Anda di halaman 1dari 13

TAMBAHAN LAPSUS

- Teknik PSA
I. SOP PSA Non Vital dengan File Protaper
1. Lakukan perawatan non invasif
2. Kontrol infeksi daerah kerja, dental unit, dan alat serta bahan perawatan endodontic steril
3. Lakukan foto radiograf preoperatif untuk menentukan panjang kerja estimasi pada gigi yang akan
dilakukan perawatan PSA.
4. Lakukan isolasi daerah kerja dengan rubber dam atau cotton roll.
5. Ekskavasi jaringan karies gigi menggunakan ekskavator dan metal round bur.
6. Preparasi akses:
a. Preparasi menggunakan bur intan bulat no.10  Untuk gigi posterior, tegak lurus
permukaan oklusal
Preparasi dilakukan sampai terasa tembus ke kamar pulpa.
b. Lanjutkan dengan gerakan ke oklusal sesuai dengan bentuk outline form gigi untuk
mengangkat seluruh atap pulpa, menggunakan safe end bur (diamendo bur) untuk
menghaluskan dinding kavitas
c. Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan seluruh atap pulpa sudah terangkat.
d. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2,5% menggunakan semprit dengan tekanan ringan (setiap
irigasi tamping dengan kapas gulung).

Untuk gigi 26:

- Memiliki 3 akar, dengan 3 saluran akar (biasanya ada additional


canal di akar MB)
- Memiliki kamar pulpa yang lebar dengan akses orifis triangular
dengan dasar segiti di buccal dan puncak pada palatal
7. Penjajakan saluran akar
a. Jajaki setiap saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file no.8-15 sampai
panjang kerja estimasi
b. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%.
8. Akses orifice
a. Protaper SX sampai 2/3 panjang kerja estimasi
SX  preparasi triangular dentin, terutama di gigi M

Gerakan clockwise sampai terasa ada hambatan, kemudian lakukan gerakan counter
clockwise

b. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%

*GERAKAN FILE SX dan SEMUA FILE PROTAPER  gerakannya sama,


clockwise continuous-ada hambatan-counter clockwise

9. Penentuan panjang kerja


a. Tentukan panjang kerja estimasi dengan mengukur jarak titik acuan ke apeks setiap akar
menggunakan jangka sorong pada film diagnostik (panjang gigi) lalu kurangi 2-3mm.
b. Masukkan file no.20 ke dalam setiap saluran akar sepanjang kerja estimasi, lalu tandai
dengan stopper.
c. Lakukan foto radiograf.
d. Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file dengan apeks
radiograf.
10. Penentuan File Awal (FA), untuk mengetahui diameter 1/3 apikal, dan untuk tahu harus berhenti
di file nomor berapa saat preparasi apikal.
11. Preparasi apikal
a. Jajaki saluran akar sampai file minimal no.15.
b. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%
c. Preparasi setiap saluran akar dengan S1 (diameter 0,17mm) sampai boleh 2/3 panjang kerja
dulu (jika saluran akarnya sempit), ato bisa langsung sepanjang kerja. Preparasi dilakukan
sampai file terasa longgar. File selalu diolesi gel EDTA.
d. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%. Lalu rekapitulasi dengan file no.20.
e. Preparasi setiap saluran akar dengan S2 (diameter 0,2mm) sampai sepanjang kerja. File
selalu diolesi gel EDTA.
f. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%. Lalu rekapitulasi dengan file no.20.
g. Preparasi setiap saluran akar dengan F1 sampai sepanjang kerja. File selalu diolesi dengan
gel EDTA.
h. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%. Lalu rekapitulasi dengan file no.20.
Jika file berhenti di file no.20, saluran akar masih sempit. Minimal file no.25 agar irigasi
optimal.
i. Preparasi setiap saluran akar dengan F2 sampai sepanjang kerja. File selalu diolesi dengan
gel EDTA.
j. Irigasi saluran akar dengan 1cc NaOCl 2,5%. Lalu rekapitulasi dengan file no.25.
k. (Pada saluran akar yang besar dapat dilanjutkan sampai F3). Preparasi setiap saluran akar
dengan F3 sampai sepanjang kerja. File selalu diolesi gel EDTA. Irigasi saluran akar
dengan 1cc NaOCl 2,5%, lalu rekapitulasi dengan file no.30.
l. Olesi setiap file dengan gel EDTA sebelum digunakan, dan irigasi saluran akar dengan
1cc NaOCl 2,5% setiap pergantian alat.
SYARAT PREPARASI:
- Saat irigasi terlihat dentin sehat
- Dinding saluran akar halus, corong
- KGU=FAU ada tug back / snug (klo protaper)
 Gutap masuk dan ada tahanan
 Gutap masuk tanpa paksaan
 Jika Gutap longgar, cobakan gutap 1 no. diatasnya, jika terasa pas, maka gutap itu
yg dipke
 Gutap yang telah dicobakan, kemudian dikeluarkan dari saluran akar: gutapnya
tidak boleh keriting/bengkok, jgn dipaksa masuk. Jika gutap kriting atau bengkok,
kemungkinan ada dentin yg terjebak, maka preparasi lagi dan irigasi
12. Penentuan Kon Gutap Utama (KGU)
a. Mencoba KGU dengan memasukkan KGU sesuai nomor FAU, periksa adanya tug back.
b. Lakukan foto radiograf KGU.
Jika pencobaan KGU under (dgn cttn foto KGUnya bagus tp under)  di hari itu ga boleh
obturasi.
13. Medikasi saluran akar
a. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%
b. Keringkan menggunakan paper point
c. Aplikasikan medikamen CHKM
14. Tumpatan sementara
a. Menggunakan cavit
b. Tumpatkan pada kavitas sampai penuh dan padat.
c. Buang kelebihan tumpatan dari kavitas dengan cotton pellet basah.
15. Kontrol 1 minggu kemudian
16. Pengisian saluran akar
a. Pengisian saluran akar hanya boleh dilakukan apabila:
 Preparasi saluran akar telah selesai (atap pulpa telah terangkat semua, akses yang
lurus ke dalam saluran akar, panjang kerja telah tercapai)
 Tidak ada keluhan (gigi asimptomatik dan tidak sensitif)
 Pada pemeriksaan objektif: perkusi (-), palpasi (-)
Tidak ada hiperemi
Tidak ada fistule. Jika sebelumnya ada fistule, harusnya fistulenya mengecil (tanda
penyembuhan).
 Saluran akar kering, tidak berbau. Jika menggunakan Ca(OH)2, keluarkan
Ca(OH)2, cek dengan paper point, harus kering
 Saat diirigasi tidak ada lagi jaringan dentin nekrotik yang keluar
b. Bongkar tumpatan sementara menggunakan ekskavator dan metal round bur, diamond bur
c. Irigasi dengan 1cc NaOCl 2,5%.
d. Rekapitulasi.
e. Irigasi dengan 1cc NaOCl 2,5%.
f. Keringkan dengan paper point.
g. Pengadukan sealer (sealer: mengisi rongga saluran akar dengan gutap) (Endomethasone)
saluran akar:
 Letakkan powder dan liquid Eugenol di atas paper pad.
 Aduk dengan semen spatle sampai didapatkan konsistensi seperti krim (diangkat 2
cm tidak putus).
 Ambil dengan semen spatle.

PENGISIAN HARUS HERMETIS 3D: air type seal, padat di seluruh bagian saluran
akar

h. Pengisian dengan Single Cone Technique:


 Kon utama yang telah disterilkan dengan NaOCl 2,5% yang telah diolesi dengan
sealer dimasukkan ke dalam saluran akar secara perlahan-lahan, ditarik sedikit satu
dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat keluar, lalu masukkan kembali
sampai panjang kerja.
i. Potong kon gutaperca: menggunakan hand plugger
1. Panaskan semen stopper (khusus untuk memotong gutaperca) di atas api spiritus.
2. Potong gutaperca sebatas orifis, perhatikan jangan sampai kon dalam saluran akar
ikut terangkat.
3. Kondensasi gutaperca menggunakan Endo Plugger, tekan sampai dibawah
orifice.
4. Isi kavitas dengan cotton pellet sampai kavitas tertutupi.
j. Lakukan foto radiograf pengisian.
k. Bila dari hasil foto terlihat pengisian saluran akar yang sudah baik, keluarkan cotton pellet
dari kamar pulpa, lalu irigasi dengan NaOCl 2,5%.
l. Letakkan basis zinc phosphate setebal ±1mm.
m. Setelah zinc phosphate setting, letakkan cotton pellet dalam kamar pulpa, lalu tumpat
sementara dengan ZOE.
17. Kontrol
Kontrol/Evaluasi Perawatan Saluran Akar minimal 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

- Macam Irigasi
Irrigation Techniques Endodontic Treatment terdiri :
- Aktif, Pasif
- Manual, menggunakan Alat

Yang digunakan di klinik adalah gerakan in out. Perlu tekanan ringan selama
irigasi, tekanan yg ringan dpt dikontrol menggunakan jempol/baku tangan.

Tujuan irigasi:
 Membersihkan debri.
 Melarutkan bahan-bahan organik dalam saluran akar.
 Sebagai pelumas selama preparasi saluran akar.
Sifat irigasi yang ideal:

 Pelarut debri
 Tidak toksik
 Tegangan permukaan rendah
 Pelumas
 Dapat melarutkan smear layer

Macam-macam irigasi:

 NaOCl 2,5%
 Bersifat antimicrobial
 Bersifat sitotoksik, sebaiknya digunakan dalam konsentrasi
rendah, yakni 0,5-1% atau 2,5%.
 Tidak dapat menghilangkan komponen anorganik pada
endodontic smear layer.
 Memberikan rasa yang tidak enak pada pasien.
 Larutan harus disimpan pada tempat yang dingin dan tidak terkena
sinar matahari.
 EDTA
 Tidak memiliksifat antibacterial
 Efektif untuk softening dentin
 Dapat menghilangkan smear layer
 Efek demineralisasi EDTA berbanding lurus dengan waktu
pemaparannya
 Dapat menyebabkan iritasi moderate
 Chlorhexiine DIgluconate (CHX) 2%
 Bersifat antimikroba spektrum luas
 Tidak toksik
 Tidak dapat menghilangkan smear layer

 MTAD
 Campuran dari tetrasiklin, asam sitrat, dan detergen
 Dapat menghilangkan smear layer
 Penetrasi irigasi lebih efektif pada saluran akar yang berdiameter
besar dibandingkan pada saluran akar yang berdiameter kecil

- Macam Medikamen
Macam-macam medikamen untuk perawatan endodontik:
 Golongan Fenol
o ChKM
 Efektif digunakan untuk kasus periapikal yang
disebabkan oleh bakteri anaerob
 Untuk gigi dengan nekrosis pulpa dan periodontitis
apikalis kronis (PAK)
 Terdiri atas chlorofenol, kamfer, dan mentol
 Bersifat toksik
 Cara penggunaan:
 Teteskan ChKM pada cotton pellet,lalu peras
cotton pellet tersebut dengan cotton roll,
kemudian letakkan pada kamar pula.
o Chresophene
 Bersifat antibakteri
 Mengandung kortikosteroid dapat mengurangi
inflamasi
 Cara penggunaan:
 Teteskan pada paper point lalu masukkan ke
tiap saluran akar
 Teteskan ke cotton pellet, letakkan pada
kamar pulpa
o Cresatine
 Memiliki efek antibakteri
 Tidak toksik
 Golongan antibiotic (Leddermix)
o Memiliki efek antibakteri
o Biasa digunakan untuk kasus radang periapikal akut
 Eugenol:
o Untuk kasus gigi PSA pasca ekstirpasi
o Kasus gigi nekrosis pulpa
 Ca(OH)2
o Bersifat antibakteri
o Dapat menstimulasi pembentukan tulang
 Chlorhexidine Digluconate (CHX)
o Direkomendasikan untuk bahan irigasi saluran akar dan
medikamen intrakanal. CHX untuk medikamen dapat berupa
gel CHX 2% atau campuran CHX dan Ca(OH)2.

- Macam Obturasi
Teknik-teknik yang dikenal dalam pengisian saluran akar3 adalah
1. Kompaksi lateral : master point diulasi dengan sealer, dimasukkan ke dalam saluran akar,
dikompaksi secara lateral dengan spreader dan diisi dengan guttap aksesoris tambahan.
2. Kompaksi vertikal : master point dicocokkan, dan dilapisi dengan sealer, dipanaskan dan
dikompaksi secara vertikal dengan plugger hingga 3-4 mm segmen apikal terisi penuh.
3. Continuous wave : mirip dengan kompaksi vertikal tetapi menggunakan alat panas seperti
System B dan Element Obturation Unit™. Lalu saluran akar diisi dengan bahan inti yang di
termoplastisi dengan injeksi seperti Obtura, Element Obturation Unit, dan HotShot.
4. Warm lateral : master point setelah instrumentasi akhir dilapisi dengan sealer, dimasukkan
ke dalam saluran akar, dipanaskan dengan spreader hangat, dikompaksi secara lateral dengan
spreader dan diisi dengan cone aksesoris tambahan. Beberapa alat menggunakan getaran di
samping spreader hangat.
5. Injeksi :
a) Bahan inti yang telah dipanaskan dan di termoplastisi diinjeksikan ke dalam saluran akar
secara langsung. Master point tidak digunakan, tetapi sealer dimasukkan ke dalam
saluran akar sebelum injeksi, dengan menggunakan sistem pengisian Obtura, atau
Ultrafil atau Calamus.
b) Matrix dingin, flowable yang digiling menjadi serbuk, GuttaFlow, terdiri dari gutta-
percha yang ditambahkan ke dalam sealer resin, RockoSeal. Bahan ini tersedia dalam
bentuk kapsul untuk triturasi. Teknik ini melibatkan injeksi material ke dalam saluran
akar dan penempatan master cone tunggal.
6. Thermomekanis : cone dilapisi dengan sealer ditempatkan ke dalam saluran akar, dengan
menggunakan rotary instrument yang hangat, plasticized dan dikompaksi ke dalam saluran
akar.
7. Carrier-based
a) Termoplastisi : gutta-percha hangat di dalam wadah plastik, dimasukkan secara langsung
ke dalam saluran akar. Contohnya ThermaFil, RealSeal 1™, Densfil™, dan Soft-Core.
b) Sectional : gutta-percha yang telah diukur dan dipaskan dengan sealer dimasukkan ke
dalam apikal sedalam 4 mm. Sisa ruangan diisi dengan gutta-percha yang dapat diinjeksi
dengan pistol injeksi, contohnya SimpliFill.
8. Kemoplastisi : gutta-percha yang dihaluskan secara kimiawi, menggunakan pelarut seperti
chloroform atau eucalyptol, ditempatkan di atas cone gutta-percha yang telah dipaskan,
dimasukkan ke dalam saluran akar, dikompaksi lateral dengan spreader dan saluran diisi
dengan cone aksesoris.
9. Custom cone : mirip seperti kemoplastisi, tetapi pelarut hanya digunakan untuk
menghaluskan permukaan luar cone. Karena adanya penyusutan, cone kemudian diambil dan
dimasukkan kembali ke dalam saluran dengan menggunakan sealer, dikondensasi lateral
dengan spreader dan cone aksesoris.
10. Pasta : pengisian yang kurang berhasil dan tidak ideal.
11. Apical barrier : dilakukan untuk menutup saluran akar pada gigi yang belum dewasa pada
apeks terbuka. MTA merupakan bahan pilihan untuk saat ini.

- Macam Sealer
Secara desain, ialah sealer yang berkontak dengan jaringan di dalam saluran akar, hanya
terkadang gutta-percha lebih menonjol dari sealer dan menyentuh dentin, pulpa, atau jaringan
periodontal.1 Sifat-sifat bahan pengisi saluran akar yang ideal dapat dipaparkan sebagai berikut4
1. Mudah ditempatkan dalam saluran akar
2. Menutup rapat saluran akar baik lateral maupun apikal
3. Tidak menyusut setelah dimasukkan
4. Tidak dipengaruhi adanya cairan
5. Bakteriostatik
6. Radiopak
7. Tidak menyebabkan perubahan warna gigi
8. Tidak mengiritasi jaringan periapikal
9. Mudah disterilkan
10. Mudah dikeluarkan bila perlu perawatan ulang

Sealer sangat vital dalam fungsi pengisian saluran akar, yaitu untuk penutupan akhir sistem
saluran akar, penguburan sisa bakteri, dan pengisi ketidakteraturan bentuk akar yang telah
dipreparasi.2 Sealer digunakan diantara permukaan dentin dan bahan inti untuk mengisi ruang yang
tercipta karena ketidakmampuan fisik bahan inti untuk mengisi seluruh area saluran akar.
Karakteristik utama yang paling diharapkan dari sealer adalah menempel pada dentin dan bahan
inti bersamaan dengan adanya ikatan kohesi yang kuat.3 Jenis-jenis sealer yang dikenal hingga
sekarang adalah
1. Sealer berbahan dasar pelarut
Rosin-chloroform, dan chloropercha, yang merupakan campuran dari gutta-percha giling
atau larut dengan chloroform telah menciptakan permukaan antarmuka dentin-guttapercha.
Zinc oxide dapat ditambahan dalam campuran ini agar lebih keras dan mengurangi
penyusutan. Kebocoran karena penyusutan sering menjadi masalah utama pada metode ini,
karenanya bahan ini tidak banyak digunakan lagi pada jaman sekarang.1
2. Sealer berbahan dasar ZnOE
Keuntungan utama dari bahan ini adalah riwayat keberhasilannya dalam penggunaan sejak
lama. Kualitas positif dari bahan ini menutup aspek negatifnya (staining, setting time yang
lama, non-adhesif, dan kelarutan). Contoh dari bahan ini adalah formulasi Grossman yang
merupakan standar perbandingan bahan sealer lain. Formulasi Grossman ini terdiri dari
powder dan liquid. Powder dari formulasi Grossman terdiri dari 42% Zinc Oxide (utama),
27% stabellite resin (setting time dan konsistensi), 15% Bismuth subcarbonate, 15% Barium
sulfat, dan 1% Natrium borat. Liquid nya merupakan eugenol. Kebanyakan sealer ZnOE
yang digunakan sekarang ini merupakan variasi dari formulasi asli ini.15 Di daerah Eropa,
paraformaldehyde ditambahkan untuk aktivitas antibakteri, seperti pada pasta N2 yang
kontroversial dan pada Endomethasone. Sealer berbahan dasar ZnOE mempunyai aktivitas
antibakteri, tetapi juga dapat mengeluarkan racun saat ditempatkan secara langsung di dalam
jaringan vital1 dan juga setting time yang sangat lama, yang menurut penelitian dapat
mencapai 2 bulan.15
3. Sealer dengan bahan dasar ionomer kaca
Sudah tidak beredar di pasaran, karena adanya proses penguraian dan kebocoran pada
penelitian laboratoris. Sealer ini dulu banyak digunakan karena menyediakan apical dan
coronal seal yang adekuat15, adanya sifat biokompatibel dan melekat pada dentin, dua sifat
terakhir ini merupakan sifat yang diharapkan ada pada pengisian akar.1 Kekakuan dan
ketidaklarutan bahan ini membuat retreatment dan preparasi untuk penempatan pasak
menjadi sulit.15 Contoh produk dari sealer ini adalah GC Fuji TRIAGE, Ketac-Endo, dll.
4. Sealer berbahan dasar resin
Prototipnya dikembangkan oleh Andre Schroeder di Swiss sejak lebih dari 50 tahun yang
lalu, yang merupakan resin bis-fenol dengan polimerisasi menggunakan methenamine.
Karena methenamine mengeluarkan sedikit formaldehid saat reaksi setting, penggantinya
dicari dan ditemukan melalui campuran dari amine yang dapat mempengaruhi polimerisasi
tanpa adanya pengeluaran formaldehid. Pengembangan produk ini adalah AH Plus.1 AH Plus
merupakan pengembangan dari Epoxy yang tersedia dalam merk AH26, sifat-sifatnya yang
menguntungkan adalah antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mixing yang mudah, dan
kemampuan seal yang baik. Keburukan bahan ini adalah staining, ketidaklarutan relatif pada
pelarut, sedikit toksik saat belum mengeras, dan sedikit kelarutan pada cairan mulut. AH Plus
mempunyai sifat fisik yang mirip dengan AH26 tetapi memiliki biokompatibilitas yang lebih
baik karena melepaskan formaldehid lebih sedikit, dan hanya sedikit menyebabkan staining
pada dentin dengan dihilangkannya perak dari formula.15
Sealer resin yang lain adalah tipe resorcin-formaldehid. Varian dari phenol-formaldehid atau
resin Bakelit. Sealer tipe ini merupakan antibakterial yang sangat kuat, tetapi dapat menyusut
dan meninggalkan corak kemerahan pada struktur gigi sekitar (disebut “Russian Red”).
Dimaksudkan untuk digunakan tanpa menggunakan cone gutta percha inti, dan menjadi
sangat keras dan tidak dapat larut, retreatment dari saluran akar yang telah diisi dengan bahan
ini dapat menjadi mimpi buruk. Contoh produknya adalah Forfenan dan Traitement SPAD
dari Eropa Barat.1
Methyl-metakrilat sederhana juga dilaporkan sebagai campuran fiksatif pulpa dan pengisi
saluran akar, dibuat untuk molar permanen muda dengan karies pulpa tanpa adanya nekrosis
total dan infeksi. Kelemahan dari produk ini adalah shrinkage, biokompatibilitas buruk saat
setting, dan tidak larut dalam air.
EndoREZ™ berbahan dasar urethane dimethacrylate (UDMA). Mempunyai sifat hidrofilik
yang dipercaya meningkatkan kemampuan walaupun dalam keadaan lembab. EndoRez
dipasarkan sepaket dengan gutta percha poin lapis resin, yang oleh bonding ke sealer akan
memberikan perlekatan dan seal yang lebih baik pada pengisian. Konsep ini dikembangkan
hingga maksimal pada Epiphany/Resilon atau RealSeal (Kerr). Primer diaplikasikan pada
permukaan dentin setelah larutan kelasi bekerja untuk membersihkan smear layer. Lalu dual-
curing sealer yang berdasar BisGMA, UDMA, dan methacrylate hidrofilik dengan filler
radiopak melapisi dinding dentin yang telah diberi primer. Penyelesaian pengisian adalah
dengan insersi cone atau Resilon core yang telah di plastisisasi secara termal. Sealer dapat
melekat secara efektif ke dentin melalui primer, dan dengan integrasi kemis antara sealer dan
core, akan menghasilkan konsep pengisian saluran akar yang homogen, monoblock dengan
sedikit atau tanpa bagian kosong. Tes bahan ini secara in vitro dan in vivo menunjukkan hasil
yang mengagumkan.1
5. Kalsium Hidroksida
Contoh bahannya adalah Sealapex dan Apexit. Reaksi settingnya rumit dan cukup tidak
homogen; yaitu melalui kontak dengan kelembaban, menghasilkan permukaan keras, tetapi
bagian dalam dari campuran akan tetap mempunyai konsistensi seperti adonan. Kelemahan
bahan ini adalah kurang kokoh secara fisik. Kalsium hidroksida juga ditambahkan ke semen
dengan komposisi lain, seperti resin dan sealer berbahan dasar zinc oxide eugenol, tetapi
hanya ada sedikit bukti untuk kelebihan kalsium hidroksida dalam campuran tersebut.1

6. Sealer berbahan dasar silikon


Lee Endo-Fill merupakan bahan silikon pertama pada endodontik yang mempunyai sifat
penolak air, stabilitas kimiawi, dan adhesif. Bahan yang baru-baru ini dikembangkan
(RoekoSeal) berpolimerisasi tanpa adanya penyusutan, dengan platinum sebagai agen
katalis. Bahan ini menunjukkan kemampuan biologis yang memukau, dan didokumentasikan
oleh uji berdasar standar internasional, termasuk penelitian pada follow-up secara klinis.
Dengan Gutta-Flow, kualitas filling pada gutta-percha dan sealer digabungkan; gutta-percha
yang telah digiling hingga menjadi butiran dicampurkan dengan komponen sealer silikon.
Lalu gutta-percha yang telah menjadi satu dengan sealer dimasukkan ke dalam saluran akar.
Cone gutta-percha tambahan dimasukkan secara langsung.1
7. Mineral Trioxide-Aggregate
Merupakan campuran dari semen Portland halus dan bismut oksida, dan dilaporkan
mengandung sedikit SiO2, CaO, MgO, K2SO4, Na2SO4. Komponen utamanya, semen
portland, merupakan campuran dari dikalsium silikat, trikalsium silikat, trikalsium aluminat,
gypsum, dan tetrakalsium aluminoferit. Gypsum merupakan determinan yang penting dalam
menentukan lamanya waktu setting, sama seperti tetrakalsium aluminoferit, walaupun pada
tingkat yang lebih rendah. Kandungan gypsum dalam MTA sekitar setengah dari gypsum
pada semen portland, sama halnya dengan aluminium, yang menyediakan waktu kerja lebih
panjang daripada semen portland. Hingga tahun 2002, hanya satu varian MTA yang tersedia,
yaitu bubuk abu-abu, pada tahun ini pula, MTA putih (WMTA) diperkenalkan sebagai
ProRoot MTA (Dentsply) yang menargetkan estetik. Penelitian dilakukan melalui SEM
(Scanning Electron Microscopy) dan mikroanalisis elektron probe untuk meneliti perbedaan
GMTA dan WMTA. Perbedaan utamanya adalah konsentrasi Al2O3, MgO, dan FeO (Tabel
1).2
Tabel 1: Perbedaan komposisi kimia GMTA dan WMTA2
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan Al2O3, MgO, dan FeO, yang
merupakan penyebab perubahan warna, pada WMTA lebih sedikit daripada GMTA. WMTA
juga memiliki ukuran partikel lebih kecil daripada GMTA. MTA juga menghasilkan pH yang
tinggi yang dipercaya karena adanya aktivitas biologis karena adanya pembentukan Ca2.
Baik GMTA maupun WMTA mempunyai reaksi setting hidrasi yang akan terinisiasi dalam
waktu 3-4 jam tetapi maturasi dan kemampuan resistensi meningkat seiring waktu. WMTA
dan ZnOE sama-sama mempunyai sifat antibakteri terhadap S. aureus, E. faecalis, P.
aeruginosa pada uji kontak langsung. Sedangkan CHX 0,12% mempunyai aktivitas
antibakteri yang lebih kuat terhadap A. odontolyticus, F. nucleatum, S. sanguis, E. faecalis,
E. coli, S. aureus, P. aeruginosa, dan C. albicans dibandingkan dengan WMTA yang
dipreparasi dengan air steril saja. Tetapi harus diperhatikan bahwa MTA tidak akan setting
apabila dicampur dengan CHX. MTA tidak hanya mempunyai sifat biokompatibilitas yang
baik, tetapi juga menunjukkan performa biologis yang cukup baik pada penelitian in vivo
saat digunakan untuk pengisi saluran akar, perbaikan perforasi, pulp-capping dan pulpotomi,
dan perawatan apeksifikasi. Beberapa menegaskan bahwa GMTA dapat mengeluarkan sifat
biologis lebih baik daripada WMTA yang lebih estetik, tetapi hal ini masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut.2 MTA tidak bereaksi dengan bahan restorasi lainnya. Tes genetoksik
menunjukkan pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA. MTA juga dapat bersifat aktivasi
sementoblas dan produksi sementum. Pada beberapa kasus, MTA juga bersifat bone healing.
MTA memproduksi lebih banyak dentinal bridge lebih signifikan dibandingkan Ca(OH)2
dalam waktu yang lebih cepat serta memiliki sedikit inflamasi dan mengurangi resiko
nekrosis pulpa. MTA juga dilaporkan mempunyai ukuran partikel yang kecil, toksik yang
sedikit, dan working time yang lama.2

Anda mungkin juga menyukai