Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN (GULMA)

Disusun Oleh:

Aulia Alfat

150510170200

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayat-Nya
saya diberikan kemudahan, kesehatan, pikiran yang jernih, dan pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman (Gulma) dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu supaya penulis dapat mengeksplorasi serta
mempelajari banyak hal mengenai gulma juga mengetahui fungsi, definisi, serta macam-macam
gulma dengan jelas dan selengkap mungkin.
Semoga apa yang telah saya selesaikan dari makalah ini dapat memberi pengetahuan bagi
banyak orang. Saya juga sangat terbuka untuk kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki kesalahan yang ada.

Sumedang, 02 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii


Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB 1 – Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II – Pembahasan
2.1 Definisi Gulms ................................................................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Gulma ............................................................................................... 3
2.3 Penggolongan Gulma ...................................................................................... 3
2.4 Perkembangbiakan Gulma .............................................................................. 9
2.5 Kerugian Akibat Gulma ................................................................................ 13
2.6 Manfaat Gulma ..............................................................................................14
2.7 Pengendalian Gulma ......................................................................................15
BAB III – Penutup
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….….20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa ini, dimana manusia memproduksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan
dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar, semua itu terikat oleh faktor-faktor
produksi pertanian, anatar lain adalah hama-penyakit tanaman dan gulma.
Gulma dan tanaman budidaya adalah mengalami interaksi, yang dapat berupa intekasi positif
maupun negatif. Namun, masayarakat lebih mengetahui dan melihat interaksi negatif antara
keduanya, seperti kompetisi unsur hara, air dan cahaya matahari.
Kerugian yang dialami terhadap tanaman budidaya adalah bervariasi. Di Amerika Serikat,
besar kerugian produksi oleh gulma mencapai 28% dari kerugian total. Sedangkan di negara
berkembang seperti Indonesia, kerugia akibat gulma dapat berdampak pada persediaan pangan
dunia (pemi, 2006). Cramer (1975) dan pemi (2006) menyebutkan kerugian berupa penurunan
produksi beberapa tanaman yang selanjutnya dilakukan percobaan untuk mengetahui berapa
kerugian yang diakibatkan oleh gulma. Hasil dari percobaan ini sangat mengejutkan, karena
terhitung 20-50% kerugian diakibatkan oleh gulma.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menyusun makalah mengenai gulma, apa itu
gulma, jenis-jenisnya, perannya dan bagaimana cara penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan gulma?
2. Apa saja ciri-ciri gulma?
3. Apa saja jenis-jenis gulma?
4. Bagaimana cara perkembangbiakan gulma?
5. Apa saja kerugian yang diakibatkan oleh gulma?
6. Apa saja keuntungan yang ditimbulkan gulma?
7. Bagaimanan cara mengatasi gulma?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian gulma.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri gulma.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis atau penggolongan gulma.
4. Untuk mengetahui cara perkembangbiakan gulma.
5. Untuk mengetahui kerugian apa saja yang diakibatkan gulma.
6. Untuk mengetahui apa saja keuntungan yang diakibatkan gulma.
7. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi gulma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gulma


Gulma mempunyai beberapa definisi dalam masyarakat, diantaranya adalah tumbuhan yang
tidak diinginkan keberadaannya, tumbuhan yang tumbuh di sembarang tempat, tumbuhan yang
tidak diketahui manfaatnya dan tumbuhan yang memiliki daya adaptabilitas yang tinggi. Menurut
Tjitrosoedirjo et.al (1984), gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki oleh manusia karena akan menimbulkan kerugian, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman
budidaya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya
nutrisi.

2.2 Ciri Gulma


Gulma mempunyai beberapa ciri khas yang telah diketahui oleh masyarakat umum. Menurut
Nasution (1986) ciri gulma diantaranya adalah:
1. Memiliki pertumbuhan yang cepat,
2. Mempunyai daya saing yang kuat dalam berkompetisi memperebutkan faktor kebutuhan
hidupnya (Yunasfi, 2007),
3. Mempunyai toleransi yang besar dalam terhadap suasana lingkungan yang ekstrim,
4. Mempunyai daya berkembangbiak yang besar, baik secara vegetatif maupun generatif,
5. Alat perkembangbiakannya mudah tersebar, baik melalui angin, air maupun binatang,
6. Biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.

2.3 Penggolongan Gulma


Barus melalui buku “Pengendalian Gulma di Perkebunan” menerangkan bahwa gulma dapat
dibedakan berdasarkan morfologi gulma, siklus hidup atau habitatnya. Berikut adalah
penggolongannya:

3
1. Berdasarkan Morfologi
Menurut Tjitrosoedirdjo et.al (1984) berdasarkan sifat morfologinya gulma dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Rerumputan (Gulma Berdaun Sempit/ Grasses)
Gulma golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk dalam
famili Gramineae. Rerumputan merupakan jenis gulma yang keberadaannya paling
banyak. Famili ini mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi, distribusi amat luas
dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang.
Gulma ini memiliki ciri daun yang menyerupai pita, yaitu panjang namun
ramping, linearis, batang beruas dan berbuku, tumbuh tegak atau menjalar dan
memiliki pelepah serta helai daun namun tidak mempunyai tangkai daun.
Contoh dari gulma rerumputan adalah Cynodon dactylon (L.) Pers. (suket
grinting), Eleusine indica(L.) Gaena (rumput kelulang), Imperata cylindrica (L.)
Beauv (alang-alang), Echinochloa crus-galli (L.) Cerv (jajagoan), Echinochloa
colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik), Panicum repens L. (lulampuyangan,
jajahean), Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput).

a) Cynodon dactylon b) Eleusine indica(L.) Gaena c) Imperata cylindrica (L.)


(L.) Pers

2. Teki (Sedges)
Gulma golongan teki merupakan jenis gulma yang termasuk dalan famili
Cyperaceae yang terdiri dari 4000 spesies yang umumnya menyukai daerah yang

4
berair. Gulma jenins teki memiliki ciri khas batang yang berbentuk segitiga dan
pada sebagian besar berakar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber).
Contoh gulma teki adalah Cyperus bervifolius (jukut pendul), Cyperus
rotundus L. (teki), Cyperus difformia L. (jukut papayungan), Cyperus halpan L.
(papayungan), Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit).

a) Cyperus bervifolius b) Cyperus rotundus L c) Cyperus difformia L.

3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf Weeds)


Gulma golongan berdaun lebar merupakan semua jenis gulma selain dari
famili Gramineae dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar biasanya terdiri dari
famili paku-pakuan (pteridophyta) dan dicotyledoneae.
Ciri dari gulma berdaun lebar adalah bentuk daun yang lebar, yaitu apabila
lebar helai daun lebih dari setengah ukuran panjang daun, tulang daun yang
menyirip, dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar.
Jenis gulma berdaun lebar didominasi oleh kelompok tumbuhan dari kelas
Dicotyledoneae. Contoh dari gulma berdaun lebar adalah Amaranthus spinosus L.
(bayam duri, bayem eri, senggang cucuk), Physalis angulata (ciplukan),
Stachyarpheta indica L. vahl (jarong, gajihan), Limnocharis fIava L. Buch (genjer,
centong), dan Marsilea crenala presl (semangi, samanggen).

5
a) Marsilea crenala presl b) Limnocharis fIava L. Buch c) Physalis angulata

2. Berdasarkan Siklus Hidup


Menurut Ashton (1991), berdasarkan daur hidup (siklus hidup), maka gulma dapat
dikelompokkan pada beberapa golongan yaitu.
1. Annual (semusim)
Gulma dari golongan annual adalah gulma yang mempunyai daur hidup hanya
satu musim atau satu tahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan
berkembang biak. Gulma semusim umumnya menghasilkan banyak biji dan
membutuhkan kondisi lingkungan yang khusus untuk dapat melanjutkan hidupnya
(Barus, 2003).
Contoh gulma semusim adalah Ageratum conyzoides, Stachytarpita sp.

a) Ageratum conyzoides b) Stachytarpita sp.

2. Biennial (dua musim)

6
Gulma dari golongan biannual adalah gulma yang mempunyai daur hidup dua
musim tetapi kurang dari dua tahun. Tahun pertama masa hidup gulma biannual
digunakan untuk menyimpan makanan pada akar untuk kehidupan di tahun
keduanya (Barus, 2003). Bunga gulma golongan ini berbentuk roset pada tahun
pertama yang akan menghasilkna biji di tahun selanjutnya yang diikuti oleh
kematian bunga, seperti D.carota (Sukman dan Yakub, 1995).
Contoh gulma biannual adalah Lactuca canadensis L.

Lactuca canadensis L.

3. Perinnial (gulma musiman atau tahunan)


Gulma dari golongan perennial adalah gulma yang dapat hidup lebih dari dua
tahun atau lama berkelanjutan bila kondisi memungkinkan. Gulma dari golongan
perennial dapat berkembangbiak dengan biji maupun vegetatif. Gulma perenninal
yang berkembangbiak secara vegetatif sangat sulit dikendalikan.
Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari klas monocotyledoneae seperti
Cyperus rotundus dan Imperata cylindrical.

7
a) Cyperus rotundus b) Imperata cylindrical

3. Berdasarkan Habitat
Berdasarkan habitat atau tempat hidup maka gulma dapat dikelompokkan menjadi
beberapa golongan yaitu:
1. Gulma darat (terristerial weed)
Yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup dan tumbuhnya di darat. Pada gulma
darat ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan lahan atau
arealnya seperti:
a. Gulma Sawah Tanaman Palawija,
Contoh: Portulaca oleracea dan Cyperus rotundus.
b. Gulma Ladang
Contoh: Leersea hexandra dan Imperata cylindrical.
c. Gulma Kebun
Contoh: Ageratum conyzoides dan Stachytarpita sp.
d. Gulma Hutan
Contoh: Melastoma malabathricum dan Crotalaria sp.
e. Gulma Padang Rumput
Contoh: Sprobolus poiretii dan Andropogon sp.

a) Andropogon sp. b) Crotalaria sp. c) Stachytarpita sp.

2. Gulma Air

8
Yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan berkembang biaknya terjadi di
dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah dan tergenang, Contoh dari gulma
ini adalah Eichornia crassipes, Hydrilla verticilata, Pistia stratiotes dan Nymphaea sp.

a) Nymphaea sp b) Eichornia crassipes c) Hydrilla verticilata

2.4 Perkembangbiakan Gulma


Gulma berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Secara generatif dengan biji,
sedangan secara vegetatif dengan tunas, stolon, rhizhoma, daun dan umbi.
1. Generatif
Perkembangbiakan gulma secara generatif dilakukan melalui pembuahan dan
menghasilkan biji. Perkembangbiakan secara generatif akan menghasilkan biji dengan
jumlah yang banyak. Biji gulma mempunyai rambut-rambut halus yang menyebabkannya
mudah tersebar oleh angin, air, hewan dan sebagainya. Biji gulma juga dapat melakukan
dormansi bila kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan gulma, sehingga
gulma mempunyai daya simpan yang lama.
Contoh dari gulma yang berkemabngbiak secara generatif adalah Emilia sonchifolia,
Vernonia sp, Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis amabilis.

9
a) Emilia sonchifolia b) Vernonia sp c) Amaranthus spinosus

2. Vegetatif
Gulma berkembangbiak dengan vegetatif dengan cara memperbanyak dirinya melalui
bagian tubuh vegetatif, diantaranya adalah:
1. Stolon
Stolon adalah bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan
tanah, dimana batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas). Akar serabut
dan tunas dapat tumbuh pada setiap nodus sehingga dapat mebentuk individu baru.
Contoh gulma ini adalah Paspalum conjugatum dan Cynodon dactylon.

a) Paspalum conjugatum b) Cynodon dactylon.

2. Rhizome (akar rimpang)


Rhizome adalah batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,
bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul
tunas yang membentuk individu baru.

3. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan sebagai
tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi tersebut bisa
membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang pada
saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru dari gulma
tersebut.

10
Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti Cyperus rotundus dan
Cyperus irinaria.

a) Cyperus rotundus b)Cyperus irinaria.

4. Bulbus (umbi lapis)


Bulbus merupakan umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan cadangan
tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada keluarga
Allium, seperti Allium veneale (bawang-bawang).

Allium veneale

5. Daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daun dewasa. Daun
ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi atau terdapat
lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.

11
Contoh gulma yang berkembangbiak dengan daun adalah Calanchoe sp (cocor
bebek) dan Ranunculus bulbasus.

a) Calanchoe sp b) Ranunculus bulbasus.

6. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung.
Contoh gulma yang berkembangbiak dengan sulur adalah Eichornia crassipes.

Eichornia crassipes.

7. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora,
dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina.
Gulma yang berkembangbiak dengan spora kebanyakan dari keluarga paku-
pakuan, seperti Nephrolepsis bisserata dan Lygopodiu sp.

12
a) Nephrolepsis bisserata b) Lygopodiu sp.

2.5 Kerugian Akibat Gulma


Gulma diketahui secara umum sebagai tumbuhan yang keberadaannya merugikan maupun
tidak diinginkan. Berikut adalah beberapa kerugian akibat gulma:
1. Terjadinya persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma. Persaingan ini dapat
dalam bentuk tempat tinggal, unsur hara, cahaya matahari, air, dan lain-lain. Persaingan
ini dapat menurunkan kemampuan produksi tanaman budidaya (Sukman dan Yakub,
1995).
2. Biji gulma dapat tercampur dengan biji hasil budidaya, sehingga diperlukan usaha
tambahan untuk membersihkan biji (Sastroutomo, 1990).
3. Senyawa kimia yang dihasilkan oleh gulma atau aleopati terkadang bersifat racun bagi
tanaman budidaya (Sukman dan Yakub, 1995).
4. Gulma mengganggu kelancaran kerja petani, misalnya duri Mimosa sp. (Sastroutomo,
1990).
5. Gulma dapat menjadi perantara atau tempat tinggal bagi hama dan penyakit tanaman
budidaya, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi (Rukmana, 1999).
6. Gulma dapat mengganggu kesehatan manusia, misalnya polen dari gulma dapat
menyebabkan reaksi alergi.
7. Menambah pengekuaran petani dalam melakukan usaha pertanian, misalnya
menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah dan penyiangan gulma (Lakitan,
1995).

13
8. Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, sehingga dapat terjadi kehilangan air
akibat penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air akibat penguapan
oleh gulma dapat 7,8 klai lebih besar daripada kehilnagan air akibat penguapan aliran
terbuka (Sastroutomo, 1990).

2.6 Manfaat Gulma


Dalam benak amsyarakat Indonesia gulma adalah sesuatu yang merudikan dan harus
dimusnahkan. Akan tetapi gulma juga memiliki manfaat, beberapa diantaranya adalah:
1. Sebagai Obat
Gulma dapat diolah menjadi obat-obatan. Contohnya adalah tanaman krokot.
Krokot mengandung protein dan vitamin A yang besar. Secara ilmiah krokot dapat
mengurangi risiko penyakit stroke, kanker dan jantung pada manusia, menurunkan
ADHD, autisme dan masalah perkembangan pada anak dan memperkuat tulang
(Tribun News Jawa Tengah, 2018).
2. Melindungi Tanah dari Erosi
Tanaman gulma yang tumbuh menjalar dapat mencegah erosi tanah akibat sistem
perakarannya. Contohnya adalah Imperata cylindrical dan Paspalum conjugatum.
3. Sebagai Inang Serangga yang Bersifat Menguntungkan
Gulma dapat menjadi inang atau tempat tinggal serangga-serangga yang
menguntungkan bagi tanaman budidaya, seperti predator dan parasitoid. Contohnya
adalah Synedrella nudiflora sebagai inang serangga Cytorhynus lividipenis yang
merupakan musuh alami hama Nilaparvata lugens.
4. Sebagai Trap Crop
Gulma dapat berperan sebagai trap crop yang menyebabkan hama maupun
pathogen tidak menyerang tanaman budidaya, namun menyerang gulma yang tumbuh
di sekitarnya. Contohnya adalah tanaman Tripsacum laxum yang menjadi trap crop
bagi nematoda Platylenchus loosi yang biasa menyerang tanaman teh.
5. Sebagai Mulsa Organik
Gulma dan sisa tanaman pada lahan sehabis panen dapat tidak dibuang dan
dijadikan mulsa organik untuk penanaman tanaman budidaya selanjutnya. Mulsa
organik memiliki beberapa keuntungan, namun juga memiliki beberapa kerugian.

14
Kerugian yang paling dikhawatirkan adalah hama dan penyakit tanaman yang daoat
bersembunyi dan terkumpul di dalam mulsa.
6. Sebagai Pakan Ternak
Gulma pada lahan dapat disiangi dan dikumpulkan utnuk dijadikan pakan ternak.
Selain memiliki lahan budidaya yang bebas gulma, petani juga dapat memiliki
penghasilan tambahan dari penjualan gulma pada peternak.
7. Sebagai Pupuk Kompos atau Pupuk Hijau
Pupuk kompos adalah pupuk organik yang terbuat dari pembusukan sisa tanaman
dengan campuran kotoran hewan, sedangkan pupuk hijau adalah pupuk organik yang
terbuat dari pembusukan sisa tanaman saja. Gulma yang telah dikumpulkan dapat
disimpan dan ditimbun untuk dijasikan bahan pembuatan pupuk kompos atau pupuk
hijau.

2.7 Pengendalian Gulma


Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Di negara-negara yang
sedang membangun kegiatan pengendalian, cara yang banyak dilakukan adalah pemberantasan.
Menurut Kapugu (2006), pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
1. Preventif (Pencegahan)
Cara preventif ditujukan terhadap spesies gulma yang sangat merugikan dan spesies
asing yang belum tersebar di lingkungan skitar tempat budidaya. Hal ini dikarenakan spesies
asing yang tumbuh di daerah baru yang cocok dengan syarat tumbuhnya akan menyebabkan
ledakan populasi. Contohnya adalah kaktus di Australia dan eceng gondok di Asia-Afrika.
Berikut adalah beberapa pencegahan gulma:
1. Membersihkan bibit tanaman dari kontaminasi gulma
2. Tidak memakai pupuk organik yang belum matang
3. Memberantas gulma di sekitar saluran irigasi
4. Membersihkan alat pertanian
5. Membersihkan hewan pengangkut hasil panen

2. Pengendalian secara Fisik


Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

15
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dnegan alat sperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya
pada umumnya dapat berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat
pengolah tanah dalam memberantas gulma tergantung pada sifat ekologi gulma, sifat
tanaman budidaya dan lingkungan serta iklim.
2. Pembabatan atau Pemangkasan
Pemangkasan biasanya dilakukan tanaman perkebunan. Pemangkasan umumnya
hanya efektif untuk mematikan gulma yang berumur pendek. Efektifitasnya
bergantung pada waktu pemangkasan, interval pengulangan, dan sebagainya.
pemangkasan sebagiknya dilakukan saat gulma menjelang berbunga atau saat daun
gulma tumbuh lebat.
3. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma perennail. Caranya adalah dengan
menggenangi lahan gulma sedalam 15-25cm selama 3-8 minggu.
4. Pembakaran
Pembakaran pada lahan setelah waktu panen sering dilakukan untuk memberantas
gulma dan sisa tanaman yang tidak dibutuhkan. Keuntungan pengendalian gulma
dengan pembakaran dibandingkan dengan cara kimiawi adalah tidak adanya residu
pada tanah dan tanaman. Hama dan penyakit tanaman pada lahanpun akan mati.
Namun kekrungannya adalah, mikroba dan organisme yang menguntugkan pada lahan
juga akan mati, kandungan humus akan berkurang, dapat menimbulkan erosi dan biji
gulma belum tentu akan mati.
5. Mulsa
Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah cahaya matahari sampai pada
gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis dan tidak dapat
melangsungkan hiupnya. Bahan yang dapat dijadikan mulsa adalah jerami, plastik,
sekam dan bubuk gergaji.

3. Pengendalian secara Sistem Budidaya


Cara pengendalian gulma secara sistem budidaya dapat disebut juga sebagai
pengendalian secara ekologis dikarenakan menggunakan prinsip-prinsip ekologi, yaitu

16
mengelola lingkuungan sedemikian rupa sehingga mendukung tanaman budidaya namun
merugikan bagi gulma. Menurut Kapugu (2006), pengendalian gulma secara sistem
budidaya adalah sebagai berikut:
1. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam
ambang yang tidak mebahayakan. Contohnya adalah pergiliran tanam padi- tebu-
kedelai. Dengan pergiliran tanaman, kondisi iklim mikro akan berubah sehingga gulma
akan tidak nyaman untuk tumbuh di lahan.
2. Budidaya Tanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu lahan merupakan tindakan
yang sangatv memabntu dalam mengatasi gulma. Jarak tanam yang sedikit sempit atau
ideal merupakan tindakan yang tepat pula, karena gulma tidak akna mendapatkan
cahaya matahari. Pemupukan dengan pupuk yang matang dan dalam waktu yang tepat
akan menguntungkan untuk memperkuat dan mempercepat tanaman budidaya
sehingga akan meningkatkan daya saing tanaman dengan gulma.
3. Menggunakan Tanaman Naungan
Tanaman naungan akan memberikan cahaya matahari yang cukup bagi tanaman
budidaya namun tidak akan memberikan cahaya matahari yang dibutuhkan gulmma
untuk tumbuh.

4. Pengendalian secara Biologis


Pengendalian gulma secara biologis ialah pengendalian gulma dengan menggunakan
organisme lain, seperti serangga, fungi, hewan ternak, ikan, dan sebagainya. pengendalian
gulma mneggunakan serangga atau fungi biasanya dilakukan untuk mengendaliakan gulma
asing yang telah menyebar luas. Namun pengendalian seperti itu harus dilakukan dengan
penelitian dan dasar ilmu pengetahuan yang kuat.
Pengendalian secara biologis harus dilakukan apabila pelaku telah mengetahui
karakteristik dan sifat spesies gulma yang tumbuh dan organisme apa yang dapat
mengatasinya.

17
Contohnya adalah pengendalian kaktus Opuntia spp. dengan menggunakan Cactoblasti
scactorum di Australia dan pengendalian eceng gondok menggunakan kumbang penggerek
Neochetine bruchi dan Neochetina eichhorniae.

5. Pengendalian secara Kimiawi


Pengendalian gulma secara kimiawi adlah pengendalian gulma menggunakan herbisida.
Herbisida sendiri adalah senyawa kimia yang dapat digunakna untuk mematikan atau
menekan pertumubuhan gulma, baik secara selektif maupun non-selektif. Jenis herbisida
yang digunakan dan cara penggunaannya juga bermacam-macam.
Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama pada
areal pertanian yang luas. Namun kekurangannya adalah efek residu pada tanah dan
tanaman, bahaya keracunan dan tanaman yang mneguntungkan juga dapat mati.
Pengendalian gulma secara kimiawi perlu dipertimbangkan dan harus dilakukan apabila
cara-cara pengendalian lainnya tidak berhasil.

6. Pengendalian secara Terpadu


Penegndalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan
beberapa cara pengendalian dengan bersamaan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendlaian terpadu tergantung pada situasi di
lahan, disesuaikan lagi dengan iklim, jenis tanaman budidaya, jenis gulma, sistem irigasi,
jarak tanam, pupuk yang dih=gunakna, penyiangan, pemangkasan dan lain-lain.

18
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Secara umum, gulma dikenal sebagai tanaman yang tidak diinginkan dan merugikan. Namun
pada dasarnya segala sesuatu memliki manfaat bagi manusia, hanya saja terkadang belum
diketahui, begitu pula dengan gulma. Gulma menimbulkan kerugian dikarenakan
perkembangbiakannya yang cepat dan jumlahnya yang banyak, sehingga terjadi kompetisi yang
kuat dengan tanaman budidaya. Namun disisi lain, gulma dapat dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan, makanan ternak dan lain-lain.
Gulma memiliki berbagai ciri khas yang dilihat dari interaksinya terhadap tanaman budidaya.
Gulma digolongkan dalam 3 jenis menurut habitatnya, cara perkembangbiakannya dan
morfologinya. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokkkan ke dalam rerumputan, teki
dan gulma berdaun lebar. Berdasarkan perkembangbiakannya, gulma dibedakan menjadi gulma
yang berkembangbiak secara vegetatif atau generatif. Dan berdasarkan habitatnya, gulma
dibedakan menjadi gulma darat dan gulma air.
Penegndalian gulma yang sering dipakai di masyarakat adalah dengan mekanik dan kimiawi.
Namun sebenarnya, pengendalian gulma sudah dapat dilakukan sebelum gulma itu muncul
dengan cara pencegahan dan sistem budidaya yang tepat. Pengendalian gulma juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan mahluk hidup lain dan secara terpadu.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Sastroutomo, Soetikno S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.


 Setiawan, Hendrik. 2010. Interaksi Gulma dengan Tanaman Budidaya. Universitas Negeri Malang.
 Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo & J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma di
perkebunan. Gramedia, Jakarta.
 Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan
Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM): Tanjung
Morawa.
 Bangun dan Pane.1984. Pengendalian Gulma Pada Budidaya jagung. Pusat penelitian dan
Pengembangan tanaman pangan. Bogor
 Ashton, F. M. And A. S. Crafts. 1981. Mode of action of herbicide. A. WileyInterscience
Publ., John Wiley and Sons, New York
 Yunasfi, 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan Hutan
Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. USU Repository. Medan.
 Barus. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan, Efektifitas dan Efisiensi Aplikasi
Herbisida. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta 101 hlm
 Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press.
Jakarta. 157 hlm
 Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p
 Lakitan, Benyamin. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafinda Persada: Jakarta
 Rukmana, R dan Sugandi S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Kanisius, Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai