Anda di halaman 1dari 21

KEHAMILAN DAN LAKTAS/ I MENYUSUI

A. Proses Kehamilan
1. Awal proses kehamilan
Kehamilan (alamiah)terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam indung telur
wanita olehsperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma masuk ke indung
telurmelalui saluran rahim pada saat melakukan berhubungan badan.

Normalnya, wanita hanya memproduksi satu sel telur setiap bulannya. Dilain tubuh pria bisa
memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap semprotan air mani
mengandung 100-200 juta sperma. Namun dari jumlah tersebut hanya satu yang berhasil
menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini merupakan salah satu bentuk seleksi alam
untuk memilih bibit yang terbaik.

Apabila pembuahan ini berhasil, dari satu sel telur yang telah dibuahi dan berukuran 0.2 mm
akan terus berkembang biak dan berpindah ke dalam rahim.

Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang telah dibuahi akan masuk dan
menempel di selaput dalam rahim. Dianalogikan dengan kasur, selaput dalam rahim ini tebal dan
lunak sehingga bisa melindungi sel telur yang telah dibuahi. Pada tahap ini kehamilan sudah
dimulai.

Selama ini sel telur yang telah dibuahi tersebut terus berbiak dan membentuk semacam
akar/rambut yang halus. Ini menyerap gizi yang terkandung dalam selaput dalam rahim sehingga
bisa terus berkembang. Rambut-rambut halus ini nantinya memiliki fungsi yang sangat penting
untuk janin.

Pada sekitar hari ke 5, sel teluryang telah dibuahi dan keluar dari indung telur sudah berbentuk
sebagai satugaris. Pertama yang yang terbentuk adalah syaraf. Perkembangan berikutnyaterbagi
dua yaitu otak dan sumsum. Segera setelah ini cikal bakal organ tubuhpenting seperti jantung,
pembuluh darah, otot, dll sudah mulai terbentuk.
Dilain pihak plasenta (ari-ari) yang berfungsi menyelimuti janin selama proses kehamilan juga
sudah mulai terbentuk. Sampai usia kehamilan 3 minggu ini janin masih belum bisa dideteksi.
Pada saat ini kepala bayi kurang lebih setengah dari panjang badan, dimana badan bayi masih
tampak seperti ekor saja.

2. Proses Kehamilan dan Perkembangan Janin Dalam Kandungan

Proseskehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma
hinggaterjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau280
hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiriadalah 38 minggu,
karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggalbersatunya sperma dengan telur), yang
terjadi dua minggu setelahnya.

Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan
pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.

a. Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)

Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode germinal
sampai periode terbentuknya fetus.

1) Periode Germinal (Minggu 0 – 3)


Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari
pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba
fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).

2) Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )

Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai
terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai
memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari blastosis menjadi embrio
berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar

3) Periode Fetus (Minggu 9 – 12)

Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling
berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi.

b. Trimester kedua (Minggu 12 – 24)

Padatrimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-
18kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG) untuk
mengecekkesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
Jaringan kuku,kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21.
Inderapenglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah
dapatmembuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia
denganpanjang 30 cm.

c. Trimester ketiga (24 -40)

Dalamtrimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin


menunjukkanaktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang atau menonjok
serta diasudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih
lamadibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
Pada bulan ke-9 ini , janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk
dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm. Untuk
lebih jelasnya lihat Perkembangan bayi dalam kandungan (Sumber: Majalah
Kesehatan).

B. Proses Kelahiran Anak Perlu Diketahui Para Ibu


Kelahiran adalah merupakan pengakhiran kepada proses kehamilan dan juga merupakan
permulaan kepada sebuah kehidupan manusia. Ada beberapa hal mengenai proses kelahiran
anak yang penting untuk diketahui para ibu untuk menyiapkan dirinya. Berikut di antaranya:
1. Tidak seperti di film. Seringkali, di film-film, kita melihat, ketika si aktris yang
memerankan peran ibu hamil, saat air ketubannya pecah, semua orang panik, si ibu
terhuyung-huyung, mengalami kontraksi mendadak yang luar biasa, lalu berteriak
memanggil taksi. Padahal, dalam kehidupan nyata, tidak selalu sedramatis itu. Air
ketuban umumnya pecah saat menjelang kelahiran anak, dan meski pun pecah duluan, tak
harus bergegas dan berlarian ke rumah sakit. Tentu, Anda harus segera menemui dokter
kandungan, tetapi bukan berarti Anda bisa berteriak-teriak sambil berlari-lari di tengah
jalan. Di kehidupan nyata, setiap proses kelahiran bayi itu sangat unik dan spesial.
2. Tanggal kelahiran, lebih tepatnya, bulan kelahiran. Sebuah proses kehamilan yang
lengkap berlangsung antara 37-42 minggu. Tanggal perkiraan kelahiran adalah sebuah
perkiraan, bukan tenggat waktu pasti. Kebanyakan bayi bahkan terlahir sebelum atau
setelah tanggal perkiraan, rata-rata anak lahir 4 hari sesudah tanggal perkiraan yang
dibuat oleh para dokter. Memang agak sulit untuk merencanakan seluruh bulan sebagai
momen kelahiran, namun tanggal kelahiran pun terlalu spesifik. Yah, kita hanya bisa
bersiap menunggu kelahiran si kecil dan tidak terpaku pada tanggal yang diberikan oleh
para dokter.
3. Proses kelahiran melewati fase yang khusus dan memiliki tantangan yang berbeda-
beda. Proses kelahiran adalah sebuah proses yang ritmis. Kelahiran yang terlalu dini
umumnya akan berlangsung lama, namun lebih mudah ditangani ketimbang kelahiran
yang aktif, yang umumnya membutuhkan lebih banyak fokus dan teknik mengatasi rasa
sakit. Mendorong bayi keluar di akhiran adalah suatu hal yang berbeda dan bisa menjadi
sebuah perubahan. Memahami tahapan-tahapan kelahiran akan membantu Anda untuk
menghadapinya dengan cara yang berbeda-beda.
4. Epidural adalah satu dari sekian banyak cara untuk menghadapi kelahiran. Ada
banyak debat yang mempertanyakan apakah epidural adalah hal yang baik atau tidak
untuk diberikan kepada ibu yang sedang dalam proses melahirkan. Satu jawabannya
adalah, tergantung. Epidural yang terlalu dini disuntikkan akan memperlambat proses dan
membuat diperlukan intervensi medis. Namun, epidural yang diberikan terlambat, saat
ibu sudah sangat kelelahan, bisa mempercepat kelahiran, dan mengurangi kemungkinan
intervensi. Coba lupakan sejenak mengenai baik atau buruk yang menyangkut epidural,
tetapi penuhi pengetahuan Anda mengenai risiko dan keuntungan dari obat tersebut, serta
pelajari teknik cara menghadapi proses kelahiran yang menyakitkan, lalu lihat bagaimana
perjalanan proses kelahiran bayi Anda.
5. Filosofi dari petugas medis yang Anda percayakan sangat berpengaruh. Beberapa
dokter percaya bahwa ia harus secara aktif menghadapi proses kelahiran, dan
mengenalkan teknologi medis seputar penanganan proses kelahiran, bahkan sebelum
terjadi kebutuhan, sebagai pencegahan. Lainnya, ada yang percaya bahwa kelahiran
seharusnya berjalan alami dan penanganan intervensi medis sebaiknya hanya dilakukan
saat mulai terjadi hal-hal yang di luar kewajaran. Dengan begini, proses kelahiran akan
sangat berpengaruh oleh siapa yang membantu Anda. Bicarakanlah kepada petugas medis
yang menangani Anda mengenai filosofinya membantu kelahiran. Pastikan hal tersebut
sesuai dengan pemahaman Anda.
6. Bidan atau dokter kandungan mungkin tak akan selalu bersama Anda. Hal ini bisa
jadi hal yang mengejutkan bagi banyak pasangan, namun seringkali terjadi. Dokter
kandungan atau bidan yang Anda percayakan untuk mengurusi kesehatan kandungan
Anda mungkin tidak akan selalu ada untuk Anda. Umumnya, mereka akan menyarankan
kapan Anda sebaiknya memeriksakan kandungan dan perkembangan kehamilan secara
periodik. Namun, secara umum, mereka kemungkinan tidak akan ada di sana untuk
membimbing Anda setiap waktu. Biasanya, mereka akan ada di akhiran, saat si bayi
hampir lahir. Bidan biasanya akan ada bersama Anda lebih lama, namun, itu pun
tergantung. Inilah alasan mengapa kelas-kelas kelahiran akan sangat berarti.
7. Kelahiran yang diinduksi biasanya berakhir pada C-Section. Ekspektasi untuk
membuat proses kelahiran terus berjalan dan tak terhenti pada kecepatan yang tidak
realistis akan mendorong penggunaan pitocin berlebihan, yang bisa menggandakan
kemungkinan harus di-Caesar. Penggunaan pitocin harus terus dimonitor, artinya, ibu
tidak boleh banyak bergerak saat proses. Namun, mengubah posisi sebenarnya bisa
membantu proses kelahiran dan membantu atasi rasa sakit. Intinya, coba hindari induksi
sebisa mungkin kecuali memang secara medis, sangat diperlukan.
8. Banyak beristirahat di awal proses kelahiran bisa mengurangi kemungkinan proses
kelahiran caesar. Saat Anda dan dokter mengetahui bahwa kelahiran Anda berada dalam
keadaan sehat dan baik, Anda bisa mencoba beristirahat dan tidak panik saat kontraksi
mulai terjadi. Satu hal yang bisa Anda pegang adalah untuk mencoba mengikuti aturan .
Artinya, barulah mulai proses di ruang bersalin saat kontraksi berselang selama 4 menit,
setiap kontraksi berlangsung selama 1 menit, serta hal ini sudah berlangsung selama 1
jam. Bicarakan hal ini dengan bidan atau dokter, namun, siapkan diri Anda untuk
bersantai sebelum proses kelahirannya benar-benar dimulai, gunanya, agar Anda tidak
terlalu cepat kelelahan atau terlalu cepat diinduksi karena panik sudah ada di ruang
bersalin dan merasa harus segera melahirkan.
9. Kelahiran termasuk hal fisiologis. Kontraksi memang berlangsung sangat
menyakitkan bagi tubuh dan bahkan prosesnya terasa sangat melelahkan. Namun,
faktanya, tubuh kita sudah didesain sedemikian rupa. Tak seperti hal menyakitkan
lainnya, proses kelahiran tidak mengindikasikan adanya bagian tubuh yang rusak atau ada
yang salah. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu melewati proses
tersebut. Coba ikuti kelas-kelas seputar kelahiran, dapatkan dukungan kelahiran dari
ahlinya, dan pelajari mengenai proses kelahiran.
10. Proseskelahiran bukan mengenai bagaimana Anda melakukannya. Survei atas ribuan
ibumenemukan bahwa bukan masalah apakah Anda mendapat suntik epidural atau
tidakyang membuat sebuah proses kelahiran menjadi sebuah pengalaman
positif.Melainkan lebih kepada bagaimana si ibu diperlakukan dengan nyaman dan
penuhhormat saat momen yang rapuh. Wanita dengan ekspektasi realistik cenderunglebih
bahagia menghadapi proses kelahiran anaknya. Hal ini berarti memahamiapakah Anda
bisa mengkontrol apa yang bisa Anda kontrol. Sebisa kita menghapuskonsepsi proses
kelahiran yang sempurna, maka konsepsi pelahiran tak sempurnapun akan menghilang
bersamanya. Toh, yang terpenting adalah si ibu dan si bayisehat, kan?
 Proses Kelahiran
Ada 2 metode persalinan yang biasanya dilakukan secara medis oleh profesional seperti
bidan atau dokter kandungan. Berikut ini adalah gambaran lengkap mengenai proses
persalinan normal dan caesar.

Persalinan normal adalah persalinan yang melewati jalan lahir atau wanita yang biasanya
terjadi secara alami. Persalinan ini termasuk dalam persalinan klasik yang paling banyak
diinginkan oleh semua wanita. Bayi akan melewati ruang panggul dan mulut rahim kemudian
selanjutnya keluar lewat vagina.

Untuk menghadapi lmelahirkan normal maka prosesnya akan mengalami tiga tahap utama
hingga bayi benar-benar lahir ke dunia. Setiap tahap bisa membutuhkan waktu dan tingkatan rasa
sakit yang berbeda. Namun semua wanita tentu bisa menghadapi kondisi ini dengan sikap dan
perasaan yang berbeda pula. Berikut ini tahap persalinan normal.

Berikut ini Tahap Persalinan Normal :

1. Pelebaran Lapisan Serviks atau Mulut Rahim

Proses pembukaan serviks ini membutuhkan waktu antara 6 hingga 10 jam dan bisa lebih
panjang jika merupakan kelahiran pertama. Untuk ibu hamil yang sudah pernah melahirkan
maka prosesnya akan lebih singkat. Proses yang akan dialami terdiri beberapa tahap seperti :

 Kontraksi ringan akan mulai terjadi dengan gerakan yang halus hingga sedikit lebih kuat.
Umumnya proses kontraksi sudah mendorong serviks untuk membuka secara alami.
Namun setiap wanita akan memiliki proses yang berbeda.
 Untuk mencapai pembukaan ukuran 3 cm maka bisa membutuhkan waktu selama
beberapa jam atau lebih lama untuk kelahiran pertama.
 Kontraksi ringan hingga berat akan terjadi selama 5 hingga 30 menit dengan jarak antara
30 hingga 50 detik.
 Cairan darah merah yang tipis akan keluar dari vagina sebagai tanda pelembutan serviks.
 Resiko pecah cairan ketuban bisa terjadi dalam proses ini sehingga ibu hamil
mengeluarkan banyak cairan yang beresiko terhadap keselamatan bayi.

2. Mendorong dan Mengejan

Pada tahap ini maka lapisan serviks sudah terbuka sepenuhnya sehingga kepala bayi sudah
mendekat vagina. Biasanya proses ini membutuhkan waktu antara 1 – 2 jam dan akan lebih cepat
untuk kelahiran kedua dan seterusnya. Pada proses ini maka ibu yang akan melahirkan akan
menjalani tahap :

 Keinginan untuk mendorong dan mengejan dengan kuat secara berkelanjutan. Dokter
atau bidan akan memberikan instruksi kapan waktu untuk menarik nafas dan kapan untuk
mendorong.
 Kontraksi tetap masih akan terasa dan akan tubuh akan lebih lemah karena sudah banyak
kehilangan tenaga untuk mengejan dan mendorong.
 Rasa sakit akan terasa sangat kuat pada bagian vagina dan perineum (jarak antara dubur
dan vagina) ketika kepala bayi sudah masuk ke bagian ini.
 Dokter bisa melakukan tindakan episiotomi jika ukuran kepala bayi terlalu besar
sehingga tidak sesuai dengan pembukaan vagina. Proses ini akan diawali dengan
memberikan obat bius sehingga, anda tidak akan merasa sakit ketika dokter merobek
bagian antara vagina hingga rektum untuk membuat kepala bayi bisa keluar.
 Dokter akan memberikan instruksi hingga kepala bayi keluar dan semua bagian tubuh
bayi keluar.

3. Tahap Pengeluaran Plasenta

Setelah bayi Alahir maka selang beberapa menit atau paling lama setengah jam mak, plasenta
juga akan ikut keluar dari vagina. Pada proses ini dokter atau bidan tetap akan membantu anda
untuk mendorong plasenta keluar dari rahim. Anda cukup mengikuti semua petunjuk dokter
hingga plasenta benar-benar bisa keluar. Proses ini juga akan membuat Anda merasa nyeri perut
dan kram karena plasenta juga keluar dari rahim seperti bayi anda..

Persalinan caesar hanya akan dilakukan dalam kondisi tertentu baik yang bersifat darurat atau
terencana. Persalinan dengan operasi caesar dianggap menjadi prosedur yang aman untuk ibu
dan bayi karena bisa mengurangi beberapa resiko komplikasi. Terkadang beberapa hambatan
yang menghalangi proses persalinan normal akan membuat ibu dan bayi berada dalam kondisi
kritis. Operasi ini harus dilakukan oleh seorang dokter ahli kandungan dan tidak bisa dilakukan
oleh bidan.
Berikut ini tahapan proses persalinan caesar :

1- Dokter akan memberikan keterangan mengapa Anda membutuhkan operasi caesar.


Keterangan dokter sangat diperlukan baik untuk persalinan caesar terencana maupun yang
bersifat darurat. Setelah Anda menyetujui dan bersedia melakukan operasi caesar maka Anda
atau suami atau wali harus menandatangai persetujuan prosedur operasi caesar.

2- Anda tetap bisa menjalani proses persalinan ini dengan didampingi oleh suami namun jika
hanya mendapatkan persetujuan oleh rumah sakit. Karena tidak semua rumah sakit
memperbolehkan pendampingan selama operasi caesar. Hal ini dilakukan dengan alasan
kesehatan dan prosedur operasi rumah sakit tersebut.

3- Anda akan bertemu dengan ahli anestesi yang akan memberikan obat bius sehingga, anda
tidak merasa sakit ketika proses operasi. Ada 2 jenis anestesi yang bisa diberikan oleh dokter
anestesi, yaitu:

 Anestesi umum : hanya dilakukan dalam kondisi tertentu saja karena Anda mungkin tidak
bisa menahan rasa sakit yang sudah parah atau kondisi penyakit tertentu. Anestesi ini
akan membuat Anda tidak sadarkan diri selama proses operasi sehingga mungkin tidak
bisa merasakan kehadiran bayi.
 Anesteri epidural : anestesi ini diberikan lewat suntikan yang akan memblok rasa sakit
dari bagian tulang belakang sehingga Anda tidak akan merasa sakit dari mulai bagian
perut ke bawah. Anestesi ini akan membuat Anda sadar selama proses caesar dan bisa
merasakan kehadiran bayi.

4- Selama proses operasi mungkin Anda masih akan merasakan tarikan atau tekanan di sekitar
perut namun tidak akan terasa sakit karena obat yang sudah diberikan sebelum operasi.

5- Perawat atau dokter akan memasang kateter ke bagian uretra untuk mengalirkan urin selama
operasi dan selama masa pemulihan. Setelah itu, anda akan masuk ke ruang operasi.

6- Jika selama proses operasi muncul kondisi darurat maka dokter bisa memberikan anestesi
umum. Proses ini biasanya dilakukan untuk mengatasi ibu yang muntah selama operasi sehingga,
mencegah resiko cairan yang keluar lambung yang bisa merusak paru-paru.
7- Cairan infus dan obat antibiotik akan diberikan untuk mengatasi infeksi sepanjang dan setelah
operasi.

8- Sayatan merupakan bahaya operasi caesar yang akan dilakukan dengan garis horizontal di atas
bagian bawah perut, jaringan menuju rahim akan dipotong secara perlahan selama operasi.
Proses ini akan berlangsung hingga dokter bisa mencapai bagian rahim.

9- Jika bagian rahim sudah terbuka maka dokter akan menarik bayi hingga keluar, memotong tali
pusar dan mengeluarkan plasenta dari rahim. Setelah proses ini selesai maka dokter akan
menutup jalan lahir Anda.

10- Jahitan akan diterapkan ke bagian jaringan rahim hingga ke lapisan kulit paling luar. Jahitan
dengan benang yang bisa larut menjadi daging akan digunakan dalam proses ini. Proses ini akan
membutuhkan waktu antara 30 – 45 menit.

11- Setelah operasi selesai maka Anda akan masuk ke dalam ruang pemulihan hingga kondisi
Anda stabil dan bayi Anda sehat. Jika proses lancar maka, akan segera masuk ke ruang
perawatan.

12- Selama belum bisa makan dan minum dengan baik maka cairan infus akan tetap diberikan.

13- Umumnya proses pemulihan ini membutuhkan waktu antara 3 hingga 4 hari hingga, bisa
pulang ke rumah.

14- Anda harus tetap minum obat anti nyeri dan antibiotik selama proses pemulihan untuk
mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka pada bekas jahitan.

C. Menyusui
1. Bagaimana cara menyusui bayi yang benar
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6
bulan pertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF
merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama setelah
melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot. Menyusui
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan. Bayi dan ibu yang melakukan
proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan memiliki keberhasilan yang
lebih besar dari mereka yang menundanya. Bayi baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3
jam sampai bayi merasa puas. Menyusui minimal 5 menit pada masing-masing payudara
pada hari pertama setelah melahirkan dan semakin meningkat frekuensinya setiap hari
sehingga dapat meningkatkan produksi ASI optimal. Waktu menyusui 20 menit pada
masing-masing payudara cukup untuk bayi. Tidak perlu membatasi waktu menyusui.
Frekuensi menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI, mencegah payudara
nyeri dan sakit karena penumpukan dan penggumpalan ASI, dan meminimalkan
kemungkinan bayi menjadi kuning.
Jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu pertama setelah
melahirkan adalah 550 ml per hari. Dalam 2-3 minggu, produksi ASI meningkat sampai
800 ml per hari. Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya. Jumlah
produksi ASI tergantung dari berapa banyak bayi menyusu. Semakin sering bayi
menyusu, semakin banyak hormon prolaktin dilepaskan, dan semakin banyak produksi
ASI. Menyusui dapat berkaitan dengan ketidaknyamanan pada payudara. Nyeri pada
puting dapat diberikan krim vaselin. Perubahan posisi menyusui untuk memutar titik stres
pada puting juga sebaiknya dilakukan. Sebaiknya bayi berhenti dahulu menghisap puting
sebelum mengangkatnya dari payudara.
Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita
yang tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium, vitamin
B6, folat, kalsium, dan seng. ASI tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi
prematur atau bayi berusia lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi sebaiknya
diberikan pada ibu menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stres
dapat menurunkan jumlah produksi ASI.
Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana
posisi kepala dan badan bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui
dengan nyaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman. Cara menyusui yang benar
adalah :
1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat
menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan mudah
2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan
melekat sempurna dengan payudara
3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat
membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan jari
ibu
4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu
5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan lingkaran gelap
di sekitar puting, puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi
6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan lembut
letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis
membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka
pada putting

2. Keuntungan Menyusui bagi Bayi


ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral,
air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1
bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan
1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap
infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A terdapat dalam
jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan
tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air susu ibu yang
menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan
bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab diare.
Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi
saluran pernapasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri
(radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis. Karena
protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka
pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam
susu formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi.

3. Keuntungan bagi Ibu


Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan
kontraksi rahim, mencegah involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan
setelah melahirkan. Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian kanker indung
telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai dengan lamanya waktu dia
menyusui. Wanita yang menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis
dan patah tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena
kehamilan. Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi yang juga dapat
mengurangi biaya dibandingkan dengan pemakaian susu formula. Menyusui
memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga
menjadi suatu bentuk KB alamiah.

4. Tanda bahwa bayi menyusu dengan benar

 Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara


 Dahi bayi menyentuh payudara
 Payudara tidak nyeri ketika disusui
 Apabila ibu dapat melihat daerah gelap di sekitar payudaranya, maka ibu
seharusnya melihat daerah gelap tersebut lebih banyak di atas bibir bayi bagian atas
dibandingkan bibir bagian bawah
 Pipi bayi tidak tertekan atau tetap pada posisinya
 Bayi anda secara teratur menghisap dan menelan ASI, normal apabila sesekali
bayi berhenti
 Apabila bayi sudah selesai menyusu maka dia akan melepaskan puting dengan
sendirinya

5. Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup adalah :


 Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
 Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 g
setiap minggu)
 Puting dan payudara ibu tidak luka
 Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil minimal 6-8 kali sehari
dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
 Apabila bayi selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

6. Hal yang Harus Diperhatikan ketika Menyusui

Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah :


 Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah
berlebihan
 Bayi dengan galaktosemia
 Ibu dengan penyakit HIV/AIDS
 Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih aktif.
Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila pengobatannya sudah
menujukkan keberhasilan terapi
 Ibu dengan penyakit varisela (cacar). Apabila bayi sudah diberikan
Imunoglobulin virus varisela zoster, maka bayi tersebut dapat disusui apabila tidak
terdapat luka di puting. Dalam waktu 5 hari setelah lenting-lenting muncul, antibodi
ibu dibentuk, dan menyusui pada saat ini dapat memberikan kekebalan pasif bagi bayi
 Herpes yang aktif pada payudara

7. Menyusui dapat dilakukan pada keadaan :


 Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi yang sehat. Bayi
tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung antibody
 Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin
Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan Hepatitis B yang sedang aktif
sebaiknya tidak menyusui)
 Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima Imunoglobulin
Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A
 Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat menyusui atau
tidak

8. Obat-obatan selama Menyusui


Penggunaan obat-obatan antikanker, tirotoksik, dan obat imunosupresan (penurun
kekebalan tubuh) tidak diperbolehkan selama menyusui. Menyusui dapat dilanjutkan
apabila ibu sedang dalam terapi antibiotik. Meskipun obat antikejang yang diminum oleh
ibu terdapat juga di dalam ASI, namun obat ini tidak perlu dihentikan kecuali bayi
mengalami sedasi.

9. Kontrasepsi selama Menyusui


Pada wanita yang tidak menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 45
hari setelah wanita tersebut melahirkan (jangka waktu 25-72 hari). Pada wanita
menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 190 hari.
a. Metode Amenorea Laktasi. Metode ini dapat menyediakan proteksi sebesar 95-
99% dalam waktu 6 bulan setelah melahirkan apabila persyaratannya dipenuhi.
Menyusui setiap 4 jam di siang hari, dan setiap 6 jam di malam hari. Makanan
tambahan untuk bayi hanya 5-10% dari total
b. Metode nonhormonal. Dapat dengan menggunakan kondom, spiral, atau
sterilisasi
c. Kontrasepsi Progestin (minipil, suntik, susuk). Kontrasepsi progestin tidak
mengganggu kualitas dari ASI dan bahkan dapat meningkatkan jumlah dari ASI.
Merupakan metode kontrasepsi pilihan bagi wanita menyusui. Direkomendasikan
oleh ACOG penggunaan pil progestin 2-3 minggu setelah melahirkan, suntikan dan
susuk 6 minggu setelah melahirkan. Harus diingat mengenai penurunan efektivitas
dari kontrasepsi progestin pil apabila tidak diminum di waktu yang sama setiap
harinya
d. Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron. Kontrasepsi kombinasi dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas dari ASI. WHO menganjurkan penggunaan pil ini
minimal 6 bulan setelah melahirkan

10. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang
menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan. Mastitis ditandai
dengan nyeri pada payudara, kemerahan, area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan lemah. Penyebabnya adalah infeksi Stafilokokus aureus. Mastitis
ditangani dengan pemberian antibiotika.

D. Problema Ibu Menyusui Dan Penanganannya


1. Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple) Penanganannya:
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol keluar seperti
keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya
adalah dengan memakai Breast Shield atau dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika
dengan cara-cara tersebut diatas tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple)
maka usaha koreksi selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).
2. Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple) Penyebabnya:
 Tehnik menyusui yang kurang tepat.
 Pembengkakan payudara
 Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
 Moniliasis (infeksi jamur)
Penanganan:
 Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
 Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui, atau
mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
 Payudara dianginkan di udara terbuka
 Putting susu diolesi dengan lanolin
 Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
 Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika.
3. Pembengkakan payudara (Engorgement)
Penyebab:
Pengeluaran air susu tidak lancar oleh karena putting susu jarang diisap.
Penanganan:
 payudara dikompres dengan air hangat
 payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atu dengan pompa payudara.
 Bayi disusui lebih sering
 Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika
4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Penyebab:
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
 Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
 Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
 Bayi disusui lebih sering
 Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
5. Mastitis (peradangan payudara)
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat atau
pembengkakan payudara.
Penanganan:
 Payudara dikompres dengan air hangat
 Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
 Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
 Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu jangan
dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
 Istirahat yang cukup.]
6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang
Penyebabnya:
 Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
 Metode isapan bayi kurang efektif
 Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk menyusu
berkurang.
 Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
 Adanya hambatan atas let’s down reflex, misalnya oleh karena stress atu cemas
 Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
 Kelainan hormonal
 Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent
Penanganan:
 Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika yang
ampuh
 Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
 Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran (drainage)
pus
 Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya asal
saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
 Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi diberi
ASI donor.
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi sediaan biopsi ini, sikap
tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan jika tumor jinak, kemudian tumor
dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka
permintaan ini dikabulkan tanpa menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas
(kanker), maka laktasi segera dihentikan (bayi disapih). Kanker payudara lebih sering
dijumpai pada kelompok ibu yang tidakmenyusui bayinya dibandingkan dengan
kelompok ibu yang menyusui bayi.
9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya ke bayi semasa
hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat hubungan (kontak) yang
berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu kepada bayi ini dikenal dengan
istilah “Vertical Transmission”. Beberapa peneliti melaporkan bahwa air susu penderita
Hepatitis B mengandung hepatitis B antigen, tetapi penularan melalui ASI belum dapat
dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu yang dalam
keadaan infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI. Untuk mencegah
penularan, laktai dihentikan.
11. Persalinan operatif (seksio sesarea)
Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12 jam pasca
persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah bayi disusui. Bayi yang
dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat disusui, ASI harus dipompa dan
diberikan kepada bayinya dengan menggunakan sendok teh.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih mendapat
pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya bayi jangan diberi ASI.
ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu ibu dari donor. Setelah kondisi ibu
pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu dianjurkan menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi pengobatan dan bayi
diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH resistant straint. Ibu yang
menderita TBC payudara TBC payudara tidka dianjurkan menyusui bayinya.
14. Lepra Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi berhubungan
hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu dan bayi diberi pengobatan
oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare oleh sebab infeksi bacterial Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh
menyusui bayinya setelah lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.
16. Diabetes mellitus
Penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4 dan TSH
dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh karena
dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
19. Ibu bekerja
Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya diberi
kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brinch, J :Menyusui bayi dengan baik dan berhasil. Ayah Bunda, gaya Favorit Press.
2. Lawrence, R.A,: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second Edition. The CV
Mosby Company, Toronto, 1985.
3. http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/awal-proseskehamilan.html#ixzz1DuN479X
4. http://ummushofiyya.wordpress.com/category/kehamilan-dan-menyusui/
5. http://www.duniamedik.com/329/bagaimana-cara-menyusui-bayi-yang-benar.html#more-329

KELOMPOK 6 :

1. Bela Arisna Septia


2. Bunga Riski
3. Fauziah Rouqmaya Illahi
4. Mita Herawati
5. Nadila Julianda.

Anda mungkin juga menyukai