Anda di halaman 1dari 16

Naskah Publikasi

IDENTIFIKASI VARIASI BAKTERI PADA


RUANG POLI RSU TADULAKO
TAHUN 2018

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Diajukan Oleh :

FIFI RAMADANI
N 101 14 038

Kepada

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
1

Relationship of the Level of Knowledge and Attitude Towards the Act of


Consumption of Instant Foods and Drinks At the Modern Students In Boarding
Schools Al-Istiqamah Ngatabaru Palu
Agita Rugaya Ridwan *, Elli Yane Bangkele **, Rabiatul Adawiyah ***
*Medical students, Faculty Medicine, the University of Tadulako
**Departement of Public Health Sciences, Faculty of medicine, the University of
Tadulako
***Department of Biochemistry, Faculty of medicine, the University of Tadulako

ABSTRACT
Background: Instant foods and drinks have several advantages, such as cheap
prices, convenient, and quick in serving, but it can be harmful due to the food
additives. Students who live in the boarding school need to be careful of their
consumption behaviour of instant foods on daily basis. This research aimed to
analyze the relationship of knowledge and attitude toward the act of consumption
of instant foods and drinks at the Modern students in boarding schools Al-
Istiqamah Ngatabaru Palu.

Methods: Descriptive and analytical research methods with cross sectional


approach. The number of samples were 163 students which was selected with
proportional random sampling. The data were obtained by questionnaires and
table of record consumption in 7 days. The results were analyzed using chi square
test.
Results: The result showed that the general level of knowledge, attitude, and
action were in good category. Respondents knowledgeable well as many as
58.30%, good category attitude as much as 58.30%, and actions categories either
as many as 52.10%. Statistical tests showed there was no relationship between the
level of knowledge towards the Act of consumption of instant foods and drinks on
the students (p = 0,149), and there was a relationship between the level of attitude
towards the Act of consumption of instant foods and drinks on the students (p =
0.003).
Conclusion: There is no relationship between the level of knowledge towards the
Act of consumption of instant food and drink at the Modern students in boarding
schools Al-Istiqamah Ngatabaru Palu, and there is a relationship between the
level of attitude towards the Act of consumption Instant food and drink at the
Modern students in boarding schools Al-Istiqamah Ngatabaru Palu.
Keywords: Knowledge, attitude, action, student, instant food and beverage
consumption.
2

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Konsumsi


Makanan Dan Minuman Instan Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern
Al-Istiqamah Ngatabaru Palu
Agita Rugaya Ridwan*, Elli Yane Bangkele**, Rabiatul Adawiyah***
*Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
**Bagian Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tadulako
***Bagian Departemen Biokomia, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako

ABSTRAK
Latar Belakang: Makanan dan minuman instan pada dasarnya memiliki beberapa
keunggulan seperti: harga yang murah, mudah, dan cepat dalam penyajian namun
berisiko terhadap kesehatan karena mengandung bahan tambahan makanan. Santri
yang tinggal di pondok pesantren perlu memperhatikan perilaku konsumsi
makanan instan setiap harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tindakan konsumsi
makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren Modern Al-
Istiqamah Ngatabaru Palu.

Metode: Menggunakan metode deskriptif dan analitik dengan pendekatan cross


sectional. Sampel diperoleh secara proportional stratified random sample. Jumlah
sampel 163 santri sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner dan tabel catatan konsumsi dalam 7 hari (metode recall).
Hasil dianalisis dengan menggunakan uji chi square.
Hasil: Responden berpengetahuan baik sebanyak 95 orang (58,30%), sikap
kategori baik sebanyak 95 orang (58,30%), dan tindakan kategori baik sebanyak
85 orang (52,10%). Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman instan
pada santri (p=0,149), dan terdapat hubungan antara tingkat sikap terhadap
tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri (p=0,003).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap
tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren
Modern Al- Istiqamah Ngatabaru Palu, dan terdapat hubungan antara tingkat
sikap terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di
Pondok Pesantren Modern Al- Istiqamah Ngatabaru Palu.
Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, tindakan, santri, konsumsi makanan dan
Minuman Instan.
3

PENDAHULUAN
Pangan tidak hanya sesuatu untuk dimakan, tetapi merupakan bagian
integral dari budaya suatu masyarakat, daerah, atau suatu bangsa. Makanan adalah
sebuah konsep yang relatif. Pada tingkat global, manusia memakan segala sesuatu
asalkan tidak beracun.[1]
Kemajuan di bidang industri pangan telah menghasilkan beberapa
makanan dan minuman instan yang beredar banyak dipasaran sehingga dengan
mudah didapatkan dan dikonsumsi oleh kalangan masyarakat khususnya pelajar.
Makanan dan minuman instan pada dasarnya memiliki beberapa
keunggulan seperti: praktis, mudah, dan cepat dalam penyajian namun berisiko
terhadap kesehatan karena mengandung bahan tambahan makanan dan zat kimia
sintesis.[2]
Pondok pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri
menjadi orang berakhlak mulia dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Santri-santri
yang berada di pondok pesantren merupakan sumber daya yang menjadi generasi
penerus pembangunan yang perlu diperhatiakan pemenuhan kebutuhan gizinya. [3]
Aktivitas padat yang dialami oleh santri di pondok pesantren yang tinggal
di asrama dan jauh dari orang tua cenderung meningkatkan jumlah makan dan
minum untuk memenuhi jumlah energi yang keluar. Jadwal makan yang
ditentukan oleh pihak pondok dapat menyebabkan mereka berinisiatif untuk
menyediakan makanan dan minuman yang lebih praktis untuk dikonsumsi saat
lapar, seperti makanan dan minuman instan.
Bentuk perhatian khusus bagi santri yang tinggal di pondok salah satunya
adalah dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan energi melalui perilaku
konsumsi. Secara umum, perilaku dibagi menjadi 3 tingkat ranah, yaitu :
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengamatan yang dilakukan di Pondok
Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu diketahui rata-rata santri
4

mengonsumsi makanan dan minuman instan dengan membeli di kantin Pondok,


dan mendapat kiriman berupa makanan dan minuman instan dari orang tua.
Jenis-jenis makanan dan minuman instan yang disukai dan sering
disediakan oleh pihak kantin Pondok adalah sebagai berikut Better, Chocholatos,
Classic, Sponge, Upin Ipin, Oppala, Oreo, Mi instan, Sarden, Energen, Teh Botol,
Shuga Susu Kocok, Big Cola, Ice Tea, Fruit Tea, Jasjus, Teh Gelas, Energen, Teh
Botol, dan Shuga Susu Kocok. Kebanyakan santri memilih makanan dan
minuman instan ini karena rasanya yang enak, harga murah, dan mampu
mengenyangkan walaupun sebagian dari mereka tahu bahwa makanan dan
minuman tersebut kurang baik untuk kesehatan. Hal ini yang mendasari penulis
melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu.
METODE PENELITIAN
Sampel dalam penelitian adalah santri kelas IV, V, dan VI Pondok Pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu yang berjumlah 163 orang. Sampel
diperoleh secara proportional stratified random sample. Penelitian menggunakan
metode deskriptif dan analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis
pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang sama. [4]
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
a. Tingkat Pengetahuan
Tabel 1. Distribusi Responden Variabel Pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 68 41,70
Baik 95 58,30
Jumlah 163 100

Sumber : Data Primer, 2017.


5

Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut


pengetahuan terbanyak adalah pengetahuan baik sebanyak 95 orang
(58,30%), dan paling sedikit adalah pengetahuan kurang sebanyak 68
orang (41,70%).

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkatan Pengetahuan


Kurang Baik
Pengetahuan N
N (%) n (%)
Tahu 42 25,80 121 74,20 163 (100%)
Memahami 75 46,00 88 54,00 163 (100%)
Aplikasi 22 13,50 141 86,50 163 (100%)

Sumber : Data Primer, 2017.


Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut
tingkatan pengetahuan baik terbanyak adalah tingkatan aplikasi yaitu 141
orang (86,50%), dan paling sedikit adalah memahami yaitu 88 orang
(54,00%).
b. Tingkat sikap
Tabel 3. Distribusi Responden Variabel Sikap
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Kurang 68 41,70
Baik 95 58,30
Jumlah 163 100

Sumber : Data Primer, 2017.


Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut sikap
terbanyak adalah sikap baik sebanyak 95 orang (58,30%), dan paling
sedikit adalah sikap kurang sebanyak 68 orang (41,70%).
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkatan Sikap
Kurang Baik
Sikap N
n % n %
Menerima 61 37,40 102 62,60 163 (100%)
Merespon 76 46,60 87 53,40 163 (100%)
Menghargai 66 40,50 97 59,50 163 (100%)
6

Tanggung jawab 77 47,20 86 52,80 163 (100%)

Sumber : Data Primer, 2017.


Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut
tingkatan sikap baik terbanyak adalah menerima yaitu 102 orang
(62,60%), dan paling sedikit adalah tanggung jawab yaitu 86 orang
(52,80%).

c. Tingkat tindakan
Tabel 5. Distribusi Responden Variabel Tindakan
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 78 47,90
Baik 85 52,10
Jumlah 163 100

Sumber : Data Primer, 2017.


Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut
tindakan terbanyak adalah tindakan baik sebanyak 85 orang (52,10%), dan
paling sedikit adalah tindakan kurang sebanyak 78 orang (47,90%).
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Tingkatan Tindakan
Kurang Baik
Tindakan N
n % n %
Praktik terpimpin 62 38,00 101 62,00 163 (100%)
Praktik secara mekanisme 25 15,30 138 84,70 163 (100%)
Adopsi 75 46,00 88 54,00 163 (100%)

Sumber : Data Primer, 2017.


Tabel 6 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut
tingkatan tindakan baik terbanyak adalah praktik secara mekanisme yaitu
138 orang (84,70%), dan paling sedikit adalah adopsi yaitu 88 orang
(54,00%).
Tindakan konsumsi santri ditunjukkan dari tabel catatan konsumsi
makanan dan minuman instan selama 7 hari berturut-turut. Konsumsi
Makanan dan minuman instan rata-rata dilakukan 5 - 7 hari berturut-turut
dan catatan makanan serta minuman instan tersering adalah Better,
7

Chocholatos, Classic, Sponge, Upin Ipin, Oppala, Oreo, dan Mi instan.


Sementara itu, yang menjadi minuman favorit adalah Fruit Tea, Jasjus, dan
Teh Gelas. Paling sedikit santri yang mengonsumsi Sarden, Energen, Teh
Botol, Shuga Susu Kocok, Big Cola dan Ice Tea. Jumlah konsumsi
makanan rata-rata 1-2 bungkus per hari, sedangkan jumlah konsumsi
minuman rata - rata 1 gelas atau botol perhari.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap tindakan konsumsi
Tabel 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan Konsumsi

Tindakan Konsumsi
Pengetahuan N % p value
Kurang Baik
n % n %
Kurang 28 41,20 40 58,80 68 100
Baik 50 52,60 45 47,40 95 100 0,149
Jumlah 78 47,90 85 52,10 163 100
Sumber : Data Primer, 2017.
Tabel 7 menunjukkan 68 responden dengan tingkat pengetahuan
kurang, terdapat 40 responden (58,80%) tindakan yang baik. Sebanyak 95
responden dengan tingkat pengetahuan baik, terdapat 50 responden
(52,60%) tindakan yang kurang. Hasil uji Chi-square nilai p = 0,149
(p>0,05) peneliti menginterpretasikan keputusan H0 diterima dan HA
ditolak.
b. Hubungan tingkat sikap terhadap tindakan konsumsi
Tabel 8. Hubungan Tingkat Sikap Terhadap Tindakan Konsumsi

Tindakan Konsumsi
Sikap N % p value
Kurang Baik
n % n %
Kurang 42 61,80 26 38,20 68 100
Baik 36 37,90 59 62,10 95 100 0,003
Jumlah 78 47,90 85 52,10 163 100

Sumber : Data Primer, 2017.


8

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 68 responden yang memiliki


tingkat sikap kurang, terdapat 42 responden (61,80%) yang memiliki
tindakan yang kurang dan 26 responden (38,20%) yang memiliki tindakan
yang baik. Sebanyak 95 responden yang memiliki tingkat sikap baik,
terdapat 36 responden (37,90%) yang memiliki tindakan kurang, dan 59
responden (62,10%) memiliki tindakan yang baik. Hasil uji hipotesis
dengan Chi-square menunjukkan nilai p = 0,003. Nilai p = 0,003 (p<0,05)
peneliti dapat menginterpretasikan bahwa keputusan Ho ditolak dan HA
diterima.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah menunjukkan
dari 68 responden dengan tingkat pengetahuan kurang, didapatkan 40 responden
(58,80%) memiliki tindakan yang baik, sedangkan dari 95 responden dengan
tingkat pengetahuan baik, didapatkan 50 responden (52,60%) memiliki tindakan
yang kurang. Hasil uji Chi-square nilai p = 0,149 (p>0,05) peneliti
menginterpretasikan keputusan H0 diterima dan HA ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap tindakan konsumsi makanan dan
minuman instan pada santri di Pondok Pesantren Modern Al- Istiqamah
Ngatabaru Palu.
Nilai Odds Ratio 0,630 artinya santri yang berpengatahuan baik memiliki
peluang untuk mempunyai tindakan yang baik terhadap konsumsi makanan dan
minuman instan sebesar 0,630 kali dibandingkan santri yang berpengatahuan
kurang. Nilai Odds ratio yang kurang dari 1 menunjukkan peluang untuk
mempunyai tindakan yang baik lebih kecil daripada peluang tindakan yang
kurang. Nilai 95% confidence interval berkisar antara 0,336 – 1,182, artinya nilai
Odds ratio dinyatakan tidak signifikan atau tidak bermakna karena memuat angka
0.
Tingkatan dari pengetahuan berada pada tingkatan aplikasi sebanyak 141
orang (86,50%). Sedangkan untuk tingkatan tindakan berada pada tingkatan
praktik secara mekanisme sebanyak 138 orang (84,70%). Hal tersebut dapat
diartikan semakin tinggi tingkatan pemahaman seseorang tentang makanan dan
9

minuman instan ternyata tidak menjadi landasan dari tindakan yang akan
dilakukannya.
Pengetahuan yang diperoleh dari iklan televisi dikemas dengan kreatif
sehingga dapat menarik perhatian. Iklan yang kreatif membuat seseorang
memperhatikan secara detail dan rinci, sehingga pesan yang disampaikan kepada
pemirsa dapat diterima dengan baik dan pengetahuan seseorang menjadi
bertambah.[2]
Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan
mempengaruhi tindakan yang baik pula.[4] Faktor yang dapat mempengaruhi pola
makan yang buruk antara lain tidak ada nafsu makan, selalu sibuk, merasa bosan
dengan makanan yang telah disediakan oleh Jasa Boga Pesantren, dan suka
memilih-milih makanan. [5]
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor
pengetahuan dengan perilaku makan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang perilaku makan biasanya memang sudah memiliki perilaku makan
yang sehat.[6]
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Febriyanto dan penelitian
Triasari yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden
dengan perilaku pemilihan jajanan. Hal tersebut dikarenakan responden memiliki
pengetahuan dan perilaku yang sebanding. [7,8]
Penelitian oleh Islamiyati sejalan dengan penelitian ini bahwa meskipun
tingkat pengetahuan seseorang tinggi tentang konsumsi makanan dan minuman
instan tetapi untuk tindakannya masih rendah. Tindakan yang rendah tersebut
disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti rasa
ketertarikan lebih terhadap iklan makanan dan minuman instan sehingga
seseorang tidak memperdulikan bahaya yang dapat ditimbulkan.[2]
Pengetahuan santri tentang makanan dan minuman instan yang berada
pada kategori baik bisa didapatkan dari berbagai hal seperti media elektronik,
media cetak, penyuluhan, serta pengalaman lain sebelum berada di dalam pondok.
10

Pengetahuan yang di dapat tersebut diharapkan mampu mendasari keputusannya


dalam melakukan tindakan konsumsi.
Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu memiliki ruang
perpustakaan yang menyediakan banyak buku. Buku dapat dibaca berkali-kali,
sehingga informasi yang disajikan dalam media ini dapat dianalisa lebih tajam dan
membuat pembaca benar-benar mengerti terhadap isi yang disampaikan.
Faktor yang dapat mempengaruhi tindakan konsumsi santri yang tidak
sesuai dengan tingkat pengetahuannya adalah selera makan. Pondok pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu menyediakan sistem catering agar
memudahkan santri dalam kebutuhan konsumsinya tapi sistem catering hanya
menyediakan jadwal makan 3 kali sehari, dan apabila santri merasa lapar sebelum
jadwal makan, santri harus bisa menahan lapar hingga waktu makan tiba. Selain
itu, menu catering yang biasa disediakan tiap harinya hampir selalu sama
sehingga dapat mempengaruhi selera makan menjadi berkurang. Hal tersebut yang
kemungkinan menyebabkan santri berinisiatif menyediakan konsumsi sendiri
yang sifatnya praktis dan sesuai selera, seperti makanan dan minuman instan.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman pada santri yang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti jadwal makan yang diatur, berkurangnya
selera makan, dan adanya ketertarikan dalam mengonsumsi makanan dan
minuman instan. Jadi, meskipun seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang
baik tapi dengan beberapa faktor tertentu dapat menyebabkan tindakannya berada
pada kategori kurang sehingga tidak berhubungan dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
Hasil penelitian hubungan tingkat sikap terhadap tindakan menunjukkan
68 responden yang memiliki tingkat sikap kurang, terdapat 26 responden
(38,20%) yang memiliki tindakan yang baik. Sebanyak 95 responden yang
memiliki tingkat sikap baik, terdapat 36 responden (37,90%) yang memiliki
tindakan yang kurang. Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p = 0,003 (p<0,05)
keputusan Ho ditolak dan HA diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat
11

sikap terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di
Pondok Pesantren Modern Al- Istiqamah Ngatabaru Palu.
Nilai Odds Ratio 2,647 artinya sikap santri yang baik memiliki peluang
untuk mempunyai tindakan yang baik dalam melakukan konsumsi makanan dan
minuman instan sebesar 2,647 kali dibandingkan sikap santri yang kurang. Nilai
Odds ratio yang lebih dari 1 menunjukkan peluang untuk mempunyai tindakan
yang baik lebih besar daripada peluang tindakan yang kurang. Nilai 95%
confidence interval berkisar antara 1,394 – 5,026, artinya nilai Odds ratio
dinyatakan signifikan atau bermakna karena tidak memuat angka 0.
Tingkatan sikap berada pada tingkatan menerima sebanyak 102 orang
(62,60%) dan ini sejalan dengan tingkatan tindakan santri yang berada pada
tingkatan praktik secara mekanisme sebanyak 138 orang (84,70%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa sikap dapat mendasari seseorang dalam melakukan tindakan
konsumsi makanan dan minuman instan. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku tertentu.[9]
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dikarenakan
sikap mempunyai daya pendorong atau pemberi motivasi untuk melakukan suatu
tindakan. Seseorang yang memiliki sikap positif atau negatif berarti telah
memiliki keyakinan tentang suatu hal yang memberikan kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan pendapat dan keyakinannya, atau bentuk dari respon suka
tidaknya dengan objek yang dirasakannya.[4]
Sikap dapat mempengaruhi pengalaman seorang individu dan bersumber
dari dorongan di dalam hati, kebiasaan-kebiasaan yang dikehendaki dan pengaruh
lingkungan disekitar individu. Sikap dihasilkan dari keinginan-keinginan pribadi
dan sejumlah stimulus.[2]
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriyanto yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap responden dengan perilaku
pemilihan jajanan di MI Sulaimaniyyah Jombang. Hal ini menandakan bahwa
sikap merupakan faktor pendukung dalam memilih makanan jajanan.[7]
12

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Triasari yang


mengemukakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku
dalam memilih jajanan sehingga sikap dapat mendukung terjadinya perilaku yang
baik.[8]
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Islamiyati menunjukkan
rendahnya sikap disertai dengan rendahnya tindakan seseorang dalam
mengonsumsi makanan dan minuman instan. Semakin baik sikap seseorang
diharapkan semakin baik pula tindakannya dan semakin kurang sikap seseorang
diharapkan semakin kurang pula tindakan yang dilakukannya.[2]
Konsumsi makanan dan minuman instan oleh santri di Pondok Pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu memiliki banyak variasi dan pilihan yang
terlihat pada tabel catatan konsumsinya dalam 7 hari. Meskipun banyak jenis yang
tersedia tapi santri sadar dengan bahaya yang ditimbulkan dan tidak ingin
mengonsumsinya setiap hari. Sikap tersebut terlihat dari tindakannya yang hanya
kadang-kadang melakukan konsumsi lebih dari 4 kali dalam 1 minggu.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan ada hubungan antara tingkat sikap
terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman pada santri. Hal tersebut
dikarenakan sikap santri yang tertarik dengan variasi dan pilihan dalam makanan
dan minuman instan namun tetap sadar dengan bahaya yang ditimbulkan sehingga
santri hanya melakukan tindakan konsumsi yang kadang-kadang lebih dari 4 kali
dalam 1 minggu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap yang baik dapat
mempengaruhi tindakan yang baik.
KESIMPULAN
Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah :
1. Tingkat pengetahuan santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah
Ngatabaru Palu berada pada kategori baik sebanyak 95 orang (58,30%).
Sedangkan tingkatan pengetahuan baik terbanyak berada pada tingkatan
aplikasi sebanyak 141 orang (86,50%).
2. Tingkat sikap santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru
Palu berada pada kategori baik sebanyak 95 orang (58,30%). Sedangkan
13

tingkatan sikap baik terbanyak berada pada tingkatan menerima sebanyak 102
orang (62,60%).
3. Tingkat tindakan santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru
Palu berada pada kategori baik sebanyak 85 orang (52,10%). Sedangkan
tingkatan tindakan baik terbanyak berada pada tingkatan praktik secara
mekanisme sebanyak 138 orang (84,70%).
4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap tindakan
konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu.
5. Terdapat hubungan antara tingkat sikap terhadap tindakan konsumsi makanan
dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah
Ngatabaru Palu.

SARAN
Saran dari penelitian ini adalah :
1. Para santri diharapkan tetap meningkatkan pengetahuan dan sikap yang baik
dalam konsumsi makanan dan minuman instan secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tenaga pengajar diharapkan tetap memberikan edukasi melalui proses belajar
mengajar tentang pentingnya memperhatikan tindakan konsumsi makanan
dan minuman instan bagi kesehatan.
3. Bagi kantin yang menyediakan makanan dan minuman instan di sekitar
pondok diharapkan agar bisa menyediakan makanan dan minuman instan
yang lebih rendah risikonya bagi kesehatan.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data
dalam melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan
mencari perbandingan antara tingkat perilaku makan dan minum antara laki-
laki dan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
14

1. Khomsan A, Hadi R, Sri AM. Ketahanan pangan dan gizi serta mekanisme
bertahan pada masyarakat tradisional suku ciptagelar di jawa barat. JIPI.
2013; 18(3): 1. [cited 2017 Sep 19]
2. Islamiyati AN. Pengetahuan, sikap, tindakan konsumsi makanan dan
minuman instan pada siswa kelas XI program keahlian jasa boga sekolah
menengah kejuruan negeri 6 yogyakarta. 2014; 15, 26, 82-3, 86-8. [cited 2017
Sep 19]
3. Amelia AR, Aminuddin S, St Fatimah. Hubungan asupan energi dan zat gizi
dengan status gizi santri putri yayasan pondok pesantren hidayatullah
makassar sulawesi selatan tahun 2013. 2013; 3. [cited 2017 Oct 16]
4. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2014.
5. Masnawati A, Pawiono, Iswanto. Hubungan pola makan dengan kejadian
tifoid pada santri di pondok pesantren tebuireng jombang. 2014; [1p.]. [cited
2018 Jan 26]
6. Putri DY. Faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku makan pada
remaja putri di SMA negeri 10 padang tahun 2013. 2014; [1p.]. [cited 2017
Sep 19]
7. Febriyanto MAB. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku
konsumsi jajanan sehat di MI sulaimaniyyah mojoagung jombang. 2016; 37.
[cited 2017 Sep 19).
8. Triasari R. Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan
perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD negeri cipayung 2 kota
depok. 2015; 60-2. [cited 2017 Sep 19]
9. Rahmawati RF. Pengetahuan gizi, sikap, perilaku makan dan asupan kalsium
pada siswi SMA. 2012; 13. [cited 2017 Sep 19]

Anda mungkin juga menyukai