Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria

a. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia

dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok

mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Tipe plasmodium

tersebut berupa plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium

malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran yang penularannya

melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011)

Sedangkan menurut (Akhsin,2010 dalam Harahap,2012)

Malaria didefinisikan suatu penyakit infeksi dengan demam

berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium

(termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk anopheles

betina.

b. Epidemiologi

1) Faktor Host

Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah dan

ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan

penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan

masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi

didaerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini

terjadi karena para pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008 dalam Natalia, 2010). Host

pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate (manusia) dan

Host Definitif (nyamuk)

a. Host Intermediet (Manusia)

Host intermediate Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh

agent biologis (Plasmodium), tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat

memengaruhi kerentanan host terhadap agent yaitu usia, jenis kelamin, ras,

riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan

tingkat immunisasi.

1. Usia, bagi anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria.

2. Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap

kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan

menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya, seperti

anemia berat, berat badan lahir rendah (BBLR), abortus, partus prematur

dan kematian janin intrauterine.

3. Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai

kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya : orang Negro di Afrika

Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah Duffy (-) tidak

dapat terinfeksi oleh Plasmodium vivaxkarena golongan ini tidak

mempunyai reseptornya.

4. Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pernah terinfeksi malaria

sebelumnya biasanya akan terbentuk immunitas sehingga akan lebih tahan

terhadap infeksi malaria berikutnya.

5. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di

luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria.
6. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat

tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi

malaria.

7. Status gizi, keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap

malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi

baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral

dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi

baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak

yang bergizi buruk.

8. Immunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya

mempunyai immunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah

terhadap infeksi malaria

b. Nyamuk (host definitif)

Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles

betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat

menentukan dalam proses penularan malaria. Menurut (Cecep Dani Sucipto,

2014) Beberapa sifat dan perilaku sangat penting adalah :

1) Tempat hinggap atau istirahat

a) Eksofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di luar rumah.

b) Endofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di dalam rumah.

2) Tempat menggigit

a) Eksofagik: lebih suka menggigit di luar rumah.

b) Endofagik: lebih suka menggigit di dalam rumah.


3). Obyek yang digigit

a) Antrofofilik: lebih suka menggigit manusia.

b) Zoofilik: lebih suka menggigit binatang.

4). Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah :

a) Lamanya hidup

b) Jarak terbang

c) Resistensi terhadap Insektisida

Lama hidup dan jarak terbang setiap spesies nyamuk juga berbeda, makin lama umur

nyamuk dan makin jauh jarak terbangnya makin luas mereka menyebarkan malaria. Masalah

resistensi nyamuk terhadap insektisida banyak menyita waktu untuk mencari cara

pemberantasan nyamuk seefektif mungkin sambil tetap mencegah jangan sampai

menimbulkan kontaminasi lingkungan yang membahayakan. (Cecep Dani S, 2014:19).

c. Daur Hidup

Secara teknis, sebagai Hospes definitif dari plasmodium spp adalah hewan

invertebrata yaitu nyamuk karena reproduksi seksual terjadi di sini. Sedangkan reproduksi

asexual terjadi pada hospes vertebrata termasuk orang, di sini disebut hospes intermedier.

Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametocyt terbentuk dalam darah vertebrata dan

fertilisasi terjadi di dalam lambung nyamuk, dan hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa

vertebrata masih merupakan hospes definitif.

1). Fase Vertebrata

Bila nyamuk terinfeki plasmodium menghisap darah vertebrata, nyamuk

menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan

memanjang masuk kedalam aliran darah. pada dasarnya sporozoit bentuknya


mirip dengan Emeria atau parasit cocidia dengan panjang 10-15 um dan diameter

1 um.

2). Fase Invertebrata

Bila erytrocyt yang mengandung gemetocyt dihisap oleh nyamuk yang bukan

vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila

dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi gamet.

Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. hospes yang cocok

pada parasit plasmodium adalah nyamuk anopheles spp.

d. Gejala Klinis Malaria

a). Demam

Biasanya Sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh

lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak

enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

Umumnya keluhan seperti ini timbul pada malaria yang disebabkan oleh.

P.Vivax dan P.Ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh

p.falciparum dan p.malriae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Serangan

demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium. Berikut di paparkan

stadium demam yang khas pada malaria:

1). Stadium menggigil

Dimulai dengan perasaan menggigil. Penderita sering membungkus

badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya

bergetar, denyut nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya biru

serta kulitnya pucat

2). Stadium Puncak Demam


Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas

sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas sepperti terbakar,

frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala

semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun sampai timbul kejang

(pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 41c. Stadium ini berlangsung

selama 2 jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.

3). Stadium berkeringat

Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya hingga tempat

tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah

dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat

dan dapat melakukan pekerjaan seperti biassa padahal sebenarnya penyakit ini

masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4

jam.

b). Pembesaran Limpa

merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa

menjadi bengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah uyang

mengandung parassit malaria. Lama-Lama, konsistensi limpa menjadi keras

karena jaringat ikat pada limpa semakin bertambah.

c). Anemia

pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah

sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang

berlebihan oleh parasit malaria.


Sedangkan menutut pendapat ahli lainnya tanda dan gejala yang dapat

ditemukan adalah :

a. Demam

Demam periodic yang berkaitan saat pecahnya skizon matang (sporulasi)

pada malaria Tetenia (P.vivax dan P.Ovale)

b. Spenomegali

Merupakan gejala khas malaria kronik, limpa mengalami kongesti,

menghitam dan mengalami keras karena timbunan pigmen parasit dan

jaringan ikat yang bertambah

c. Anemia

Derajat Anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat

adalah anemia plasmodium falciparum

d. Ikterus

Disebabkan karena hemolisi dan gangguan hepar, malaria laten adalah

masa pasien diluar masa sererangan demam.

e. Cara Penularan Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara yaitu secara alamiah dan

non alamiah

a). Secara Alamiah di tularkan melalui gigitan nyamuk anopheles sp

yang mengzndung parasit malaria. Saat menggigit nyamuk

mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredakan darah tubuh manusia

sampai sel-sel hati manusia.

b). Secara non alamiah yaitu penularan yang bukan melalui gigitan

nyamuk Anopheles.
F. Plasmodium Vivax

Spesies Plasmodium ini menyebabkan penyakit “Malaria tertinia

benigna atau disebut malaria tertianan. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta

bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh

dari istilah Roma yaitu hari kejadian pada hari pertama, sedangkan 48 jam

kemudian adalah hari ketiga. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan

subtropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan P.vivax. Proses

schizogoby exoerytrocyt dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan

Periode Relaps.

B. Relaps

a. Pengertian relaps

Adalah adanya serangan ulang dari suatu penyakit setelah seraangan pertama

hilang atau sembuh. Istilah ini juga digunakan untuk penyakit malaria, namun sedikit

lebih spesifik. Relaps pada penyakit malaria dapat bersifat rekrudesensi ( relaps jangka

pendek). Yang gtimbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.

Demam timbul lagi dalam waktu delapan minggu setelah serangan pertama hilang.

Rekurens ( Relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit daur eksoetrosit dari hati

masuk dalam dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul dalam waktu 24

minggu atau lebih bahkan sampai jangka waktu 8 tahun stelah serangan pertama hilang.

b. Mekanisme Terjadinya Malaria Relaps

Mekanisme terjadinya relaps pada penyakit malaria sebagai berikut :

a. Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah ,merozoit keluar dan masuk kedalam

peredaran darah. sebagian besarr menyerang eritrosit yang berada di hati


(hipnosoit) tetapi beberapa di fagositosis. Pada P.vivax dan P.ovale,sebagian

sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu (beberapa bulan

hingga 8 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogomi

eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagai timbulnya relaps jangka.

b. Perkembangannya P.falciparum dan P.malariae tidak memiliki fase

eksoeritrosit sekunder. Parasit dapat tetap berada di dalam darah selama

berbulan-bulan atau bahkan sampai beberapa tahun dan menimbulkan gejala

berulang dari waktu ke waktu. Timbulnya relaps disebabkan oleh proliferasi

stadium eritrositik dan dikenal dengan istilah rekrudesensi (short term

relapse). Malaria falsifarum dan rekrudesensi dapat terjadi dalam kurun waktu

28 hari dari serangan awal dan ini mungkin menunjukkan adanya suatu

resistensi terhadap chloroquine. Rekrudesensi yang panjang kadang dijumpai

pada P.malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap

dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan (Harijanto, 2010).

c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Relaps

Timbulnya relaps atau serangan ulang pada penderita malaria berkaitan

dengan keadaan berikut:

a) Tidak efektifnya respon imun dari penderita Suatu kenyataan bahwa terjadinya

penyakit akan menimbulkan respons imun dari hospes yaitu dengan adanya reaksi

radang, hal tersebut bergantung pada derajat infeksinya. Terjadinya relaps dan

timbulnya penyakit erat hubungannya dengan rendahnya titer antibodi atau

peningkatan kemampuan parasit melawan antibodi tersebut. Respon imun terhadap

malaria bersifat spesies spesifik, seseorang yang imun terhadap P.vivax akan terserang
penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh P.falciparum (http//www.malariasite.com,

22 November 2008).

b) Pengobatan yang tidak sempurna Obat-obat malaria yang bersifat skizontisid darah

efektif menekan proses skizogoni fase eritrosit dan mengurangi gejala klinis. Merasa

sudah sehat penderita tidak melakukan follow up dan berhenti minum obat sebelum

seluruh dosis obat habis. Kebiasaan lain adalah penderita berbagi obat dengan

penderita lain sehingga dosis yang diharapkan tidak tercapai. Ini mengakibatkan

relaps jangka pendek. Pada kasus p.vivax dan P.ovale dapat terjadi pengaktifan

kembali dari hipnozoit di hati dan menyebabkan relaps jangka panjang

(http//www.malariasite.com, 22 November 2008).

c) Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang, Penyebab paling

sering terutama di daerah endemis adalah adanya reinfeksi atau infeksi ulang yang

terjadi segera setelah penderita menyelesaikan pengobatannya. Reinfeksi bisa terjadi

14 hari setelah pengobatan. Hal ini dimungkinkan bila lingkungan penderita

mendukung berkembangnya vektor malaria sehingga penderita selalu terpapar dengan

gigitan nyamuk yang infektif.

d) Pola Perilaku yang tidak sehat. Dalam hal ini pola perilaku sehat sangat penting untuk

mencegah gigitan nyamuk anopheles sp. Sehingga kemungkinan relaps bisa di tekan.

C. Pola Perilaku

a. Pengertian

Kebiasaan hidup sangat berpengaruh karena kebiasaan hidup tidak bersih dan

sehat mempermudah penularan penyakit malaria. Perilaku manusia, sering ditentukan

oleh alasan sosial dan ekonomi, dapat mempengaruhi resiko malaria bagi individu dan

masyarakat. Sebagai contoh ketidak mampuan membeli rumah yang layak huni dan
membeli kelambuserta pengetahuan yang minim tentang malaria; wisatawan dari

daerah bukan endemik yang tidak menggunakan obat nyamuk atau repellant atau

minum obat-obatan untuk mencegah malaria.

Kegiatan manusia dapat membuat situs perekembangbiakan larva (genangan

air di saluran irigasi, lubang) pekerjaan pertanian seperti panen meningkatkan paparan

gigitan nyamuk pada malam hari. Memelihara hewan domestik dekat rumah tangga

dapat memberiakan sumber alternatif makanan darah untuk nyamuk anopheles dan

demikian mengurangi paparan manusia.

b. Apa yang harus dilakukan untuk menghindari malaria

1. Menghindari gigitan nyamuk anopheles dengan mengguanakan kelambu, krim

oles anti nyamuk, dan mengaktifkan obat nyamuk.

2. Memakai pakaian yang dapat menutupi badan, dari mata kaki hingga

pergelangan tangan

3. Menjauhkan kandang ternak dari rumah

4. Menghindari berada diluar rumah pada malam hari

5. Membersihkan lingkungan seperti selokan, kebun, taman dll

6. Melipat kain-kain yang bergantungan

7. Menimbun lubang /kubangan /cekungan tanah yang dapat menampung air

c. Tindakan Pengendalin Menurut Cecep Deni Sucipto

1. Pengendalian Fisik

Cara paling konvensional adalah pemakaian kelambu tidur, kasa-kasa

jendela,pintu dzn lubang ventilasi rumah yang kedap nyamuk. Dengan adanya

insektisida yang aman, untuk mencapai tujuan itu kemudian digunakan berbagai

macam repellent atau penolak nyamuk yaitu bahan kimia yang jika diaplikasikan pada
kulit atau pakain dapat menolak nyamuk untuk hinggap dan menggigit orang yang

menggunakannya. Cara lain untuk mengurangi resiko relaps bisa juga dengan

mengurangi kontak nyamuk manusia adalah dengan menggunakan kelambu yang

diolesi insektisida, penggunaan insektisida rumah tangga, dan sebagainya. Tindakan

protektif ini dapat dilaksanakan pada masa KLB atau direncanakan dan

diselenggarakan setelah KLB mereda dalam jangka pendek menjelang musim

penularan atau bahkan sepanjang tahun bergantung kepada pola penularan malaria

setempat.

2. Penegendalian Hayati

Aksi musuh-musuh alami alami yang berupa parasit-parasit, pemangsa-

pemangsa dan patogen-patogen dalam mempertahankan kepadatan populasi suatu

organisme agar tetap dibawah nilai ambang ekonomisnya. Sewaktu musuh-musuh

alami tidak ada ini jelas pengertiannya dalam PVm yaitu mengarah ke reinforcement

faktor-faktor eksternal tersebut untuk menekan kepadatan populasi nyamuk. Berbagai

spesies ikan lokal yang pemakan jentik nyamuk daapat digunakan dalam progam

PVM.
D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel

Dependen Pola Perilaku

1. Penggunaan kelambu,Krim oles

anti nyamuk,dan penggunaan

obat nyamuk

2. Memakai pakaian yang

menutupi badan

3. Menjauhkan kandang ternak

dari rumah

4. Menghindari berada diluar


Relaps Malaria
rumah pada malam hari

5. Membersihkan lingkungan

seperti selokan, kebun, taman

dll

6. Melipat kain-kain yang

bergantungan

7.
E. Hipotesis

1. Ada hubungan Pemakaian Kelambu maupun obat nyamuk terhadap kejadian

relaps pada desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli

Selatan

2. Ada hubungan Penggunaan pakaian panjang terhadap kejadian relaps pada

desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

3. Ada hubungan tindakan menjauhkan kandang ternak dari rumah terhadap

kejadian relaps pada desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten

Tapanuli Selatan

4. Ada hubungan antara perilaku pergi pada malam hari terhadap kejadian relaps

pada desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

5. Ada hubungan perilaku membersihkan selokan dll terhadap kejadian relaps

pada desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

6. Ada hbungan antara perilaku melipat kain yang bergantungan terhadap

kejadian relaps pada desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten

Tapanuli Selatan

Anda mungkin juga menyukai