Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
( 6 A – KBG )
SWINGLY UMBOH ( 16 012 053 )
DEMPSEY LAHADE ( 16 012 083 )
AULIYAH KHUMAIROH ( 16 012 017 )
DIAH AMALIA KURNIA ( 16 012 056 )
RIZKY MEYLINDA ( 16 012 042)
SURYANTI TAMBOTO ( 16 012 019 )
MAGDALENA WOWOR ( 16 012 010 )
RAUSAN LAMBELU ( 16 012 059 )
2019
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Precast Concrete/Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara
mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan
kekuatan sebelum dipasang. Beton pracetak dibuat di dalam pabrik sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan atau disesuaikan dengan aplikasi kerja sehingga bisa menghemat biaya dan
efisien waktu. Setelah pembuatan beton tersebut selesai, beton selanjutnya akan diangkut ke
lokasi proyek pembangunan untuk dilakukan pemasangan.
Precast Concrete atau Beton pracetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut
tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain,
dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi
komponen beton pracetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian
struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat
terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya
akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga
tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang
repetitif, dalam jumlah besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Proses produksi :
a. Metode Pabrikasi
b. Pemilihan Metode Pabrikasi
c. Cetakan
2. Sistem Transportasi
a. Pemilihan Mode Transportasi
b. Metode Pengangkatan dan Pengangkutan
3. Metode Erection
a. Metode Ereksi
b. Peralatan yang dibutuhkan saat erection
BAB II
PEMBAHASAN
Produksi mutlak merupakan peran pabrikator. Sepanjang tidak terdapat halangan yang
berkaitan dengan logistik, masalah yang ada biasanya berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga
dengan menyerahkan pekerjaan tersebut pada pabrikator yang profesional maka hambatan teknis
itu akan dapat diredam.
Hal penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen yang akan lebih
dahulu dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang
direncanakan. Untuk mencapai kesesuaian pemilihan komponen yang harus diproduksi lebih
dahulu maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator.
Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan material dasar,
proses pengecoran, proses rawatan beton serta penyimpanan komponen beton pracetak.
Konsekuensi dari unit ini (pabrikator) adalah harus menyediakan lahan kerja yang cukup luas
karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang diproduksi memiliki
ukuran dan kuantitas yang besar.
Hakikat dari pabrikasi beton pracetak adalah:
- Kebutuhan akan tenaga kerja relatif lebih sedikit.
- Kecepatan proses produksi.
- Perbaikan kualitas produk.
Dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional, hal yang menonjol dalam produksi
beton pracetak adalah penggunaan mesin dalam pabrik untuk menghasilkan komponen beton
pracetak.
A. Metode Pabrikasi
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lingkungan pabrik guna menghasilkan
komponen beton pracetak adalah Stationary Production, Slip-form Production, dan Flow line
Production.
1. Stationary Production
Metode produksi di mana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan yang bersifat tetap
(tidak dapat bergerak) sampai pekerjaan selesai. Cetakan yang digunakan harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar.
Beberapa alternatif pemilihan rancangan cetakan adalah:
- Rancangan cetakan sedemikian rupa sehingga pada bagian samping dapat diputar ke bawah
sehingga terlepas dari beton.
- Rancangan cetakan dapat diangkat ke atas sehingga terlepas dari betonnya.
- Dengan merusak cetakan (pasangan bata), cara ini biasanya digunakan untuk memproduksi
beton pracetak berupa dinding dan plat lantai untuk keperluan rumah tinggal dengan berbagai
ukuran yang tidak sama sehingga penggunaan cetakan yang dapat digunakan berulang kali
menjadi tidak efisien.
Pengaplikasian metode ini pada pabrikasi komponen yang dimensinya cukup besar,
seperti pembuatan komponen plat lantai. Pabrikasi Hollow Core Slab (HCS) dengan sistem
stationary production.
2. Slip-form Production
Metode pabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak sepanjang casting bed.
Pelepasan cetakan tersebut dilakukan dengan menggetarkan beton yang telah dipadatkan.
Metode ini banyak dipakai untuk memproduksi beton pracetak berupa plat.
3. Flow-line Production
Metode pabrikasi untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak (massal), misalnya
komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat waktu produksi.
B. Pemilihan Metode Pabrikasi
Pemilihan metode pabrikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
- Jumlah komponen yang akan diproduksi.
- Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi.
- Bentuk dari komponen beton pracetak, linierlflat (slab-type component).
- Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional).
- Komposisi produk dan material yang akan digunakan (lightweight concrete component, multi
layer slab).
Jumlah komponen yang harus diproduksi mempunyai korelasi dengan kemampuan
mesin. Untuk rangkaian kegiatan yang memproduksi dalam jumlah yang kecil, ±200 uni/tahun,
metode yang tepat untuk digunakan adalah stationary production.
Jika produksi mencapai ±2000 unit/tahun dimungkinkan untuk menggunakan metode
slipforming production dan production.
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan kemampuan
dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi antara. cetakan, crane, fasilitas
transportasi dan ukuran dari komponen beton pracetak itu sendiri.
Kriteria dari ukuran ini adalah berapa besar biaya awal yang harus dikeluarkan untuk
pembuatan cetakan, berapa besar kapasitas mode transportasi yang tersedia dan berapa besar
kapasitas crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen yang lebih besar.
Komponen beton pracetak dengan dimensi ukuran yang besar memang dapat menekan
penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk
seperti ini membutuhkan biaya yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul
pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga keuntungan yang diperoleh
sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan? Umumnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk kepentingan pemasangan ± 10% dari total cost.
Bentuk komponen beton pracetak merupakan bagian penting dalam penentuan
mekanisme proses produksi. Komponen balok dan kolom lebih mudah diproduksi dengan
metode stationary production, sedangkan untuk memproduksi jenis slab adalah lebih cocok
dengan metode slip form in pro duction.
C. Cetakan (Moulding)
Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme proses produksi beton
pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cetakan menyerap porsi yang cukup besar
dari total biaya yang diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi yang akurat
guna menghasilkan komponen beton pracetak yang tepat.
Dimensi serta kualitas beton sangat tergantung dari cetakannya. Persyaratan yang harus
dipenuhi sebagai suatu cetakan beton pracetak adalah:
- Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat dihasilkan dimensi beton pracetak yang
akurat.
- Dapat digunakan berulang kali tanpa mengeluarkan biaya perawatan yang berarti.
- Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari
cetakan.
- Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah membersihkannya.
- Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen beton pracetak (fleksibel).
Material yang dapat digunakan untuk membuat cetakan beton pracetak dapat berupa besi,
kayu, atau plastik. Material dari besi merupakan bahan yang hampir memenuhi persyaratan di
atas namun dari segi biaya relatif mahal.
Cetakan dari besi cocok digunakan untuk memproduksi balok, kolom, plat, dan dinding.
Sedangkan cetakan kayu sesuai digunakan untuk memproduksi komponen beton pracetak dalam
jumlah yang kecil. Namun demikian terkadang penggunaan cetakan kayu tidak lebih murah
dibandingkan dengan penggunaan cetakan besi.
Daya lekat antara kayu dengan beton cukup besar sehingga diperlukan material lain
sebagai pelapis untuk menghambat daya lekat keduanya (biasanya digunakan plastik).
Keuntungan penggunaannya adalah mudah dikerjakan karena berat material yang ringan.
Cetakan dari plastik dibuat dari bahan fiber glass yang mudah dimodifikasi serta memiliki berat
material yang ringan.
Setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus memahami benar pentingnya erection dan
pengaruhnya terhadap faktor yang lain. Perancang menentukan dimensi dan berat dari komponen
beton pracetak pada awal proyek.
Berat komponen tidak lebih dari 11 ton, termasuk komponen arsitektur dan strukturnya.
Jika melebihi berat tersebut sebaiknya dibicarakan bersama dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaannya, misalnya pihak transporter dan erector.
A. Metode Erection
Proses penyatuan komponen beton pracetak menjadi satu kesatuan bangunan yang utuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kondisi lapangan.
Metode yang dapat digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu metode vertikal (vertical
method) dan metode horizontal (horizontal method).
1. Metode Vertikal
Erection dengan metode vertikal adalah kegiatan penyatuan komponen beton pracetak
yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan yang mempunyai kolom menerus dari
lantai dasar hingga lantai paling atas, yang dengan cara demikian maka sambungan-sambungan
pada lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara efisien.
Pada bangunan yang mempunyai ketinggian tertentu, selama proses erection harus
ditambah/ditopang oleh struktur sementara (bracing) yang berfungsi untuk menahan gaya-gaya
yang timbul selama erection. Pemasangan bracing ini pada umumnya tidak mengalami kesulitan.
Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya sehingga akan menambah
siklus waktu erection.
2. Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak dengan metode horizontal adalah proses erection
yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal bangunan). Metode ini digunakan untuk
struktur bangunan yang terdiri dari komponen kolom precast dengan sambungan pada tempat-
tempat tertentu.
Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat berfungsi sehingga tersedia waktu
yang cukup untuk pengerasan beton. Sambungan yang cocok untuk metode ini adalah in-situ
concrete joint.
B. Perlatan Yang Dibutuhkan Saat Erection
Pengadaan alat bantu yang dibutuhkan untuk pengaplikasian teknologi beton pracetak di
Indonesia selama ini tidak mengalami kesulitan yang berarti. Alat bantu yang digunakan untuk
pemasangan adalah tower crane atau mobile crane dengan kapasitas angkat sampai dengan 2
ton.
Tower crane dipilih karena kemampuan angkat dan jangkauannya, baik arah vertikal maupun
horizontal. Dengan pertimbangan kapasitas angkat tower crane, kemampuan produsen untuk
memproduksi komponen, kemampuan mode transportasi, kemampuan jalur kansportasi, maka
berat maksimal satu unit komponen beton pracetak adalah 2 ton.
Kapasitas angkat mobile crane yang dimiliki salah satu produsen di Indonesia sampai dengan
20 ton sehingga jika pihak proyek menghendaki komponen pelat dengan panjang tertentu dan
berat di atas 2 ton, maka hal tersebut masih mungkin dilaksanakan. Namun yang harus
diperhatikan adalah kemampuan dan kemudahan pengadaan mode transportasi dan jalur
transportasi menuju lokasi proyek.
Jadi, penentuan dimensi serta berat dari komponen beton pracetak didasarkan atas beberapa
hal yang semuanya harus dipenuhi.
Alat bantu yang digunakan dalam mentransportasikan komponen beton pracetak ke Flatbed
truck adalah forklift dengan kapasitas lebih dari 2 ton. Jenis peralatan minimum yang harus
tersedia dalam penerapan teknologi beton pracetak adalah forklift, tower crane/mobile crane.
Sedangkan alat pendukung lainnya adalah lifting tackel yang dipasang pada ujung angkat dari
tower crane/mobile crane. Fungsi alat ini adalah untuk mengangkat komponen beton pracetak
yang tujuan utamanya adalah untuk meratakan gaya angkat dari tower crane/mobile crane untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada komponen.
Peralatan yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen beton pracetak tergantung dari
tinggi bangunan yang akan dilaksanakan, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Bangunan tinggi dengan jumlah tingkat lebih dari 16 lantai peralatan yang dapat digunakan
adalah:
- Guy-derrick.
2. Bangunan menengah dengan jumlah tingkat lima sampai dengan enambelas lantai, peralatan
yang dapat digunakan adalah:
3. Bangunan rendah dengan jumlah tingkat maksimum 4 (empat) lantai, peralatan yang dapat
digunakan adalah:
PENUTUP
Kesimpulan
C. Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton pracetak yang telah diproduksi dan
layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan disebut dengan erection.
Kegiatan ini merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam pengaplikasian teknologi
beton pracetak.
Setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus memahami benar pentingnya erection dan
pengaruhnya terhadap faktor yang lain.
6. Penyempurnaan akhir
7. Penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.situstekniksipil.com/2018/12/peralatan-erection-balok-girder-jembatan.html
https://www.situstekniksipil.com/2018/12/sistem-transportasi-pengiriman-beton.html
https://www.situstekniksipil.com/2018/12/erection-beton-pracetak-metode-vertikal.html
https://www.situstekniksipil.com/2018/11/produksi-beton-pracetak-precast-concrete.html
http://taufikhurohman.blogspot.com/2012/12/metode-pelaksanaan-beton-pracetak.html
https://www.builder.id/metode-pabrikasi-beton-pracetak/