Anda di halaman 1dari 11

Farhan Agoel Albazie

03411640000002

METODE SEISMIK
Definisi Metode Seismik

Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan ‘sumber’ seismik (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan
gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke
segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan
kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai
fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah.

Gelombang P dan Gelombang S pada Seismik

Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Yang


menjadi objek perhatian utama pada rekaman gelombang seismik dalam metode ini ialah
body wave. Gelombang ini merupakan gelombang yang energinya ditransfer melalui medium
di dalam bumi. Sedangkan pada surface wave transfer energinya pada permukaan bebas,
tidak terjadi penetrasi ke dalam medium bumi dan hanya merambat di permukaan bumi saja.

Body wave dibagi menjadi dua macam, yaitu:


P-wave atau gelombang-P/gelombang primer. Gelombang ini adalah gelombang
longitudinal dimana arah pergerakan partikel akan searah dengan arah rambat gelombang.
gerakan partikel sejajar dengan arah perambatannya.Sedangkan gelombang sekunder
merupakan gelombang transversal atau gelombang shear, gerakan partikel terletak pada suatu
bidang yang tegak lurus dengan arah penjalarannya. Gelombang kompresional disebut
gelombang primer (P) karena kecepatannya paling tinggi antara gelombang lain dan tiba
pertama kaligelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara
7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum

S-wave atau gelombang-S/gelombang sekunder. Gelombang ini adalah gelombang


transversal dimana arah pergerakan partikel akan tegak lurus dengan arah rambat gelombang.
Mekanisme Penjalaran Gelombang Seismik.

Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum Snellius, Prinsip


Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip
Fermat dijelaskan sebagai berikut :

a. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang
berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan
merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius
yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias
merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang
akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium berbeda akan
menimbulkangelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

b. Prinsip Fermat
Dalam penjalarannya, gelombang akan memenuhi prinsip Fermat yaitu: “Gelombang
yang menjalar dari satu titik ke titik yang lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh
tercepat”. Jejak sinar juga menentukan arah dari aliran energi. Diantara serangkaian sinar dari
suatu titik ke titik yang lain, prinsip Fermat dapat diaplikasikan untuk membuang semua jejak
sinar kecuali satu jejak sinar yang memiliki waktu tempuh paling cepat. Prinsip fermat
digunakan dalam menentukan titik pemantul (reflektor) pada penjalaran gelombang refleksi.

c. Prinsip Huygens
Gelombang dalam media yang serba sama (homogen) menyebar dari titik sumber
sebagai bola yang mengembang dan selama proses pengembangannya gelombang ini akan
menciptakan muka-muka gelombang. Prinsip Huygens menyatakan bahwa muka gelombang
yang tercipta juga bersifat sebagai sumber gelombang baru.
Prinsip Huygens menjelaskan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
gelombang baru yang menjalar dalam bentuk bola (spherical). Jika gelombang bola menjalar
pada radius yang besar, gelombang tersebut dapat diperlakukan sebagai bidang. Garis yang
tegak lurus dengan muka gelombang tersebut di sebut wave-path atau rays atau sinar.

Karakteristik dari kejadian-kejadian seismik


Tugas dasar dari interprestasi rekaman rekaman pencerminan adalah memilah
tampilan tampilan mana saja yang mewakili cerminan primer, menterjemehkan waktu tiba
dari cerminan cerminan ini kedalaman data kedalaman, dip, dan memeta horison pantul.
Selain itu, interpretor harus mengetahui event event lain yang dapat memberikan informasi
yang berharga, seperti refleksi berganda dan difraksi.
Pengenalan dan pengidentifikasian dari kejadian seismik didasari oleh lima
karakteristik:
(a) koheren
(b) ketinggian amplitudo
(c) karakter
(d) pergerakan dip
(e) pergerakan normal
Kelimanya adalah hal terpenting dalam pengenalan sebuah event. Ketika sebuah gelombang
yang dapat dikenali menyebar, maka ia menghasilkan efek yang kira kira sama pada setiap
geophone. Apabila gelombang ini cukup kuat maka ia akan override gelombang lain yang
waktu datangnya bersamaan.
Koheren dan ketinggian amplitudo memberitahu kita tentang keberadaan gelombang seismik
yang kuat, namun tudak memberitahukan tipenya. Untuk mengetahuinya kita bisa melihat
melalui moveout. Karakter juga sangat membantu khususnya mengenai frekuensi dan jumlah
putaran.

Metode seismik bias (refraksi)


Metode seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang
formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air
tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang
pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan informasi mengenai kedalaman dan
lokasi dari horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu
penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari
bantalan batuan cadas.

Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi
sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi
setelah gangguan pertama (first break) diabaikan,sehingga sebenarnya hanya data first break
saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat
gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang
ada di dalam material dan dikenal sebagaiparameter elastisitas batuan. Seismik bias dihitung
berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada
berbagai jarak tertentu
Desain Akuisisi Metode Seismik Refraksi
Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang
disusun seperti pada Gambar 2. Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu
garis lurus (line seismik). Near offset, far offset, dan jarak antar geophone ditentukan
berdasarkan kondisi lapangan tempat melakukan survei. Pengambilan data dilakukan dengan
memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini menggunakan weightdrop seberat 50 kg
untuk jarak 10 meter dari geophone yang pertama. Sistem perekaman dilakukan oleh 12
geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar. Pasangan geophone ditempatkan dengan
masing-masing spasi geophone yang telah ditentukan yaitu 2 meter. Pengukuran dilakukan
dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan tanah dan merekam sinyal yang terjadi,
sensor diletakkan sepanjang garis lurus dari sumber impuls. Sensor yang digunakan adalah
seismometer darat yaitu geophone. Akuisisi dalam pengambilan data seismik menggunakan
cara end-on (Common Shot). Dari akusisi data ini akan didapatkan data mentah seismik, berupa
trace-trace seismik dari geophone yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.
Metode Seismik Refleksi

Pengolahan Data Seismik Refleksi


Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan. Oleh karena
geologi setiap medan survey seismik berbeda-beda, yang secara umum dapat dibedakan
menjadi lingkungan laut (marine), lingkungan darat (land), dan transisi (transition),
perbedaan ini akan menghasilkan data dengan karakteristik yang berbeda-beda dan akan
menyebabkan tahapan-tahapan pengolahan data seismik pun berbeda-beda. Selain itu,
urutan/tahapan dalam pengolahan data seismik juga dipertimbangkan atas dasar kualitas data
lapangan yang terekam, hingga kemampuan/pengalaman orang yang mengerjakan, dan biaya.

Secara prinsip, tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan dalam :
Pre Processing/Editing (Conditioning Data)
Main Processing
Post Processing
Secara garis besarnya, serangkaian tahapan pengolahan data seismik dapat disajikan sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Walker R & Wong C. 2005. Seismic multi-attribute analysis for lithology discrimination in
Ganso Field, Oficina Formation, Venezuela, The Leading Edge. p. 1160 – 1162

Anda mungkin juga menyukai