Disusun oleh :
UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
BANDUNG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta kami juga berterima kasih
kepada bapak Idi Jahidi, DR., S.Pd., M.Si. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah
memberi kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini.. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR TABEL
TABEL 1 (Huruf Abjad) …………………………………………………………………..13
TABEL 2 (Huruf Vokal)…………………………………………………………………...14
TABEL 3 (Huruf Konsonan) ………………………………………………………………15
TABEL 4 (Huruf Diftong)………………………………………………………………….16
TABEL 5(Gabungan Huruf Konsonan)…………………………………………………….16
4
BAB I
PENDAHULUAN
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan
pengertian kata ejaan berbeda dengan katamengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan
huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih
luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan
dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan
adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi
mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti
itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus
menyesuaikan perubahan. Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama karena
bahasa terus berkembang sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut menyesuaikan
seperti halnya perubahan-perubahan terhadap suatu ejaan, yang dimulai dari ejaan Van
Ophuijsen (1901-1947), hingga Pedoman Umum (PU) Ejaan Bahasa Indonesia (2015-
sekarang).
1.2 Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ejaan ?
1.2.2 Bagaimana Perkembangan ejaan Bahasa Indonesia ?
1.2.3 Apa saja ruang lingkup ejaan Bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa pengertian dari ejaan,
1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan / sejarah ejaan Bahasa Indonesia,
1.3.3 Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan Bahasa Indonesia.
5
BAB II
MATERI
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara
sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja
aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara
6
Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak.
Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong
(incung).
Ejaan bahasa Indonesia sudah digunakan semenjak kerajaan Sriwijaya berdiri. Hal
ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya prasasti yang bertulisan bahasa Melayu kuno
dengan menggunakan huruf Pallawa yang sudah dipengaruhi bahasa Sansekerta.Di abad
itu juga sudah lahir bahasa Jawa namun belum menggunakan huruf latin dalam
penulisannnya.
Melayu kuno begitu cepatnya perkembangannya di sana, karena para pedagang
baik dari asing maupun lokal sama-sama menggunakan bahasa Melayu kuno dalam
bertransaksi.Seiring berjalannya waktu dan masuknya budaya asing yang dibawa oleh para
pedagang dari luar, bahasa Melayu juga mengalami perubahan dalam pengejaannya.
Bahasa melayu kemudian di tulis dengan menggunakan Arab sehingga lahirlah
huruf Arab-Melayu. Kemudian banyak karya sastra berhuruf Arab-Melayu yang secara
resmi digunakan untuk panduan ejaan dan penulisan sebelum digunakannya huruf latin.
Memasuki abad ke 20, masyarakat Indonesia mulai menaruh perhatian serius
terhadap ejaan tersebut, dari lahirnya ejaan Ophuijsen sampai PUEBI yang kita kenal
sampai sekarang, berikut perkembangannya:
7
Ciri-ciri Ejaan Van Ophuijsen
a. Modelnya hanya dimengerti oleh orang Belanda
b. Menggunakan huruf latin
c. Bunyi huruf dan kata mirip logat Belanda
d. .Masih menggunakan huruf/ j/ untuk bunyi huruf /y/ seperti contoh yang
atau Sayang ditulis dengan jang, sajang.
e. Masih menggunakan huruf /oe/ untuk untuk bunyi huruf /u/ seperti kata itu
dan guru ditulis dengan itoe dan guroe.
f. Masih Menggunakan Tanda diakritik, seperti koma ain /’/ seperti contoh
ma’moer, ‘akal, dan huruf /k/ ditulis dengan tanda /’/ pada akhir kata
misalnya bapa’,ta’
g. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka
di atas akhiran itu diberi tanda trema /’/ ta’, pa’, dinamai’
h. Huruf J ditulis dengan dj
Misalnya : Jakarta = Djakarta
Raja = Radja
i. Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya : Pacar = Patjar
Cara = Tjara
j. Huruf hidupnya jika ada titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö menandakan
kala dibaca sebagai satu kata.
Misalnya: taät
k. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan)
l. Gabungan Konsonan KH (ditulis dengan Ch)
Misalnya: Khawatir = Chawatir
Akhir = Achir
m. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb.
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb.
c. Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.
8
2.2.2 Ejaan Swandi / Ejaan Republik (1947-1972)
Setelah 37 tahun kemudian tepatnya 1938
Masehi, diadakanlah kongres Bahasa Indonesia di Solo
membahas tentang rencana penyempurnaan ejaan Van
Ophuijsen. Penyempurnaan tersebut berhasil
diselesaikan dan dinamakan Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik.Ejaan tersebut diresmikan berdasarkan Putusan
Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan pada
15 April 1947 dalam penetapan perubahan ejaan baru dan
mulai berlaku semenjak penetapan tersebut.
Raden Soewandi
Ejaan Suwandi mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
a. Penggunaan huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuijsen berubah menjadi /u/
seperti pada contoh guru, itu, umur.
b. Masih menggunakan huruf /dj/ djalan untuk kata jalan, /j/ pajung untuk
kata payung, /nj/ bunji untuk kata bunyi, /tj/ tjukup untuk kata cukup,
/ch/ tarich untuk kata tarikh.
c. Tanda Koma ain dan koma hamzah untuk bunyi sentak dihilangkan
ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, makmur, rakyat.
d. Kata ulang masih seperti ejaan Van Ophuijsen ditulis dengan angka 2,
seperti anak2, jalan2, ke-barat2-an.Awalan di- dan kata depan di kedua-
duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata
depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada
ditulis, dikarang.
e. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
f. Tanda trema pada huruf /a/ dan /i/ dihilangkan.dinamai’ menjadi
dinamai
g. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya:
Berlari-larian
Berlari2-an
h. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
Tata laksana
Tata-laksana
Tatalaksana
i. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah
(pepet) dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah,
misalnya : /putra/ bukan /putera/, /praktek/ bukan /peraktek/, dsb.
j. Tanda trema dihilangkan. Misalnya: taät menjadi taat.
9
2.2.3 Ejaan Pembaharuan
Dengan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 48 tahun 1956 maka
dibentuk Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Akan tetapi hasilnya tidak
pernah diumumkan secara resmi. Beberapa hal yang penting adalah mereka
mencoba mengganti huruf rangkap: dj, tj, ng, nj dengan j, c, ng, nj yang dipakai aw,
ay, oy.
10
Ejaan ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K
pada bulan September 1967. Panitia ini dibentuk oleh Kepala Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan, dengan hasilnya antara lain:
a. Huruf tj diganti c, j diganti y, nj diganti ny, sj menjadi sy, dan ch menjadi
kh.
b. Huruf asing: z, y, dan f disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan pemakaian yang sangat produktif.
c. Huruf e tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang
berpasangan variasi e yang menimbulkan salah pengertian.
11
Hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan.
1. Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut:
a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b. /j/ pajung menjadi /y/ paying
c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir
3. Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b. Pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
12
2.3 Ruang lingkup ejaan Bahasa Indonesia
13
2.3.1.2 Huruf Vokal
Keterangan:
*Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menim-bulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
14
2.3.1.3 Huruf Konsonan
15
Keterangan:
*Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keper-luan ilmu. Huruf
x pada posisi awal kata diucapkan [s].
16
2.3.2 Penulisan huruf
17
c. Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.
18
2.3.3 Penulisan kata
19
2.3.3.4 Gabungan kata
a. Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus.
Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kulihat, orang tua.
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
20
2.3.4 Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu
sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah
penulisan partikel sebagai berikut :
a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang
dianggap sudah menyatu.
Misalnya :
Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
c. Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah
dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
21
2.3.6 Penulisan lambang bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII, IX, X.
b. Bilangan pecahan.
Misalnya :
3/4 tiga perempat
c. Bilangan tingkat.
Misalnya :
Abad II Abad ke-2
e. Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian
supaya mudah dibaca.
Misalnya :
Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
f. Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau
perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah
struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
g. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
22
2.3.7 Penulisan unsur serapan Bahasa asing
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli
bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian
karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
b. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem,
atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
23
2.3.8 Penggunaan tanda baca
2.3.8.1 Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
b. Akhir singkatan nama orang.
c. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
d. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu
terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
e. Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
f. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
g. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
h. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
ilustrasi dan tabel.
24
l. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
m. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau seru.
25
2.3.8.7 Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika
yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik
terakhir diberi jarak atau loncatan.
Misalnya :
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?” “Jadi, simpulannya …
oh, sudah saatnya istirahat.”
26
2.8.7.11 Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
a. Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan
atau yang belum dikenal.
b. Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
c. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain.
Misalnya :
Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari
sebuah novel.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata
bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai dari ejaan
Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), ejaan yang di sempurnakan ( EYD) , hingga Pedoman
Umum Ejaan Indonesia ( PUEDI) . Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara
Indonesia dan Malaysia, yakni ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor tertentu ejaan tersebut
tidak dapat diresmikan.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari :
a. Pemakaian Huruf
yaitu huruf abjad, huruf &okal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.
b. Penulisan Huruf
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu:
Penulisan Huruf kapital
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
c. Penulisan Kata
Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.
28
d. Penulisan Lambang Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
Bilangan utuh.
Misalnya :
15 lima belas
Bilangan pecahan.
Misalnya :
3/4 tiga perempat
Bilangan tingkat.
Misalnya :
Abad II Abad ke-2
Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah
dibaca.
Misalnya :
Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu
diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur
kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
29
f. Pemakaian Tanda Baca
Pemakain tanda baca dalam bahasa indonesia meliputi tanda titik(.) , tanda koma ( , ) ,
tanda titik koma (;) , tanda titik dua (: ) , tanda hubung ( - ) , tanda tanya ( ?) , tanda seru
(!) , tanda elipsis ( ... ) , Tanda Petik (“…”) , Tanda Petik Tunggal (‘…’) , Tanda Kurung
((…)) , Tanda Kurung Siku ([…]) , Tanda Garis Miring (/) , Tanda Penyingkat atau
Apostrof (‘)
3.2 Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan
karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan maka
proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih
mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat
dimengerti.
30
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
31