PRASARANA TRANSPORTASI
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENDAHULUAN
Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari
kumpulan komponen-komponen jalan rel yaitu :
a. Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari
komponen-komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper,
tie).
b. Struktur bagian bawah, atau dikenali sebagai substructure, yang terdiri dari
komponen balas (ballast), subbalas (subballast), tanah dasar (improve subgrade) dan
tanah asli (natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di bawah subbalas
yang berasal dari tanah asli tempatan atau tanah yang didatangkan (jika kondisi tanah
asli tidak baik), dan telah mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau
diberikan perlakuan khusus (treatment). Pada kondisi tertentu, balas juga dapat
disusun dalam dua lapisan, yaitu : balas atas (top ballast) dan balas bawah (bottom
ballast).
2. Ruang milik jalur kereta api Ruang miliki jalur kereta api meliputi bidang
tanah di kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk
pengamanan konstruksi jalan rel. Batas ruang miliki kereta api untuk jalan rel yang
terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan ruang
manfaat jalur kereta api, yang lebarnya paling sedikit 6 meter.
3. Ruang pengawasan jalur kereta api Meliputi bidang tanah atau bidang lain di
kiri dan kanan ruang miliki jalur kereta api digunakan untuk pengamanan dan
kelancaran operasi kereta api. Batas ruang pengawasan jalur kereta api untuk jalan rel
yang terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan
ruang milik jalur kereta api, masing-masing selebar 9 meter.
Pada Kesempatan kali ini, penulis bermaksud untuk mengidentifikasi Jalan Rel
meliputi Ruang Bangun Jalan Rel di sebelah kanan dan kiri As Jalan Rel, Tipe Rel
yang digunakan,Jarak antar rel, Tipe Pelat Landas, Tipe Tipe Penambat,dan juga Tipe
Bantalan yang digunakan.
Pada kegiatan survey yang dilakukan pada tanggal 04 April 2019 yang
bertempat di JPL (Jalur Perlintasan Langsung) Nomor 63, 63 A dan juga Stasiun
Belimbing, Kota Malang di dapatkan beberapa dokumentasi kegiatan terkait jenis
identifikasi yang dilakukan. Berikut ini merupakan hasil dokumentasi dan analisis
mengenai kegiatan survey yang dilakukan.
1. Ruang Bangun Jalan Rel Kereta Api
Berdasarkan Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api Tentang Pengalokasian Ruang untuk
Pengoperasian poin c dan d mengenai batas ruang bangun yaitu sebagai berikut
c. Ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala
bangunan tetap.
d. Batas ruang bangun diukur dari sumbu jalan rel pada tinggi 1 meter sampai 3,55
meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, didapatkan jarak dari as jalan rel ke
tepi kanan sebesar 2,5 meter yang mana masih memenuhi persyaratan untuk jarak ruang
bangun jalan rel dan jarak dari as jalan rel ke tepi kiri sebesar 1,9 meter yang mana tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada PM NO.60 Tahun 2012 dengan segmen
jalur lintas bebas dan jalur lurus yaitu minimal sebesar 2,35 meter. Hal ini menandakan
bahwa masih terdapat beberapa hal yang harus dibenahi mengenai ketertiban di sepanjang
jalan rel.
2. Identifikasi Jalan Rel
a. Penambat
Penambat yang digunakan pada lokasi survey terdapat beberapa jenis penambat, pada
JPL 63 sampai 63 A, tipe penambat yang digunakan yaitu penambat elastis berupa Pandroll
E-Clip dengan dokumentasi gambar sebagai berikut :
Sedangkan pada lokasi di sekitar Stasiun Blimbing hingga mencapai JPL 63,
digunakan tipe penambat kaku Tirefond dengan tie plate dan juga menggunakan penambat
elastis berupa DE-Clip dengan dokumentasi sebagai berikut :
DE-Clip
Tirefond
Fungsinya sebagai tempat perletakan batang rel dan juga lubang penambat,
untuk melindungi permukaan bantalan akibat tindihan batang rel, dan untuk
mentransfer beban dari rel ke bantalan
Pelat Landas yang digunakan pada lokasi survey terdapat beberapa jenis. Pada
JPL 63 sampai 63 A menggunakan pelat landas Rubber Pad yang digunakan pada
bantalan Beton dan pada Daerah stasiun Blimbing hingga mencapai pos JPL 63
menggunakan pelat landas berupa tie plate. Berikut ini dokumentasi hasil survey yang
dilakukan
Gambar 3. Pelat Landas Rubber Pad Gambar 4. Pelat Landas Tie Plate
c. Bantalan
(2) Menjaga kelebaran trek agar selalu konstan (tidak meregang atau menyempit)
(3) Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian
KA
(4) Mentransfer axle load dari batang rel dan plat landas untuk disebarkan ke
lapisan batu ballast.
Bantalan yang digunakan pada lokasi survey terdapat beberapa jenis. Pada JPL
63 sampai 63 A menggunakan Bantalan jenis Beton dan pada Daerah stasiun
Blimbing hingga mencapai pos JPL 63 menggunakan Bantalan jenis kayu dan
Baja / Besi. Berikut ini dokumentasi hasil survey yang dilakukan
Gambar 5. Bantalan Beton
Ketika kami berada di lokasi survey, kami bertemu dengan beberapa surveyor
yang sedang melakukan kegiatan survey mulai dari bangil hingga daerah malang
dengan tujuan untuk meningkatkan tipe rel yang semula dari tipe 48 menjadi tipe
54. Survey dilakukan dengan menggunakan waterpass untuk mengukur jarak dan
penggambaran titik-titik lokasi di sepanjang jalan rel mulai dari Bangil hingga
Malang.