Anda di halaman 1dari 23

PELATIHAN TEKNIS PAJAK DASAR

BAHAN AJAR

KUP

TIM KUP
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT PAJAK
2018
KUP

KEGIATAN
BELAJAR 2

KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN


MELAPORKAN USAHA
1
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang KUP memberi pengertian NPWP adalah
nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Saat mulai
menjadi WP dalam literatur sering disebut dengan istilah taatbestand yaitu pada
saat syarat subjektif bertemu dengan syarat objektif maka ia sudah memenuhi
syarat sebagai Wajib Pajak. Wajib Pajak yang sudah terdaftar akan
mendapatkan Kartu NPWP dan SKT. Kartu NPWP adalah kartu yang diterbitkan
oleh KPP atau KP2KP yang berisikan NPWP dan identitas lainnya.1 Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) yang selanjutnya disingkat menjadi SKT adalah
surat keterangan yang diterbitkan oleh KPP atau KP2KP sebagai pemberitahuan
bahwa Wajib Pajak telah terdaftar pada KPP tertentu yang berisi NPWP dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak.2

Pendaftaran untuk memperoleh NPWP dan Pelaporan untuk dikukuhkan sebagai


PKP adalah tahap pertama dalam CircumNavigation Undang-undang KUP
sebagaimana dalam Gambar 1-1.

Gambar 1-1 Kedudukan NPWP dan PKP dalam CircumNavigation UU KUP

1Paal 1 angka 9 PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018


2Pasal 1 angka 10 PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018

2 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Pendaftaran NPWP dan pengukuhan PKP diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang


KUP yang dapat dijelaskan sebagaimana Gambar 1-2.

Gambar 1-2 Skema Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP

1. Kewajiban Mendaftar dan Fungsi NPWP

Secara yuridis taatbestand diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP
yang mengatur bahwa bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan NPWP.

Sesuai dengan sistem self assessment setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif tersebut wajib mendaftarkan diri pada kantor
DJP untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan
NPWP. Adapun yang dimaksud dengan persyaratan sbyektif dan obyektif
disebutkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP, sebagai
berikut.

▪ Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan


mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.

▪ Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima


atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Perlu dipahami bahwa meskipun penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang


KUP hanya menjelaskan tentang persyaratan subjektif dan persyaratan objektif
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPh beserta perubahannya, tetapi
ketentuan taatbestand juga berlaku untuk Undang-undang PPN 1984 dan
perubahannya. Alasannya adalah karena aturan yang berisi norma dalam
undang-undang adalah apa yang ada dalam batang tubuh, penjelasan bukanlah
norma yang mengatur tetapi lebih bersifat penafsiran otentik dari batang
tubuhnya. Wajib Pajak lazimnya dipakai untuk menyebut subyek Pajak
Penghasilan, sedangkan untuk subyek pajak PPN disebut dengan istilah PKP.
Pengukuhan PKP akan dibahas dalam subbab tersendiri.

Perlu ditekankan bahwa fungsi NPWP merupakan sarana dalam administrasi


perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak, bukan untuk menentukan saat terutangnya pajak atau saat mulai harus
melaporkan pajaknya. Masing-masing orang mempunyai tanda pengenal diri
atau identitas berupa nama, tetapi nama banyak yang sama atau mirip sehingga
menyulitkan dalam administrasi dan pengawasan perpajakannya. Agar masing-

4 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

masing identitas Wajib Pajak unik dan untuk memudahkan administrasi


perpajakannya maka selain nama, juga diberikan NPWP sebagai identitas.

Setiap Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan hanya diberikan satu
NPWP sepanjang hidupnya, walaupun domisilinya berpindah-pindah. NPWP juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen
perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya.

Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.3

2. Subyek Yang Wajib Mendaftarkan Diri untuk Memperoleh NPWP

Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP menyebutkan bahwa


kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang
dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta. Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut
dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

Kewajiban mendaftarkan diri bagi wanita kawin dengan dua kondisi tersebut
dalam Undang-Undang KUP tahun 1983 belum diatur secara khusus. Mulai 1
Januari 19954 diatur bahwa kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.5 Ketentuan ini juga
masih ada dalam perubahan Undang-Undang KUP tahun 2000. Undang-Undang
KUP perubahan tahun 2007 menambah ketentuan baru bahwa bagi wanita kawin

3 Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP


4 mulai berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
5 Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1994 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan, ketentuan ini diatur dalam (batang tubuh) Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 74 Tahun 2011

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

selain dua kondisi tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suaminya.6

Jadi yang harus mendaftarkan diri adalah Wajib Pajak yang telah memenuhi
syarat subjektif dan syarat objektif, termasuk wanita kawin,7 meliputi:8

a) Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah (yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
memperoleh penghasilan di atas PTKP) karena:

a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

b. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan


penghasilan dan harta; atau

c. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya


terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau
tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh


penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;

b) Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah (yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas) karena:

a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

b. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan


penghasilan dan harta; atau

c. memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari


suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

6 Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan
7 Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2011 dan Pasal 3 PMK Nomor

147/PMK.03/2017 dan Pasal 2 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
8Pasal 2 ayat (3) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018

6 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

Catatan 1: Wanita kawin yang ingin melaksanakan hak dan memenuhi


kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami
harus mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.9 Contoh: Bapak Bagus
yang telah memiliki NPWP 12.345.678.9-XXX.000 menikah dengan Ibu Ayu
yang belum memiliki NPWP. Ibu Ayu memperoleh penghasilan dan ingin
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah
dari suaminya. Oleh karena itu, Ibu Ayu harus mendaftarkan diri ke Kantor
DJP untuk memperoleh NPWP dan diberi NPWP baru dengan nomor
98.765.432.1-XXX.000.

Catatan 2: Dalam hal wanita kawin yang ingin melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suami telah memiliki NPWP sebelum kawin, tidak perlu
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.10 Contoh: Lisa memperoleh
penghasilan dan telah memiliki NPWP dengan nomor 56.789.012.3-
XYZ.000. Lisa kemudian menikah dengan Hengki yang telah memiliki NPWP
78.901.234.5-XYZ.000. Apabila Lisa setelah menikah memilih untuk
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah
dari suaminya, maka Lisa tidak perlu mendaftarkan diri lagi untuk
memperoleh NPWP dan tetap menggunakan NPWP 56.789.012.3-XYZ.000
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

c) Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar


pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan
kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;

d) Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai


pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation); dan

e) Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak

9Pasal 2 ayat (4) PP 74 Tahun 2011


10Pasal 2 ayat (5) PP 74 Tahun 2011

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak tersebut di atas dapat memilih
untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.11

Pengecualian:

▪ Wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan
tidak hidup terpisah atau tidak melakukan perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta secara tertulis, hak dan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan
suaminya.12 Contoh: Suami istri berdomisili di Salatiga, karena suami
bekerja di Pekanbaru, yang bersangkutan bertempat tinggal di Pekanbaru
sedangkan istri bertempat tinggal di Salatiga.13

3. Kewajiban Mendaftar NPWP bagi Wanita Kawin dan Anak Yang Belum
Dewasa

Pada prinsipnya sistem administrasi perpajakan di Indonesia menempatkan


keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, sehingga dalam satu keluarga hanya
terdapat satu NPWP. Dengan demikian, wanita kawin yang tidak menghendaki
untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari
suaminya dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP suami atau kepala
keluarga.14

Wanita kawin yang telah memiliki NPWP sebelum kawin, wanita kawin tersebut
harus mengajukan permohonan penghapusan NPWP dengan alasan bahwa
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
Demikian halnya terhadap "anak yang belum dewasa" sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya, yaitu yang

11Pasal 3ayat (6) PMK No. 147/PMK.03/2017 jo. Pasal 2 ayat (6) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
12Pasal 2 ayat (3) PP 74 Tahun 2011
13 Penjelasan Pasal 2 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011
14Pasal 2 ayat (5) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018

8 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah, kewajiban perpajakan anak
yang belum dewasa tersebut digabung dengan orang tuanya.15

Dalam Hukum Perdata dikenal dua keadaan yang berhubungan dengan lembaga
perkawinan, pertama perkawinan yang hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim, kedua perkawinan yang dikehendaki secara tertulis berdasarkan
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Perkawinan yang hidup terpisah
berdasarkan putusan hakim juga dikenal dengan istilah perceraian, sedangkan
perkawinan dengan perjanjian pisah penghasilan dan harta status perkawinan
masih utuh seperti perkawinan pada umumnya hanya penghasilan dan hartanya
secara yuridis dipisahkan. Tidak termasuk dalam pengertian hidup terpisah
adalah suami istri yang hidup terpisah antara lain karena tugas, pekerjaan, atau
usaha.

Terdapat perbedaan istilah untuk anak yang belum dewasa, penjelasan Pasal 2
ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011 untuk anak yang belum dewasa digabung
dengan orang tuanya, sedangkan Pasal 2 ayat (5) PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-
02/PJ/2018 disebut dengan istilah kepala keluarga. Penulis setuju
menggunakan istilah orang tua bukan kepala keluarga. Makna kepala keluarga di
Indonesia identik dengan suami atau laki-laki sedangkan orang tua bisa bapak
atau ibu. Anak yang belum dewasa dalam kasus hidup terpisah atau perceraian
dapat ikut bapak atau ibunya, sedangkan kewajiban perpajakannya mengikuti
kepada siapa ia secara nyata yang ditunjuk menjadi wali, bisa bapak atau ibu.

4. Kewajiban NPWP Warisan Yang Belum Terbagi

Undang-Undang KUP tidak mengatur ketentuan NPWP bagi warisan yang belum
terbagi, namun karena Undang-Undang PPh mengakui sebagai sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak dalam kedudukannya sebagai subyek pajak
maka perlu aturan sebagai dasar hukumnya. PP 74 Tahun 2011 mengatur
bahwa warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari
orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh salah

15 Penjelasan Pasal 2 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang mengurus harta
peninggalan.16

5. Cara Pendaftaran NPWP

Pendaftaran Wajib Pajak dilakukan dengan mengajukan permohonan secara :17


a. elektronik atau
Permohonan secara elektronik disampaikan melalui saluran tertentu yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
b. tertulis.

Permohonan secara tertulis disampaikan secara langsung, melalui pos dengan


bukti pengiriman surat; atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

Berdasarkan permohonan tersebut, KPP atau KP2KP menerbitkan NPWP dan


PKP paling lambat 1 hari kerja terhitung sejak permohonan diterima
secara lengkap.18 Pengukuhan PKP diberikan berdasarkan hasil penelitian.19
Kartu NPWP dan SKT disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat.20

6. Tempat Pendaftaran NPWP

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak dan kepadanya diberikan NPWP. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa
selain itu, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu Wajib Pajak
orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat
perbelanjaan, di samping wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri
pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib

16 Pasal 3 PP No. 74 Tahun 2011


17 Pasal 5 PMK 147/PMK.03/2017
18 Pasal 7 dan Pasal 50 ayat (3) PMK No. 147/PMK.03/2017
19 Pasal 50 ayat (2) PMK No.147/PMK.03/2017
20Pasal 7 ayat (2) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018

10 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Pajak dilakukan. Maksud kantor DJP adalah,21 KPP atau KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, KPP
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Tempat tinggal atau
tempat kedudukan tersebut merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan
menurut keadaan yang sebenarnya.22

Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak dapat
menetapkan:

a. tempat pendaftaran dan/atau tempat pelaporan usaha selain yang ditetapkan


pada ayat (1) dan ayat (2); dan/atau

b. tempat pendaftaran pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal dan kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha dilakukan, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

7. Penerbitan NPWP Secara Jabatan

Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak


menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan PKP secara jabatan apabila Wajib
Pajak atau PKP tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan diri.23 Hal
ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh
DJP ternyata orang pribadi atau badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi
syarat untuk memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP.24
Penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP oleh Kepala KPP atau KP2KP
secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil penelitian
administrasi sesuai data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh
Direktorat Jenderal Pajak, termasuk data dan/atau informasi yang diperoleh dari
kegiatan ekstensifikasi.25

Pasal 2 ayat (4a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa kewajiban perpajakan


bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP

21Pasal 3 ayat (1) PMK-147/PMK.03/2017


22Pasal 2 ayat (2) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
23Juga diatur dalam Pasal 8 ayat (1) PMK No. 147/PMK.03/2017 jo Pasal 8 ayat (1) PER - 20/PJ/2013
24 Pasal 2 ayat (4) UU KUP
25 Pasal PMK No. 147/PMK.03/2017

11

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama lima tahun sebelumnya diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP secara jabatan tersebut. Ayat ini mengatur bahwa
dalam penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan
harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif dari
Wajib Pajak yang bersangkutan. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak tersebut tidak
dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak maupun Pemerintah
berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan hak untuk
memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, misalnya terhadap Wajib
Pajak diterbitkan NPWP secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata Wajib
Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terhitung sejak tahun
2005, kewajiban perpajakannya timbul terhitung sejak tahun 2005. Penerbitan
SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang KUP.

8. Jangka Waktu Pendaftaran atau Pengukuhan

Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang KUP mengatur bahwa jangka waktu


pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan
termasuk penghapusan NPWP dan/atau pencabutan Pengukuhan PKP diatur
dengan atau berdasarkan PMK.26 Kewajiban mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan kewajiban melaporkan usaha untuk memperoleh
pengukuhan PKP dibatasi jangka waktunya karena hal ini berkaitan dengan saat
pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang.27 Ketentuan pasal ini
sebetulnya adalah taatbestand. Adapun jangka waktu pendaftaran adalah
sebagaimana dalam Tabel 1-1.28

26 PMK yang mengatur adalah PMK Nomor 147/PMK.03/2017.


27Penjelasan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang KUP
28 Pasal 3 PER - 20/PJ/2013

12 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Tabel 1-1 Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

No Wajib Pajak Jangka Waktu


1. Wajib Pajak orang pribadi yang paling lama pada akhir bulan
tidak menjalankan usaha atau tidak berikutnya setelah penghasilan
melakukan pekerjaan bebas Wajib Pajak tersebut pada
(termasuk wanita kawin yang suatu bulan yang disetahunkan
dikenai pajak secara terpisah)29 telah melebihi PTKP
2. Wajib Pajak orang pribadi yang paling lama 1 (satu) bulan
menjalankan usaha atau setelah kegiatan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas pekerjaan bebas mulai
(termasuk wanita kawin yang dilakukan.
dikenai pajak secara terpisah) 30
3. Wajib Pajak badan31 paling lama 1 (satu) bulan
setelah saat pendirian.

Untuk yang memiliki kegiatan paling lama 1 (satu) bulan


usaha di beberapa tempat32 setelah adanya suatu kegiatan
usaha yang mulai dilakukan
oleh Wajib Pajak di tempat
kegiatan usaha tersebut.
4. Bendahara yang ditunjuk sebagai paling lambat sebelum
pemotong dan/atau pemungut melakukan pemotongan
pajak 33 dan/atau pemungutan pajak

9. Tata Cara Ekstensifikasi Dalam Rangka Pendaftaran NPWP atau


Pengukuhan PKP

Dirjen Pajak dapat melakukan kegiatan ekstensifikasi dalam rangka pemberian


NPWP dan pengukuhan PKP.34 Tata cara pendaftaran dan pelaporan kegiatan
usaha, tata cara pendaftaran, pemberian, dan penghapusan NPWP, serta
pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan PKP serta kegiatan ekstensifikasi,
diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak.35 Ekstensifikasi dilakukan dengan cara:36

a. Mendatangi Wajib Pajak di lokasi Wajib Pajak

29 Pasal 4 (1) PMK 147/PMK.03/2017


30 Pasal 4 ayat (2) PMK No. 147/PMK.03/2017
31 Pasal 24 ayat (1) PMK No. 147/PMK.03/2017
32 Pasal 24 ayat (2) PMK No. 147/PMK.03/2017
33 Pasal 34 ayat (2) PMK No. 147/PMK.03/2017
34 Pasal 2 ayat (11) PMK No. 73/PMK.03/2012
35 Pasal 61 PMK No. 147/PMK.03/2017 Peraturan Dirjen Pajak yang mengatur adalah PER-35/PJ/2013 kemudian

juga SE-51/PJ/2013
36Pasal 3 PER-35/PJ/2013

13

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Meminta Wajib Pajak untuk mengisi dan menandatangani Formulir


Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan dengan jelas, benar, dan
lengkap, dan melengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan
permohonan pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan PKP. Dalam hal
Wajib Pajak tidak melakukan hal tersebut atau tidak dapat ditemui, kepada
Wajib Pajak diberikan Surat Himbauan.37

b. Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah

Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah wajib membuat Daftar Nominatif


dan menyerahkannya ke KPP tempat Pemberi Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar,38 dengan perincian sebagai berikut:39

a. Memiliki penghasilan di atas PTKP dan belum ber-NPWP, maka harus


dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan
permohonan pendaftaran Wajib Pajak.40 Setiap Pengurus, Komisaris,
Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai wajib mengisi dan
41
menandatangani Formulir Pendaftaran NPWP.

b. Memiliki penghasilan di atas PTKP dan telah ber-NPWP;

c. Memiliki penghasilan di bawah PTKP.

c. Mengirimkan Surat Himbauan kepada Wajib Pajak.

Dalam hal ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengirimkan Surat Imbauan


kepada Wajib Pajak atau Wajib Pajak diberikan Surat Imbauan setelah
didatangi ke lokasi tidak dapat ditemui, Wajib Pajak harus memberikan
tanggapan paling lama empat belas hari sejak Surat Imbauan diterima.42
Tanggapan tersebut adalah Wajib Pajak telah mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan/atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.43 Wajib

37Pasal 4 ayat (2) PER-35/PJ/2013


38Pasal 5 ayat (1) PER-35/PJ/2013
39Pasal 5 ayat (2) PER-35/PJ/2013
40Pasal 5 ayat (3) PER-35/PJ/2013
41Pasal 5 ayat (4) PER-35/PJ/2013
42Pasal 6 ayat (1) PER-35/PJ/2013
43Pasal 6 ayat (1) PER-35/PJ/2013

14 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Pajak yang tidak memberikan tanggapan, terhadap Wajib Pajak tersebut


diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan PKP secara jabatan.44

10. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapuskan NPWP dari administrasi


Kantor Pelayanan Pajak.45 Pasal 2 ayat (6) Undang-Undang KUP mengatur
bahwa penghapusan NPWP dilakukan oleh Dirjen Pajak apabila:

a. diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak dan/atau ahli


warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;

b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan


usaha;

c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di


Indonesia; atau

dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib
Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kepala KPP atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dapat melakukan
penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dalam hal 46
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya;
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP;
d. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris,
pemegang saham atau pemilik dan pegawai yang telah diberikan NPWP

44Pasal 6 ayat (1) PER-35/PJ/2013


45 Pasal 1 angka 17 PMK No-147/PMK.03/2017
46 Pasal 12 PMK 147/PMK.03/2017

15

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

melalui pemberi kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak


melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak;
e. wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya; atau
f. wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
Penghapusan NPWP Wajib Pajak orang pribadi atas permohonan Wajib Pajak
dan secara jabatan dilakukan berdasarkan Pemeriksaan.47 Selain dilakukan
berdasarkan hasil Pemeriksaan, Kepala KPP juga dapat melakukan
penghapusan NPWP Wajib Pajak orang pribadi secara jabatan berdasarkan hasil
penelitian administrasi terhadap:48
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak
meninggalkan warisan;
b. Wajib Pajak memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP, tidak termasuk NPWP
cabang; atau
c. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Penghapusan NPWP Wajib Pajak orang pribadi atas permohonan Wajib Pajak
dan secara jabatan dilakukan berdasarkan Pemeriksaan.49

Kepala KPP atas permohonan wakil Wajib Pajak atau secara jabatan dapat
melakukan penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi
dalam hal warisan sudah selesai dibagi.50

Kepala KPP atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dapat melakukan
penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak Badan yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan dalam hal :51

47 Pasal 13 ayat (6) dan Pasal 14 ayat (2) PMK 147/PMK.03/2017


48 Pasal 14 ayat (3) PMK 147/PMK.03/2017
49 Pasal 30 ayat (6) PMK 147/PMK.03/2017
50 Pasal 20 PMK 147/PMK.03/2017
51 Pasal 30 PMK 147/PMK.03/2017

16 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

a. Wajib Pajak dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau


penggabungan usaha;
b. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan
usahanya di Indonesia; atau
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP, tidak termasuk
NPWP cabang.

Penghapusan NPWP Wajib Pajak Badan atas permohonan Wajib Pajak


dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan.52 Penghapusan NPWP Wajib Pajak
Badan secara jabatan dilakukan Kepala KPP berdasarkan data dan/atau
informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak selain
dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan juga dapat melakukan penghapusan
NPWP secara jabatan berdasarkan hasil penelitian administrasi terhadap Wajib
Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.53
Selain memperhatikan pemenuhan persyaratan subjektif dan/atau objektif
penghapusan NPWP Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi dilakukan
sepanjang Wajib Pajak memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mempunyai utang pajak;
b. tidak sedang dilakukan tindakan:
1. pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan;
2. pemeriksaan bukti permulaan;
3. penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
4. penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. tidak sedang dalam proses penyelesaian persetujuan bersama (mutual
agreement procedure);
d. tidak sedang dalam proses penyelesaian kesepakatan harga transfer
(advance pricing agreement);
e. seluruh NPWP cabang telah dihapus; dan
f. tidak sedang dalam proses penyelesaian upaya hukum di bidang
perpajakan, berupa:

52 Pasal 31 ayat 6 PMK 147/PMK.03/2017

53 Pasal 32 ayat (1) PMK 147/PMK.03/2017

17

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

1. keberatan;
2. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;
3. pengurangan atau pembatalan SKP;
4. pengurangan atau pembatalan STP;
5. pembatalan hasil pemeriksaan, verifikasi, atau penelitian PBB;
6. gugatan;
7. banding; dan/atau
8. peninjauan kembali.

Untuk penghapusan NPWP Wajib Pajak bendahara dilakukan sepanjang Wajib


Pajak memenuhi ketentuan a, b dan f.54
Dikecualikan dari pengertian utang di atas meliputi:55
a. utang pajak yang penagihannya telah daluwarsa; dan/atau
b. utang pajak yang dimiliki oleh:
1. Wajib Pajak yang telah meninggal dunia dengan tidak
meninggalkan warisan; atau
2. Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan.

10. Jangka Waktu Penghapusan NPWP

Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak setelah
melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan
penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak
orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu telah terlampaui dan
Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan NPWP
dianggap dikabulkan. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan, Dirjen Pajak harus menerbitkan SK Penghapusan NPWP dalam
jangka waktu paling lambat satu bulan setelah jangka waktu berakhir.56

54 Pasal 42 ayat (1) PMK 147/PMK.03/2017


55 Pasal 22 (2), 32 (2), 42 (2), PMK 147/PMK.03/2017
56Pasal 13 ayat (8) PMK No. 147/PMK.03/2017

18 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

11. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak
sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984
dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP. Pengusaha adalah
orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar daerah pabean.57 Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk
Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.58 Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama
1 (satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak
lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).59

Fungsi pengukuhan PKP dipergunakan sebagai identitas PKP untuk


melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM serta untuk
pengawasan administrasi perpajakan. Pengusaha yang telah memenuhi syarat
sebagai PKP, tetapi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.60

Kewajiban pengukuhan PKP tidak hanya diatur dalam Undang-Undang KUP


saja, tetapi juga diatur dalam Undang-Undang PPN Tahun 1984 pada Bab IIA
Kewajiban Melaporkan Usaha Dan Kewajiban Memungut, Menyetor Dan

57 Pasal 1 angka 4 Undang-undang KUP


58 Pasal 1 angka 15 Undang-undang KUP
59 Pasal 4 ayat (1) PMK 197/PMK.03/2013
60Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang KUP

19

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Melaporkan Pajak Yang Terutang Pasal 3A Undang-Undang PPN Tahun 1984


sebagai berikut.

(1) Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h,
kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM
yang terutang.
(2) Pengusaha Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memilih
untuk dikukuhkan sebagai PKP.
(3) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
PPN yang terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur
dengan PMK.

11.1. Tempat Melaporkan Usaha untuk Dikukuhkan Sebagai PKP

Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang KUP menjelaskan bahwa


pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor DJP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan tempat kegiatan
usaha dilakukan, sedangkan bagi Pengusaha badan berkewajiban melaporkan
usahanya tersebut pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Jika pengusaha
tersebut mempunyai beberapa tempat usaha maka ia juga harus melaporkan
usahanya pada beberapa KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.61 Dalam hal tempat kegiatan usaha menggunakan
jasa Kantor Virtual, Kantor Virtual tersebut dapat digunakan sebagai tempat PKP
dikukuhkan sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut:62

1) terpenuhinya kondisi pengelola Kantor Virtual sebagai berikut:


a. telah dikukuhkan sebagai PKP;

61Pasal 44 ayat (5) PMK No.147/PMK.03/2017


62 Pasal 45 ayat (2) PMK No. 147/PMK.03/2017

20 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

b. menyediakan ruangan fisik untuk tempat kegiatan usaha bagi


Pengusaha yang akan dikukuhkan sebagai PKP; dan
c. secara nyata melakukan kegiatan layanan pendukung kantor, dan
2) Pengusaha pengguna jasa Kantor Virtual dimaksud memiliki izin usaha
atau dokumen sejenis lainnya yang diterbitkan oleh pejabat atau instansi
yang berwenang.

11.2. Pengukuhan PKP Secara Jabatan

Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak


menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan PKP secara jabatan apabila Wajib
Pajak atau PKP tidak melaksanakan kewajiban pelaporan usaha.63 Kepala KPP
dapat mengukuhkan PKP secara jabatan dalam hal Pengusaha tidak
melaksanakan kewajiban pelaporan usaha dilakukan berdasarkan hasil
Pemeriksaan atau hasil penelitian administrasi, sesuai dengan data dan/atau
informasi yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak, termasuk data
dan/atau informasi yang diperoleh dari kegiatan ekstensifikasi dan memberikan
keputusan pengukuhan PKP secara jabatan dan Sertifikat Elektronik kepada
Pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan.64

Pasal 2 ayat (4a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa kewajiban perpajakan


bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP
secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama lima tahun sebelumnya diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP secara jabatan tersebut. Ayat ini mengatur bahwa
dalam penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan
harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif dari
Wajib Pajak yang bersangkutan. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak tersebut tidak
dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

63Juga diatur dalam Pasal 54 ayat (1) PMK No. 147/PMK.03/2017 jo Pasal 8 ayat (1) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-
02/PJ/2018
64 Pasal 54 ayat (1), (2) dan (3) PMK 147/PMK.03/2017

21

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak
maupun Pemerintah berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk
mendaftarkan diri dan hak untuk memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan
sebagai PKP, misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan NPWP secara jabatan
pada tahun 2008 dan ternyata Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan terhitung sejak tahun 2005, kewajiban perpajakannya timbul terhitung
sejak tahun 2005. Penerbitan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang KUP.

11.3. Pencabutan Pengukuhan PKP

Pencabutan Pengukuhan PKP adalah tindakan mencabut Pengukuhan PKP


dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak.65

Pasal 2 ayat (8) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Direktur Jenderal Pajak
karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan permohonan dilakukan berdasarkan


hasil Pemeriksaan. Sedangkan pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan
dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil penelitian administratif.66

Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan melalui penelitian administrasi


dilakukan terhadap PKP tertentu yang memenuhi kriteria sebagai berikut:67

1. PKP dengan status Wajib Pajak Non-Efektif;


2. PKP yang tempat terutangnya PPN telah dipusatkan di tempat lain;
3. PKP menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan PKP
yang telah mendapatkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap;
4. PKP yang pindah alamat tempat tinggal, tempat kedudukan, dan/atau
tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lainnya;
5. PKP yang telah dinonaktifkan sementara Sertifikat Elektroniknya dan tidak

65Pasal 1 angka 18 PMK No. 147/PMK.03/2017


66 Pasal 56 ayat (5) dan Pasal 57 ayat (2) PMK -147/PMK.03/2017
67 Pasal 57 ayat (3) PMK -147/PMK.03/2017

22 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

melakukan klasifikasi atau klarifikasinya ditolak;


6. PKP dengan keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.

11.4. Jangka Waktu Pencabutan Pengukuhan PKP

Atas permohonan Wajib Pajak untuk melakukan Pencabutan Pengukuhan PKP,


Dirjen Pajak setelah melakukan verifikasi atau pemeriksaan harus memberikan
keputusan dalam jangka waktu enam bulan sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap.68 Apabila jangka waktu telah terlampaui dan Dirjen Pajak tidak
memberi suatu keputusan, maka permohonan Pencabutan PengukuhanPKP
dianggap dikabulkan. Dalam hal permohonan Pencabutan Pengukuhan PKP
dianggap dikabulkan, Dirjen Pajak menerbitkan keputusan mengenai Pencabutan
Pengukuhan PKP dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah jangka
waktu enam bulan berakhir.69

68 Pasal 56 ayat (6) PMK No. 147/PMK.03/2017


69 Pasal 56 ayat (7) PMK No. 147/PMK.03/2017

23

PUSDIKLAT PAJAK

Anda mungkin juga menyukai