PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan
jasakesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap
masyarakat sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan yang
setingggitingginya. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit,
terlihat adanya faktor-faktor penting sebagai pendukung pelayanan itu sendiri,
yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi
pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta
proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Di samping memberikan dampak positif,
faktor tersebut juga memberikan nilai negatif terhadap semua komponen yang
terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya
kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM 2000). Lingkungan rumah sakit dapat
mengandung berbagai dampak negatif yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan manusia terutama pekerjanya. Dalam Indonesia 2010, lingkungan
yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Cara
pengendalian dapat dilkakukan untuk mengurangi bahaya di lingkungan kerja
dimana cara terbaik adalah dengan menghilangkan bahaya atau menutup
sumber bahaya tersebut itu bila mungkin, tetapi sering bahaya tersebut tidak
dapat sepenuhnya dikendalikan.Oleh karena itu dibutuhkan usaha
pencegahannya dengan menggunakan beberapa alat pelindung diri (Sam’mul,
1985).
1
pengurus diwajibkan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan
secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari undang-undang tersebut maka
jelaslah bahwa Alat Pelindung Diri (APD) dibutuhkan di setiap tempat kerja
seperti rumah sakit. Oleh karena itu keselamatan kerja harus benar-benar
diterapkan dalam suatu rumah sakit dimana di dalamnya tenaga kerja
melakukan pekerjaannya. Bukan hanya pengawasan terhadap mesin, dan
peralatan lain saja tetapi yang lebih penting pada manusianya atau tenaga
kerjanya, salah satu contohnya adalah pengawasan pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD). Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting
dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaankerja yang berdampak cacat sampai meninggal (Boedi
Maryoto, 1997).
2
Berdasarkan uraian diatas, mendorong peneliti untuk mengetahui
kejadian ketidakpatuhan penggunaan APD pada petugas penjamah makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.
B. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kedisiplinan petugas penjamah makanan dalam
penggunaan APD
2. Mencegah tingkat resiko tertularnya penyakit
3. Meningkatkan keamanan pasien
C. Manfaat Penelitian
Memberi masukan kepada rumah sakit dalam pelaksanaan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga kerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan
petugas penjamah makanan dalam penggunaan APD.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Instalasi gizi Rumah Sakit adalah wadah yang mengelola pelayanan gizi
secara efektif, efisien, dan kualitas yang optimal meliputi penyediaan,
pengelolaan, dan penyaluran makanan, terapi gizi, pendidikan dan pelatihan,
pengkajian, dan pengembangan melalui perencanaan, penggerakan serta
pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan. Pelayanan pendukung medis seperti instalasi gizi di suatu rumah
sakit merupakan suatu kegiatan yang membantu dalam upaya penyembuhan
dan pemulihan penderita, yang kegiatannya dapat dari usaha dapur sampai
pengolahan diet bagi penderita. Dalam petunjuk tentang ukuran
akreditasrumah sakit, dinyatakan bahwa pelayanan gizi merupakan salah satu
fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Bagian ini harus diatur
dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis, kebutuhan masyarakat,
keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan manajemen tepat guna. Dimana
dalam proses penyembuhan pasien dibantu dengan adanya makanan yang
memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Andry
Hartono,2000).
B. Pelayanan Gizi
C. Penyelenggaraan Makanan
4
permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi
terhadap makanan (Sediaoetama, 2009). Untuk menghasilkan makanan yang
mengandung gizi dapat memenuhisyarat kesehatan bagi pasien yang ada
dirumah sakit, maka diperlukan untukmengelola makanan yang sesuai
dengan standar kesehatan di instalasi gizi rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan
pengetahuan tentang higiene dan sanitasi pengolahan makanan dan
pelayanan gizi di instalasi gizi rumah sakit.oleh karena itu pihak rumah sakit
dapat meningkatkan manajemen pada petugas instalasi gizi, bekerja sama
dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk merencanakan kegiatan studi
banding dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengolah makanan bagi petugas pada instalasi gizi tersebut.
Makanan yang diselenggarakan oleh instalasi gizi harus memenuhi tandar
keamanan yang telah ditetapkan. Prinsip keamanan pangan yang digunakan
yaitu Hazard Analysis Critical Cotrol Point (HACCP). HACCP merupakan
tindakan pencegahan yang efektif untuk menjamin keamanan pangan dalam
system penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar.
5
Kontrol mutu adalah tindakan inspeksi pada produk untuk menjamin
produk tersebut memenuhi standar. Kegiatan kontrol mutu untuk menjamin
keamanan makanan adalah dengan menerapkan jaminan mutu yang
berdasarkan keamanan makanan, meliputi Good Manufacturing Practices
(GMP), hygiene dan sanitasi makanan, dan penggunaan bahan makanan
tambahan (Kemenkes RI,2013).
7) Kontrol harga
Dalam kegiatan penyelenggaraan makanan pasien dirumah sakit biaya
merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan menentukan
dalam pelayanan gizi. Biaya harus diperhitungkan setepat mungkin, sehingga
secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan seefisien
dan seefektif mungkin (Kemenkes RI,2013).
D. Penjamah Makanan
6
Sedangkan untuk melindungi makanan dari pencemaran digunakan :
Celemek
Tutup rambut
Sepatu dapur
Tutup mulut
Pakaian kerja
Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang
memakainya, bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa
memakai APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka
perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensial yang ada,
khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan (Sam’mul,
1985). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakaiannya dapat memberikan perlindungan yang maksimal. Menurut ILO
(1989) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu:
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
pelindung diri yang wajib ada di Instalasi Gizi menurut Colleer (1990) dan
Gisslen (1983) adalah sebagai berikut :
7
1) Alat Pelindung Kepala
8
4) Baju Pelindung (Body Potrection)
Pakaian kerja
Celemek
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda benda keras, benda tajam, logam/kaca, benda panas. Selain
itu juga dapat menghindarkan dari bahaya terpeleset. Jenis alat pelindung
kaki yang harus ada di instalasi gizi adalah :
Sandal Tertutup
Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh
dipakai tenaga kerja lain kecuali bila alat pelindung diri sudah dibersihkan.
Alat pelindung diri yang terkontaminasi oleh debu atau serat dan bahan
kimia berbahaya dilarang untuk dibawa pulang. Instalasi gizi Rumah Sakit
TK II Purti Hijau sudah membuat penyimpanan khusus untuk tempat Alat
Pelindung Diri.
9
BAB III
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilaksanakan
pada bulan April 2018 sampai Desember 2018.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh. Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas
Kesehatan TK I menerima penyerahan 4 buah bangsal Rumah Sakit Verenigde
Deli Maatschkapy (VDM), yaitu RS PTPN II sekarang (dahulu RS PTP
IX/Tembakau Deli) yang sebelumnya dipergunakan oleh Belanda untuk merawat
Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di Jalan Putri Hijau Medan. Dengan
diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu Tempat
Perawatan Tentara (TPT).
Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad/265/XII/2007 tanggal 31
Desember 2007 tentang DSPP Kesdam, termasuk didalamnya Rumkit Tk II
Tugas Pokok Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu
menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas,
dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus di wilayah medan pada
khususnya dan wilayah Kodam I/BB pada umumnya dalam rangka mendukung
tugas pokok Kodam I/BB, sedangkan dengan adanya kapasitas lebih Rumkit Tk
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan juga memberikan pelayanan kesehatan bagi
Purnawirawan TNI/Veteran, Pensiunan PNS serta keluarganya dengan fasilitas
Askes dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat umum.
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu satu dari sekian layanan
kesehatan milik TNI AD Kota Medan yang berbentuk RSU, diurus oleh TNI AD
dan tercantum kedalam RS TipeB. Layanan Kesehatan ini telah terdaftar sedari
25 Februari 2015 dengan nomor surat ijin HK.03.05/I/2284/2011 dan tanggal
surat ijin 13 September 2011 dari KEMENKES RI dengan sifat tetap, dan
berlaku sampai waktu tetentu. Setelah menjalani proses akreditasi RS seluruh
Indonesia dengan proses Pentahapan I (5 Pelayanan) akhirnya diberikan status
lulus akreditasi Paripurna pada bulan April tahun 2016.
Kepala rumah sakit yaitu Kolonel Ckm Dr.dr. Khairul Ihsan Nasution dan
wakil kepala rumah sakit yaitu Letnan Kolonel Ckm dr. M. Irsan Basyroel, Sp.
KK. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memberikan pelayanan
kesehatan bagi TNI dan keluarganya, BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan,
masyarakat umum, dan JKN/KIS/Askes/BPJS Kesehatan serta mempunyai
layanan unggulan di bidang Hemodialisa. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan mempunyai luas tanah 43.434 meter dengan luas bangunan 18.293,2
meter ini bertempat di Jl. Putri Hijau No. 17, Medan, Kota Medan, Indonesia.
12
Visi
“Menjadi Rumah Sakit kebanggaan prajurit, PNS dan keluarganya serta
masyarakat umum di wilayah Kodam I/BB yang bermutu dalam pelayanan dan
pendidikan.”
Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima
b. Memberikan dukungan kesehatan yang handal
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang bermutu dalam
pengembangan SDM untuk meningkatkan profesionalisme RumkitTk II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.
Motto
“Melayani dengan hati”
B. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan
dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan, sampai dengan penyajian. Untuk memperoleh
kualitas makanan yang baik perlu diperhatikan dan diawasi mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga pengolah. Tujuannya untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit melalui makanan yang
disebabkan tenaga pengolah makanan.
13
Memegang alat-alat pada tempatnya, misalnya peganglah sendok dan
garpu pada tangkainya, jangan memegang gelas pada bibirnya.
Dilarang memegang atau mengambil makanan yang sudah dimasak
dengan tangan telanjang.
Celemek
Tutup rambut
Sepatu dapur
Tutup mulut (Masker)
Pakaian kerja
14
E. Prosedur Penggunaan APD di Instalasi Gizi Rumkit TK II Putri Hijau
Adapun prosedur yang dilakukan sesuai dengan SPO yaitu:
1. Menggunakan baju kerja yang tidak panas dan dapat menyerap
keringat
2. Menggunakan celemek atau apron yang tahan panas dan dalam
keadaan bersih
3. Menggunakan topi atau penutup kepala agar keringat dan rambut
tidak mencemari makanan, bagi peagawai yang berambut panjang
menggunakan harnet
4. Menggunakan sandal yang tidak licin dan tertutup bagian depan
agar terhindar dari kecelakaan kerja
5. Menggunakan cempal atau serbet untuk mengangkat dan
memegang alat makan panas
6. Menggunakan alat penjepit makanan, sendok, garpu, hand glove
untuk mengambil makanan
7. Tidak menggunakan perhiasan (cincin dan gelang) saat bekerja
8. Memakai masker bagi pegawai yang sakit (flu atau batuk ) dan
tidak menggaruk selama menjamah makanan
9. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang
dibersihkan
10. Menggunakan sarung tangan pada saat pada saat menjamah
makanan
15
Tabel 1. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan April 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 66% 75% 75% 25% 20% 75%
Jumlah 16 org 18 org 18 org 6 org 5 org 18 org
Pemakaian
16
Penggunaan APD Bulan Triwulan II
90%
80%
70%
60%
Persentase
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
April 66% 75% 75% 25% 20% 75%
Mei 75% 75% 79% 41% 33% 75%
Juni 79% 83% 83% 54% 41% 79%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%
17
Tabel 5. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan Agustus 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 83% 83% 87% 62% 54% 83%
Jumlah 20 org 20 org 21org 15 org 13 org 20 org
Pemakaian
18
Penggunaan APD Bulan Triwulan III
100%
90%
80%
70%
Persentase
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
Juli 83% 83% 83% 62% 50% 83%
Agustus 83% 83% 87% 62% 54% 83%
September 91% 83% 87% 66% 58% 87%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%
19
Tabel 8. Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan dan Jumlah
Penggunaan APD Bulan November 2018
Jumlah Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
Karyawan Pakaian Tudung celemek Sarung masker Sendal
kerja kepala tangan tertutup
24 Org 91% 91% 87% 66% 66% 87%
Jumlah 22 org 22 org 21org 16 org 16 org 21 org
Pemakaian
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pakaian Tudung Sarung Sendal
Celemek Masker
Kerja Kepala Tangan Tertutup
Oktober 91% 83% 87% 66% 62% 87%
November 91% 91% 87% 66% 64% 87%
Desember 91% 83% 87% 66% 70% 87%
standar 20% 20% 20% 20% 20% 20%
20
Gambar 3. Ketidakpatuhan penggunaan APD Triwulan 4
Berdasarkan gambar diatas pemakaian alat pelindung diri bagi penjamah
makanan belum semuanya mencapai nilai 100% hanya saja sudah mencapai
nilai standar 20%, Pada bulan Oktober penggunaan pakaian kerja yang
mencapai nilai tertinggi yaitu 91% sedangkan untuk pemakaian masker
mencapai nilai terendah yaitu 62%. Pada bulan November penggunaan pakaian
kerja dan tudung kepala yang mencapai nilai tertinggi yaitu 91% sedangkan
untuk pemakaian masker mencapai nilai terendah yaitu 64%. Pada bulan
Desember penggunaan pakaian kerja yang mencapai nilai 91% sedangkan
untuk pemakaian sarung tangan mencapai nilai terendah yaitu 66%. Dapat
diketahui bahwa adanya peningkatan penggunaan APD pada penjamah
makanan setiap bulannya mulai dari penggunaan pakaian kerja, tudung kepala,
celemek, sarung tangan, masker dan sandal tertutup
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan adalah layanan kesehatan
milik TNI AD Kota Medan yang berbentuk rumah sakit umum memberikan
pelayanan kesehatan bagi TNI dan keluarganya, BPJS Ketenagakerjaan,
Perusahaan, Masyarakat Umum, serta layanan unggulan bidang
Hemodialisa. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah
terakreditasi Paripurna pada April tahun 2016.
2. Ketidakpatuhan petugas penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah diatas nilai standar 20%.
3. Adanya peningkatan perbulan nya bagi petugas penjamah makanan
dalam penggunaan APD
B. SARAN
1. Dapat memahami tentang gambaran umum Rumkit Tk II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan.
2. Menganjurkan kepada seluruh karyawan Instalasi Gizi agar selalu
mematuhi pemakaian Alat Pelindung Diri terlebih dahulu sebelum
menjamah makanan dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit agar
mencegah resiko tertularnya penyakit.
22