Makalah
Makalah
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak adalah investasi masa depan bangsa. Oleh sebab itu, tanggung jawab orang tua
optimal sesuai dengan harapan. Anak harus terus dibina, dibimbing, dan dilindungi agar
sehat dan sejahtera baik fisik, emosional, intelektual, social, dan seksualnya.
Tanggungjawab orang tua tidak hanya mencakup atau terbatasi pada kebutuhan materi
saja, tetapi sesungguhnya mencakup juga kepada seluruh aspek kehidupan anaknya,
metode pendidikan seksual yang tepat akan mengantarkan anak menjadi insan yang
mampu menjaga dirinya dari pernbuatan- perbuatan yang terlarang dan sadar akan
ancaman serta peringatan dari perbuatan amoral serta memiliki pegangan agama yang
jelas.
Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa tahun 2011 ada 2509 laporan kekerasan, di
terdapat 2637 laporan, 62% diantaranya adalah kekerasan seksual. Jumlah ini terus
meningkat. KPAI mencatat dari tahun 2012 hingga 2013 jumlah kekerasan seksual pada
anak meningkat hingga 100 persen. Jumlah ini tidak hanya pada korban namun juga
pelaku. Menurut sekretaris KPAI Rita Pranawati, modus kekerasan seksual pada anak
semakin beragam, KPAI menyebut pelecehan seksual yang diterima oleh anak-anak
sebagian besar karena kesalahan pola asuh. Permasalahan utama yang terjadi adalah
karena korban kekerasan seksual tidak mengadukan permasalahan utama keluarga korban
enggan melaporkan kepada pihak yang berwajib, bahwasanya pelaku kekerasan seksual
1
2
merupakan keluarga dekat korban (paman, pekerja, sepupu). Para pelaku kekerasan
seksual 68 persen dilakukan oleh orang yang dikenal anak, termasuk 34 persen dilakukan
oleh orangtua kandung sendiri (Nainggolan: 2008). Sementara itu usia korban rata-rata
berkisar antara 2–15 tahun bahkan diantaranya dilaporkan masih berusia 1 tahun 3 bulan.
KPAI menghimbau agar orang tua maupun lingkungan sekitar harus mulai waspada
dengan melakukan upaya preventif. Upaya prventif seharusnya dilakukan, tidak hanya
oleh pemerintah namun juga di lingkungan dimana anak tumbuh. Rumah dan Sekolah
rumah, orang tua menjadi benteng pertama perlindungan untuk mencegah kekerasan
seksual. Sekolah dimana anak menimba ilmu, juga sedapat mungkin dapat memberikan
perlindungan yang simultan. Upaya preventif untuk melindungi anak-anak dari kekerasan
seksual diantaranya dilakukan dengan memberikan pendidikan seks sejak dini. Anak
diharapkan mengetahui batasan tubuh yang boleh dan yang tidak boleh disentuh oleh
orang lain.
Salah satu tujuan pentingnya pendidikan seks pada anak usia dini adalah menjaga
kesehatan tubuhnya dari orang-orang yang berniat buruk pada anak. Wakil ketua KPAI
menghindar, mengadu kepada orang terdekat jika ada seseorang yang melakukan
pendidikan seksual juga menghindari tindakan yang seharusnya belum boleh anak
2
3
3. Bagaimana strategi orangtua dalam memberikan pendidikan seks untuk anak usia
dini?
1.3 Tujuan
2. Untuk memperoleh informasi mengenai pentingnya pendidikan seks untuk anak usia
dini.
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan Seks (Sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai
dari pertumbuhan jenis kelamin (laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin
sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada
diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui
pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education
Kita ketahui bahwa manusia itu diciptakan berjenis-jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan. Kalau kamu ditanya apa seks kamu, tentu kamu menjawab laki-laki dan
perempuan. Sedangkan ciri-ciri, sifat atau peranan dari masing-masing jenis kelamin
itulah yang disebut dengan seksualitas. Seksualitas juga bisa di artikan sebagai dorongan
atau kehidupan seks itu sendiri, yakni segala sesuatu alias totalitas dari kehidupan
seseorang laki-laki dan perempuan meliputi penampilan fisik, emosi, psikologi, juga
intelektual mereka. Seks dan Seksualitas itu sesuatu yang alami terjadi pada manusia
Pendidikan seks merupakan transfer pengetahuan dan nilai (knowledge and value)
tentang fisik genetik dan fungsinya khususnya yang terkait dengan jenis (sex) laki- laki
dan perempuan sebagai kelanjutan dari kecenderungan primitif makhluk hewan dan
4
5
manusia yang tertarik dan mencintai lain jenisnya. Pendidikan seks adalah upaya
kepada anak dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak islami serta
pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis, dan spiritual.
Diskusi mengenai seks dan topik yang berkaitan dengan seks seringkali dianggap tabu
karena kepercayaan umum bahwa mengajarkan anak mengenai seks adalah bertujuan
untuk mendorong aktivitas seksual (Asekun-Olarinmoye, Dairo, & Adeomi, 2011). Hal
tersebut menyebabkan banyak orangtua tidak mendukung pendidikan seks untuk anak
karena ketakutan bahwa anak akan melakukan hubungan seks dan adanya kepercayaan
bahwa pendidikan seks hanya ditujukan kepada orang dewasa. Faktor lainnya adalah
pengalaman orangtua ketika masa kecil juga tidak mendiskusikan masalah seks dengan
orangtua mereka, sehingga pendidikan seks untuk anak belum dilakukan orangtua secara
maksimal.
Pendidikan seks perlu dilakukan sejak usia dini dengan cara yang benar dan
sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak yang secara naluriah memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, lambat laun akan bertanya tentang bagian-bagian tubuhnya. Tidak
mungkin, seorang anak tidak ingin mengetahui tentang beberapa organ vital tersebut sejak
dini, padahal anak telah melalui proses-proses seksual tersebut secara alami sesuai dengan
tahapan dari Sigmund Freud. Anak usia dini berada pada tiga fase psikoseksual yaitu fase
oral, fase anal dan tahap phalik (William Crain, 2014: 389). Fase oral adalah fase di mana
bayi mulai menghisap untuk bertahan hidup dan menimbulkan kesenangan. Fase anal
berkisar antara 1,5 sampai 2 tahun, adalah fase di mana anus dan fases menjadi bagian
5
6
terpenting untuk menjadi perhatian. Fase uretral, sekitar usia 3-6 tahun, anak mulai dapat
Secara edukatif, anak dapat diberikan pendidikan seks sesuai dengan tahapan
perkembangan yang telah ia capai. Pendidikan seks dapat diberikan sejak anak mulai
bertanya tentang seks. Misalnya ketika bertanya tentang perbedaan alat kelaminnya
dengan alat kelamin milik adik. Secara garis besar, terdapat beberapa alasan dan tujuan
mengapa pendidikan seks penting diajarkan sejak usia dini. Penelitian yang dilakukan oleh
Kakavoulis (1998) menyatakan bahwa melalui pendidikan seks, anak akan memiliki
pengetahuan mengenai tubuhnya, kesadaran yang baik, dan hubungan interpersonal yang
tepat, mampu membedakan identitas diri dan peran seks, pengetahuan tentang fungsi
generatif, dapat melindungi diri dari kekerasan, meningkatkan stabilitas emosi dan
Pendidikan seks juga membantu anak untuk memahami struktur tubuh dari laki-laki
dan perempuan serta memperoleh pengetahuan mengenai kelahiran. Selain itu, pendidikan
seks mengajarkan anak untuk membangun dan menerima peran serta tanggungjawab dari
gender dirinya. Hal tersebut dikarenakan perbedaan dan persamaan antara dua gender jika
dilihat dari tubuh dan pemikiran akan mendorong perkembangan ke depannya ketika
berkenalan dengan teman dan hubungan interpersonal. Pendidikan seks merupakan sebuah
pendidikan holistik, di mana mengajarkan individu mengenai penerimaan diri, sikap, dan
keterampilan. Di sisi lain, mengacu pendapat Roqib (2008) bahwa tujuan diberikannya
(3) mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual; (4)
6
7
mendorong hubungan yang baik, dan (5) membantu anak mengetahui peran gender sesuai
2.3 Strategi Orangtua dalam Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
Keterlibatan aktif orangtua dalam pendidikan seks membuat anak menguasai lebih
banyak pengetahuan mengenai terminologi genital yang sesuai jika dibandingkan dengan
pendidikan seks yang diajarkan oleh guru (Kenny, Reena, Ryan, & Runyon, 2008). Anak
yang dilatih oleh orangtuanya juga akan menerima pengetahuan yang berulang-ulang
secara konsisten dalam lingkungan yang natural atau alamiah. Hal ini semakin
menegaskan bahwa orangtua merupakan orang dewasa pertama yang dijumpai dan
sebagai pendidik utama anak. Namun demikian, beberapa penelitian (Pop & Rusu, 2015)
mengindikasikan bahwa orangtua, meskipun secara naluri rela mengambil tugas dalam
mendidik anak mereka, banyak dari orangtua memerlukan dukungan yang mencakup
dukungan informasi, motivasi, dan strategi yang dapat membantu orangtua dalam
memberikan pendidikan seks pada anak. Oleh karena itu, di bawah ini, terdapat beberapa
yang perlu diterapkan dan diajarkan orangtua kepada anak yang bersifat praktis, di
1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak
dini. Jangan biasakan anak-anak, meskipun mereka masih kecil, dibiarkan untuk
bertelanjang di depan orang lain; misalnya, ketika keluar kamar mandi, berganti
7
8
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak
perbedaan mendasar. Anak dapat diajak mengenali perbedaan yang ada pada
tubuhnya secara fisik. Dengan demikian anak akan mengetahui identitas dirinya
dengan tepat.
3. Memisahkan tempat tidur anak dari tempat tidur orang dewasa. Masa usia dini
merupakan masa dimana anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mu- lai
melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi
juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan
upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Jika
pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orang tuanya, setidaknya
anak telah dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar melepaskan
perilaku lekatnya (attachment behavior) dengan orang tuanya. Jika pemisahan tempat
tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara
langsung anak akan memiliki kesadaran tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.
(ruangan) orang dewasa pada waktu tertentu (misalnya pada malam hari) kecuali
5. Mendorong anak agar menjaga kebersihan tubuhnya. Mengajari anak untuk menjaga
kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak
tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet
training). Segera setelah anak siap, pada usia 3-6 tahun, orang tua mulai melatih
anaknya tentang toilet training (William Crain, 2014:395). Toilet training sebaiknya
diajarkan ketika anak sudah dapat mengungkapkan dan memahami apa yang sedang
8
9
Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Roqib (2008) menyatakan bahwa
pendidikan seks untuk anak usia 0-5 tahun adalah dengan teknik atau strategi sebagai
berikut.
1. Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya. Apabila anak akan merasa
nyaman dengan tubuhnya, maka anak akan menyayangi dan merawat tubuhnya
2. Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sayang
memiliki tujuan yang baik, dan tidak ada maksud untuk melukai, dan sangat lazim dan
aman. Pada dasarnya, anak juga memerlukan perhatian, sentuhan yang pantas dari
sanak famili, guru, dan teman-teman. Mereka memerlukan ketenangan hati yang
3. Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan di depan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju kembali
di dalam kamar mandi atau di dalam kamar. Anak diberi tahu tentang hal-hal pribadi,
mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, dan dilihat oleh orang lain.
4. Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut dapat diawali dengan identifikasi bagian tubuh anak itu sendiri. Orangtua
dapat memulai dengan mengajarkan ke anak mengenai jari-jari tangan, jari-jari kaki,
lutut, dan hidung ketika anak berumur beberapa bulan (National Chatolic Services,
2004). Ketika anak sudah berumur mendekati 18 bulan, anak sebaiknya juga mulai
9
10
belajar mengenai nama-nama bagian tubuh privatnya dan perbedaan antara tubuh anak
melahirkan dalam kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu
sesuai tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti
“adik datang dari langit atau dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan
keingintahuan atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada
binatang.
6. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu
menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya
sendiri.
7. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh
dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah alat
8. Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau
9. Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada
Sebagaimana telah dibahas di awal, strategi pendidikan seks oleh orangtua kepada
kemampuan serta pemahaman anak sehingga bahasa dan penyampaian juga perlu
strategi yang dapat digunakan orangtua dalam memberikan pendidikan seks pada anak
usia dini antara lain: (a) membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan di depan umum, (b) mendorong anak mengetahui identitas diri
10
11
(laki-laki dan perempuan), (c) memisahkan tempat tidur anak dari tempat tidur orang
dewasa, (d) mengenalkan waktu berkunjung, (e) mendorong anak agar menjaga
kebersihan tubuhnya (toilet training), (f) memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak
agar mereka merasakan kasih sayang dari orangtuanya secara tulus serta mendorong anak
untuk dapat membedakan sentuhan boleh dan tidak boleh yang dilakukan oleh orang lain,
memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar, (i) mengajarkan anak
untuk mengetahui nama-nama yang benar, (j) membantu anak memahami konsep pribadi
dan mengajarkan kepada mereka kalau pembicaraan seks adalah pribadi, dan (k) memberi
dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orangtua untuk setiap
serta di waktu yang lain juga membuka kaos ibunya (ibu masih menyusui) untuk
diminta menyusui boneka. Reaksi orangtua adalah bersikap hati-hati akan tetapi tidak
perlu berlebihan. Perilaku anak merupakan ekspresi wajar rasa ingin tahu yang sehat.
anak akan perbedaan. Misalnya orangtua dapat mengatakan "iya”, anak laki-laki dan
perempuan memiliki tubuh yang berbeda, tetapi setiap orang adalah spesial. Anak
perempuan akan tumbuh menjadi wanita dewasa dan anak laki-laki akan tumbuh
2. Anak biasanya juga dapat menghisap ibu jari dan mastrubasi yang bertujuan untuk
menurunkan stressnya. Selain itu, anak usia dini juga menggosokkan alat genitalnya
11
12
mengalami adalah infant atau toddler, maka hanya sedikit yang perlu dilakukan
orangtua yaitu tetap fokus pada penghilangan sumber stress anak. Orangtua dapat
memastikan bahwa anak memiliki waktu istirahat yang cukup, lingkungan yang
nyaman, dan pengasuhan yang cukup. Apabila anak yang mengalami adalah usia
prasekolah, maka orangtua harus lebih proaktif dalam membantu anak mengganti
kebiasaan anak dengan perilaku sosial yang mudah diterima. Misalnya: “ apakah
kamu mau memeluk boneka ketika akan tidur untuk membantumu untuk tidak
menggosokkan pantatmu?” atau “kamu harus ke kamar mandi jika perlu untuk
menyentuh pantatmu”.
12
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks untuk anak usia dini adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan
dan pemahaman yang sehat tentang seks dari berbagai aspek, di mana selain
psikologis dan moral. Meskipun diskusi mengenai seks dan topik yang berkaitan dengan
seks seringkali dianggap tabu, akan tetapi pendidikan seks perlu dilakukan sejak usia dini
dengan cara yang benar dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Pendidikan seks
Strategi pendidikan seks oleh orangtua kepada anak usia dini sebaiknya dilakukan
sehingga bahasa dan penyampaian juga perlu dipertimbangkan. Strategi khusus jika anak
atau bercerita mengenai area, maka orangtua bersikap hati-hati akan tetapi tidak perlu
berlebihan karena perilaku anak merupakan ekspresi wajar rasa ingin tahu yang sehat.
Apabila anak juga menghisap ibu jari dan mastrubasi yang bertujuan untuk menurunkan
stressnya, maka hanya sedikit yang perlu dilakukan orangtua yaitu tetap fokus pada
3.2 Saran
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri Wahyuning.2017. Pendidikan Seks pada Anak Taman Kanak-kanak Melalui
Metode Permainan Ular Tangga “Aku Anak Berani”(Studi Deskripsi Komunikasi
Interpersonal Anak dalam Bermain Ular Tangga “Aku Anak Berani”. Vol 3.No.2
:Promedia
Jatmikowati, T. E., Angin, R., & Ernawati. (2015). A Model And Material of Sex Education
For Early- Aged- Children. Cakrawala Pendidikan, (3), 434–448.
Solihin.2016.Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini.Vol 1.No 1
Rezkisari, Indira. (2015). KPAI: Pentingnya Pendidikan Seksual Bagi Anak Sejak Usia Dini.
14