BAHAN AJAR
KUP
TIM KUP
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT PAJAK
2018
KUP
KEGIATAN
BELAJAR 2
2 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Secara yuridis taatbestand diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP
yang mengatur bahwa bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan NPWP.
Sesuai dengan sistem self assessment setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif tersebut wajib mendaftarkan diri pada kantor
DJP untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan
NPWP. Adapun yang dimaksud dengan persyaratan sbyektif dan obyektif
disebutkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP, sebagai
berikut.
4 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Setiap Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan hanya diberikan satu
NPWP sepanjang hidupnya, walaupun domisilinya berpindah-pindah. NPWP juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen
perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya.
Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.3
Kewajiban mendaftarkan diri bagi wanita kawin dengan dua kondisi tersebut
dalam Undang-Undang KUP tahun 1983 belum diatur secara khusus. Mulai 1
Januari 19954 diatur bahwa kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.5 Ketentuan ini juga
masih ada dalam perubahan Undang-Undang KUP tahun 2000. Undang-Undang
KUP perubahan tahun 2007 menambah ketentuan baru bahwa bagi wanita kawin
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
selain dua kondisi tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suaminya.6
Jadi yang harus mendaftarkan diri adalah Wajib Pajak yang telah memenuhi
syarat subjektif dan syarat objektif, termasuk wanita kawin,7 meliputi:8
a) Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah (yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
memperoleh penghasilan di atas PTKP) karena:
b) Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah (yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas) karena:
6 Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan
7 Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2011 dan Pasal 3 PMK Nomor
147/PMK.03/2017 dan Pasal 2 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
8Pasal 2 ayat (3) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
6 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Catatan 2: Dalam hal wanita kawin yang ingin melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suami telah memiliki NPWP sebelum kawin, tidak perlu
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.10 Contoh: Lisa memperoleh
penghasilan dan telah memiliki NPWP dengan nomor 56.789.012.3-
XYZ.000. Lisa kemudian menikah dengan Hengki yang telah memiliki NPWP
78.901.234.5-XYZ.000. Apabila Lisa setelah menikah memilih untuk
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah
dari suaminya, maka Lisa tidak perlu mendaftarkan diri lagi untuk
memperoleh NPWP dan tetap menggunakan NPWP 56.789.012.3-XYZ.000
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak tersebut di atas dapat memilih
untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.11
Pengecualian:
▪ Wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan
tidak hidup terpisah atau tidak melakukan perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta secara tertulis, hak dan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan
suaminya.12 Contoh: Suami istri berdomisili di Salatiga, karena suami
bekerja di Pekanbaru, yang bersangkutan bertempat tinggal di Pekanbaru
sedangkan istri bertempat tinggal di Salatiga.13
3. Kewajiban Mendaftar NPWP bagi Wanita Kawin dan Anak Yang Belum
Dewasa
Wanita kawin yang telah memiliki NPWP sebelum kawin, wanita kawin tersebut
harus mengajukan permohonan penghapusan NPWP dengan alasan bahwa
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
Demikian halnya terhadap "anak yang belum dewasa" sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya, yaitu yang
11Pasal 3ayat (6) PMK No. 147/PMK.03/2017 jo. Pasal 2 ayat (6) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
12Pasal 2 ayat (3) PP 74 Tahun 2011
13 Penjelasan Pasal 2 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011
14Pasal 2 ayat (5) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-02/PJ/2018
8 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah, kewajiban perpajakan anak
yang belum dewasa tersebut digabung dengan orang tuanya.15
Dalam Hukum Perdata dikenal dua keadaan yang berhubungan dengan lembaga
perkawinan, pertama perkawinan yang hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim, kedua perkawinan yang dikehendaki secara tertulis berdasarkan
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Perkawinan yang hidup terpisah
berdasarkan putusan hakim juga dikenal dengan istilah perceraian, sedangkan
perkawinan dengan perjanjian pisah penghasilan dan harta status perkawinan
masih utuh seperti perkawinan pada umumnya hanya penghasilan dan hartanya
secara yuridis dipisahkan. Tidak termasuk dalam pengertian hidup terpisah
adalah suami istri yang hidup terpisah antara lain karena tugas, pekerjaan, atau
usaha.
Terdapat perbedaan istilah untuk anak yang belum dewasa, penjelasan Pasal 2
ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011 untuk anak yang belum dewasa digabung
dengan orang tuanya, sedangkan Pasal 2 ayat (5) PER-20/PJ/2013 s.t.d.d Per-
02/PJ/2018 disebut dengan istilah kepala keluarga. Penulis setuju
menggunakan istilah orang tua bukan kepala keluarga. Makna kepala keluarga di
Indonesia identik dengan suami atau laki-laki sedangkan orang tua bisa bapak
atau ibu. Anak yang belum dewasa dalam kasus hidup terpisah atau perceraian
dapat ikut bapak atau ibunya, sedangkan kewajiban perpajakannya mengikuti
kepada siapa ia secara nyata yang ditunjuk menjadi wali, bisa bapak atau ibu.
Undang-Undang KUP tidak mengatur ketentuan NPWP bagi warisan yang belum
terbagi, namun karena Undang-Undang PPh mengakui sebagai sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak dalam kedudukannya sebagai subyek pajak
maka perlu aturan sebagai dasar hukumnya. PP 74 Tahun 2011 mengatur
bahwa warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari
orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh salah
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang mengurus harta
peninggalan.16
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak dan kepadanya diberikan NPWP. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa
selain itu, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu Wajib Pajak
orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat
perbelanjaan, di samping wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri
pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib
10 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pajak dilakukan. Maksud kantor DJP adalah,21 KPP atau KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, KPP
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Tempat tinggal atau
tempat kedudukan tersebut merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan
menurut keadaan yang sebenarnya.22
Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak dapat
menetapkan:
b. tempat pendaftaran pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal dan kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha dilakukan, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
11
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama lima tahun sebelumnya diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP secara jabatan tersebut. Ayat ini mengatur bahwa
dalam penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan
harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif dari
Wajib Pajak yang bersangkutan. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak tersebut tidak
dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak maupun Pemerintah
berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan hak untuk
memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, misalnya terhadap Wajib
Pajak diterbitkan NPWP secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata Wajib
Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terhitung sejak tahun
2005, kewajiban perpajakannya timbul terhitung sejak tahun 2005. Penerbitan
SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang KUP.
12 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
juga SE-51/PJ/2013
36Pasal 3 PER-35/PJ/2013
13
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
14 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib
Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kepala KPP atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dapat melakukan
penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dalam hal 46
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya;
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP;
d. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris,
pemegang saham atau pemilik dan pegawai yang telah diberikan NPWP
15
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Penghapusan NPWP Wajib Pajak orang pribadi atas permohonan Wajib Pajak
dan secara jabatan dilakukan berdasarkan Pemeriksaan.49
Kepala KPP atas permohonan wakil Wajib Pajak atau secara jabatan dapat
melakukan penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi
dalam hal warisan sudah selesai dibagi.50
Kepala KPP atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dapat melakukan
penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak Badan yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan dalam hal :51
16 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
17
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
1. keberatan;
2. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;
3. pengurangan atau pembatalan SKP;
4. pengurangan atau pembatalan STP;
5. pembatalan hasil pemeriksaan, verifikasi, atau penelitian PBB;
6. gugatan;
7. banding; dan/atau
8. peninjauan kembali.
Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak setelah
melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan
penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak
orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu telah terlampaui dan
Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan NPWP
dianggap dikabulkan. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan, Dirjen Pajak harus menerbitkan SK Penghapusan NPWP dalam
jangka waktu paling lambat satu bulan setelah jangka waktu berakhir.56
18 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak
sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984
dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP. Pengusaha adalah
orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar daerah pabean.57 Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk
Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.58 Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama
1 (satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak
lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).59
19
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
20 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
63Juga diatur dalam Pasal 54 ayat (1) PMK No. 147/PMK.03/2017 jo Pasal 8 ayat (1) PER - 20/PJ/2013 s.t.d.d Per-
02/PJ/2018
64 Pasal 54 ayat (1), (2) dan (3) PMK 147/PMK.03/2017
21
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak
maupun Pemerintah berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk
mendaftarkan diri dan hak untuk memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan
sebagai PKP, misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan NPWP secara jabatan
pada tahun 2008 dan ternyata Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan terhitung sejak tahun 2005, kewajiban perpajakannya timbul terhitung
sejak tahun 2005. Penerbitan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang KUP.
Pasal 2 ayat (8) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Direktur Jenderal Pajak
karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
22 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
23
PUSDIKLAT PAJAK