Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

PRESEPSI KELOMPOK TANI TERHADAP TEKNOLOGI


PENGOLAHAN MARNING JAGUNG DI DESA LAMATOKAN KEC.
ILEAPE TIMUR KAB.LEMBATA

OLEH

ROSA DALIMA NIDI KOKOMAKING


NIM. 152380042

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN LAHAN KERING

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

KUPANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia sering dijuluki sebagai negara agraris karena dikenal sebagai
negara yang memiliki lahan pertanian yang luas dan subur serta didukung oleh
iklim subtropis, hingga tropis. Sehingga sangat cocok dilakukan usaha pertanian
dan perkebunan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting
dalam perekonomian nasional.

Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan bisnis


berbasis pertanian semakin meningkat. Untuk mendukung upaya tersebut di
perlukan kegiatan penyuluhan guna meningkatkan ekonomi pertanian.

Undang-undang Republik Indonesia No.16 Thn 2006 tentang sistem penyuluhan


pertanian, perikanan dan kehutanan disebutkan bahwa sistem penyuluhan
pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku
usaha melalui penyuluhan. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi
petani agar petani mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Presesi yaitu tindakan menyususn, mengenali, menafsirkan informasi


sensoris untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan
sekitar dengan menggunakan panca indranya sehingga menjadi sadar dengan
segala sesuatu di lingkungannya.

Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak yang di bentuk atas dasar


kepentingan kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota kelompok
tani.

Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis,


peningkatan peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan
menumbuhkan kerjasama antara petani dan pihak lainnya yang terkait untuk
mengembangkan usaha taninya. Pemberdayaan petani menjadi tujuan utama
pembangunan pertanian saat ini dan masa-masa yang akan datang. Pemberdayaan
petani akan mengarah pada kemandirian petani dalam berusahatani. Kemandirian
petani dapat ditumbuh kembangkan dalam suatu kegiatan kelompok.

Jagung adalah bahan pangan alternatif pengganti beras dan gandum yang
perannya sangat vital dalam pencapaian swasembada pangan bagi masyarakat.
Dari kondisi ini maka yang harus dapat dipenuhi yaitu penyediaan bahan pangan
dan verifikasi olahan pangan.. Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang
dapat dikelola seperti minyak jagung, sirup jagung, gula jagung, emping jagung,
marning jagung, dan masih banyak lagi pengolahan jagung lainnya.

Di Indonesia, produk industri berbahan jagung masih sulit ditemui. Hal ini
tidak terlepas karena produk-produk industri dari bahan jagung umumnya
menggunakan teknologi tinggi sehingga teknologi tersebut belum bisa terjangkau
oleh masyarakat umum terutama para petani. Jagung yang mempunyai kandungan
protein dan gizi yang tinggi bagi tubuh ini sangat berpotensi besar bagi bahan
baku industri-industri makanan, minuman, minyak, hingga pakan ternak. Jagung
dalam produk-produk olahan tradisional mempunyai beragam bentuk salah
satunya adalah marning jagung.
Marning jagung merupakan salah satu hasil olahan jagung yang cukup banyak
digemari masyarakat, karena cukup renyah, Dibandingkan hasil olahan jagung
lainnya seperti emping jagung ini lebih membutuhkan penanganan khusus dan
hati-hati, terutama karena bentuk fisiknya yang tipis dan mudah hancur.

Desa Lamatokan dikenal dengan desa yang kaya akan kekayaan alamnya,
Salah satu komoditas yang diunggulkan pada kekayaan alam di desa tersebut
adalah jagung.
Namun pemanfaatan hasil panen jagung ini belum maksimal karena masih
terbatas pada penjualan hasil panen pada tengkulak dan produk olahan tradisional.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan nilai guna dari jagung di Desa
Lamatokan, salah satunya dengan membuat produk olahan yang mempunyai nilai
ekonomi lebih tinggi dan menarik untuk dipasarkan dalam bentuk marning
jagung.

1.2 Rumusan Masalah

 Kurangnya pengetahuan petani terhadap sistem pengolahan marning


jagung.
 Minimnya pengetahuan petani tentang bagaimana cara
mengembangkan komoditi unggulan kearah industri rumah tangga
untuk meningkatkan perekonomian mereka.

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan marning jagung


 Untuk mengetahui cara mengembangkan komoditi unggulan kearah
industri rumah tangga sehingga dapat meningkatkan perekonomian
mereka.

1.4 Manfaat

 Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi produsen marning


jagung sehingga termotivasi untuk meningkatkan pendapatannya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Presepsi

Pengertian presesi yaitu tindakan menyususn, mengenali, menafsirkan


informasi sensoris untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang
lingkungan sekitar dengan menggunakan panca indranya sehingga menjadi sadar
dengan segala sesuatu di lingkungannya.

2.2 Jenis-Jenis Presepsi

Persepsi dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan proses


pemahaman terhadap rangsangan yang diperoleh indera Manusia, antara lain:

1. Persepsi visual , merupakan gpersepsi yang didapatkan dari indera


penglihatan.
2. Persepsi auditori, merupakan persepsi yang biasanya paling sering
dibicaran.
3. Persepsi perabaan persepsi, merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera peraba atau kulit.
4. Persepsi penciuman, merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
penciuman atau hidung.
5. Persepsi rasa, merupakan persepsi yang didapat dari indera perasa atau
pengecap yaitu lidah.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan stimulusdapat masuk dalam


rentang perhatian seseorang faktor penyebab ini dapat di bagi menjadi dua bagian
besar yaitu faktor eksternaldan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor
melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat
pada orang yang mempersiapkan stimulus tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi adalah sebagai berikut:
 Faktor Eksternal

 Kontras : cara termidah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat


kontras baik warna, ukuran, bentuk, atau gerakan.
 Perubahan Intensitas : suara yang beruba menjadi pelan menjadi keras.

 Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana


seseorang menginterprestasikan stimulus yang di lihatnya.

 Pengalaman/Pengetahuan : pengalaman atau pengetahuan yang


dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterprestasikan stimulasi yang di peroleh.
 Harapan: harapan terhadap sesuatu yang akan di presepsi terhadap
stimulus.
 Kebutuhan : kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat
masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan akan
menyebabkan seseorang menginterprestasikan stimulus secara
berbeda.
 Motivasi : motivasi akan mempengaruhi presepsi seseorang.
 Emosi : emosi seseorang akan mempengaruhi presepsinya terhadap
stimulasi yang ada emosi takut akan mempengaruhi presepsi
seseorang terhadap rasa sakit.
2.4 Kelompok Tani

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk


atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya.) dan keakraban untuk meningkatakan dan mengembangkan usaha
anggota.

2.5 Fungsi Kelompok Tani

 Kelas Belajar
Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh
dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktifitasnya meningkat.

 Wahana Kerja Sama


Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama
diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani
serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini di harapkan usaha
taninya akan lebih efesien serta lebih mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan.

 Unit Produksi
Usaha tani yang di lakasanakan masing-masing anggota kelompok tani
secara keseluruhan harus di pandang sebagai satu kesatuan usaha yang
dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang
dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.
2.6 Karakteristik Petani

Menurut Djoko (1996) dalam Arianda (2010) mengatakan bahwa


pengalaman hidup penerima secara mendasar berbeda dengan pengirim pesan,
maka komonikasi menjadi semakin sulit. Secara umum kemampuan untuk
menyerap informasi tergantung pada pengalaman masa lalu dan biasanya
terbentuk dalam waktu yang lama. Oleh karena itu seseorang berkomonikasi
dengan orang-orang yang memiliki pengalaman dan harapan yang serupa, maka
apa yang di katakan secara otomatis cocok dengan kerangka berpikir
mereka.Menurut Soekartawi (2005) dalam Arianda (2010), beberapa hal penting
yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah:

 Umur
Umur petani adalah salah satu bagian yang berkaitan erat dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal
(Hasyim, 2006 dalam Jayanti, 2011).

 Pendidikan
Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan
sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan
anjuran penyuluh.Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang
menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pertanian menjadi berkurang (Kusuma, 2006
dalam Jayanti, 2011).Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan
daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Tingkat pendidikan
formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta
wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk
peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006 dalam Jayanti, 2011).
Sedangkan tingkat pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis
yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok
orang yang memenuhi keperluan. khusus salah satunya penyuluhan
pertanian (Suhardiyono, 1992 dalam Jayanti, 2011).Semakin tinggi
frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian
yang disampaikan semakin tinggi pula.Frekuensi petani dalam mengikuti
penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang
menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar
bermanfaat bagi petani untuk usahataninya, (Hasyim, 2003 dalam Jayanti,
2011).

 Luas Lahan
Menurut Mardikanto (1996) dalam Safarid (2012), mengatakan
bahwa petani dengan luas kepemilikan tanah garapan yang sempit, lemah
dalam permodalan, lemah dalam pengetahuan dan ketrampilan, dan juga
kerap lemah dalam semangat untuk maju. Dalam hal ini petani yang
mempunyai lahan sempit akan sulit menerapkan setiap teknologi baru
yang dianjurkan oleh penyuluh dalam memperbaiki usahanya.Soekartawi
(1999) dalam Jayanti (2011), mengatakan bahwa luas lahan akan
mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali
dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka
lahan tersebut semakin tidak efisien. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang
mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang
sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin
baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien, meskipun demikian
lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien
pula.

 Lamanya Berusahatani
Menurut Soekartawi (1999) dalam Jayanti (2011), mengatakan
bahwa pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam
menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Petani yang
sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh
dari 1pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih
banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh
karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar
tidak melakukan kesalahan yang sama.

2.7 Sifat-Sifat Inovasi

Salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi tingkat adopsi petani
terhadap suatu teknologi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) dalam
Khasnh (2008) tersebut bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
adopsi adalah sifat-sifat inovasi. Kelima sifat inovasi yang dimaksudkan adalah :
 Keuntungan relatif
Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru
dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya.
Keuntungan relatif dari suatu inovasi menurut pengamatan anggota sosial
sistem bahwa ada hubungan positif dengan keceptan adopsi. Menurut
Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) setiap ide (inovasi) baru akan selalu
dipertimbngkan mengenai seberapa jauh setiap keuntungan relatif yang
dapat diberikan yang diukur dengan derajat keuntungan ekonomi,
besarnya penghematan atau keamanan, atau pengaruhnya terhadap posisi
sosial yang akan diterima oleh komunikan selaku adopter.
 Kompatibilitas (Compatibility)
Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan
kebutuhan penerima. Suatau inovasi mungkin kompatibel atau tidak
kompatibel dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultur, dengan ide-ide
yang telah diperkenalkan lebih dulu, dan dengan kebutuhan klien terhadap
inovasi. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto dan Sri Sutarni (1982)
mengemukakan bahwa setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala
mempunyai kecocokan atau berhubungan dengan kondisi setempat yang
telah ada dimasyarakat.
 Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas adalah sejau mana suatu inovasi dianggap relatif
sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kerumitan suatu inovasi menurut
pengamatan anggota sistem sosial, berhubunhan negatif dengan kecepatan
adopsinya, sedangkan menurut Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) inovasi
baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala
cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun
mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikannya.
 Triabilitas (Triability)
Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba
dengan skala kecil. Triabilitas suatu inovasi menurut pengamatan anggota
sistem sosial, berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya. Menurut
Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) inovasi baru yang tidak mudah dicoba
karena perlengkapanya yang kompleks dan memerlukan biaya atau modal
yang besar lebih sulit diadopsi dibanding teknologi baru yang tidak mahal
dan mudah dikerjakan oleh petani.

2.8 Desa Lamatokan

Desa Lamatokan merupakan salah satu desa di Kecamatan Ileapae Timur


dengan luas wilayah 12,5 Km² dan jumlah penduduk 1.600 jiwa (laki-laki 774
jiwa dan perempuan 846 jiwa).Desa ini memiliki potensi pada lahan pertanian
dengan sebagian masyarakatnya bermata pencahariannya sebagai petani, Usaha
tani yang di jalankan di Desa ini antara lain, tanaman kehutanan, perkebunan,
pangan, dengan komoditi unggulan di Desa Lamatokan yang menjadi sumber
pendapatan masyarakat adalah ubi kayu, jagung, kacang merah, kacang tanah,
pisang, labu kuning.
Sesuai dengan beberapa komoditi unggulan yang ada di Desa Lamatokan
jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang di kembangkan oleh
masyarakat Desa Lamatokan untuk memenuhi kebutuhan makanan demi
kelangsungan hidup dan juga untuk meningkatkan ekonomi petani. Sehingga
setiap tahunya masyarakat di Desa Lamatokan selalu membudidayakan tanaman
jagung pada setiap lahan dan pekarangan rumah milik petani. Aktifitas budidaya
tanaman berlangsung terus manerus begitupun produktifitas tanaman jagung terus
meningkat dan mengakibatkan penumpukan jerami batang jagung pada setiap
lahan petani setelah memanen hasil dari jagung yang dibudidayakan sehingga
akan menimbulkan limbah pertanian yang semakin bertambah setiap tahunya
karena tidak dimanfaatkan olah petani.
. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan nilai guna dari jagung
di Desa Lamatokan, salah satunya dengan membuat produk olahan yang
mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dan menarik untuk dipasarkan dalam
bentuk marning jagung.
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Karangka Berpikir

Variabel X Variabel Y

Peran Penyuluh Fungsi Kelompok Tani


Pertanian Lapangan
 Kelas Belajar
 Motivator  Wahanana Kerja
 Edukator Sama
 Dinamisator  Unit Produksi
 Organisato
 komunikator

Peningkatan Kelompok Tani

3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2009), hipotesis merupakan jawaban sementara


terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka yang menjadi hipotesis
penelitian ini yaitu :
1. Adanya perubahan pengetahuan petani terhadap teknologi pengolahan
marning jagung dengan metode demonstrasi cara.
2. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan petani
terhadap teknologi pengolahan marning jagung.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian di tentukan di Desa Lamatokan, Kecamatan Ileape


Timur, Kabupaten Lembata. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Juli- Agustus Tahun 2018.

4.2 Materi Penelitian

Materi penelitian yang digunakan berupa materi penyuluhan teknologi


pengolahan marning jagung, alat tulis, panduan kuisioner dan kamera yang
digunakan pada saat pengambilan data.

4.3 Populasi Dan Sampel

1. Populasi
Penentuan populasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
yaitu semua petani di Desa Lamatokan yang bergabung dalam
kelompok tani dan membudidayakan tanaman jagung Jumlah
kelompok tani yang ada sebanyak 4 kelompok tani.
2. Sampel
Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan metode acak
sederhana (simple random sampling), yaitu metode penentuan sampel
yang mana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel/responden.
4.4 Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian, melalui observasi, pembagian kuisioner dan
wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian


ini, yaitu:
1. Metode observasi
Metode observasi yaitu studi yang sistematis tentang gejala sosial yang
psikis dengan jalan pengamatan atau pencatatan kerja dan kejadian
yang ada hubungan yang diteliti.
2. Kuisioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab.
3. Metode wawancara
Metode wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data secara langsung dari informan melalui tanya
jawab. Wawancara adalah suatu percakapan tentang apa yang diteliti
dengan para informan secara langsung berdasarkan pedoman
wawancara yang disiapkan oleh para peneliti.
4. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan teknik yang digunakan untuk
melengkapi semua tulisan ini dimana peneliti mengambil dari berbagai
sumber seperti penelusuran kepustakaan buku,laporan penelitian,
artikel, dan melalui internet yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti.
5. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data berupa dokumen-
dokumen, literatur, peta/gambar dari objek-objek yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian.

4.6 Variabel Pengukuran

Variabel bebas yang diamati adalah faktor yang menunjang petani


meliputi umur, pendidikan, lamanya berusahatani, serta sifat inovasi teknologi
yang meliputi keuntungan relatif, kompatabilitas, kompleksitas, triabilits dan
observabilitas, sedangkan variabel terikat yang diamati adalah tingkat
pengetahuan petani sebelum dan sesudah pembuatan atau pengolahan marning
jagung.

Tabel 1. Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran


Variabel Indikator
1 Evaluasi - Pengetahuan
2 Faktor-faktor yang - Umur petani
mempengaruhi
- Tingkat pendidikan

- Lamanya berusaha tani

3 Sifat-sifat inovasi teknologi - Keuntungan relatif


- Kompatabilitas
- Kompleksitas
- Triabilits
- Observabilitas

4.7 Prosedur Penelitian

1. Pengujian Validasi Dan Reliabilitas Kuisioner


Validitas adalah tingkat kemampuan suatu instrument sebagai pengukuran
instrument tersebut sehingga dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur, atau untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner.
Keandalan (Reability) adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu
alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten atau stabil, serta
tinggi tingkat ketelitiannya, sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya
kebenarannya.
a. Teknik Validitas Kuisioner
Validitas kuisioner dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-
masing pertanyaan dengan skor total memakai rumus korelasi Product
Moment, menurut (Sugiyono, 2013).

𝑛(Ʃ𝑋𝑖𝑦)−(Ʃ𝑋𝑖)(Ʃ𝑦)
r=
√{𝑛Ʃ𝑋𝑖 2 −(Ʃ𝑋𝑖 2 )}{𝑛Ʃ𝑦𝑟 2 −(Ʃ𝑦𝑟 2 )}

Untuk mencari thitungdigunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2013).

𝑟√𝑛−2
thitung=
√1−𝑟²

Distribusi (tabel t) untuk (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2)


Hipotesis :
Ho : tidak valid
Ha : valid
Kaidah keputusan : jika thitung>t tabel berarti valid
jika thitung< t tabel bearti tidak valid

b. Reliabilitas Kuisioner
Pengujian reliabilitas dapat dihitung melalui metode Alpha, dengan
menghitung rata-rata interkoneksi diantara butir-butir kuisioner yaitu
sebagai berikut:
 Menghitung skor tiap-tiap item

(Ʃ𝑋𝑖)²
Ʃ𝑋𝑖²−
𝑁
Si= 𝑁

Keterangan:
Si : Varians skor tiap-tiap item N : Jumlah responden

ƩXi² : Jumlah kuadrat Item Xi (ƩXi)² : Jumlah Item Xi di kuadratkan

 Menghitung jumlah varians skor tiap-tiap item


ƩSi = S1+S2+S3….Sn
Keterangan:
ƩSi : Jumlah varians semua item
S1,S2,S3….Sn : Varians item ke 1,2,3….n

 Menghitung varians total


(Ʃ𝑋𝑡)²
Ʃ𝑋𝑡²−
𝑁
St= 𝑁

Keterangan:
St : Varians total ƩXt² : Jumlah kuadrat X total

(ƩXi)² : Jumlah X total dikuadratkan N : Jumlah responden

Uji reliabilitas menggunakan pendekatan Alpa, dengan rumus:

𝑘 Ʃ𝑋𝑖
𝑟=[ ] [1 − ]
𝑘−1 𝑆𝑡

Hipotesis: Ho= Tidak Reliabel


Ha= Reliabel
Keputusan: Jika 𝑟11>𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Berarti Reliabel
Jika 𝑟11<𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Berarti Tidak Reliabel
Distribusi (tabel r) untuk (α) = 0,05 (dk) = N-1 (Sugiono dalam Riduwan,
2008).

4.8. Tahapan Penelitian

a. Penentuan Lokasi Penyuluhan


b. Pelaksanaan Penyuluhan
Dalam pelaksanaan penyuluhan yang diharapkan adanya peningkatan
pengetahuan petani dalam pembuatan atau pengolahan marning jagung, dengan
demikian pengetahuan petani tentang cara pembuatan atau pengolahan marning
jagung yang rendah akan menjadi tinggi dan, petani dapat melakukan sendiri.
Adapun langkah kerja pelaksanaan penyuluhan adalah:
1. Penentuan sasaran
2. Persiapan materi
3. Menentukan metode dan teknik penyuluhan
4. Menentukan media penyuluhan
5. Penetapan jadwal
6. Pelaksanaan yang meliputi
a. Pelaksanaan tes awal (pre test)
b. Pelaksanaan penyuluhan: ceramah dan demonstrasi
c. Melakukan tes akhir (post tes)

4.9 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Menganalisis tingkat pengetahuan
petani tentang pengolahan marning jagung. Pengujian signifikansi koefesien
korelasi dapat dihitung dengan teknik statistik uji t.
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan


berkembangnya industri Jagung pipilan kering dapat diolah menjadi jagung
marning dan emping jagung. Olahan tersebut sangat digemari masyarakat
sehingga dapat menjadi produk industri rumah tangga. Jagung marning adalah
sejenis makanan ringan (snack) yang dikonsumsi setelah melalui prose
Peningkatan produksi jagung akan diikuti oleh peningkatan limbah atau biomas
(tongkol, batang, dan daun jagung). Limbah tersebut prospektif dikembangkan
menjadi produk furfural dan xilitol. Limbah tongkol jagung yang diproses
menjadi tepung dapat digunakan sebagai bahan baku industri pakan ayam.

pengolahan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Jayanti, Mika. 2011. Analisis Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Keputusan Petani Jgung dalam Menggunakan Benih Menurut
Sumber Benih. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bit stream/1
23456789/27592/4/chapter%20ii.pdf. Askes
Khasana, W.2008. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Petani Dengan
Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Jagung
(Jatropha Curcus L.) Di Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.
Skripsi

Levis Rafael Leta. 2013. Metode Penelitian Perilaku Petani. Ledalero


Yokyakarta.

Mardikanto Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: UNS Prees

Mardikanto dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori
dan Praktek. Hapsara. Surakarta

Nazir, M. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta. LP3ES

Safarid, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam


Memilih Pola Tanam Tumpang Sari. Politeknik Pertanian Negeri
Kupang

Sastraadmadja, E. 1993. Penyuluh pertanian. Penerbit Alumni. Bandung.


Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Alfa Beta. Bandung. http://taliabupom
ai.blogspot.com/2010/10/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif.html[06Aprili 2016]
Van den Ban, A.W. dan Hawkins, H. S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius
Yogyakarta.

Wahyuaskari, TT. Pengertian dasar-dasar penyuluhan pertanian.http://


wahyuaskari.Wordpress.Com/akademik/pengertian-dasar-
dasarpenyuluhan-pertanian/.[04April 2016].
http://tentangjagung.blogspot.co.id/2013/11/beragam-produk-hasil-pengolahan-
jagung.html
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/duatiga.pdf
http://bp3ed.disperindag.ntbprov.go.id/index.php/aboutme/19-fungsional/39-
pengolahan-pangan-jagung

Anda mungkin juga menyukai