah :

 Tidak mengobrol atau merokok selama mengolah makanan.


 Tidak makan atau mengunyah selama mengolah makanan.
 Tidak memakai perhiasan.
 Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan peruntukannya.
 Selalu mencuci tangan atau kaki dengan sabun sebelum dan sesudah
bekerja, dan setelah keluar kamar kecil.
 Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
 Pakaian kerja harus selalu bersih dan dipakai hanya pada waktu bekerja.
 Tenaga pengolah makanan harus memakai tutup kepala untuk
menghindari rambut atau kotoran masuk ke dalam makanan.
 Tangan, kuku, kulit, rambut, gigi harus selalu bersih.
 Bila bersin atau batuk, mulut atau hidung harus ditutup dengan sapu
tangan.
 Memegang alat-alat pada tempatnya, misalnya peganglah sendok dan
garpu pada tangkainya, jangan memegang gelas pada bibirnya.
 Dilarang memegang atau mengambil makanan yang sudah dimasak
dengan tangan telanjang.

Usaha untuk melindungi makanan dari kontak langsung dapat dilakukan


dengan :

 Sarung tangan plastik sekali pakai


 Penjepit makanan
 Sendok dan garpu

6
Sedangkan untuk melindungi makanan dari pencemaran digunakan :

 Celemek
 Tutup rambut
 Sepatu dapur
 Tutup mulut
 Pakaian kerja

E. Penyediaan APD di Instalasi Gizi

Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yangdigunakan untuk


melindungi pekerja dari luka atau penyakit yangdiakibatkan oleh adanya
kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. APD bukanlah alat yang
nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar Karena
dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu kerja.
Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai akan
mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan atau luka – luka dan juga
mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun
kemudian. (Syukri, 1982).

a. Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang
memakainya, bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa
memakai APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka
perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensial yang ada,
khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan (Sam’mul,
1985). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakaiannya dapat memberikan perlindungan yang maksimal. Menurut ILO
(1989) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu:

1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan


cukup perlindungan terhadap bahaya tersebut.
2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat
rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas,
penglihatan dan sebagainya yang maksimum.

b. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
pelindung diri yang wajib ada di Instalasi Gizi menurut Colleer (1990) dan
Gisslen (1983) adalah sebagai berikut :

7
1) Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala digunakan untuk mencegah kotoran dan rambut


jatuh. Alat pelindung kepela yang harus ada di instalasi gizi adalah tudung
kepala. Tudung kepala wajib dipakai oleh tenaga kerja di instalasi gizi pada
saat pengolahan agar dapat mencegah dan melindungi jatuhnya rambut dan
kotoran dari kepala ke dalam makanan pada saat pengolahan makanan.
Sehingga makanan tidak terkontaminasi oleh bakteri yang jatuh dengan
rambut dan kotoran yang ada pada rambut.

2) Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari


resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,
korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan
terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu
mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang
ada di lingkungan kerja. Alat pelindung pernafasan yang harus tersedia di
instalasi gizi adalah masker. Masker digunakan untuk mengurangi
rangsangan bau – bauan dari masakan yang di masak yang dapat
menyebabkan bersin. Saat bersin masker dapat mencegah kuman – kuman
jatuh ke makanan yang sedang diolah.

3) Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian


lainnya dari benda tajam atau goresan, selain itu juga digunakan pada saat
tangan kontak dengan makanan agar makanan terhindar dari bakteri -
bakteri yang ada di tangan yang akan menyebabkan makanan
terkontaminasi. Jenis alat pelindung tanganyang harus ada di nstalasi gizi
adalah Sarung tangan rumah tangga(gloves). Sarung tangan jenis ini
bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:

 Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool


untukmelindungi tangan dari api, panas, dan dingin.
 Sarung tangan dari plastik yang digunakan untuk mengambilmakanan /
pada saat tangan kontak langsung dengan makanan.Sarung tangan ini
bersifat sekali pakai, sehingga setelah dipakaisarung tangan ini langsung
di buang.

8
4) Baju Pelindung (Body Potrection)

Jenis baju pelindung antara lain:

 Pakaian kerja

Pakaian kerja adalah pakaian yang disediakan oleh pihak rumah


sakit dan diseragamkan. Bila rumah sakit tidak menyediakan pakaian
kerja sebaiknya pakaian yang digunakanuntuk bekerja dibedakan dengan
pakaian yang dipakai sehari –hari. Pakaian kerja yang digunakan
sebaiknya tidak bermotif disarankan berwarna terang. Hal ini dilakukan
agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja harus dicuci
secara periodik untuk menjaga kebersihan.

 Celemek

Celemek wajib digunakan tenaga kerja pada saat pengolahan


makanan agar pakaian kerja tidak kotor. Celemek yang digunakan pekerja
harus bersih dan tidak boleh digunakan sebagai lap tangan. Celemek
harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan ruang pengolahan.
Celemek harus dicuci secara periodik untuk menjaga kebersihan.

5) Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda benda keras, benda tajam, logam/kaca, benda panas. Selain
itu juga dapat menghindarkan dari bahaya terpeleset. Jenis alat pelindung
kaki yang harus ada di instalasi gizi adalah :

 Sandal Tertutup

Sandal tertutup digunakan sebagai alternatif bila di instalasi gizi


tidak menyediakan sepatu boot. Akan lebih baiknya dipilih sepatu yang
tidak terbuka pada bagian jari – jari kakinya. Oleh karena itu sandal
tertutup disarankan untuk dipilih sebagai alat pelindung kaki di instalasi
gizi.

c. Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh
dipakai tenaga kerja lain kecuali bila alat pelindung diri sudah dibersihkan.
Alat pelindung diri yang terkontaminasi oleh debu atau serat dan bahan
kimia berbahaya dilarang untuk dibawa pulang. Instalasi gizi Rumah Sakit
TK II Purti Hijau sudah membuat penyimpanan khusus untuk tempat Alat
Pelindung Diri.

9
BAB III
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN

A. Lokasi Dan Waktu


Lokasi : Rumah sakit TK II Putri Hijau Medan
Frekuensi Pengumpulan Data : Harian
Periode Pelaporan Data : Bulan
Frekuensi Analisa Data : TW 2 : April, Mei, Juni
TW 3 : Juli, Agustus, September
TW 4 : Oktober,November, Desember

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilaksanakan
pada bulan April 2018 sampai Desember 2018.

C. Numerator dan Denumerator


a. Numerator
Numerator dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Instalasi Gizi
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan
b. Denumerator
Denumerator dalam penelitan ini adalah jumlah karyawan Instalasi
Gizi yang tidak memakai APD

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data secara Retrospektif yaitu penelitian berupa
pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang yang telah terjadi yang
bertujuan untuk mencarifaktor yang berhubungan dengan penyebab.

E. Metode Analisa Data


Metode analisa data menggunakan sistem Run Chart yaitu suatu alat
untuk pengembangan proses yang menampilkan data yang diamati dalam
urutan waktu.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Gambar 1. Gambar Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Setelah masa kemerdekaan Tahun 1945 banyak anggota tentara maupun


keluarganya yang mengalami sakit dan berdomisili di Medan memanfaatkan
fasilitas kesehatan rumah sakit swasta yang ada disekitar Medan. Karena rumah
sakit tentara satu-satunya yang ada di Sumatera Utara hanya ada di Pematang
Siantar (merupakan peninggalan tentara Belanda) sementara jumlah anggota
yang memanfaatkan fasilitas kesehatan ini terus bertambah dari hari kehari,
untuk itu para pejuang kemerdekaan maupun dokter tentara yang ada di Medan
berpikir perlu adanya fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) khusus tentara di Kota
Medan ini. Pada tahun 1950 atas prakarsa dokter militer yang diketuai Letkol dr.
Moh. Majoedin mendirikan sebuah Tempat Perawatan Asrama (TPA) yang
berlokasi di Jalan Banteng 2A Medan. TPA ini dipergunakan untuk merawat
anggota Tentara maupun keluarga yang menderita penyakit ringan, sedangkan
untuk penyakit berat dirawat di RST Pematang Siantar. TPA ini memiliki fasilitas
10 tempat tidur, laboratorium kecil, kamar obat, kamar suntik, kamar bedah kecil
serta dapur.

11
Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh. Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas
Kesehatan TK I menerima penyerahan 4 buah bangsal Rumah Sakit Verenigde
Deli Maatschkapy (VDM), yaitu RS PTPN II sekarang (dahulu RS PTP
IX/Tembakau Deli) yang sebelumnya dipergunakan oleh Belanda untuk merawat
Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di Jalan Putri Hijau Medan. Dengan
diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu Tempat
Perawatan Tentara (TPT).
Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad/265/XII/2007 tanggal 31
Desember 2007 tentang DSPP Kesdam, termasuk didalamnya Rumkit Tk II
Tugas Pokok Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu
menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas,
dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus di wilayah medan pada
khususnya dan wilayah Kodam I/BB pada umumnya dalam rangka mendukung
tugas pokok Kodam I/BB, sedangkan dengan adanya kapasitas lebih Rumkit Tk
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan juga memberikan pelayanan kesehatan bagi
Purnawirawan TNI/Veteran, Pensiunan PNS serta keluarganya dengan fasilitas
Askes dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat umum.
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu satu dari sekian layanan
kesehatan milik TNI AD Kota Medan yang berbentuk RSU, diurus oleh TNI AD
dan tercantum kedalam RS TipeB. Layanan Kesehatan ini telah terdaftar sedari
25 Februari 2015 dengan nomor surat ijin HK.03.05/I/2284/2011 dan tanggal
surat ijin 13 September 2011 dari KEMENKES RI dengan sifat tetap, dan
berlaku sampai waktu tetentu. Setelah menjalani proses akreditasi RS seluruh
Indonesia dengan proses Pentahapan I (5 Pelayanan) akhirnya diberikan status
lulus akreditasi Paripurna pada bulan April tahun 2016.
Kepala rumah sakit yaitu Kolonel Ckm Dr.dr. Khairul Ihsan Nasution dan
wakil kepala rumah sakit yaitu Letnan Kolonel Ckm dr. M. Irsan Basyroel, Sp.
KK. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memberikan pelayanan
kesehatan bagi TNI dan keluarganya, BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan,
masyarakat umum, dan JKN/KIS/Askes/BPJS Kesehatan serta mempunyai
layanan unggulan di bidang Hemodialisa. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan mempunyai luas tanah 43.434 meter dengan luas bangunan 18.293,2
meter ini bertempat di Jl. Putri Hijau No. 17, Medan, Kota Medan, Indonesia.

12
Visi
“Menjadi Rumah Sakit kebanggaan prajurit, PNS dan keluarganya serta
masyarakat umum di wilayah Kodam I/BB yang bermutu dalam pelayanan dan
pendidikan.”

Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima
b. Memberikan dukungan kesehatan yang handal
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang bermutu dalam
pengembangan SDM untuk meningkatkan profesionalisme RumkitTk II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Motto
“Melayani dengan hati”

B. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan
dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan, sampai dengan penyajian. Untuk memperoleh
kualitas makanan yang baik perlu diperhatikan dan diawasi mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga pengolah. Tujuannya untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit melalui makanan yang
disebabkan tenaga pengolah makanan.

Yang perlu diperhatikan dari perilaku tenaga penjamah pengolahan


makanan selama bekerja adalah :

 Tidak mengobrol atau merokok selama mengolah makanan.


 Tidak makan atau mengunyah selama mengolah makanan.
 Tidak memakai perhiasan.
 Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan peruntukannya.
 Selalu mencuci tangan atau kaki dengan sabun sebelum dan sesudah
bekerja, dan setelah keluar kamar kecil.
 Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
 Pakaian kerja harus selalu bersih dan dipakai hanya pada waktu bekerja.
 Tenaga pengolah makanan harus memakai tutup kepala untuk
menghindari rambut atau kotoran masuk ke dalam makanan.
 Tangan, kuku, kulit, rambut, gigi harus selalu bersih.
 Bila bersin atau batuk, mulut atau hidung harus ditutup dengan sapu
tangan.

13
 Memegang alat-alat pada tempatnya, misalnya peganglah sendok dan
garpu pada tangkainya, jangan memegang gelas pada bibirnya.
 Dilarang memegang atau mengambil makanan yang sudah dimasak
dengan tangan telanjang.

Usaha untuk melindungi makanan dari kontak langsung dapat dilakukan


dengan :

 Sarung tangan plastik sekali pakai


 Penjepit makanan
 Sendok dan garpu

Sedangkan untuk melindungi makanan dari pencemaran digunakan :

 Celemek
 Tutup rambut
 Sepatu dapur
 Tutup mulut (Masker)
 Pakaian kerja

C. Pengertian Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) ) didefinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat
kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. APD bukanlah alat
yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar
Karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada
waktu kerja. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang
sesuai akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan atau luka – luka
dan juga mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun
kemudian. (Syukri, 1982).

D. Pemakaian Alat Pelindung Diri


Pemakaian Alat pelindung diri (APD) bagi penjamah makanan dapat
meminimalisir kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
mungkinterjadi karena faktor pekerjaan (Anwar dkk, 1989).Kewajiban
memakai alat pelindung diri bila memasuki suatu tempatkerja yang
berbahaya tidak hanya berlaku bagi pekerja saja, melainkan juga bagi
pemimpin perusahaan, pengawas, kepala bagian dan siapa saja yang akan
memasuki tempat tersebut.

14
E. Prosedur Penggunaan APD di Instalasi Gizi Rumkit TK II Putri Hijau
Adapun prosedur yang dilakukan sesuai dengan SPO yaitu:
1. Menggunakan baju kerja yang tidak panas dan dapat menyerap
keringat
2. Menggunakan celemek atau apron yang tahan panas dan dalam
keadaan bersih
3. Menggunakan topi atau penutup kepala agar keringat dan rambut
tidak mencemari makanan, bagi peagawai yang berambut panjang
menggunakan harnet
4. Menggunakan sandal yang tidak licin dan tertutup bagian depan
agar terhindar dari kecelakaan kerja
5. Menggunakan cempal atau serbet untuk mengangkat dan
memegang alat makan panas
6. Menggunakan alat penjepit makanan, sendok, garpu, hand glove
untuk mengambil makanan
7. Tidak menggunakan perhiasan (cincin dan gelang) saat bekerja
8. Memakai masker bagi pegawai yang sakit (flu atau batuk ) dan
tidak menggaruk selama menjamah makanan
9. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang
dibersihkan
10. Menggunakan sarung tangan pada saat pada saat menjamah
makanan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit TK II Putri Hijau


Kesdam I/BB Medan bahwa di Instalasi Gizi telah menyediakan Alat
Pelindung Diri bagi petugas penjamah makanan berupa : pakaian kerja,
celemek, tudung kepala, masker dan sandal tertutup. Untuk penggunaan
masker dan sarung tangan pada saat menjamah makanan itu belum
terlaksana secara baik karena kurangnya kedisiplinan petugas penjamah
makanan dalam penggunaan APD. Rumah Sakit TK II Putri Hijau Keasdam
I/BB sudah dapat dikatakan memenuhi Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik IndonesiaNomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri. Walaupun masih sebagian petugas penjamah makanan yang
tidak patuh terhadap penggunaan APD pada saat melakukan proses
pengolahan dan pemorsian makanan.

15
Tabel 1. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan April 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 66% 75% 75% 25% 20% 75%
Jumlah 16 org 18 org 18 org 6 org 5 org 18 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 66%,
Tudung Kepala 75%, Celemek 75%, Sarung tangan 25%, Masker 20% dan
Sendal Tertutup 75%.

Tabel 2. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan Mei 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 75% 75% 79% 41% 33% 75%
Jumlah 18 org 18 org 19 org 10 org 8 org 18 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 75%,
Tudung Kepala 75%, Celemek 79%, Sarung tangan 41%, Masker 33% dan
Sendal Tertutup 75%.

Tabel 3. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan Juni 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 79% 83% 83% 54% 41% 79%
Jumlah 19 org 20 org 20 org 13 org 10 org 19 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 79%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 83%, Sarung tangan 54%, Masker 41% dan
Sendal Tertutup 79%.

16
Penggunaan APD Bulan Triwulan II
90%
80%
70%
60%
Persentase

50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
April 66% 75% 75% 25% 20% 75%
Mei 75% 75% 79% 41% 33% 75%
Juni 79% 83% 83% 54% 41% 79%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%

Gambar 1. Ketidakpatuhan penggunaan APD Triwulan 2


Berdasarkan gambar diatas pemakaian alat pelindung diri bagi penjamah
makanan belum semuanya mencapai nilai 100% hanya saja sudah mencapai
nilai standar 20%, Pada bulan April penggunaan APD yang mendapat nilai
tertinggi yaitu penggunaan tudung kepala, celemek dan sandal tertutup
mencapai nilai 75% sedangkan untuk nilai terendah pada penggunaan masker
yaitu 20%. Pada bulan Mei penggunaan APD yang mendapat nilai tertinggi yaitu
penggunaan celemek mencapai nilai 79% sedangkan untuk nilai terendah pada
penggunaan masker yaitu 33%. Sedangkan pada bulan Juni penggunaan APD
yang mendapat nilai tertinggi yaitu penggunaan tudung kepala dan celemek
yang mencapai nilai 83% sedangkan untuk nilai terendah pada penggunaan
masker yaitu 41%. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan penggunaan
APD pada penjamah makanan setiap bulannya mulai dari penggunaan pakaian
kerja, tudung kepala, celemek, sarung tangan, masker dan sandal tertutup

Tabel 4. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan Juli 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 83% 83% 83% 62% 50% 83%
Jumlah 20 org 20 org 20 org 15 org 12 org 20 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 83%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 83%, Sarung tangan 62%, Masker 50% dan
Sendal Tertutup 20%.

17
Tabel 5. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan Agustus 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 83% 83% 87% 62% 54% 83%
Jumlah 20 org 20 org 21org 15 org 13 org 20 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 83%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 87%, Sarung tangan 62%, Masker 54% dan
Sendal Tertutup 20%.

Tabel 6. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan September 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 91% 83% 87% 66% 58% 87%
Jumlah 22 org 20 org 21org 16 org 14 org 21 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 91%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 87%, Sarung tangan 66%, Masker 58% dan
Sendal Tertutup 87%.

18
Penggunaan APD Bulan Triwulan III
100%
90%
80%
70%
Persentase

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
Juli 83% 83% 83% 62% 50% 83%
Agustus 83% 83% 87% 62% 54% 83%
September 91% 83% 87% 66% 58% 87%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%

Gambar 2. Ketidakpatuhan penggunaan APD Triwulan 3


Berdasarkan gambar diatas pemakaian alat pelindung diri bagi penjamah
makanan belum semuanya mencapai nilai 100% hanya saja sudah mencapai
nilai standar 20%, Pada bulan Juli penggunaan pakaian kerja, tudung kepala dan
celemek yang mencapai nilai tertinggi yaitu 83% sedangkan untuk pemakaian
masker mencapai nilai terendah yaitu 50%. Pada bulan Agustus penggunaan
celemek yang mencapai nilai tertinggi yaitu 87% sedangkan untuk pemakaian
masker mencapai nilai terendah yaitu 54%. Pada bulan September penggunaan
pakaian kerja yang mencapai nilai 91% sedangkan untuk pemakaian masker
mencapai nilai terendah yaitu 58%. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan
penggunaan APD pada penjamah makanan setiap bulannya mulai dari
penggunaan pakaian kerja, tudung kepala, celemek, sarung tangan, masker dan
sandal tertutup

Tabel 7. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan Oktober 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 91% 83% 87% 66% 62% 87%
Jumlah 22 org 20 org 21org 16 org 15 org 21 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 91%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 87%, Sarung tangan 66%, Masker 62% dan
Sendal Tertutup 87%.

19
Tabel 8. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan November 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 91% 91% 87% 66% 66% 87%
Jumlah 22 org 22 org 21org 16 org 16 org 21 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 91%,
Tudung Kepala 91%, Celemek 87%, Sarung tangan 66%, Masker 66% dan
Sendal Tertutup 87%.

Tabel 9. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah


Penggunaan APD Bulan Desember 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 91% 83% 87% 66% 66% 91%
Jumlah 22 org 20 org 21org 16 org 16 org 22 org
Pemakaian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas penjamah


makanan masih belum patuh dalam pemakaian APD yaitu Pakaian kerja 91%,
Tudung Kepala 83%, Celemek 87%, Sarung tangan 66%, Masker 66% dan
Sendal Tertutup 87%.

Penggunaan APD Bulan Triwulan IV


100%
90%
80%
70%
Persentase

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
Oktober 91% 83% 87% 66% 62% 87%
November 91% 91% 87% 66% 64% 87%
Desember 91% 83% 87% 66% 70% 87%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%

20
Gambar 3. Ketidakpatuhan penggunaan APD Triwulan 4
Berdasarkan gambar diatas pemakaian alat pelindung diri bagi penjamah
makanan belum semuanya mencapai nilai 100% hanya saja sudah mencapai
nilai standar 20%, Pada bulan Oktober penggunaan pakaian kerja yang
mencapai nilai tertinggi yaitu 91% sedangkan untuk pemakaian masker
mencapai nilai terendah yaitu 62%. Pada bulan November penggunaan pakaian
kerja dan tudung kepala yang mencapai nilai tertinggi yaitu 91% sedangkan
untuk pemakaian masker mencapai nilai terendah yaitu 64%. Pada bulan
Desember penggunaan pakaian kerja yang mencapai nilai 91% sedangkan
untuk pemakaian sarung tangan mencapai nilai terendah yaitu 66%. Dapat
diketahui bahwa adanya peningkatan penggunaan APD pada penjamah
makanan setiap bulannya mulai dari penggunaan pakaian kerja, tudung kepala,
celemek, sarung tangan, masker dan sandal tertutup

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan adalah layanan kesehatan
milik TNI AD Kota Medan yang berbentuk rumah sakit umum memberikan
pelayanan kesehatan bagi TNI dan keluarganya, BPJS Ketenagakerjaan,
Perusahaan, Masyarakat Umum, serta layanan unggulan bidang
Hemodialisa. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah
terakreditasi Paripurna pada April tahun 2016.
2. Ketidakpatuhan petugas penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah diatas nilai standar 20%.
3. Adanya peningkatan perbulan nya bagi petugas penjamah makanan
dalam penggunaan APD

B. SARAN
1. Dapat memahami tentang gambaran umum Rumkit Tk II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan.
2. Menganjurkan kepada seluruh karyawan Instalasi Gizi agar selalu
mematuhi pemakaian Alat Pelindung Diri terlebih dahulu sebelum
menjamah makanan dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit agar
mencegah resiko tertularnya penyakit.

22

Anda mungkin juga menyukai