Anda di halaman 1dari 5

Kawasan strategis Selat Sunda dan sekitarnya terletak dalam lingkup Geotektonik Busur Sunda yakni

pada zona peralihan tunjaman asimetri miring Lempeng Tektonik Aktif Samudera Hindia - Australia
dengan Lempeng Tektonik Benua Asia di sebelah Barat P. Sumatera dengan tunjaman asimetri tegak di
sebelah Selatan P. Jawa. Kedudukan Selat Sunda sebagai zona peralihan tersebut di atas menyebabkan
kawasan ini memiliki kondisi geodinamika yang sangat aktif dengan kondisi geologi yang dinamis dan
komplek serta berpotensi bahaya geologi seperti letusan gunungapi, guncangan gempabumi, gelombang
tsunami, dan gerakan tanah baik atas maupun di bawah permukaan laut. Kedinamikaan kondisi geologi
kawasan Selat Sunda ini merupakan hal yang amat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan.

Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mempunyai tugas dan fungsi
Melaksanakan Penelitian dan Pelayanan di Bidang Geologi dengan visinya Geologi untuk Perlindungan
dan Kesejahteraan Masyarakat, berinisiatif mempertimbangkan kondisi geodinamika tersebut di atas
untuk Pembangunan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.

Tinjauan Lokakarya

Lokakarya merupakan sebuah langkah nyata untuk mewujudkan kesamaan persepsi dari seluruh elemen
pelaku pembangunan dalam menyikapi sistem perencanaan sebagai bagian penting dalam setiap gerak
langkah pembangunan berwawasan lingkungan. Mengingat dalam hal ini, aspek kebumian yang
melandasi berbagai kehidupan di muka bumi, maka data geodinamika sangat berperan sebagai informasi
yang bersifat mendasar dalam menyusun tataruang di kawasan strategis dan infrastruktur Selat Sunda.

Lokakarya ini dilaksanakan di Ratu Hotel Bidakara, Serang pada hari Selasa & Rabu tanggal 27 & 28
Nopember 2012 dibuka oleh Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
dihadiri oleh Gubernur Banten dan Gubernur Lampung serta Muspida Propinsi Banten. Peserta lokakarya
dari berbagai institusi pemerintah, swasta serta akademika dengan jumlah sekitar 200 orang. Lokakarya
ini menampilkan 1 pembicara kunci dan 12 pembicara teknis dari Badan Geologi dan Balitbang
Kementerian ESDM, PU, ITB dan UNPAD, dengan tujuan:

o Memberikan prespektif nyata kondisi geodinamika kawasan Selat Sunda sebagai pertimbangan geologi
untuk pembangunan kawasan strategis dan infrastruktur Selat Sunda khususnya Jembatan Selat Sunda.

o Pertukaran pengetahuan, pengalaman dan pandangan mengenai kondisi existing geodinamika Selat
Sunda.
Kondisi Geodinamika Selat Sunda

Topografi dasar laut Selat Sunda dicirikan oleh batimetri yang komplek dan mencerminkan adanya
cekungan berbentuk menyudut dan berkemiringan curam yang menandakan adanya kontrol patahan.
Bagian barat Selat Sunda dicirikan oleh empat tinggian (ridge) yang dikenal dengan Semangko horst,
Tinggian-tinggian Tabuan, Panaitan dan Krakatau.

Kajian geologi regional berdasarkan interpretasi data inderaan jauh dan data sekunder, Geologi Selat
Sunda diduga dialasi oleh batuan Pra-Tersier. Batuan di bagian barat tersusun oleh batuan gunungapi,
batuan intrusi dan batuan sedimen Tersier; sedangkan di bagian timur tersusun oleh batuan gunungapi
Kuarter. Di Pulau Sumatra (Daerah Lampung), patahan utama adalah patahan berarah baratlaut -
tenggara yang sejajar Patahan Sumatera; sedangkan di Jawa bagian barat berkembang patahan berarah
timurlaut - baratdaya.

Selat Sunda bagian timur yang menghubungkan Anyer - P. Sangiang dan Bakauheni berdasarkan lintasan
seismik memiliki batuan dasar berasal dari kompleks Gunungapi Karakatau - Sebesi dan kompleks
Gunungapi Karang-Gede di daerah Anyer. Kerapatan struktur patahan dasar laut dari arah barat ke timur
semakin berkurang, namun demikian kelurusan patahan dengan arah utara selatan masih dapat
dijumpai.

Pengamatan geodetik dari data GPS (episodik dan kontinyu) di Selat Sunda terindikasi adanya pergerakan
deformasi yang dikontrol oleh regangan di bagian selatan Lampung dan selatan Banten (pola ekstensi)
dan pola kompresi di bagian utara. Terindikasi pula adanya pergerakan mendatar dari patahan geser dan
rekatan tektonik pada zona subduksi. Kecepatan pergerakan menganan dari patahan Sumatra di selat
Sunda yaitu 2.5 cm/tahun.

Kajian geomorfologi di daerah Bakauheni dan Anyer menghasilkan 9 satuan morfotektonik yang secara
genetis merupakan produk dari kegiatan struktur geologi, denudasi, proses laut dan sungai. Analisis
morfotektonik terindikasi adanya pergeseran antar blok patahan dan keaktifan pembentukan lembah
pada daerah-daerah tertentu.

Seismotektonik yang berbasis pada kajian struktur geologi aktif dan kejadian gempa bumi di wilayah
sekitar Selat Sunda pada radius 300 Km terdiri atas delapan lajur dan empat lajur pada radius 50 Km.
Kajian patahan aktif bersifat lokal di daerah Bakauheni pada segmentasi patahan Way Baka dan
Peterjajar menunjukkan aneka indeks geomorfologi tektonik yang cukup signifikan, seperti Vf (rasio lebar
& tinggi lembah) berkisar antara 1,54 - 3,76 dan Smf (sinusitas muka gunung) berkisar antara 1,2 - 1,38.
Hal tersebut mengindikasikan proses pembentukan pegunungan lebih dominan dari erosi. Kajian
geofisika pada kedua segmen ini mengkonfirmasi keberadaan patahan yang berpotensi potensi aktif dan
diperkirakan memiliki potensi kekuatan maksimum 5 - 6 Mw

Kegempaan wilayah Selat Sunda ini didominasi oleh sebaran pusat-pusat gempabumi yang membentuk
kelurusan hampir Utara-Selatan. Sebaran lainnya mengumpul di sekitar Ujung Kulon dan di barat
Lampung. Dari studi gempa mikro mendapatkan aktivitas gempa mikro mengelompok di bawah
Kompleks Krakatau, di sekitar graben dan di sebelah barat Lampung. Mekanisme gempa di bawah
Krakatau dan graben cenderung menunjukkan pola ekstensional, sedangkan di sebelah barat Sumatra
cenderung memiliki pola strike-slip.

Gempabumi merusak kawasan ini terjadi pada tahun 1852 dan 1903. Gempa pada tahun 1852 yang
merusak wilayah Bandar Lampung dan Jakarta, diduga gempabumi tersebut berasosiasi dengan Patahan
Lampung. Gempa yang terjadi pada tahun 1903 dilaporkan posisinya di selatan Jawa, tetapi kerusakan
yang diakibatkannya meliputi wilayah Anyer hingga Jakarta.

Percepatan terhitung (?t) yang berbasis pada perhitungan percepatan keboleh jadian yang mengacu
pada keberadaan lajur sumber gempa bumi yang ada di Selat Sunda dan sekitarnya untuk tanah lunak di
daerah Bakauheni adalah 0,0569 gal (100 tahun), 0,0652 gal (200 tahun) dan 0,1505 gal (500 tahun)
sedangkan di daerah Anyer adalah 0,0647 gal (100 tahun), 0,0693 gal (200 tahun) dan 0,5499 gal (500
tahun). Nilai nilai percepatan tersebut setara dengan intensitas minimum skala VI - IX MMI.

Gunung api Kuarter di Selat Sunda dan sekitarnya umumnya bertipe B. Ada 7 gunung api Kuarter yang
terdapat di wilayah Lampung. Sedangkan di wilayah Banten terdapat lebih dari 8 kerucut gunung api
Kuarter. Gunungapi Krakatau lahir pada 1927 dan hingga 2010 ini baru berumur 83 tahun. Letusan terjadi
setelah beristirahat antara 1 - 5 tahun dan waktu istirahat terpanjang 8 tahun. Sampai saat ini G. Anak
Krakatau (tipe A, sangat aktif) mempunyai erupsi Tipe Stromboli sampai dengan Tipe Vulkano lemah,
dengan nilai Indeks Letusan Gunungapi kurang dari 3. Dalam catatan sejarah pernah terjadi
pembentukan kaldera sebanyak empat kali yang mempunyai interval waktu antara 8.584 tahun terlama
dan 683 tahun terpendek.

Selain itu di kawasan Selat Sunda masih banyak Gunungapi tua yang diperkirakan sedang beristirahat
dan masih mempunyai potensi bahaya apabila mengalami reaktivasi. Di daratan P. Sumatera disekitar
Selat Sunda terdapat kompleks Gunungapi purba Bakauheni dan Kaldera Pra- Rajabasa, yang di dalamnya
terdapat G. Rajabasa. Selain itu dapat dijumpai kaldera Antatai, Sekincau Belirang, Suoh, Hulubelu dan
Gedungsurian di sepanjang patahan Sumatera. Di wilayah laut terdapat G. Sebesi, G. Sebuku, sumbat
lava Gunungapi bawah laut, P. Sangiang dan G. Krakatau sendiri. Sedangkan di daerah Banten terdapat G.
Gede - Kompleks Dano, Cibaliung, Ujung Kulon dan P. Panaitan. Gunungapi tua itu ada yang berbentuk
kerucut komposit tetapi juga berupa kaldera. Produk kaldera Gunungapi yang cukup terkenal antara lain
Tuf Banten, Tuf Lampung dan Tuf Cibaliung. Sekalipun Gunungapi komposit purba Cibaliung sudah
berumur 11 juta tahun yang lalu, Tuf Cibaliung baru berumur 4 juta tahun yang lalu. Oleh sebab itu
berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka Gunungapi Cibaliung perlu juga dievaluasi bahayanya.

Kajian tsunamigenik di wilayah Selat Sunda menghasilkan 4 jenis potensi penyebab tsunami yaitu
gempabumi, letusan gunungapi, longsoran bawah laut dan longsoran di pantai. Upaya mitigasi bencana
tsunami pada JSS disarankan untuk memperhitungkan dengan cermat faktor-faktor; landaan air laut
pada badan jembatan, gerusan air laut pada fondasi & tiang pancang, gaya-gaya horizontal dan vertical
saat terjadi tsunami.

Model tsunami hipotetik yang berasal daerah subduksi telah disimulasikan dengan berbagai skenario
lokasi sumber dan magnitudo gempa (M=7.5, M=8.0, dan M=8.5). Hasil simulasi ini memperlihatkan
bahwa tinggi tsunami di sekitar tapak adalah 2.7 meter dengan waktu tempu sekitar 75 menit dari
sumber tsunami tapak. Untuk tsunami berasal daerah Ujung Kulon simulasi memperlihatkan bahwa
tinggi tsunami di sekitar lokasi tapak adalah 2.3 meter dengan waktu tempuh sekitar 48 menit dari
sumber tsunami ke lokasi JSS. Sedangkan untuk aktifitas Gunungapi Krakatau yang terjadi pada bulan
Agustus 1883 telah membangkitkan tsunami besar dengan simulasi yang memperlihatkan penjalaran
tsunami dengan estimasi tinggi tsunami di sekitar lokasi tapak sebesar 25 meter dalam waktu tempuh
sekitar 43 menit ke lokasi JSS.

Studi perubahan iklim dilakukan pada fasies sedimen berumur Holosen dari Sungai Cilemer-Cibungur, di
daerah Pandeglang, Banten telah menunjukkan adanya indikasi sirkulasi iklim, fluktuasi muka laut dan
efek tektonik lokal yang diduga terkait dengan fenomena geodinamika Selat Sunda.

Geologi teknik di daratan sekitar selat Sunda menghasilkan 5 satuan di sekitar Merak serta 7 satuan di
sekitar Bakauheni. Kualitas batuan berdasarkan analisis RMR di sekitar titik bor BM1 adalah sedang (fair
rock) sedangkan di sekitar BM2 adalah rendah (poor rock). Daya dukung tanah (bearing capacity, q)
untuk pondasi dangkal berdasarkan SPT berkisar antara 0,02 - 1,20 t/m2. Sedangkan untuk pondasi
dalam dengan bentuk tiang yang diasumsikan berdiameter 0,2; 0,4; dan 0,6 m pada kedalaman 20 m
diperoleh daya dukung diijinkan (qa) masing-masing sebesar 33,61-34,07; 131,2-133,20; dan 287,82-
292,76 ton/tiang.
Potensi sumber daya geologi di Provinsi Lampung dan Banten menghasilkan informasi sbb; batubara
mempunyai nilai kalori berkisar antara 5100-6100 kal/gr (sedang) hingga 6100-7100 (tinggi), dengan
jumlah sumber daya sekitar 106,95 juta ton di Lampung dan 18,8 juta ton di Banten; panas bumi
tersebar di 13 daerah prospek di Lampung sedangkan di Banten terdapat 5 daerah prospek; komoditas
bahan bangunan terdiri dari andesit, basal, diorit, granit, marmer, sirtu dan tras, yang termasuk bagian
dari kelompok mineral bukan logam yang keterdapatannya sangat berlimpah; komoditas bahan
konstruksi terdiri dari besi primer, besi laterit, pasir besi, mangan, titan laterit dan titan plaser, yang juga
cukup melimpah di kedua provinsi ini.

Anda mungkin juga menyukai