(a) Tanah (b) Tanah Jenuh (c) Tanah Kering (d) Tanah Tak Jenuh
Wa=0 Va
Vv
Ww Vw
W V
Ws Vs
Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat dirumuskan beberapa hubungan sebagai
berikut:
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va ............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va .............(1.3)
(V) = Vs + Vv ..............(1.4)
e = Vv ..................................(1.9)
Vs
C. Kadar Air dan Derajat Kejenuhan Tanah
1. Kadar Air (water content) : adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat
butiran padat (Ws) di dalam massa tanah, yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut
:
Ww
w= x 100 %................................(1.10)
Ws
2. Derajat Kejenuhan : adalah perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total
rongga pori (Vv). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut
:
Vw
S= x 100 %................................(1.11)
Vv
Apabila tanah dalam kondisi jenuh air, maka nilai S = 1. Nilai derajat kejenuhan ini dapat
digunakan untuk mengklasifikasi konsistensi tanah (lihat tabel berikut).
D. Parameter turunan
Dari parameter yang dijabarkan dari berat dan volume tanah, selanjutnya dapat diturunkan
hubungan persamaanpersamaan untuk beberapa parameter tanah, antara lain :
a. Berat Jenis atau Berat Spesifik (Specific Gravity)
b. Hubungan antara angka pori dan porositas
c. Berat volume tanah basah
d. Berat volume tanah jenuh air (S=1)
e. Berat volume tanah kering sempurna (S=0)
f. Tanah terendam air, maka berat volume apung atau berat volume efektif
g. Kerapatan Relatif (Dr) : Tingkat kepadatan tanah granuler (butir kasar) di lapangan
h. Kepadatan Relatif atau Relative Compaction (Rc) : yaitu perbandingan antara berat
volume kering tanah di lokasi dengan berat volume kering maksimumnya
E. Parameter Batas-Batas Atterberg.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk jenis tanah berbutir halus sifat
plastisitasnya sangat penting untuk diketahui sebelum melakukan rancang bangun di atas lapisan
tanah tersebut. Plastisitas tanah disebabkan adanya partikel mineral lempung dalam tanah.
Konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air, yang mana tanah dapat berbentuk cair,
plastis, semi padat, dan padat. Konsistensi adalah kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar
air tertentu. Konsistensi ini tergantung pada gaya tarik antar partikel lempung di dalam tanah.
Pada tahun 1911, Atterberg suatu memberikan metode untuk menggambarkan batas-batas
konsistensi tanah yang berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar air di dalam
tanah. Batas-batas tersebut dikenal dengan istilah “batas-batas Atterberg” yang teridiri atas ; batas
cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkige limit).
Batas plastis adalah kadar air terendah dimana tanah mulai bersifat plastis. Dalam hal ini
sifat plastis ditentukan berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung oleh telapak tangan diatas
kaca mulai retak setelah mencapai 1/8 inch.
Kemudian jugadidefinisikan sebagai nilaikadar air pada kedudukan antara daerah
plastis dengan daerah semi padat. Nilai batas plastis ini ditentukan dengan percobaan
menggulung tanah hingga diameter 3,2 mm dan mulai mengalami retak-retak. Kadar air
tanah yang digulung dalam kondisi tersebut merupakan nilai “batas plastis” tanah.
Batas susut adalah adalah batas kadar air dimana tanah dengan kadar air dibawah nilai
tersebut tidak menyusut lagi (tidak berubah volume).
nilai kadar air pada kedudukan antara zone semi padat dengan zone padat. Pada kondisi ini
pengurangan kadar air dalam tanah tidak akan mempengaruhi lagi pengurangan volume pada tanah.
Percobaan untuk mengetahui batas susut dilakukan dengan mengisi tanah jenuh sempurna
ke dalam cawan porselin berukuran diameter 44,4 mm dan tinggi 12,7 mm. Selanjutnya cawan dan
tanah isinya dikeringkan dalam oven. Setelah tanah dalam cawan mengering, selanjutnya
dikeluarkan dari cawan tersebut. Untuk mengetahui nilai batas susut, maka sampel yang telah
kering dicelupkan ke dalam air raksa, dan nilai batas susutnya dihitung
b. Analisis Hidrometer
Analisis hidrometer dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah yang berbutir halus
atau bagian halus dari tanah berbutir campuran (common soil). Sampel tanah yang akan diuji dengan
analisis hydrometer, adalah partikel tanah yang lolos saringan No.200, dan terlebih dahulu harus
bebas dari material organik, yang dimaksudkan agar zat organik yang belum merupakan bagian dari
konsistensi tanah, tidak akan mengacaukan analisis hidrometer tersebut.
Sifat mekanik didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk membawa atau menahan gaya
atau tegangan. Pada saat menahan beban, atom-atom atau struktur molekul berada dalam kesetimbangan.
Gaya ikatan pada struktur menahan setiap usaha untuk mengganggu kesetimbangan ini, misalnya gaya luar
atau beban. Berikut ini 8 sifat mekanis material:
Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu material mengalami kerusakan. Material
getas secara mendadak rusak tanpa munculnya tanda-tanda terlebih dahulu. Material dengan sifat kegetasan
ini tak memiliki titik mulur atau proses penampang yang mengecil dan kekuatan patah. Beberapa contoh
material yang memiliki sifat kegetasan antara lain semen cor, batu, besi cor. Material seperti ini
menggunakan uji tekan untuk menentukan kekuatannya.
Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan beban impact tinggi atau beban kejut.
Ketika sebuah material mendapatkan beban impact, maka yang terjadi adalah sebagian energi dipindahkan
dan sebagian energi diserap. Pengukuran ketangguhan ditentukan berdasarkan luasan di bawah kurva
tegangan regangan dari titik asal hingga ke titik patah.
Sifat material yang satu ini ditentukan berdasarkan tegangan paling besar saat material mampu renggang
sebelum akhirnya rusak. Material dengan sifat seperti ini tidak mempunyai nilai tertentu yang bisa
mendefinisikan kekuatannya. Sebab perilaku material berbeda baik terhadap pembebanan maupun beban.
Material dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi terhadap beban tarik sebelum akhirnya
patah. Material yang mempunyai sifat ulet adalah material yang bisa ditarik menjadi kawat tipis panjang
dengan gaya tarik tanpa mengalami kerusakan. Keliatan material ditandai dengan persentase perpanjangan
panjang ukur material selama melakukan uji tarik dan persentase pengurangan luas penampang.
Sifat material ini mempunyai kemampuan renggang pada tegangan tinggi dengan tidak diikuti regangan
yang besar. Kemampuan inilah yang disebut ketahanan terhadap deformasi. Kekakuan material adalah
fungsi dari modulus elastisitas dengan simbol E. Material dengan nilai modulus elastisitas yang tinggi
berdeformasi lebih kecil terhadap beban jika dibandingkan dengan material dengan modulus elastisitas
lebih rendah. Baja adalah salah satu contoh material dengan modulus elastisitas tinggi. Sedangkan kayu
adalah contoh material dengan modulus elastisitas rendah.
6. Elastisitas atau elasticity
Material yang mempunyai sifat elastisitas adalah material yang dapat kembali ke dimensi awal sesudah
beban dilepaskan atau dihilangkan. Tetapi sangat sulit untuk dapat menentukan nilai yang tepat untuk sifat
elastisitas ini. Pengukuran yang dilakukan hanya untuk menentukan batas elastisitas ataupun rentang
elastisitas sebuah material.
Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam menerima beban impact yang tinggi tanpa
mengakibatkan tegangan lebih pada batas elastis. Keadaan ini menunjukkan, energi yang diserap selama
masa pembebanan disimpan dan dikeluarkan saat material tidak lagi dibebani. Pengukuran terhadap
kelenturan suatu material sama seperti pengukuran terhadap ketangguhan suatu material.
Sifat kelunakan yang dimiliki oleh suatu material membuat material tersebut mampu mengalami deformasi
plastis terhadap beban tekan sebelum akhirnya patah. Pada umumnya, material yang sangat liat juga
mempunyai sifat cukup lunak.