Anda di halaman 1dari 8

1.

Indeks Properti Tanah (Basic Properties)


Sifat-sifat indeks (index properties) menunjukkan
sifatsifat tanah yang mengindikasikan jenis dan kondisi tanah,
serta memberikan hubungan terhadap sifat-sifat mekanis
(engineering properties) seperti kekuatan dan pemampatan
atau kecenderungan untuk mengembang, dan permeabilitas.
Kemudian , properti tanah ditunjukkan dengan berbagai
parameter yang disebut dengan indeks properti atau indeks sifat-sifat
fisis tanah, seperti berat volume, kadar air, porositas, angka pori,
derajat kejenuhan, derajat kepadatan, derajat kerapatan, berat jenis,
analisis butiran, batas cair, batas plastis, batas susut, dan sebagainya.
Sedangkan parameter seperti, koefisien konsolidasi, kohesi, sudut
geser dalam, dan lain sebagainya adalah merupakan parameter teknis
tanah, yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisis tanah.
A. Berat Volume Tanah
Material tanah dapat terdiri atas dua atau tiga unsur, yakni
butiran, air dan udara. Pada dalam kondisi tanah jenuh terdapat dua
unsur, yakni butiran dan air, dan pada tanah yang kering juga hanya
terdapat dua unsur yakni butiran dan udara. Sedangkan pada tanah
dengan kondisi tak jenuh terdapat tiga unsur, yakni butiran, air dan
udara. Ketiga kondisi tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut :

(a) Tanah (b) Tanah Jenuh (c) Tanah Kering (d) Tanah Tak Jenuh

(butir+pori) (butir + air) (butir+udara) (butir+air+udara)


Komposisi Tanah Dalam Berbagai Kondisi Masing-masing elemen tanah tersebut (butir, air dan
udara), memiliki volume dan berat. Untuk memahami sifatsifat tanah secara fisis, maka parameter
tanah harus dijabarkan lebih terperinci sebagai berikut:

Wa=0 Va
Vv
Ww Vw
W V
Ws Vs

Diagram Fase Tanah


Keterangan :
W = berat total tamah
Wa = berat udara = 0 (diabaikan)
Ww = berat air
V = volume total tanah
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butir

Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat dirumuskan beberapa hubungan sebagai
berikut:
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va ............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va .............(1.3)
(V) = Vs + Vv ..............(1.4)

B. Porositas dan Angka Pori Tanah


1. Porositas (porosity) : adalah perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan
volume total (V). Nilai porositas dapat dinyatakan dalam satuan persen (%) atau dalam
satuan decimal. Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
Vv
n= .................................(1.8)
V
2. Angka Pori : adalah perbandingan antara rongga (Vv) dengan volume butiran (Vs).
Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :

e = Vv ..................................(1.9)
Vs
C. Kadar Air dan Derajat Kejenuhan Tanah
1. Kadar Air (water content) : adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat
butiran padat (Ws) di dalam massa tanah, yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut
:
Ww
w= x 100 %................................(1.10)
Ws
2. Derajat Kejenuhan : adalah perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total
rongga pori (Vv). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut
:

Vw
S= x 100 %................................(1.11)
Vv
Apabila tanah dalam kondisi jenuh air, maka nilai S = 1. Nilai derajat kejenuhan ini dapat
digunakan untuk mengklasifikasi konsistensi tanah (lihat tabel berikut).

Tabel Derajat Kejenuhan dan Konsistensi Tanah


Konsistensi Tanah Derajat Kejenuhan (S)

Tanah Kering 0,00

Tanah Agak Lembab > 0 – 0,25

Tanah Lembab 0,26 – 0,50

Tanah Sangat Lembab 0,51 – 0,75

Tanah Basah 0,76 – 0,99

Tanah Jenuh Air 1,00

D. Parameter turunan
Dari parameter yang dijabarkan dari berat dan volume tanah, selanjutnya dapat diturunkan
hubungan persamaanpersamaan untuk beberapa parameter tanah, antara lain :
a. Berat Jenis atau Berat Spesifik (Specific Gravity)
b. Hubungan antara angka pori dan porositas
c. Berat volume tanah basah
d. Berat volume tanah jenuh air (S=1)
e. Berat volume tanah kering sempurna (S=0)
f. Tanah terendam air, maka berat volume apung atau berat volume efektif
g. Kerapatan Relatif (Dr) : Tingkat kepadatan tanah granuler (butir kasar) di lapangan
h. Kepadatan Relatif atau Relative Compaction (Rc) : yaitu perbandingan antara berat
volume kering tanah di lokasi dengan berat volume kering maksimumnya
E. Parameter Batas-Batas Atterberg.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk jenis tanah berbutir halus sifat
plastisitasnya sangat penting untuk diketahui sebelum melakukan rancang bangun di atas lapisan
tanah tersebut. Plastisitas tanah disebabkan adanya partikel mineral lempung dalam tanah.

Plastisitas tanah menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan


bentuk (shape change) pada volume yang konstan tanpa terjadi retak-retak atau remuk pada tanah
tersebut.

Konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air, yang mana tanah dapat berbentuk cair,
plastis, semi padat, dan padat. Konsistensi adalah kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar
air tertentu. Konsistensi ini tergantung pada gaya tarik antar partikel lempung di dalam tanah.

Diagram Batas-Batas Atterberg

Pada tahun 1911, Atterberg suatu memberikan metode untuk menggambarkan batas-batas
konsistensi tanah yang berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar air di dalam
tanah. Batas-batas tersebut dikenal dengan istilah “batas-batas Atterberg” yang teridiri atas ; batas
cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkige limit).

a. Batas Cair (Liquid Limit)


Batas Cair adalah nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dengan keadaan plastis tanah,
atau nilai batas atas pada daerah plastis.
Pengujian batas cair dilakukan dengan Uji Casagrande (1948), yang mana contoh tanah
dimasukkan ke dalam cawan Casagrande kemudian permukaannya diratakan, dan dialur (grooving) tepat
ditengah. Selanjutnya dengan alat penggetar cawan tersebut diketuk-ketukan pada landasannya dengan
tinggi jatuh 1 cm sebanyak 25 ketukan. Bila alur selebar 12,7 mm yang berada di tengah tertutup sampai
batasan 25 ketukan, maka kadar air tanah pada saat itu merupakan “batas cair”.
Karena sulitnya membuat percobaan yang memungkinkan alur tertutup tepat pada ketukan
25 kali, maka perlu dilakukan percobaan berulang-ulang dengan mengambil nilai ketukan antara 15
sampai 35 ketukan saat alur tertutup. Dari data tersebut dibuat grafik semilog, kemudian dicari
berapa nilai kadar air pada ketukan ke-25.
b. Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis adalah kadar air terendah dimana tanah mulai bersifat plastis. Dalam hal ini
sifat plastis ditentukan berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung oleh telapak tangan diatas
kaca mulai retak setelah mencapai 1/8 inch.
Kemudian jugadidefinisikan sebagai nilaikadar air pada kedudukan antara daerah
plastis dengan daerah semi padat. Nilai batas plastis ini ditentukan dengan percobaan
menggulung tanah hingga diameter 3,2 mm dan mulai mengalami retak-retak. Kadar air
tanah yang digulung dalam kondisi tersebut merupakan nilai “batas plastis” tanah.

Uji Batas Plastis dengan Gulungan Tanah ± 3,2 mm

c. Batas Susut (Shrinkage Limit)

Batas susut adalah adalah batas kadar air dimana tanah dengan kadar air dibawah nilai
tersebut tidak menyusut lagi (tidak berubah volume).
nilai kadar air pada kedudukan antara zone semi padat dengan zone padat. Pada kondisi ini
pengurangan kadar air dalam tanah tidak akan mempengaruhi lagi pengurangan volume pada tanah.
Percobaan untuk mengetahui batas susut dilakukan dengan mengisi tanah jenuh sempurna
ke dalam cawan porselin berukuran diameter 44,4 mm dan tinggi 12,7 mm. Selanjutnya cawan dan
tanah isinya dikeringkan dalam oven. Setelah tanah dalam cawan mengering, selanjutnya
dikeluarkan dari cawan tersebut. Untuk mengetahui nilai batas susut, maka sampel yang telah
kering dicelupkan ke dalam air raksa, dan nilai batas susutnya dihitung

d. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

F. Analisis Butiran Tanah.


Sifat dan karakteristik tanah sangat dipengaruhi oleh komposisi dan ukuran butirannya. Oleh
karena itu maka pengklasifikasian tanah selalu didasarkan pada ukuran butiran tanah, sehingga
investigasi tanah selalu diawali dengan pengujian analisis butiran.
Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan prosentase berat butiran pada ukuran diameter
tertentu. Untukmenganalisis ukuran butiran tanah,perlu dilakukan dua pengujian yang simultan, dan
tak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni : analisis saringan (sieve analysis), dan analisis
hydrometer (hydrometer analysis).
a. Analisis Saringan
Analisis saringan dipergunakan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang berbutir
kasar (granuler), yang dilakukan terhadap sampel tanah yang kering. Pelaksaan pengujian ini adalah
dengan melakukan penyaringan bersusun pada satu unit alat saringan standar. Berat tanah yang
tertinggal pada setiap saringan ditimbang, lalu diprosentasekan terhadap berat total sampel tanah
yang dianalisis. Susunan saringan berdasarkan standar ASTM (American Standard of Testing
Material)

b. Analisis Hidrometer
Analisis hidrometer dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah yang berbutir halus
atau bagian halus dari tanah berbutir campuran (common soil). Sampel tanah yang akan diuji dengan
analisis hydrometer, adalah partikel tanah yang lolos saringan No.200, dan terlebih dahulu harus
bebas dari material organik, yang dimaksudkan agar zat organik yang belum merupakan bagian dari
konsistensi tanah, tidak akan mengacaukan analisis hidrometer tersebut.

2. Sifat Mekanik (Mechanical Engineering Properties)

Sifat mekanik didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk membawa atau menahan gaya
atau tegangan. Pada saat menahan beban, atom-atom atau struktur molekul berada dalam kesetimbangan.
Gaya ikatan pada struktur menahan setiap usaha untuk mengganggu kesetimbangan ini, misalnya gaya luar
atau beban. Berikut ini 8 sifat mekanis material:

1. Kegetasan atau brittleness

Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu material mengalami kerusakan. Material
getas secara mendadak rusak tanpa munculnya tanda-tanda terlebih dahulu. Material dengan sifat kegetasan
ini tak memiliki titik mulur atau proses penampang yang mengecil dan kekuatan patah. Beberapa contoh
material yang memiliki sifat kegetasan antara lain semen cor, batu, besi cor. Material seperti ini
menggunakan uji tekan untuk menentukan kekuatannya.

2. Ketangguhan atau toughness

Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan beban impact tinggi atau beban kejut.
Ketika sebuah material mendapatkan beban impact, maka yang terjadi adalah sebagian energi dipindahkan
dan sebagian energi diserap. Pengukuran ketangguhan ditentukan berdasarkan luasan di bawah kurva
tegangan regangan dari titik asal hingga ke titik patah.

3. Kekuatan atau strength

Sifat material yang satu ini ditentukan berdasarkan tegangan paling besar saat material mampu renggang
sebelum akhirnya rusak. Material dengan sifat seperti ini tidak mempunyai nilai tertentu yang bisa
mendefinisikan kekuatannya. Sebab perilaku material berbeda baik terhadap pembebanan maupun beban.

4. Keuletan atau ductility

Material dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi terhadap beban tarik sebelum akhirnya
patah. Material yang mempunyai sifat ulet adalah material yang bisa ditarik menjadi kawat tipis panjang
dengan gaya tarik tanpa mengalami kerusakan. Keliatan material ditandai dengan persentase perpanjangan
panjang ukur material selama melakukan uji tarik dan persentase pengurangan luas penampang.

5. Kekakuan atau stiffness

Sifat material ini mempunyai kemampuan renggang pada tegangan tinggi dengan tidak diikuti regangan
yang besar. Kemampuan inilah yang disebut ketahanan terhadap deformasi. Kekakuan material adalah
fungsi dari modulus elastisitas dengan simbol E. Material dengan nilai modulus elastisitas yang tinggi
berdeformasi lebih kecil terhadap beban jika dibandingkan dengan material dengan modulus elastisitas
lebih rendah. Baja adalah salah satu contoh material dengan modulus elastisitas tinggi. Sedangkan kayu
adalah contoh material dengan modulus elastisitas rendah.
6. Elastisitas atau elasticity

Material yang mempunyai sifat elastisitas adalah material yang dapat kembali ke dimensi awal sesudah
beban dilepaskan atau dihilangkan. Tetapi sangat sulit untuk dapat menentukan nilai yang tepat untuk sifat
elastisitas ini. Pengukuran yang dilakukan hanya untuk menentukan batas elastisitas ataupun rentang
elastisitas sebuah material.

7. Kelenturan atau resilience

Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam menerima beban impact yang tinggi tanpa
mengakibatkan tegangan lebih pada batas elastis. Keadaan ini menunjukkan, energi yang diserap selama
masa pembebanan disimpan dan dikeluarkan saat material tidak lagi dibebani. Pengukuran terhadap
kelenturan suatu material sama seperti pengukuran terhadap ketangguhan suatu material.

8. Kelunakan atau malleability

Sifat kelunakan yang dimiliki oleh suatu material membuat material tersebut mampu mengalami deformasi
plastis terhadap beban tekan sebelum akhirnya patah. Pada umumnya, material yang sangat liat juga
mempunyai sifat cukup lunak.

Anda mungkin juga menyukai