Anda di halaman 1dari 9

Sejarah: Upaya Mempertahankan NKRI dari dalam

Pemberontakan PKI Madiun


PKI dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin pada 18 September 1948 melancarkan
pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan sekitarnya. Pemberontakan PKI di Madiun
tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948, yaitu tandatanganinya
perundingan Renville, ternyata perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia.
Maka Amir Syarifuddin turun dari kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Ia merasa
kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada
tanggal 28 Juni 1948

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu bersamaan, gerakan PKI
dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun

Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain:

 Melancarkan propaganda anti pemerintah.


 Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di
pabrik karung di Delanggu Klaten.
 Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrok senjata di Solo 2 Juli
1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada
tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945 Dr. Moewardi diculik dan dibunuh

Upaya yang dilakukan antara lain

 Presiden Soekarno dan perdana menteri M.Hatta mengutuk keras pemberontakan PKI di
Madiun. Pemerintah segera melancarkan operasi penumpasan dengan GOM (Gerakan
Operasi Militer). Panglima Jendral Soedirman kemudian mengeluarkan perintah harian
yang isinya antara lain menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Jawa Tengah
dan Kolonel Sungkono Gubernur Militer Jawa Timur diperintahkan untuk memimpin dan
menggerakkan pasukan untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun dan
sekitarnya.
 Pasukan Siliwangi digerakkan dari Jawa Tengah. Brigade mobil dan Gabungan Divisi
Jawa Timur digerakkan dari Jawa Timur. Pada tanggal 10 September 1948 keadaan
Madiun segera dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Muso tewas diponorogo,
Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi

Pemberontakan APRA di Jawa Barat


Pemberontakan APRA di Jawa Barat dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling dan
didalangi Sultan Hamid II. Dilakukan pada 23 Januari 1950 dengan Kota Bandung sebagai
sasarannya. Gerakan APRA didalangi oleh kelompok kolonialis Belanda yang ingin
mengamankan kepentingan ekonominya di Indonesia. Salah satu selubung/maksud gerakan
ini adalah kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil.

Tujuan APRA yang sebenarnya adalah


 Tetap berdirinya Negara Pasukan
 APRA sebagai tentara Negara Pasukan
 Mengganggu prosesi pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah
Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949

Aksi-aksi yang dilakukan APRA

 Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling dan pasukannya merebut tempat-tempat


penting di Bandung, membunuh anggota TNI, dan menduduki markas staf Divisi
Siliwangi.
 Menyerang kabinet RIS dan akan membunuh beberapa orang menteri. Namun dapat
digagalkan

Upaya-upaya penumpasan APRA antara lain :

 Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari 1950.


 Di Jakarta, diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi
Belanda. Hasilnya Mayor Engels mendesak Westerling dan pasukan APRA meninggalkan
kota Bandung.
 Melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, namun Westerling
berhasil melarikan diri.

Pemberontakan Andi Azis


Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Andi Azis, seorang Komandan Kompi APRIS bekas
KNIL. Dilakukan pada april 1950 di Makassar

Latar Belakang pemberontakan Andi Aziz :

 Penolakan pemerintah RIS atas tuntutan Andi Azis yang menginginkan agar APRIS dari
unsur KNIL di Ujung pandang saja yang bertanggung jawab atas keamanan NIT.
 Penolakan terhadap kehadiran TNI ke Sulawesi Selatan
 Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung
jawab bekas KNIL saja

Tujuan pemberontakann Andi Azis adalah

 Mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur


 menolak masuknya APRIS dari TNI ke Sulawesi Selatan, dengan membentuk "Pasukan
Bebas"

Aksi-aksi yang dilakukan antara lain :

 Pada tanggal 5 April 1950, pasukan Andi Azis menduduki obyek-obyek penting seperti
lapangan terbang dan kantor Telkom.
 Menawan pejabat panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur, Letkol
A.Y.Mokoginta.

Upaya penumpasan pemberontakan Andi Aziz :


 Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah memberi ultimatum agar dalam waktu 4 x 24
jam Andi Azis menyerah. Namun Andi Azis tidak segera melapor.
 Mengirim pasukan yang dipimpin Mayor Worang untuk menangkap Andi Azis.
 Pada tanggal 26 April 1950, mengirimkan pasukan di bawah Kolonel A.E. Kawilarang
untuk menumpas habis pemberontakan Andi Azis yang dilakukan oleh pasukan KL dan
KNIL

Pemberontakan Republik Maluku selatan


Pemberontakan ini dipimpin oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil, bekas Jaksa
Agung NIT. Pemberontakann dimulai pada 25 Desember 1950 ketiika RMS diproklamasikan
di Ambon, Maluku Selatan. Pemberontakan ini disebabkan karena ketidakpuasan dengan
terjadinya proses kembali ke NKRI. Tujuan yang ingin dicapai adaah memproklamasikan
Republik Maluku Selatan yang terpisah dari NIT dan RIS

Aksi-aksi yang dilakukan antara lain

 Pada tanggal 24 April 1950, Soumokil memproklamasikan berdirinya RMS.


 Meminta perhatian, dukungan, dan perlindungan dari negaranegara luar seperti
Belanda, Amerika Serikat, dan Komisi Perdamaian untuk Indonesia.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menumpas RMS

 Menggunakan jalan damai dengan mengirimkan utusan dr. Leimena, namun mengalami
kegagalan.
 Menggelar operasi dan ekspedisi militer yaitu Gerakan Operasi Militer yang dipimpin
Kolonel Alex Kawilarang.
 Dalam perebutan Benteng New Victoria, Letkol Slamet Riyadi gugur.
 Pada tanggal 2 Desember 1963, Dr. Soumokil berhasil ditangkap dan diadili

Gerakan yang didalangi oleh DI/TII


1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Pemberontakan ini diawali dengan diproklamasikannya "Negara Islam Indonesia" Pada


tanggal 7 Agustus 1949 oleh SM Karosuwiryo. Tentaranya disebut Tentara Islam
Indonesia. Masalah DI/TII muncul sebagai akibat persetujuan Renville di mana
dilakukan hijrah ke wilayah RI. Tetapi SM Kartosuwiryo menolak untuk hijrah. Ia
menganggap seluruh Jawa Barat sebagai daerah kekuasaannya. Usaha pemerintah
dalam menghadapi pemberontakan ini adalah dengan jalan melakukan operasi militer
dengan menggunakan taktik pagar betis untuk mempersempit ruang gerak para
pemberontak ini.

Akhirnya pada tahun 1962 gerakan DI/TII di Jawa Barat berhasil ditumpas oleh
pemerintah. Tokoh dan sebagai pemimpin dalam pemberontakan ini bernama SM
Kartowuwiryo, ia berhasil ditangkap di Gunung Geber di daerah Malaya oleh Pasukan
Siliwangi. Namun sebelumnya (pada tahun 1952, 1953 dan 1954), pemerintah telah
berhasil terlebih dahulu menumpas gerakan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan,
Aceh dan Jawa Tengah.

2. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Pada tahun 1952 di Sulawesi Selatan pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar
Muzakar mengawali

gerakannya. Mereka menyatakan bahwa Sulawesi Selatan merupakan bagian dari


Negara Islam Indonesia, di bawah pimpinan Kartosuwiryo.

Usaha pemerintah menumpas pemberontakan ini adalah dengan jalan melakukan


serangkaian operasi militer. Ruang gerak pemberontakan semakin dipersempit. Setelah
belasan tahun bersembunyi, akhirnya pada tanggal 3 Februari 1965 Kahar Muzakar
berhasil ditangkap (ditembak mati) oleh TNI.

3. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Pemberontakan DI/TII di Aceh terjadi tanggal 21 September 1953. Tokoh pimpinan


pemberontakan ini bernama Daud Beureuh. Tujuannya ingin bergabung dengan Negara
Islam Indonesia pimpinan SM Kartosuwiryo. Usaha pemerintah untuk menanggulangi
pemberontakan tersebu, adalah dengan jalan melaksanakan operasi militer dan
musyawarah. Pemberontakan ini berakhir setelah pada tanggal 27-28 Desember 1962
diadakan musyawarah kerukunan rakyat Aceh. Dengan hasil musyawarah banyak
pengikut gerombolan DI/TII Aceh yang kembali ke pangkuan RI.

4. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Gerakan DI/TII yang mendukung SM Kartosuwiryo di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir
Fatah. Geran ini sempat menjadi kuat karena mendapat dukungan dari batalyon 426
yang ikut bergabung bersama gerakan tersebut. Pada tahuin 1954 gerakan DI/TII di
Jawa Tengah dapat ditumpas oleh pemerintah melalui operasi militer.

Gerombolan Merapi Merbabu Complex (MMC)


Gerombolan yang menamakan dirinya Merapi Merbabu Complex ini bergerak di daerah Jawa
Tengah. Mereka yang menjadi anggota gerombolan terdiri dari orang-orang yang kecewa
dan para penjahat. Tujuan mereka ingin mengacau dan mengganggu kelancaran kegiatan
ekonomi.

Karena itu mereka seringkali melakukan perampokan/penggarongan dan tidak segan-segan


pula melakukan pembunuhan terhadap siapa saja. Tetapi berkat kesigapan TNI, akhirnya
gerombolan ini dapat ditumpas.

Pemberontakan PRRI
Pemberontakan ini disebabkan karena ketidakpuasan beberapa daerah di Sumatra dan
Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan dari pemerintah pusat. Ketidakpuasan
tersebut didukung oleh beberapa panglima militer. Mereka kemudian membentuk dewan-
dewan antara lain:

 Dewan Banteng, di Sumatera Barat dipimpin oleh Letkol. Ahmad Husein


 Dewan Gajah, di Medan dipimpin oleh Kolonel Simbolon
 Dewan Garuda, di Palembang dipimpin oleh Letkol. Barlian
 Dewan Manguni, di Manado dipimpin oleh Letkol. Vance Sumual

Tujuan yang ingin dicapai yaitu mendorong pemerintah supaya memperhatikan


pembangunan negeri secara menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah hanya fokus pada
pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa

Aksi yang dilakukan adalah dengan mendirikan Kabinet PRRI, yakni: Mr. Syarifudin
Prawiranegara yang menjabat sebagai Menteri Keuangan. Mr. Assaat Dt. Mudo yang
menjabat sebagai Menteri Dalam negeri. Dahlan Djambek sempat memegang jabatan itu
sebelum Mr. Assaat tiba di Padang. Mauludin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri. Prof.
Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo menjaba sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran.
Moh Syafei menjabat sebagai Menteri PKK dan Kesehatan. J.F Warouw menjabat sebagai
Menteri Pembangunan. Saladin Sarumpet menjabat sebagai Menteri Pertanian dan
Pemburuhan. Muchtar Lintang menjabat sebagai Menteri Agama. Saleh Lahade menjabat
sebagai Menteri Penerangan. Ayah Gani Usman Menjabat Sebagai Menteri Sosial. Dahlan
Djambek menjabat sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi.

Upaya Penumpasan yang dilakukan

 Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani untuk wilayah Sumatra Tengah. Selain
untuk menghancurkan kaum sparatis, operasi ini juga dimaksudkan untuk mencegah
agar gerakan tidak meluas, serta mencegah turut campurnya kekuatan asing.
 Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution. Tugasnya mengamankan Riau,
dengan pertimbangan mengamankan instalasi minyak asing di daerah tersebut dan
mencegah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya.
 Operasi Saptamarga untuk mengamankan daerah Sumatra Utara yang dipimpin Brigjen
Djatikusumo.
 Operasi Sadar dipimpin Letkol Dr. Ibnu Sutowo untuk mengamankan daerah Sumatra
Selatan.

Pemberontakan Permesta
Pemberontakan ini didorong ketidakpuasan masyarakat manado dengan keadaan
pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka
juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan
sejumlah persetujuan dekolonisasi.

Aksi yang dilakukan :

 Pada 17 Februari 1958 Kolonel D.J. Somba mengeluarkan pernyataan bahwa wilayah
Sulawesi Utara dan Tengah memutuskan hubungan dengan Pemerintah Pusat dan
mendukung PRRI
 Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar, Letkol Ventje Samuel memproklamirkan
berdirinya Piagam Perjuangan Semesta. Gerakan meliputi hampir seluruh wilayah
Indonesia Timur serta mendapat dukungan dari tokoh-tokoh Indonesia Timur. Ketika itu
keadaan Indonesia sangat bahaya dan hampir seluruh pemerintahan di daerah diambil
oleh militer.
 Selain itu mereka juga membekukan segala Aktivitas PKI (Partai Komunis Indonesia),
serta menangkap kader-kader PKI.
 Melakukan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat.
 Akhir Maret 1958, Permesta mendapatkan bantuan gerombolan Jan Timbuleng
(Pasukan Pembela Keadilan/PPK) juga turut bergabung gerombolan pemberontak
lainnya, kurang lebih 300 orang dari satu kelompok (Sambar Njawa) yang dipimpin
Daan Karamoy. Serta bekas istri Jan Timbuleng, Len Karamoy sebagai komandan
pasukan, menawarkan diri untuk melatih sebuah laskar wanita untuk Permesta (PWP).
serta mereka Pula melakukan rencana untuk menyerang Jakarta.

Upaya Penumpasan :

Dalam upaya mengatasi pemberontakan Permesta, dilaksanakan operasi gabungan.

 Operasi Insyaf yang terdiri atas kesatuan-kesatuan :


1) Kesatuan dibawah pimpinan Kapten Frans Karangan.
2) Kesatuan Politisi dibawah Inspektur Polisi Suaob.
3) Kesatuan Rimba dipimpin oleh Nani Wartabone.
 Operasi Merdeka dipimpin oleh Letkol Rukmito Hendraningrat, terdiri atas :
1) Operasi Saptamarga I dipimpin oleh Letkol Sumarsono.
2) Operasi Saptamarga II dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono.
3) Operasi Saptamarga III dipimpin oleh Letkol Magenda.
4) Operasi Saptamarga IV dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
5) Operasi Rama I dipimpin oleh Letkol Preiers.
6) Operasi Rama II dipimpin oleh Letkol KKO Huntala.

Pada tahun 1960 Pihak Permesta Menyatakan kesediaanya untuk berunding dengan
Pemerintah Pusat. Perundingan pun dilangsungkan Permesta diwakili oleh Panglima Besar
Angkatan Perang Permesta, Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang. serta Pemerintah Pusat
diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Nicolas Bondan. dari perundingan tersebut tercapai
sebuah kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk
bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa. Pada tahun 1961 Pemerintah Pusat
melalui Keppres 322/1961. memberi Amnesti dan Abolisi Bagi siapa saja yang terlibat PRRI
dan Permesta. tapi bukan untuk itu saja bagi anggota DI/TII baik, di Jawa Barat, Aceh,
Jawa Tengah, Kalimntan Selatan dan Sulawesi Selatan Juga berhak Menerimanya. Sesudah
keluar keputusan itu, be ramai-ramai banyak anggota Permesta yang keluar dari hutan-
hutan Untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. Seperti Kolonel D.J. Somba, Mayor Jenderal
A.E. Kawilarang, Kolonel Dolf Runturambi, Kolonel Petit Muharto Kartodirdjo, dan Kolonel
Ventje Sumual beserta pasukannya menjadi kelompok paling akhir yang keluar dari hutan
hutan. untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. dan pada tahun itu pula permesta
dinyatakan bubar.
Pemberontakan G30S/PKI
Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih cita-
citanya. PKI bercita-cita mengubah negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila dengan
negara yang berideologi komunis. D.N. Aidit sebagai pimpinan PKI mendukung konsep
demokrasi terpimpin yang berporoskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom). Untuk
mewujudkan Cita-cita PKI yaitu mengubah ideologi Indonesia, PKI melancarkan upaya
tersebut.

Aksi yang dilakukan

 Pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 01.30, Letkol Inf. Untung memberikan
perintah pelaksanakan gerakan. Sasaran gerakan adalah pada perwira tinggi Angkatan
Darat. Kesatuan-kesatuan bersenjata yang bertugas dibagi menjadi 3 pasukan, yaitu :
 Pasukan Pasopati dipimpin oleh Lettu Inf. Dul Arief dengan tugas menculik tujuh
perwira tinggi Angkatan Darat.
 Pasukan Bimasakti dipimpin oleh Kapten Suradi yang bertugas menguasai kota Jakarta.
 Pasukan Gatotkaca dipimpin oleh Mayor Udara Gatot Sukasno berfungsi sebagai
pasukan cadangan yang berkedudukan di Lubang Buaya.
 Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 03.00 dini hari, PKI menculik dan
membunuh perwira-perwira tinggi Angkatan Darat, mereka adalah :
1) Letjen Ahmad Yani (Menteri/panglima Angkatan Darat)
2) Mayjen S. Parman (Asisten I Men/pangad)
3) Mayjen R. Suprapto (Deputi II Men/pangad)
4) Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Men/pangad)
5) Brigjen DI. Panjaitan (Asisten IV Men/pangad)
6) Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal TNI-AD)
7) Letnan Satu Piere Andreas Tendean (Ajudan Menjo Hankam/Kepala Staf Angkatan
Bersenjata)
8) Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun (Pengawal rumah wakil PM II Dr. J. Leimena)
 Menguasai dua buah sarana komunikasi yaitu studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat
dengan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan.
 Menyiarkan pengumuman lewat RRI pada tanggal 1 Oktober 1965 tentang :
 Adanya Dewan Jenderal yang akan merebut kekuasaan.
 Dekrit tentang pembentukan Dewan Revolusi di pusat dan di daerah serta
pendomisioneran Kabinet Dwikora.
 Dua buah keputusan Dewan Revolusi, yaitu :
 Susunan Dewan Revolusi yang beranggotakan 45 orang dengan ketuanya Letkol Untung
Sutopo.
 Penghapusan pangkat jenderal. Pangkat tertinggi dalam TNI adalah Letnan Kolonel.
 Penculikan dan pembunuhan oleh G30S/PKI juga dilakukan di Yogyakarta. Korbannya
adalah Komandan Korem 072/Pamungkas, Kolonel Katamso Dharmokusumo dan Kepala
Stafnya Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto. Para korban ini dibawa ke desa
Kentungan, Yogyakarta.

Upaya Penumpasan
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jenderal
Soeharto yang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mengambil
alih komando Angkatan Darat karena Menteri Panglima Angkatan Darat (Letjend Ahmad
Yani) belum diketahui nasibnya. Panglima Kostrad memimpin operasi penumpasan terhadap
G 30 S/PKI dengan menghimpun pasukan lain, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri, dan
RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo. Studio RRI pusat, gedung besar telekomunikasi dapat direbut kembali.

Operasi diarahkan ke Halim Perdana Kusuma. Halim Perdana Kusuma dapat dikuasai
pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada tanggal 2 Oktober 1965.
Karena tidak ada dukungan dari masyarakat dan anggota angkatan bersenjata lainnya, para
pemimpin dan tokoh pendukung G 30 S/PKI termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit melarikan
diri. Atas petunjuk Sukitman (seorang polisi), diketahui bahwa perwira-perwira Angkatan
Darat yang diculik dan dibunuh telah dikuburkan/ditanam di Lubang Buaya. Pada tanggal 3
Oktober 1965, ditemukan tempat kuburan para jenderal itu. Pengambilan jenazah dilakukan
pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh RPKAD dan Marinir. Seluruh jenderal korban G 30 S/PKI
dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto untuk dibersihkan dan
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya bertepatan dengan hari
ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1965 para jenasah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata. Mereka diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Upaya Penumpasan G 30 S/PKI dari Aspek Militer

Untuk menumpas kekuatan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Setelah berhasil
menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Kaveleri, Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, Panglima Kostrad,
mulai memimpin operasi penumpasan.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan Telkom telah dapat
diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan darah. Pada hari yang sama, Mayjen
Soeharto mengumumkan beberapa hal penting berikut melalui RRI.

 Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer


 Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner
 Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada

Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali Bandara Halim
Perdana kusuma.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama Sukitman berhasil
ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan jenazah para perwira AD.

Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan mendapat
penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang dipimpin oleh
Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah memakan waktu yang
lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat dan sulit mengidentifikasi
antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30 S/PKI di beberapa daerah dilakukan
operasi-operasi militer berikut:

 Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RPKAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo.
 Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Kodam VIII/Brawijaya yang dipimpin Mayjen
M. Yasin dan Kolonel Witarmin.
 Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N. Aidit dapat ditembak mati di
Boyolali danLetkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.

Dengan adanya operasi-operasi di atas, para pemimpin/tokoh-tokoh PKI dapat ditangkap


sekaligus ditembak mati. Operasi penumpasan itu mengakibatkan kekuatan PKI dapat
dilumpuhkan. Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 September, pada tanggal 6 Oktober
1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora. Dalam sidang
tersebut Presiden Soekarno menyatakan sikapnya demikian:

“Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno menandaskan


bahwa mengutuk pembunuh-pembunuh buas yang dilakukan oleh petualang- petualang
kontra revolusi dari apa yang menamakan diri Gerakan 30 September. Tidak membenarkan
pembentukan apa yang dinamakan Dewan Revolusi. Hanya saya yang bisa mendemisioner
kabinet dan bukan orang lain.”

Anda mungkin juga menyukai