TINJAUAN PUSTAKA
A. Malaria
a. Pengertian Malaria
malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran yang penularannya
betina.
b. Epidemiologi
1) Faktor Host
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah dan
ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi
didaerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini
terjadi karena para pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008 dalam Natalia, 2010). Host
pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate (manusia) dan
agent biologis (Plasmodium), tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat
memengaruhi kerentanan host terhadap agent yaitu usia, jenis kelamin, ras,
riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan
tingkat immunisasi.
1. Usia, bagi anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria.
kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan
anemia berat, berat badan lahir rendah (BBLR), abortus, partus prematur
Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah Duffy (-) tidak
mempunyai reseptornya.
5. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di
luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria.
6. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat
malaria.
malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi
dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi
baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak
2) Tempat menggigit
a) Lamanya hidup
b) Jarak terbang
Lama hidup dan jarak terbang setiap spesies nyamuk juga berbeda, makin lama umur
nyamuk dan makin jauh jarak terbangnya makin luas mereka menyebarkan malaria. Masalah
resistensi nyamuk terhadap insektisida banyak menyita waktu untuk mencari cara
c. Daur Hidup
Secara teknis, sebagai Hospes definitif dari plasmodium spp adalah hewan
invertebrata yaitu nyamuk karena reproduksi seksual terjadi di sini. Sedangkan reproduksi
asexual terjadi pada hospes vertebrata termasuk orang, di sini disebut hospes intermedier.
Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametocyt terbentuk dalam darah vertebrata dan
fertilisasi terjadi di dalam lambung nyamuk, dan hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa
menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan
1 um.
Bila erytrocyt yang mengandung gemetocyt dihisap oleh nyamuk yang bukan
vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila
dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi gamet.
Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. hospes yang cocok
a). Demam
lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak
enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.
Umumnya keluhan seperti ini timbul pada malaria yang disebabkan oleh.
demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium. Berikut di paparkan
badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya
bergetar, denyut nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya biru
sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas sepperti terbakar,
frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala
(pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 41c. Stadium ini berlangsung
tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah
dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat
dan dapat melakukan pekerjaan seperti biassa padahal sebenarnya penyakit ini
jam.
c). Anemia
sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang
ditemukan adalah :
a. Demam
b. Spenomegali
c. Anemia
d. Ikterus
non alamiah
b). Secara non alamiah yaitu penularan yang bukan melalui gigitan
nyamuk Anopheles.
F. Plasmodium Vivax
benigna atau disebut malaria tertianan. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta
bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh
dari istilah Roma yaitu hari kejadian pada hari pertama, sedangkan 48 jam
kemudian adalah hari ketiga. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan
Periode Relaps.
B. Relaps
a. Pengertian relaps
Adalah adanya serangan ulang dari suatu penyakit setelah seraangan pertama
hilang atau sembuh. Istilah ini juga digunakan untuk penyakit malaria, namun sedikit
lebih spesifik. Relaps pada penyakit malaria dapat bersifat rekrudesensi ( relaps jangka
pendek). Yang gtimbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.
Demam timbul lagi dalam waktu delapan minggu setelah serangan pertama hilang.
Rekurens ( Relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit daur eksoetrosit dari hati
masuk dalam dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul dalam waktu 24
minggu atau lebih bahkan sampai jangka waktu 8 tahun stelah serangan pertama hilang.
a. Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah ,merozoit keluar dan masuk kedalam
relapse). Malaria falsifarum dan rekrudesensi dapat terjadi dalam kurun waktu
28 hari dari serangan awal dan ini mungkin menunjukkan adanya suatu
a) Tidak efektifnya respon imun dari penderita Suatu kenyataan bahwa terjadinya
penyakit akan menimbulkan respons imun dari hospes yaitu dengan adanya reaksi
radang, hal tersebut bergantung pada derajat infeksinya. Terjadinya relaps dan
malaria bersifat spesies spesifik, seseorang yang imun terhadap P.vivax akan terserang
penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh P.falciparum (http//www.malariasite.com,
22 November 2008).
b) Pengobatan yang tidak sempurna Obat-obat malaria yang bersifat skizontisid darah
efektif menekan proses skizogoni fase eritrosit dan mengurangi gejala klinis. Merasa
sudah sehat penderita tidak melakukan follow up dan berhenti minum obat sebelum
seluruh dosis obat habis. Kebiasaan lain adalah penderita berbagi obat dengan
penderita lain sehingga dosis yang diharapkan tidak tercapai. Ini mengakibatkan
relaps jangka pendek. Pada kasus p.vivax dan P.ovale dapat terjadi pengaktifan
c) Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang, Penyebab paling
sering terutama di daerah endemis adalah adanya reinfeksi atau infeksi ulang yang
d) Pola Perilaku yang tidak sehat. Dalam hal ini pola perilaku sehat sangat penting untuk
mencegah gigitan nyamuk anopheles sp. Sehingga kemungkinan relaps bisa di tekan.
C. Pola Perilaku
a. Pengertian
Kebiasaan hidup sangat berpengaruh karena kebiasaan hidup tidak bersih dan
oleh alasan sosial dan ekonomi, dapat mempengaruhi resiko malaria bagi individu dan
masyarakat. Sebagai contoh ketidak mampuan membeli rumah yang layak huni dan
membeli kelambuserta pengetahuan yang minim tentang malaria; wisatawan dari
daerah bukan endemik yang tidak menggunakan obat nyamuk atau repellant atau
air di saluran irigasi, lubang) pekerjaan pertanian seperti panen meningkatkan paparan
gigitan nyamuk pada malam hari. Memelihara hewan domestik dekat rumah tangga
dapat memberiakan sumber alternatif makanan darah untuk nyamuk anopheles dan
2. Memakai pakaian yang dapat menutupi badan, dari mata kaki hingga
pergelangan tangan
1. Pengendalian Fisik
jendela,pintu dzn lubang ventilasi rumah yang kedap nyamuk. Dengan adanya
insektisida yang aman, untuk mencapai tujuan itu kemudian digunakan berbagai
macam repellent atau penolak nyamuk yaitu bahan kimia yang jika diaplikasikan pada
kulit atau pakain dapat menolak nyamuk untuk hinggap dan menggigit orang yang
menggunakannya. Cara lain untuk mengurangi resiko relaps bisa juga dengan
protektif ini dapat dilaksanakan pada masa KLB atau direncanakan dan
penularan atau bahkan sepanjang tahun bergantung kepada pola penularan malaria
setempat.
2. Penegendalian Hayati
alami tidak ada ini jelas pengertiannya dalam PVm yaitu mengarah ke reinforcement
spesies ikan lokal yang pemakan jentik nyamuk daapat digunakan dalam progam
PVM.
D. Kerangka Konsep
obat nyamuk
menutupi badan
dari rumah
5. Membersihkan lingkungan
dll
bergantungan
7.
E. Hipotesis
Selatan
Tapanuli Selatan
4. Ada hubungan antara perilaku pergi pada malam hari terhadap kejadian relaps
Tapanuli Selatan