Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Keterampilan Menyimak..........................................................................................5

2.1.1 Tahap – Tahap menyimak.....................................................................................5

2.1.2 Jenis Jenis Menyimak..........................................................................................6

2.1.3 Tujuan Menyimak................................................................................................8

2.1.4 Proses Menyimak.................................................................................................9

2.1.5 Hal – hal yang perlu Disimak..........................................................................10

2.1.6 Permasalahan dalam Keterampilan Menyimak..................................................11

2.1.7 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Menyimak............................................11

2.2 Keterampilan Berbicara.........................................................................................12

2.2.1 Batasan dan tujuan Berbicara..........................................................................13

2.2.2 Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara..................................................14

2.2.3 Permasalahan dalam Keterampilan Berbicara...................................................15

2.2.4 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Berbicara..............................................15

2.3 Keterampilan Membaca.........................................................................................16

2.3.1 Tujuan Membaca................................................................................................17

2.3.2 Aspek Membaca.................................................................................................18

2.3.3 Membaca dalam Hati.........................................................................................19

2.3.4 Membaca Telaah Isi...........................................................................................21

2.3.5 Permasalahan dalam Keterampilan Membaca...................................................23

1
2.3.6 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Membaca.............................................24

2.4 Keterampilan Menulis.............................................................................................24

2.4.1 Menulis Sebagai Proses......................................................................................24

2.4.2 Permasalahan dalam Keterampilan Menulis......................................................28

2.4.3 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Menulis................................................28

2.5 Hubungan dari Keempat Keterampilan Berbahasa............................................29

BAB III PENUTUP..................................................................................................................31

Kesimpulan.........................................................................................................................31

Kritik dan Saran.................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Keterampilan
menyimak dan keterampilan membaca merupakan dua kemampuan berbahasa yang
bersifat aktif reseptif.
Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah
kita miliki meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda.
Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal setiap tujuan
komunikasinya dapat dengan mudah tercapai. Sedangkan bagi orang yang
memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah sehingga bukan
tujuannya yang tercapai tetapi malah terjadi kesalahpahaman.
Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan menyimak
atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan. Secara alami
bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan pemahaman
terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada
masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada umumnya, dalam
masyarakat, proses bahasa secara lisan jauh lebih banyak daripada bahasa tulisan.
Oleh karena itu, keterampilan menyimak dan membaca perlu mendapat perhatian
yang memadai.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak, apa saja permasalahan
dalam menyimak dan bagaimana solusinya?
2) Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara, apa saja permasalahan
dalam berbicara dan bagaimana solusinya?
3) Apa yang dimaksud dengan keterampilan membaca, apa saja permasalahan
dalam membaca dan bagaimana solusinya?
4) Apa yang dimaksud dengan keterampilan menulis, apa saja permasalahan dalam
menulis dan bagaimana solusinya?

3
1.1 Tujuan Penyusunan Makalah
2 Makalah yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas fakultas teknik untuk mata
kuliah bahasa Indonesia.
3 Makalah ini juga disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
pemahaman keterampilan berbahasa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Keterampilan Menyimak


Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat
reseftif. Dengan demikian di sini, menyimak adalah mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita
berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus :
 Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short term memory).
 Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa
target.
 Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi,
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
 Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
 Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)

3.1.1 Tahapan Menyimak


Sembilan tahapan menyimak menurut Ruth G. Strickland:
1) Menyimak secara sadar yang bersifat berkala.
2) Menyimak dengan selingan-selingan.
3) Setengah menyimak.
4) Menyimak pasif.
5) Menyimak sebentar-sebentar.
6) Meyimak asosiatif, mengingat pengalaman-pengalaman pribadi si
penyimak, tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh
si pembicara.
7) Menyimak dengan reaksi berkala.
8) Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh.

5
9) Menyimak aktif, menyimak untuk mendapatkan pikiran serta pendapat si
pembicara.

3.1.2 Jenis-jenis Menyimak


a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal
yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu
dibawah bimbingan seorang guru. Beberapa jenis menyimak ekstensif
meliputi:
1) Menyimak Sosial/Menyimak Konversional/Menimak Sopan
Biasanya berlangsung dalam situasi tempat orang mengobrol atau
bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang
yang hadir. Menyimak sosial mencakup dua hal:
a) Menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap
percakapan dalam situasi sosial dengan suatu maksud.
b) Menyimak dan memahai peranan peranan pembicara dan penyimak
dalam proses komunikasi.
2) Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak secara kebetulan
(casual listening) dan secara ekstentif (extensive listening). Contohnya
saat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, seperti melukis sambil
mendengarkan musik.
3) Menyimak Estetik (Aestetic Listening)
Menyimak estetik adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk ke dalam
menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif. Menyimak
estetik mencakup:
a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan
rekaman–rekaman.
b) Menikmati cerita , puisi, irama dan lakon-lakon yang diceritakan.
4) Menyiamak Pasif (Passive Listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar
yang biasanya menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan kurang
teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta
menguasai suatu bahasa. Berikut adalah teknik-teknik menyimak pasif,
yaitu:
a) Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak.
b) Tenang dan santai.
c) Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
d) Berilah waktu yang cukup bagi otak dan telinga.

6
e) Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara kita
mengerjakan sesuatu yang lain.

b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi dan dikontrol.
Jenis-jenis menyimak intensif:
1) Menyimak Kritis (Critical Listening)
Menyimak kritis merupakan sejenis kegiatan menyimak berupa
pencarian kesalahan, kekeliruan atau hal-hal yang baik dan benar dari
ujaran pembicara dengan alasan-alasan yang kuat dan masuk akal.
2) Menyimak Konsentratif (Conentrative Listening)
Menyimak konsentratif disebut juga a study type listening atau
menyimak sejenis telaah.
3) Menyimak Kreatif (Creative Listening)
Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan menyimak yang
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak
terhadap bunyi, penglihatan, gerak, serta perasaan-perasaan kinetetik
yang dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.
4) Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif bersifat menyelidiki, atau exploratory listening
adalah kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan
menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
5) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian
dan pemilihan butir-butir dari ujaran pembicara, karena penyimak akan
banyak mengajukan pertanyaan.
6) Menyimak Selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara
selektif dan terfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan
suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat,
dan bentuk-bentuk bahsa yang sedang dipelajarinya.

3.1.3 Tujuan Menyimak


1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia
dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.

7
2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan
penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan
atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).

3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si


penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek,
tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).

4) Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud


agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu,
dialog, diskusi panel, dan perdebatan).

5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak


dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat.

6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan


maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada
seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan
ujaran pembicara asli (native speaker).

7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis,


sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan
berharga.

8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya


terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si
penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

8
3.1.4 Proses Menyimak

1) Tahap Mendengar (hearing)


Tahap mendengar yaitu tahap dimana kita baru mendengar segala
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara atas apa yang pembicara
bicarakan. Ini merupakan tahap paling awal dari proses menyimak. Pada
tahapan ini disebut hearing.

2) Tahap Memahami (understanding)


Tahap memahami yaitu tahap bagi kita untuk mengerti atau memahami
dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Pada
tahap ini kita memasuki tahap understanding.

3) Tahap Menginterpretasi (interpreting)


Tahap menginterpretasi yaitu tahap ketika kita ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat
dalam ujaran itu. Dalam hal ini berarti kita sudah memasuki tahap
interpreting.

4) Tahap Mengevaluasi (evaluating)


Tahap mengevaluasi yaitu tahap dimana kita mulai menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan
dan kelemahan serta kebaikan dan keunggulan pembicara. Pada tahap ini
disebut evaluating.

5) Tahap Menanggapi (responding)


Tahap menanggapi yaitu tahap yang terakhir dalam proses menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraanya. Pada tahap ini berarti kita sudah melalui tahap terakhir
yang disebut tahap menanggapi (responding).

9
3.1.5 Hal–hal yang perlu Disimak
Khusus mengenai bahasa, lebih-lebih bahasa asing, para pelajar
haruslah menyimak serta mengenal dan memahami hal-hal berikut ini (karena
sama mengandung makna):
1) Bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingsif bahasa yang
bersangkutan, dan pada akhirnya variasi-variasi fonem yang bersifat
personal atai dialek seprti dipakai atau diucapkan oleh beberapa
pembicara asli, penduduk pribumi;
2) Urutan-urutan bunyi beserta pengelompokan-pengelompokannya,
panjangnya jeda, pola-pola intonasi;
3) Kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan
posisinya di depan kata-kata lain, (misalnya a boy, an animal, the/di/apple
dalam bahasa inggris);
4) Infeksi-infeksi untuk menunjukkan jamak, waktu, milik, dan sebagainya;
5) Perubahan-perubahan bunyi dan pertukaran-pertukaran fungsi yang
ditimbulkan oleh derivasi, misalnya adil, keadilan, pengadilan, mengadili,
dan diadili dalam bahasa Indonesia;
6) Pengelompokan-pengelompokan struktural, misalnya yang berhubungan
denga frasa-frasa verbal, preposisional;
7) Petunjuk-petunjuk urutan kata yang menyangkut fungsi dan makna;
8) Makna kata-kata yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan,
misalnya kaki meja, kaki gunung, kaki tangan musuh, tingginya seribu
kaki, dan sop kaki;
9) Kata-kata salam, kata-kata sapaan, kata-kata pendahuluan, dan kata-kata
keraguan yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan;
10) Makna budaya (cultural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam
suatu pesan atau ujaran.

3.1.6 Permasalahan dalam Keterampilan Menyimak


 Konsentrasi
 Pendengaran
 Pemahaman
 Cepat Lupa/Daya Ingat
 Motivasi
 Situasi dan Kondisi
 Bahasa/Kosakata
10
3.1.7 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Menyimak
 Kita harus senantiasa menjaga pikiran agar selalu fokus dan berpusat pada
objek pembicaraan.
 Kita harus selalu berkonsentrasi supaya apa yang disampaikan dapat kita
terima dengan baik, apabila terdapat masalah dalam pendengaran sebaiknya
diperiksakan ke dokter, dan dalam menyampaikan bahan simakan
sebaiknya memakai alat bantu seperti microfon, auto focus, dan lain-lain.
 Pembicara menggunakan kata-kata yang baku, materi yang disampaikan
harus memiliki susunan kalimat yang baik, dan sebagai penyimak haris
berlatih untuk meningkatkan kemampuan otak dalam konsentrasi dan
mengolah isi kalimat yang disampaikan.
 Menguatkan tekad dan niat untuk mendapatkan ilmu dari simakan tersebut,
melawan rasa malas itu dengan cara mengingat akan manfaat dari isi
simakan tersebut, dan memiliki rasa keingintahuan dalam simakan tersebut.
 Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan yang ada,
memperbanyak membaca karena dari sana kosakata kita akan bertambah,
mencari tahu arti dari kata yang belum kita tahu, serta konsentrasi agar kita
dapat memahami materi yang sedang kita simak.

3.2 Keterampilan Berbicara


Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara
interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal
lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada
pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum
secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar
dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat
dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

11
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara,
dimana permbicara harus dapat:
 Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya.
 Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
 Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
 Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar.
 Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

Delapan prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:


1) Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
3) Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya dengan segera.
6) Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan
suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).
8) Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata
dan apa yang diterima sebagai dalil.

Hakekat pembicara, yaitu :


 Sang pembicara adalah kemauan maksud, makna pikirannnya dimiliki oleh
orang lain
 Sang pembicara adalah pemakai bahasa, yang membentuk pikiran dan perasaan
kata-kata

 Sang pembicara adalah sesuati yang ingin disimak, didengar dan


menyampaikan maksud kepada orang lain melalui suara

12
 Sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, diperhatikan dan dibaca
melalui mata.

3.2.1 Batasan dan Tujuan Berbicara


a) Batasan Berbicara

Ujaran (speech) merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan


personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara,
kontak-kontak sosial dan pendidikannnya. (Tarigan, 2008 : 15).
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan , menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. (Tarigan, 2008 : 16).
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami
atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada
saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya dan apakah dia waspada
serta antusias atau tidak. (Mulgrave, 1954: 3-4)

b) Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi,
menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara haruslah memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dan harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Sebagai alat sosial ataupun sebagai alat perusahaan maupun
profesional, maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud
umum, yaitu:
1) memberitahukan dan melaporkan (to inform)
2) menjamu dan menghibur (to entertain)
3) membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade)

3.2.2 Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara


Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau
pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode
13
penyajian. Sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari
empat metode yang mungkin dipilih, yaitu:
Penyampaian Mendadak. Seseorang yang tidak terdaftar untuk
berbicara mungkin saja dipersilakan berbicara dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu
untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara/berpidato secara
mendadak.
Penyampaian tanpa persiapan. Sang pembicara yang ingin
memanfaatkan keuntungan-keuntungan penyesuaian maksimum pada
kesempatan dan penyimak secara langsung, dapat mengizinkan. Akan
tetapi, hendaklah dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide-
idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap dari
ide-idenya, tetapi hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia
berbicara.
Penyampaian dari naskah. Penyajian dari naskah biasanya
dilaksanakan pada saat-saat yang amat penting dan kerapkali digunakan
untuk siaran-siaran radio atau televisi. Sang pembicara haruslah mampu
memahami makna yang dibacakan itu dan memelihara serta
mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar.
Penyampaian dari ingatan. Keberhasilan berbicara yang
penyampaiannya dari ingatan menuntut sang pembicara menguasai bahan
pembicaraannya selengkap mungkin sehingga, dia tidak menghadapi
masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian pada
komunikasi langsung dari pikiran dan perasannya. Akan tetapi, ingatannya
pun harus juga mengizinkan spontatitas yang serupa pada penyajian tanpa
persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi
kalau memang keadaannya menghendakinya

3.2.3 Permasalahan dalam Keterampilan Berbicara


 Kepercayaan diri
 Pengetahuan
 Penyampaian
 Topik/materi
 Penguasaan materi
14
 Situasi dan kondisi
 Penampilan
 Diksi/pengetahuan bahasa (verbal)

3.2.4 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Berbicara


 Hendaknya sebelum berbicara kita berdoa terlebih dahulu, selalu
berpikir positif dan tenang, yakin dan fokus pada apa yang tengah kita
sampaikan
 Rajin membaca, jadikan membaca sebagai kebutuhan untuk menambah
ilmu pengetahuan
 Kita harus melakukan persiapan yang maksimal dalam menyampaikan
materi yaitu dengan membaca dan menguasai materi, berkatih
berbicara/menyampaikannya dengan bahasa lisan yang baik dan melatih
keterampilan dalam berbicara.
 Kita harus pintar dan kreatif mencari topik yang sedang hangat
dibicrakan di umum, dan bertanya kepada yang ahli untuk menambah
informasi.
 Proses berbicara harus disesuaikan dengan kebutuhan, serta
menyesuaikan pembicaraan dengan keadaan yang sedang berlansung
saat itu dan perhatikan psikologi pendengaran.
 Penampilan harus disesuaikan dengan keadaan acara, untuk menarik
perhatian pendengar, kita harus berani berbicara di depan umum, serta
kondisi tubuh harus fit.
 Pengucapan dalam jeda kata-kata disesuaikan oleh kemampuan
pendengar, bahasa yang baik dan benar terlihat dengan meyakinkan si
pendengar, apabila ada singkatan kata maka disebutkan arti
singkatannya.

3.3 Keterampilan Membaca


Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca adalah
kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang-lambang tulis dengan
pengertian yang tepat untuk mendapatkan informasi.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus
dimiliki oleh pembicara adalah:

15
 Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
 Mengenal kosakata.
 Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan gagasan
utama.
 Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis.
 Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

3.3.1 Tujuan Membaca


1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details or facts). Misalnya untuk mengetahui penemuan-
penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apaapa yang telah
dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau
untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
Misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang
dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang
dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequence or organization). Seperti menemukan atau
mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi
mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat
untuk memecahkan suatu masalah, adegan dan kejadian buat
dramatisasi.
4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference). Seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang
membuat mereka berhasil atau gagal.
5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan
(reading to classify). Misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-
apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang
lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
6) Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).Seperti untuk
menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-
16
ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja
dalam cerita itu.
7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to
compare or contrast). Kegiatan membaca ini dilakukan untuk
menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita
mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Nurhadi (1987) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai
berikut. (1) Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku. (2)
Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat. (3) Mendapatkan
informasi tentang sesuatu. (4) Mengenali makna katakata. (5) Ingin
mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar. (6)
Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra. (7) Ingin mengetahui
peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. (8) Ingin mencari merk
barang yang cocok untuk dibeli. (9) Ingin menilai kebenaran gagasan
pengarang. (10) Ingin memperoleh informasi tentang lowongan
pekerjaan. (11) Ingin mendapatkan keteranga tentang pendapat seseorang
(ahli) tentang definisi suatu. Selain itu, Nurhadi (1989:11) menyebutkaan
bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan
informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang
khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis
seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu
luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1)
mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3)
memperoleh kesenangan.

3.3.2 Aspek Membaca


Membaca merupakan suatu ketrampilan yang kompleks yang melibatkan
serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar terdapat
dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini
mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf, (b) pengenalan unsur-unsur
linguistic (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan lain-lain),
17
(c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”, (d)
kecepatan membaca bertaraf lambat.

b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat


dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini
mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal), (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan
pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi
atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang
mudah disesuaikan dengan keadaan (Broughton [et al] dalam H.G.
Tarigan, 1986:12).

3.3.3 Membaca dalam Hati


2.1.1.1 Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya
meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :

1) Membaca Survai (Survey Reading)


Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui
secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih
mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam
membaca ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai
berikut :
a) Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan
melihat abstrak(jika ada),
b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,
c) memeriksa indeks dan apendiks (jika ada).

2) Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan
membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam
melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan
18
tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
 Metode kosakata: metode yang berusaha untuk menambah
kosakata.
 Metode motivasi: metode yang berusaha memotivasi pembaca
(pemula) yang mengalami hambatan.
 Metode gerak mata: metode yang mengembangkan kecepatan
membaca dengan meningkatkan kecepatan gerak mata.

Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :


 Vokalisai atau berguman ketika membaca,
 membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,
 kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,
 subvokalisasi: suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran
kita
 jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca,
 gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.

1) Membaca Dangkal (Superficial Reading)


Membaca dangkal pada hakikatnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang
tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini
biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan,
membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan,
kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

3.3.3.1 Membaca intensif


adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci
yang dilakukan pembaca terhadap suatu bacaan yang pendek kira-kira
dua sampai empat halaman.Yang termasuk dalam kelompok membaca
intensif

3.3.4 Membaca Telaah Isi


a) Membaca Teliti
Membaca teliti menuntut suatu pemutaran atau pembalikan
19
pendidikan yang menyeluruh. Keterampilan yang dibutuhkan antara lain:
a) Survei yang cepat untuk mempertahankan/melihat organisasi dan
pendekatan umum
b) Membaca seksama dan mengulangnya untuk menemukan penjelasan
penting
c) Penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau
artikel
Macam-macam penerapan membaca teliti:

1) Membaca paragraf dengan pengertian


Kita harus melatih diri kita mengenal pikiran pokok suatu
paragraf dan melihat bagaimana mengembangkannya. Cara untuk
mengembangkan pikiran pokok suatu paragraf antara lain:
a) Dengan mengemukakan alasan
b) Dengan mengutarakan perincian
c) Dengan memberikan contoh
d) Dengan membandingkan atau mempertentangkan dua hal

2) Membaca pilihan yang lebih panjang


Kita harus bisa memahami paragraf satu dengan yang
sebelumnya dan sesudahnya, memaknai hubungannya, tapi juga
membedakan.

3) Membuat catatan
Manfaat membuat catatan adalah:
a) Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau dengar
b) Membuat kita terus mencari fakta dan ide yang penting
c) Membantu ingatan kita
Metode yang digunakan untuk mencatat antara lain:
a) Mengenai bacaan
- Membaca kilas kutipan
- Tentukan apa yang akan dicatat
- Buat catatan dengan kata sendiri
- Buat jembatan keledai
- Pakailah tanda kutip paa kutipan dari suatu bahan, dan sertakan
20
sumbernya
- Buat dengan jelas dan tepat
b) Menandai buku

4) Menelaah tugas
Langkah atau tahap dalam menelah tugas adalah:
a) Survei (penelitian pendahuluan)
Kita harus memperhatikan setiap bagian yang ada, baik tulisan,
gambar, peta, grafik, dan lainnya.
b) Question (tanya)
Munculkan pertanyaan tentang hal yang belum kita pahami.
c) Read (baca)
Bacalah dengan teliti dan seksama.
d) Recite (menceritakan kembali)
Setelah melakukan tahap sebelumnya, dan mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang muncul, cobalah ceritakan orang lain dan jawab
pertanyaan dari mereka.
e) Review (meninjau)
Periksa ulang dengan sekilas.

4 Membaca pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis
kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami:
 Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literatery standards)
 Resensi kritis (critical review)
 Drama tulis (printed drama)
 Pola-pola fiksi (pattern of fiction)

5 Membaca Ide
Membaca ide adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk
menemukan ide atau gagasan utama yang hendak disampaikan penulis.
Kegiatan ini dilakukan dengan proses resepsi dan pemahaman yang
mendalam

21
6 Membaca Kritis
Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis
kemudian untuk kemudian menilai informasi yang terdapat dalam bacaan
tersebut.Dalam membaca kritis kita harus berfikir tentang kebenaran
informasi yang dibahas karena tidak semua yang ditulis itu benar. Dalam
membaca kritis kita harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan cepat,
akurat, dan kritis.
langkah langkah yang ditempuh dalam membaca kritis :
1) Mengerti isi bacaan
2) Menguji sumber penulisan
3) Ada interaksi antara penulis dan pembaca
4) Memutuskan untuk menerima atau menolak ide penulis

Ingatan sangat penting dalam membaca kritis.


Catatan mempunyai peranan yang penting dalam membaca kritis.
Ada 3 jenis catatan, yaitu:
a) Catatan berupa koleksi fakta atau informasi atau detail penting
b) Catatan berupa kalimat, paragraf, dan kata kunci.
c) Catatan berupa ringkasan.

6.1.1 Permasalahan dalam Keterampilan Membaca


 Pemahaman
 Penguasaan kosakata
 Konsentrasi
 Motivasi
 Inti bacaan
 Rendahnya kecepatan membaca
 Gerak bibir/vokalisasi
 Keadaan ketika membaca

6.1.2 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Membaca


 Menanyakan hal-hal yang belum difahami kepada orang yang sudah
faham,dan menghayati maksud dari bacaan tersebut
 Memperluas dan memperbanyak pengetahuan kosakata yaitu dengan cara
sering membaca dan mencari kosakata dalam kamus besar bahasa Indonesia,
mencari sinonim dari kata-kata tersebut, memperbanyak membaca bacaan,
dan banyak berkomunikasi dengan orang-orang
22
 Kita memfokuskan fikiran kita terhadap bahan bacaan, cari tempat yang
mendukung kenyamanan saat membaca, pikirkan manfaat membaca untuk
masa depan dan tingkatkan minat kita dalam membaca.
 Kita mencari buku yang menarik, paksakan dalam hati bahwa membaca itu
merupakan suatu kebutuhan, dan ingatlah manfaat dari membaca untuk
kemudian hari.

6.2 Keterampilan Menulis


Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara
jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan
menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis
adalah :
 Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
 Memilih kata yang tepat.
 Menggunakan bentuk kata dengan benar.
 Mengurutkan kata-kata dengan benar.
 Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

6.2.1 Menulis Sebagai Proses


Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi
da melibatkan beberapa fase, yaitu fase pra penulisan (persiapan), penulisan
(pengembangan isi), dan pasca penulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan).

1) Tahap Pra Penulisan


Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya
pemanasan atau warming up bagi orang yang berolahraga. Fase ini
merupakan fase untuk mencari, menemukan dan mengingat kembali
pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis.
Tujuannya untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-
kemungkinan lai dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat

23
disajikan dengan baik.
Pada fase pra penulisan terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan
tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi pendukung, serta
mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka tulisan.

a) Menentukan Topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai
seluruh tulisan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk
menentukan topik, misalnya: ”Saya mau menulis apa? Apa yang akan
saya tulis? Tulisan saya akan berbicara tentang apa?”. Nah, jawaban
atas pertanyaan tersebut berisi topik tulisan.

Topik harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal yang
lebih umum. Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih
khusus. Jadi akan lebih pas bila topik tulisan disejajarkan dengan sub
tema.
Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan
adalah:
1) Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik
menarik. Untuk itu pilihlah yang paling dikuasai.
2) Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu banyaklah membaca buku
atau majalah/koran, berdiskusi dengan orang lain, melakukan
pengamatan pada persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan
sekitar.
3) Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas.

b) Menetapkan Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan
dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dan sasaran penulisan akan
mempengaruhi corak dan bentuk tulisan, gaya penyampaian dan
tingkat kerincian isi tulisan.
Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus

24
memperhatikan siapa yang akan membaca tulisan kita, bagaimana
level pendidikannya, status sosialnya dan apa yang diperlukannya?.

c) Mengumpulkan Bahan dan Informasi Pendukung


Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau
informasi yag benar-benar siap dan lengkap. Untuk itulah sebabnya,
sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih
informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam dan
memperkaya tulisan kita.
Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai, maka tulisan
kita akan dangkal dan kurang bermaka. Karena itulah, penelusuran dan
pengumpulan informasi sebagai bahan tulisan sangat diperlukan .
Mengumpulkan bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
1) Wawancara
2) Studi kepustakaan
3) Observasi
4) Diskusi kelompok

d) Mengorganisasikan Ide atau Gagasan


Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan
yang kita buat menjadi saling bertaut, runtut dan padu. Untuk
mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum
menulis kita perlu membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini
memuat garis-garis besar tulisan yang akan kita buat.
Secara umum, kerangka tulisan terdiri atas:
1) Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa
menulis topik tertentu serta apa yang akan disajikan.
2) Isi, yang berisi butir-butir penting isi tulisan
3) Penutup.

2) Tahap Penulisan
Tahap penulisan merupakan tahap untuk menuangkan ide atau
25
gagasan dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini kita akan mengembangkan
butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka tulisan dengan
memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kita
kumpulkan. Dalam mengembangkan ide, kita harus memperhatikan
kedalaman dan keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan,
pengembangan alinea, gaya dan cara pembahasan.
Yang perlu diperhatikan, menulis adalah suatu proses. Jadi kita
jangan berharap, sekali tulis langsung menjadi bagus. Artinya, menjadi
seorang penulis haruslah sabar. Jangan ingin sempurna hanya sekali tulis.

3) Tahap Pasca Penulisan (Revisi)


Fase ini merupakan tahap penghalusan atau atau penyempurnaan
tulisan yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan
perbaikan (revisi). Penyuntingan (editing) adalah pemeriksaan unsur
mekanik tulisan seperti penerapan ejaan, kelengkapan kata, pengkalimatan,
pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan sebagainya.
Sedangkan perbaikan adalah pemeriksaan isi tulisan.
Kegiatan perbaikan ini dapat berupa penambahan, penggantian,
penghilangan atau penyusunan kembali unsur-unsur tulisan. Penyuntingan
dan perbaikan perlu dilakukan karena tulisan yang kita buat tidak dapat
langsung sempurna. Selanjutnya agar penyuntingan dan perbaikan tulisan
dapat efektif, maka kita perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membaca seluruh tulisan
2) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila
ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan dan disempurnakan.
3) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan.

6.2.2 Permasalahan dalam Keterampilan Menulis


 Tata kalimat
 Tidak terbiasa
 Tata tulis
 Motivasi
 Pengetahuan
 Kecepatan
 Kurang percaya diri
26
 Menentukan tema

6.2.3 Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Menulis


 Kita harus cermat dalam memakai kata-kata yang benar dan sesuai dengan
EYD, bukan hanya itu tanda baca pun harus diperhatikan agar tidak
menimbulkan salah arti.
 Kita harus memperbanyak ilmu pengetahuan dan sering mencari informasi
dimanapun itu agar tidak menghambat kegiatan proses menulis, karena
menulis itu memerlukan ide yang dan pengetahuan yang luas.
 Agar kita terbiasa dengan menulis kita harus terus mencoba, tulislah apa
yang ada di dalam pikiran kita, jangan takut dengan tulisan kita yang jelek,
jangan memikirkan teori menulis.

6.3 Hubungan dari Keempat Keterampilan Berbahasa


Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis
memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing – masing memiliki ciri
tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis
keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya pembelajaran
membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga meningkatkan
keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok dalam
menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide – ide pokok dalam
membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun
bahasa tertulis pada dasarnya sama

a) Hubungan antara Menyimak dan Berbicara


Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi,
keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang
pun yang mendengarkan, dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian
atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan hal utama yang perlu disimak.
Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan. Keduanya
membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol – simbol lisan.
27
b) Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya
memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam
menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol – simbol ;
menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.

c) Hubungan antara Berbicara dan Menulis


Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif.
Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan
menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol – simbol, simbol lisan dalam
berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.

d) Hubungan antara Membaca dan Menulis


Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi.
Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang
dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan
bahasa yang tertulis, dan menggunakan simbol – simbol yang dapat dilihat yang
mewakili kata – kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata – kata tersebut.
Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata – kata yang dikenal dan yang
dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang telah dibacanya.
Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak
pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih
mendalam dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika
membaca.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap
orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain
dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah
salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

3.2 Kritik dan Saran


Antara menyimak, membaca, menulis serta berbicara erat hubungannya dan saling
keterkaitan, oleh sebab itu harus rajin melatih keterampilan berbahasa kita, agar kita bisa
menjadi sastrawan yang handal ataupun sebagai mahasiswa yang memiliki keterampilan
berbahasa yang bagus.

29
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1991. Pembinaan


Kemampuan Menulis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alek dan Ahmad.2010.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana Prenada
Media.
Keraf, Gorys.1984.Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta : Nusa Indah.
Marfhuki, Wahono, dkk.2007.Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.Jakarta:
Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur.2008.Membaca.Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur.2008.Menulis.Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur.2008.Menyimak.Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur.2008.Berbicara.Bandung : Angkasa.
Yasin, S. 2011. Pengertian dan Jenis Keterampilan Berbahasa.
http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html. Diakses pada
tanggal 30 September 2014.
Mahendra, D.2011. Hubungan antara Keempat Keterampilan Berbahasa.
http://mahendra261291.wordpress.com/2011/11/22/hubungan-antara-keempat-
keterampilan-berbahasa/. Diakses pada tanggal 30 September 2014.

30
31

Anda mungkin juga menyukai