Anda di halaman 1dari 10

I.

PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN

II. MAKSUD DAN TUJUAN


2.1 Maksud
Mampu melakukan pengujian konstruksi kain.
2.2 Tujuan
Agar dapat memahami dan mengetahui cara pengujian konstruksi kain
serta dapat mengetahui tetal, mengkeret benang, nomor benang, gramasi
serta selisih berat pada kain tenun contoh uji.

III. DASAR TEORI


3.1 Anyaman Kain Tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan benang lusi dan benang pakan
sehingga terbentuk kain tenun. Benag lusi adalah benang yang sejajar dengan
panjang kain tenun dan biasanya digambarkan ke arah vertical, sedangkan
benang pakan adalah benag yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya
digambarkan ke arah horizontal
Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan
cara :
 Dengan menyebut nama anyaman
Nama anyaman beragam dari mulai anyaman dasar, yaitu anyaman
polos (plain/plat), anyaman keper (twill),dan anyaman satin (satine).
Anyaman lain adalah turunan dari anyaman dasar misalnya anyaman
panama, anyaman keper runcing,dan lain-lain.
 Dengan gambar anyaman
Anyaman selain dinyatakan dengan nama anyaman juga dapat
dinyatakan dengan gambar yang disebut gambar disain anyaman.
Penggambaran anyaman dapat dilakukan dengan cara :
 Dengan gambar
Untuk menempatkan gambar anyaman diperlukan kertas disain, yang
berupa kertas kotak-kotak, dengan ukuran sesuai dengan perbandingan
tetallusi dan tetalpakan. Kotak-kotak ke arah vertical mewakili benang
lusi dan ke arah horizontal mewakili benang pakan. Tiap kotak
mewakili satu titik persilangan. Cara penggambaran silangan sebagai
berikut : jika benang lusi berada diatas benang pakan maka pada kotak
tersebut diberi tanda silang atau arsir, tetapi bila benang pakan berada
diatas benang lusi makakotak tersebut dibiarkan kosong.
 Dengan tanda
Tanda-tanda yang digunakan berupa angka diatas garis datar,angka
dibawah garis datar, garis miring, dan angka dibelakang garis miring.
Angka diatas garis datar menunjukkan efek lusi dan dibawah garis
datar menunjukkan efek pakan dengan cara pembacaan angka mulai
dari angka paling kiri atas kemudian bawah dan seterusnya. Garis
miring menunjukkan arah dari pergeseran benang dan angka
dibelakang garis miring merupakan angka loncat dari anyaman.

3.2 Nomor Benang


Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan
dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau panjang setiap berat
tertentu.Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Penomoran langsung
Penomoran langsung adalah penomoran benang yang didasarkan
pada berat benang setiap panjang tertentu. Nomor benang langsung
yaitu :
 Nomor benang cara Denier (TD)
TD = berat (gram) / panjang (9000 m)
= [9000 x berat (gram)] / panjang (m)
 Nomor benang caraTex
Tex = berat (gram) / panjang (1000 m)
= [1000 x berat (gram)] / panjang (m
2. Penomoran Tidak langsung
Penomoran benang tidak langsung adalah penomoran benang yang
didasarkan pada panjang benang setiap berat tertentu. Nomor benang
tidak langsung yaitu :
 Penomoran cara Inggris
Ne1 = panjang (hank) / berat (lbs)
 Penomoran cara Metrik
Nm = panjang (m) / berat (gram)
Table 1.1 Satuan Inggris

Satuan Berat Satuan Panjang


1 pound (lbs) = 16 ounces 1 hank = 840 yard
= 7000 grains = 768 meter
= 453,6 gram 1 lea = 120 yard
1 yard = 36 inchi = 0,914 meter
1 inchi = 2,54 cm

Table 1.2 Rumus Cepat Untuk Menghitung Konversi Nomor Benang

Nomor Ne1 Nm TD Tex

Ne1 - 0,59 Nm 5315/TD 590/Tex

Nm 1,69 Ne1 - 9000/TD 1000/Tex


TD 5315/Ne1 9000/Nm - 9 Tex
Tex 590/Ne1 1000/Nm TD/9 -

3.3 Tetal Benang


Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang
setiap satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiang inchi atau cm.
Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu :
a) Dengankaca pembesar
b) Dengan kaca penghitung secara bergeser
c) Dengan cara urai
d) Dengan proyektor
e) Dengan parallel line grating
f) Dengan taper line grating

3.4 Mengkeret Benang


Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena
adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a) Crimp
Adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus
(pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun.
Crimp © = [(Pb – Pk) / Pk] x 100%
b) Take Up
Adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus
(pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang benang
dalamkeadaan lurus.
Take Up (T) = [(Pb – Pk) / Pb] x 100%

IV. PERCOBAAN
4.1 Pengujian Nomor Benang
1. Peralatan
 Meteran dengan skala milimeter
 Jarum
 Gunting
 Timbangan
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar contoh uji.
3. Cara Pengujian
 Potong contoh uji sejajar dengan benang lusi dan benang pakan
dengan ukuran 10 cm x10 cm.
 Ambil 10 helai benang lusi/pakan dari kain diatas, masing-masing 10
helai dari kedua pinggirnya.
 Timbang10 helai benang lusi/pakan dengan timbangan (sensitifitas
0,01 mg), kemudian ukur panjang masing-masing benang lusi/pakan
dengan tegangan benang tidak terlalu besar juga tidak kendor.
 Hitung nomor benang dalam Ne1, Nm, TD, dan Tex.

4.2 Pengujian Tetal Benang Lusi/Pakan


1. Peralatan
 Kaca pembesar dengan skala inci
 Jarum
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
3. Cara Pengujian
 Ratakan kain tanpa tegangan pada meja pemeriksaan.
 Dengan kaca pembesar dibantu jarum, hitung jumlah lusi atau pakan
setiap inci.
 Pengujian dilakukan paling sedikit di lima tempat yang berbeda
secara merata.
 Jika tetal lusi atau pakan kurang dari 10 helai tiap cm maka lakukan
pengujian setiap 7,5 cm.
 Jika lebar kain kurang dari 7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
 Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan.

4.3 Pengujian Mengkeret Lusi/Pakan


1. Peralatan
 Meteran dengan skala milimeter
 Gunting
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
3. Cara Pengujian
 Potong contoh uji sejajar benang lusi dan benang pakan dengan
ukuran 10 cm x10 cm.
 Ambil 10 helai benang lusi/pakan dari kain masing-masing dari
pinggir kanan dan kiri kain

V. HASIL
5.1 Tetal
Tetal lusi = 81 helai/inch : 2,54 = 31,88 helai/cm
Tetal pakan = 60 helai/inch : 2,54 = 23,62 helai/cm

5.2 Berat Benang (10 helai)


Lusi = 0,02574 g
Pakan = 0,02751 g
5.3 Panjang Benang (10 helai)

No Benang Lusi Benang Pakan


1 10,2 10,3
2 10,2 10,5
3 10,0 10,3
4 10,2 10,2
5 10,1 10,4
6 10,1 10,5
7 10,3 10,4
8 10,2 10,3
9 10,1 10,5
10 10,1 10,3
∑ 101,5 103,7
𝑥̅ 10,15 10,37

5.4 Mengkeret Benang


𝑃𝑏−𝑃𝑘
M = 100%
𝑃𝑏
10,15−10
MLusi = 100%
𝑃𝑏10,15

= 1,477%
10,37−10
MPakan = 100%
10,37

= 3,567%
5.5 Nomor Benang

Nomor Benang Lusi Pakan


𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 (𝒎) 1,015 𝑚 1,037 𝑚
Nm = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 Nm = 0,02574 Nm = 0,02751
(𝒈𝒓𝒂𝒎) 𝑔 𝑔

= 39,43 m/g = 37,69 g/m

Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x 39,43 Ne1 = 0,59 x 37,69


= 23,26 = 26,25
𝟏𝟎𝟎𝟎 1000 1000
Tex = Tex = 39,43 Tex = 37,69
𝑵𝒎

= 25,35 = 22,23

𝟗𝟎𝟎𝟎 9000 9000


Td = Td = 39,43 Td = 37,69
𝑵𝒎

= 228,25 = 232,75

5.6 Gramasi
1. Penimbangan
Kain (10 x 10) cm = 1,45665 g/m
𝟏𝟎𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎
Gramasi = [ 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒊𝒏 (𝒈𝒓𝒂𝒎)]
𝟏𝟎 𝒙 𝟏𝟎
100 𝑥 100
= [ 1,45665]
10 𝑥 10
= 145,665 g/m2
2. Perhitungan
𝒉𝒆𝒍𝒂𝒊
𝒕𝒆𝒕𝒂𝒍 ( )𝒙 𝑳𝑲 𝒙 𝑷𝑲 𝒙 (𝟏𝟎𝟎/(𝟏𝟎𝟎−𝑴%))
𝒄𝒎
Lusi/Pakan = 𝑵𝒎 𝒙 𝟏𝟎𝟎
100
31,88 𝑥 100 𝑥 100 ( )
100−1,477%
Lusi = 39,43 𝑥 100

= 82,06 g/m2
100
23,62 𝑥 100 𝑥 100 ( )
100−3,567%
Pakan = 37,69 𝑥 100

= 64,98 g/m2
Berat total = 82,06 + 64,98 = 147,04 g/m2
5.7 Selisih Berat
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
Selisih Berat = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
147,04−145,665
= 𝑥 100%
147,04

= 0,9351%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian konstruksi kain untuk mengetahui
tetal benang, nomor benang, mengekeret benang lusi maupun pakan serta selisih
berat/gramasi secara perhitungan dan penimbangan.
Perhitungan tetal dilakukan dengan meniras/mengurai benang pada kain
dengan besar 1 x 1 inch. Penguraian harus dilakukan perlahan-lahan, satu persatu
dan berhati-hati, sebab benang dapat rusak oleh tusukan jarum dan terbelah
menjadi dua bagian sehingga hasil perhitungan tetal yang diperoleh tidak
akurat.Tetal benang lusi lebih banyak daripada benang pakan. Hasil pengujian
rata-rata tetal lusi adalah 81 helai/inch dan tetal pakan 60 helai/inch. Selanjutnya,
praktikan menimbang contoh uji 10x10cm untuk mengatahui gramasi atau berat
persatuan luas. Diperlukan kehati-hatian serta ketelitian dalam pemotongan kain.
Mula-mula, kain diukur tiap sisi 10,5 cm lalu dirawis hingga ± 10 cm. Hasil rawis
pada pinggir kain dipotong perlahan. Kain contoh uji (10x10) cm ditimbang
memiliki berat 1,45665 gram/m.
Setelah kain uji (10x10) cm ditimbang, masing masing benang pakan dan lusi
dirawis untuk diambil lima helai pada bagian kanan maupun kiri. Benang
ditimbang dan diukur panjangnya untuk mengetahui mengkeret pada benang.
Pengukuran panjang masing-masing benang dilakukan menggunakan penggaris.
Pada pengujian ini, benang tidak boleh terlalu kendur maupun kencang karena
berpengaruh pada perhitungan. Benang yang diukur dan ditimbang tidak boleh
memiliki panjang ˂10 cm. Apabila pada saat pengukuran salah satu benang
berukuran ˂10 cm praktikan harus mengganti benang tersebut dan melakukan
penimbangan ulang. Hasil pengukuran pada 10 benang kemudian dirata-ratakan.
Penimbangan benang dilakukan menggunakan torsen balance dengan interval 0,5
pada satuan miligram.
Setelah semua data diperoleh, praktikan melakukan perhitungan mengkeret
benang, nomor benang, gramasi dan selisih berat. Hasil perhitungan mengkeret
dan selisih berat gramasi dapat dikatakan akurat karena diperoleh hasil
masing-masing ˂5%.
Terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul pada pengujian ini
sehingga menyebabkan hasil pengujian tidak sesuai dengan standar. Seperti
kurangnya ketelitian praktikan pada saat melihat dan menghitung tetal,
pengguntingan kain sehingga tidak semua benang yang dirawis serta diukur
memiliki panjang tepat 10 cm, juga nomor benang setelah menjadi kain pada
umumnya tidak sesuai setelah benang menjadi kain. Hal ini disebabkan terdapat
banyak proses yang mempengaruhi berat benang dengan panjang yang sama
misalnya pada saat pre-treatment, pertenunan, finishing dll.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian diatas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Mengkeret Benang
Lusi = 2,153%
Pakan = 2,248%
2. Nomor Benang

Nomor Benang Lusi Pakan


Nm 39,43 37,69
Ne1 23,26 26,25
Tex 25,35 22,23
Td 228,25 232,75

3. Gramasi
Penimbangan = 145,665 gram/m2
Perhitungan = 147,04 gram/m2
4. Selisih berat = 0,931%
LAMPIRAN

Lusi Pakan

Anda mungkin juga menyukai