Semangat Nidi
Semangat Nidi
OLEH
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia sering dijuluki sebagai negara agraris karena dikenal sebagai
negara yang memiliki lahan pertanian yang luas dan subur serta didukung oleh
iklim subtropis, hingga tropis. Sehingga sangat cocok dilakukan usaha pertanian
dan perkebunan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting
dalam perekonomian nasional.
Jagung adalah bahan pangan alternatif pengganti beras dan gandum yang
perannya sangat vital dalam pencapaian swasembada pangan bagi masyarakat.
Dari kondisi ini maka yang harus dapat dipenuhi yaitu penyediaan bahan pangan
dan verifikasi olahan pangan.. Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang
dapat dikelola seperti minyak jagung, sirup jagung, gula jagung, emping jagung,
marning jagung, dan masih banyak lagi pengolahan jagung lainnya.
Di Indonesia, produk industri berbahan jagung masih sulit ditemui. Hal ini
tidak terlepas karena produk-produk industri dari bahan jagung umumnya
menggunakan teknologi tinggi sehingga teknologi tersebut belum bisa terjangkau
oleh masyarakat umum terutama para petani. Jagung yang mempunyai kandungan
protein dan gizi yang tinggi bagi tubuh ini sangat berpotensi besar bagi bahan
baku industri-industri makanan, minuman, minyak, hingga pakan ternak. Jagung
dalam produk-produk olahan tradisional mempunyai beragam bentuk salah
satunya adalah marning jagung.
Marning jagung merupakan salah satu hasil olahan jagung yang cukup banyak
digemari masyarakat, karena cukup renyah, Dibandingkan hasil olahan jagung
lainnya seperti emping jagung ini lebih membutuhkan penanganan khusus dan
hati-hati, terutama karena bentuk fisiknya yang tipis dan mudah hancur.
Desa Lamatokan dikenal dengan desa yang kaya akan kekayaan alamnya,
Salah satu komoditas yang diunggulkan pada kekayaan alam di desa tersebut
adalah jagung.
Namun pemanfaatan hasil panen jagung ini belum maksimal karena masih
terbatas pada penjualan hasil panen pada tengkulak dan produk olahan tradisional.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan nilai guna dari jagung di Desa
Lamatokan, salah satunya dengan membuat produk olahan yang mempunyai nilai
ekonomi lebih tinggi dan menarik untuk dipasarkan dalam bentuk marning
jagung.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
KAJIAN PUSTAKA
Faktor Internal
Kelas Belajar
Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh
dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktifitasnya meningkat.
Unit Produksi
Usaha tani yang di lakasanakan masing-masing anggota kelompok tani
secara keseluruhan harus di pandang sebagai satu kesatuan usaha yang
dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang
dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.
2.6 Karakteristik Petani
Umur
Umur petani adalah salah satu bagian yang berkaitan erat dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal
(Hasyim, 2006 dalam Jayanti, 2011).
Pendidikan
Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan
sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan
anjuran penyuluh.Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang
menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pertanian menjadi berkurang (Kusuma, 2006
dalam Jayanti, 2011).Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan
daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Tingkat pendidikan
formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta
wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk
peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006 dalam Jayanti, 2011).
Sedangkan tingkat pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis
yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok
orang yang memenuhi keperluan. khusus salah satunya penyuluhan
pertanian (Suhardiyono, 1992 dalam Jayanti, 2011).Semakin tinggi
frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian
yang disampaikan semakin tinggi pula.Frekuensi petani dalam mengikuti
penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang
menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar
bermanfaat bagi petani untuk usahataninya, (Hasyim, 2003 dalam Jayanti,
2011).
Luas Lahan
Menurut Mardikanto (1996) dalam Safarid (2012), mengatakan
bahwa petani dengan luas kepemilikan tanah garapan yang sempit, lemah
dalam permodalan, lemah dalam pengetahuan dan ketrampilan, dan juga
kerap lemah dalam semangat untuk maju. Dalam hal ini petani yang
mempunyai lahan sempit akan sulit menerapkan setiap teknologi baru
yang dianjurkan oleh penyuluh dalam memperbaiki usahanya.Soekartawi
(1999) dalam Jayanti (2011), mengatakan bahwa luas lahan akan
mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali
dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka
lahan tersebut semakin tidak efisien. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang
mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang
sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin
baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien, meskipun demikian
lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien
pula.
Lamanya Berusahatani
Menurut Soekartawi (1999) dalam Jayanti (2011), mengatakan
bahwa pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam
menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Petani yang
sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh
dari 1pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih
banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh
karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar
tidak melakukan kesalahan yang sama.
Salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi tingkat adopsi petani
terhadap suatu teknologi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) dalam
Khasnh (2008) tersebut bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
adopsi adalah sifat-sifat inovasi. Kelima sifat inovasi yang dimaksudkan adalah :
Keuntungan relatif
Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru
dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya.
Keuntungan relatif dari suatu inovasi menurut pengamatan anggota sosial
sistem bahwa ada hubungan positif dengan keceptan adopsi. Menurut
Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) setiap ide (inovasi) baru akan selalu
dipertimbngkan mengenai seberapa jauh setiap keuntungan relatif yang
dapat diberikan yang diukur dengan derajat keuntungan ekonomi,
besarnya penghematan atau keamanan, atau pengaruhnya terhadap posisi
sosial yang akan diterima oleh komunikan selaku adopter.
Kompatibilitas (Compatibility)
Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan
kebutuhan penerima. Suatau inovasi mungkin kompatibel atau tidak
kompatibel dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultur, dengan ide-ide
yang telah diperkenalkan lebih dulu, dan dengan kebutuhan klien terhadap
inovasi. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto dan Sri Sutarni (1982)
mengemukakan bahwa setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala
mempunyai kecocokan atau berhubungan dengan kondisi setempat yang
telah ada dimasyarakat.
Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas adalah sejau mana suatu inovasi dianggap relatif
sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kerumitan suatu inovasi menurut
pengamatan anggota sistem sosial, berhubunhan negatif dengan kecepatan
adopsinya, sedangkan menurut Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) inovasi
baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala
cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun
mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikannya.
Triabilitas (Triability)
Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba
dengan skala kecil. Triabilitas suatu inovasi menurut pengamatan anggota
sistem sosial, berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya. Menurut
Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) inovasi baru yang tidak mudah dicoba
karena perlengkapanya yang kompleks dan memerlukan biaya atau modal
yang besar lebih sulit diadopsi dibanding teknologi baru yang tidak mahal
dan mudah dikerjakan oleh petani.
Variabel X Variabel Y
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Penentuan populasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
yaitu semua petani di Desa Lamatokan yang bergabung dalam
kelompok tani dan membudidayakan tanaman jagung Jumlah
kelompok tani yang ada sebanyak 4 kelompok tani.
2. Sampel
Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan metode acak
sederhana (simple random sampling), yaitu metode penentuan sampel
yang mana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel/responden.
4.4 Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian, melalui observasi, pembagian kuisioner dan
wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
𝑛(Ʃ𝑋𝑖𝑦)−(Ʃ𝑋𝑖)(Ʃ𝑦)
r=
√{𝑛Ʃ𝑋𝑖 2 −(Ʃ𝑋𝑖 2 )}{𝑛Ʃ𝑦𝑟 2 −(Ʃ𝑦𝑟 2 )}
𝑟√𝑛−2
thitung=
√1−𝑟²
b. Reliabilitas Kuisioner
Pengujian reliabilitas dapat dihitung melalui metode Alpha, dengan
menghitung rata-rata interkoneksi diantara butir-butir kuisioner yaitu
sebagai berikut:
Menghitung skor tiap-tiap item
(Ʃ𝑋𝑖)²
Ʃ𝑋𝑖²−
𝑁
Si= 𝑁
Keterangan:
Si : Varians skor tiap-tiap item N : Jumlah responden
Keterangan:
St : Varians total ƩXt² : Jumlah kuadrat X total
𝑘 Ʃ𝑋𝑖
𝑟=[ ] [1 − ]
𝑘−1 𝑆𝑡
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Menganalisis tingkat pengetahuan
petani tentang pengolahan marning jagung. Pengujian signifikansi koefesien
korelasi dapat dihitung dengan teknik statistik uji t.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
pengolahan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori
dan Praktek. Hapsara. Surakarta