LK1 GG RPK
LK1 GG RPK
T DENGEN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG 12 RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh :
Dalam kasus ini klien merupakan laki – laki berinisial Tn. T umur 49.
Klien bertempat tinggal di weleri, kendal. Dalam kasus ini praktikan memperoleh
pengkajian sebelumnya perawat senior dan data dokumentasi yang telah dicatat.
Klien datang dengan alasan berperilaku aneh, sering marah-marah. Saat dikaji
diperoleh data bahwa klien pernah memiliki riwwayat masuk RSJ untuk yang ke
3kalinya. Pengkajian didapatkan masalah pada klien yaitu halusinasi, isolasi
sosial, dan resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Dalam kasus ini sebelumnyas sudah klien sudah mendapatkan terapi
motivasi berupa menghardik, dan ajakan berkenalan oleh perawat seniorn dan
pasien mampu mengulang apa yang telah diperagakan oleh perawat senior.
Kemudian tugas saya sebagai praktikan yaitu melengkapi diangnosa yang belum
terpenuhi yaitu RPK (resiko perilaku kekerasan). Dalam kasus praktikan mencoba
menerapkan control emosi pada klien yaitu melalui teknik relaksasi/tarik nafas
dalam, berdo’a sesuai dengan keyakinan klien, teknik pukul bantal/kasur,
meminum obat sesuai resep dokter. Setelah praktikan mengajarkan control emosi
pasien mampu mengulang apa yang telah dipergakan oleh praktikan dan klien
mengatakan rasa lebih lega saat emosinya dilepaskan pada hal yang positif.
Setelah itu praktikan menganjurkan untuk mengulang tentang kontrol
emosi jika rasa marah itu datang lagi.
BAB I
KONSEP TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. PENGERTIAN
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan didasarkan sebagai ancaman,
pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega.perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikolohis (Riyadi & Purwanto,
2009). Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan
merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa
fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
B. ETIOLOGI
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan
rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan
teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku
kekerasan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi
dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di
sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut:
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon
androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6
dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi
penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada
seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,
dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
D. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
1. Medis
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
d. Pendidikan kesehatan
E. DIAGNIOSA DAN INTERVENSI
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada
perilaku kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
1. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang
digunakan untuk diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang harus Saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan salig percaya
adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan,
menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik,
waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan
yang terjadi di masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan. Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan
gejala perilaku kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis,
sosial, sosial, spiritual maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari
perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara
mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul
kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obat-obatan,
sosial atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya
secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa sesuai
keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul,
serta akibat dari perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
klien bila anggota keluarga dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar
atau memukul benda/orang lain.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Weleri, Kendal
Suku /bangsa : Jawa / Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLTA
Ruang rawat : Ruang 12
Rekam Medik : 001362 xx
Tanggal masuk : 16 Maret 2019
Tanggal pengkajian : 1 April 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. TA
Alamat : Weleri, Kendal
Hubungan : Adik Kandung
Telpon/Hp : 085xxx
c. Alasan Masuk
Menurut informasi perawat senior dan dokumentasi keperawatan
sebelumnya didapatkan data klien masuk ke RSJ Dr. Amino GH pada
tangggal 16 Maret 2019 pukul 20:00 di ruang IGD dengan alasan
berperilaku aneh , kemudian klien di rawat di ruang 7 selama 1 hari untuk
diobservasi, selanjtnya pada tanggal 17 maret dibawa ke ruang 12 untuk
menjalani perawatan lanjutan.
d. Faktor Presipitasi dan presdiposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
(Ya)
Klien mengatakan pernah masuk Rumah sakit jiwa lebih kurang 15
kali dan sering kabur dari rumah sakit.
2. Pengobatan sebelumnya
( Kurang berhasil )
Klien mengatakan sepulang dari Rumah sakit, klien tidak meminum
obat dengan teratur.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya
kekerasan diri sendiri jika halusinasi mendengarkan suara-suara aneh
dengan memukul-mukul kepalanya.
Masalah keperwatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Penolakan
Klien mengatakan ketika memiliki masalah dengan keluarganya,
klien memilih untuk pergi dari rumah.
Masalah keperawatan : Resiko Isolasi Sosial
5. Adahkah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang di alami dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak
menyenagkan yaitu mendengarkan suara-suara aneh. Klien
mengatakan bahwa dunia seperti mau kiamat.
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
Compos mentis
2) Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,0 C
P : 18 x/menit
Tugor Baik
3) Pemeriksaan Fisik :
Saat dikaji klien mengatakan tidak memiliki keluhan penyakit
kecuali saat dirawat di rumah sakit.
Pada ekstermitas bawah terdapat luka melingkar akibat klien
memaksa untuk melepaskan ikatan bekas ikatan setelah dilakukan
ECT pada hari-hari sebelumnya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
f. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Klien
3) Hubungan Sosial
a. Orang yang paling berarti : bapak dan ibu
Klien mengatakan ketika klien memiliki masalah dengan
orang tuanya klien lebih memilih untuk pergi dari rumah.
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : -
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
saat dikaji klien terlihat tidak memiliki hambatan dalam
bekomunikasi dengan perawat namun klien tampak lebih suka
menyendiri.
Masalah keperawata : Resiko Isolasi Sosial.
4) Nilai, Keyakinan dan Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Saat dikaji klien mmengatakan beragama
islam
b. Kegiatan Ibadah : klien mengataka masih ingat shalat selaku
umat islam.
g. Status Mental
1. Penampilan Umum
Klien tampak berpakaian rapi,
Masalah keperawata : Tidak ada
2. Pembicaraan
Klien tampak sedikit gagap dan lambat saat diajak bicara
Masalah : gangguan komunikasi verbal.
3. Aktifitas motorik
Klien terlihat lesu saat beraktvitas
Masalah keperawatan : tidak ada.
4. Afek dan emosi afek
Respon klien sesuai stimulus datar
Masalah keperawatan : tidak ada.
5. Alam perasaan
Klien mengatakan biasa saja perasaanya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
6. Interaksi selama wawancara
Klien terliaht kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi.
7. Presepsi sensori
A. Halusinasi
Apakah ada gangguan? Ada
Pendengaran
Isi tidak jelas
Durasi lama
Frekuensi tidak tentu 1-2 x sehari
Situasi saat sendiri
B. Illusi :
Tidak ada
Masalah keperawatan : Peubahan presepsi sensori
Pendengaran
8. Proses berpikir
Tidak ada gangguan proses berpikir
9. Isi Pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses/ isi pikir, klien
berbicara sesuai dengan kenyataan.
10. Tingkat kesadaran
Klien terlihat tampak bingung sering mondar mandir dengan
tatapa mata tajam
Klien tidak mengalami disorientasi waktu dan orang.
11. Memori
Klien tidak mudah lupa
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kadang klien dapat berkonsentrasi saat diajak sesuai dengan
Tingakat pendidikanya
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang baik secara mandiri
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang diderita
h. Kebutuhan Klien Memenuhi Kebutuhan
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mengatakan dapat makan, berpakain dan menyisir rambut
secara mandiri
2. ANALISA DATA
Tgl, jam Data Masalah Ttd
Senin, DS : Resiko perilaku
01/1/2019/ Klien mengatakan alasan kekerasan
10:15 masuk ke RSJD Dr
Amino GH dengan alasan
kontrol,
Saat dirumah klien
mengatakan ingin
disegani dilingkungan
rumahnya
DO :
Saat dikaji terlihat tatapan
matanya tajam, dan
tingkat kesadaran
bingung.
Senin, DS : Halusinasi
1/4/2019/ Saat dikaji ketika klien pendengaran
10:20 mengatakan ketika di
rumah klien mendengar
seperti ledakan dan
merasa dunia seperti akan
kiamat
DO :
Saat diobeservasi dan
berkomunikasi klien
kooperatif, kontak mata
kurang, tatapan matanya
tajam dan terlihat seperti
orang kebingungan.
Senin DS:
1/4/2019 / Klien mengatakan ketika
10:25 memiliki masalah dengan
orangtuanya, klien
memilih untuk pergi dari
rumah.
DO:
Saat dikaji klien terlihat
tidak memiliki hambatan
dalam bekomunikasi dengan
orang perawat namun klien
tampak lebih suka
menyendiri.
Isolasi sosial
5. Diagnosa Prioritas
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
6. INTERVENSI
Tgl No DxKeperawat Perencanaan
Dx DX an Tujuan KriteriaEvaluasi Intervensi
Resiko TUM: klien
Perilaku tidak
Kekerasan mencederai
diri sendiri
atau orang
lain/keluarga
7. CATATAN KEPERAWATAN
Diagnose/
Tgl/jam Implementasi Evaluasi
TUK(INTERVENSI) / SP
Senin, RPK/ Membina Memberi salam ketika S:
01/4/2019/ hubungan saling percaya/ akan berkenalan Klien
11:30 berkenalan dengan pasien dengan klien mengerti apa yang
Memperkenalkan menyembabkannya
nama, nama panggilan marah saat diajak
perawat dan tujuan berdiskusi.
perawat berkenalan O:
Menanyakan dan Kontak mata kurang,
panggil nama tapan mata agak tajam
kesukaan klien A:
Membina hubungan Klien mampu
saling percaya antara mengungkapkan
perawat dengan klien perasaannya
Menunjukkan sikap P:
empati, jujur dan lanjutkan intervensi
menepati janji setiap untuk interaksi
kali berinteraksi terapeutik
dengan klien.
Membuat kontrak
Waktu sebelum
berdiskusi dengan
klien
Menanyakan perasaan
Penyebab marah
pasien
Mendengarkan
dengan penuh
perhatian ungkapan
perasaan klien
Membuat kontrak
waktu untuk terapi
selanjutnya
Rabu, RPK/ Mengidetifikasi Memberi salam setiap S:
2/4/2019/ masalah pasien / Penyebab berinteraksi. Klien mau menjawab
09:20 marah Menayakan kembali salam saat diajak
apakah masih ingat berinteraksi, berjabat
dengan perawat tangan, dan mampu
Menayakan kemabali mengungkapkan
kontrak waktu kemarin perasaanya hari ini
yang sudah dibuat O :
masih ingat atau tidak Kontak mata baik,
Menanyakan perasaan pasien terlihat
klien dan masalah kooperatif
yang dihadapi klien A:
Membuat kontrak klien mampu bererita
Waktu untuk tentang masalah yang
berdiskusi tentang dialaminya.
faktor penyebab marah P:
Mendengarkan Lanjutkan intervensi
dengan penuh Pasien sudah mampu
perhatian ungkapan mengidentifikasi
perasaan yang dialami penyebab marah dan
klien akibat marah.
Membuat kontrak Bantu kontrol marah
waktu dengan klien secara positif
untuk terapi selanutnya
Rabu RPK/ Membantu cara Memberikan salam S:
03/4//2019 mengontrol marah seacara ketika hendak Klien mampu diajak
08:45 positif / Tarik nafas dalam, beridiskusi berdiskusi tentang
berdo’a, pukul banal atau Menanyakakan cara menangani
kasur. kembali apakah klien perasaan marah
masih ingat dengan secara positif
perawat serta kontrak
waktu yang telah O:
disepakati kemarin. Klien tampak mampu
Megajarkan kepada mempraktikan cara
untuk menarik nafas mengatasi marah
dalam ketika ingin secara positif yakni
‘;;marah dan berusaha dengan tarik nafas
melupakan masalah dalam, berdo’a, dan
yang dialaminya. memukul bantal atau
Menjarkan klien untuk kasur
beristigfar ketika ingin A:
marah dan lebih Pasien mampu
banyak megingat sang mengontrol marah
pencipta ketika secara positif
perasaan marah sedang melalui tarik nafas
muncul dalam, berdoi’a,
Mengajarkan memukul memukul bantal dan
kasur atau bantal untuk kasur.
melampiaskan rasa P:
marahnya dan jelaskan Lanjutkan Intervensi
tujuanya. Klien sudah mampu
mengontrol marah
secara positif
Kolaborasi dengan
tim medis untuk
terapi selanjutnya
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.