Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,
perkembangan teknologi menciptakan berbagai kamajuan di segala sektor
kehidupan. Pemanfaatan teknologi informasi ataupun komunikasi secara
optimal menimbulkan perkembangan yang luar biasa pada abad 21. Untuk
dapat menjadi manusia yang mampu berkompetisi pada abad 21, pendidikan
memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan bekal keterampilan dan
kemampuan untuk menghadapi perkembangan zaman. Seperti yang
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan sains memiliki kontribusi yang besar dalam
mengembangkan kemampuan pemahaman yang lebih baik terkait
pengetahuan alam sekitar dengan lebih efektif. Pendidikan sains merupakan
salah satu aspek pendidikan yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Proses pembelajaran sains mampu memberikan pengalaman yang
konkret pada peserta didik dalam memahami pengetahuan yang disampaikan
pendidik, hal ini memberikan kemudahan peserta didik dalam
mengembangkan kompetensinya dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Penjelasan tersebut didukung dengan pendapat deGraff (2017) bahwa
“scientific literacy in broad terms and argued that an openeded approach,
free of benchmarks and highstakes testing. Allows teachers and students more
freedom to choose from a wide variety of science content and methodologies”
literasi sains secara luas dan berpendapat bahwa pendekatannya bersifat
terbuka, bebas dari tolok ukur atau patokan serta pengujian yang tinggi,
memungkinkan guru dan siswa memiliki lebih banyak kebebasan untuk
memilih dari beragam konten dan metodologi sains ”. Dari pemaparan diatas,
jelas bahwa pendidikan sains sangat mendukung peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan pengetahuan untuk mampu menghadapi
perkembangan abad 21.
Pengembangan kemampuan literasi sains merupakan salah satu tujuan
terpenting dalam pendidikan sains. Literasi sains memiliki peran penting
dalam kehidupan sehari-hari manusia (BouJaoude, 2002; Dewan Penelitian
Nasional [NRC], 1996; Zembylas, 2002 Oleh sebab itu, peserta didik dituntut
memiliki keterampilan literasi sains untuk dapat menghadapi perkembangan
teknologi pada abad 21. Namun, pada kenyataannya pada data penelitian
Sariwulan Diana (2015) memaparkan data terkait hasil pemetaan Trends in
International Mathematics and Scinece Studies (TIMSS) tahun 2011 di bidang
literasi sains, Indonesia berada di peringkat 40 dari 42 negara (Abas, 2013;
Dewiyatini et al.,2014), sedangkan menurut hasil penelitian Programme for
International Student Assesment (PISA) tahun 2012 yang dipublikasi Organisation
for Economic Co-Operation and Development (OECD) juga menunjukkan posisi
Indonesia yang berada pada peringkat 64 dari 65 negara. Dari hasil berbabagai
penelitian yang menunjukan bahwa Indonesia masih memiliki tingkat kemampuan
literasi sains yang rendah, hal ini menyebabkan dibutuhkan model pembelajaran IPA
yang efektif dan mampu menunjang dalam mengembakan kemampuan literasi sains
peserta didik.
Model pembelajaran menjadi salah satu cara sebagai peningkatakan kualitas
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran sangat membantu pendidik dalam
menciptakan suasana belajar yang inovatif, efektif dan efisien. Menurut M. Afandi
dkk (15: 2013) menjelasakan bahwa model pembelajaran adalah suatu suatu
prosedur pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman selama proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang didalamnya terdapat
teknik, strategi, metode, media bahkan alat penilaian pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran atau
materi yang akan disampaikan pendidik.
Model pembelajaran STS (Science, Technology and Society) merupakan salah
satu model yang sesuai dengan karakteristik pendidikan sains. Pendidikan sains
memiliki karakteristik bahwa proses pembelajaran sains selalu menekankan pada
pembelajaran yang konkret dengan memberikan pengalaman-pengalaman belajar
yang sangat dekat dengan kehidupan peserta didik. Dari permasalahan yang
dijelaskan perlu digunakan model pembelajaran yang mampu menghubungkan
permasalahan sains/ ilmiah dengan perkembangan teknologi untuk meningkatkan
melek pengetahuan sains/ literasi sains peserta didik, Salah satu model pembelajaran
yang dianggap mampu meningkatkan literasi sains dalam proses pembelajaran
adalah model pembelajaran STS.
National Science Teacher Association (NSTA) mengungkapkan bahwa STS
merupakan model pembelajaran yang mampu menghubungkan teknologi, sains dan
masyarakat dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan literasi sains, teknologi dan masyarakat, bahwa
diharapkan peserta didik tidak hanya memahami pengetahuan sains terkait konsep
namun peserta didik mampu mengaplikasikan konsep-konsep sains dalam
kehidupannya, baik melalui teknologi yang berkembang di masyarakat ataupun
kehidupan sehari-hari . (M G Devi and N Aznam, 1: 2018). Poedjiaji dalam M G
Devi and N Aznam (2: 2018) menjelaskan tujuan model pembelajaran STS, bahwa
model pembelajaran STS mampu membentuk individu yang memiliki literasi sains
dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini di perkuat dengan pernyataan Miller (1996)
dalam Cátia Bettencourt (2011) “STS education can contribute greatly to the
education of citizens, preparing them to face contemporary technological issues and
scientific changes” Miller menekankan bahwa model pembelajaran STS mampu
membuat kontribusi yang substansial dalam mempersiapkan peserta didik untuk
dapat mengahadapi perkembangan teknologi dan permasalahan sains yang
berkembang di masyarakat.
Model pembelajaran yang juga dapat dikatakan memiliki kesesuaian dengan
karakteristik pendidikan sains yaitu model pembelajaran inkuiri. Bahkan menurut
Sitiatava (84: 2013) model pembelajaran inkuiri ilimiah merupakan model
pembelajaran berbasis sains, yaitu suatu pembelajaran yang dirancang untuk mampu
memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam melakukan penelitian suatu
maslah dan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan fakta. Dalam kegiatan
pembelajarannya, model pembelajaran inkuiri mampu memaksimalkan seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari ,menyelidiki sesuatu secara sistematid,
kritis, logis dan analitis, sehingga peserta didik mampu merumuskan sendiri
temuannya dengan percaya diri.
Keberhasilan pendidikan dalam memberikan kebutuhan peserta didik terkait
literasi sains tidak hanya melalui usaha dengan menggunakan model pembelajaran
yang efektif. Hasil penelitian PISA yang menunjukan bahwa tingkat literasi sains
peserta didik Indonesia masih sangat rendah, hal ini tentu akan menjadi tanggung
jawab besar bagi pendidikan untuk memberikan bekal bagi peserta didik, karena
tentu ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri (self efficacy) peserta didik
dalam pembelajaran sains. Menurut hasil penelitian Kerti Ait dkk (2015) didaptakan
bahwa hasil penelitian terkait kepercayaan diri (self efficacy) terhadap keterampilan
abad 21 seperti memahami sains, berkolaborasi dan komunikasi dengan orang lain.
Peserta didik yang memiliki tingkat self efficacy yang tinggi terhadap semua itu
maka akan lebih mudah dan siap dalam mengahadapi abad 21. Dari hasil penelitian
tersebut, maka tingkat self efficacy akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan
peserta didik dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam
mengahadapi abad 21 salah satunya yaitu literasi sains.
Pendidik harus sangat memahami faktor-faktor yang akan menunjang
keberhasilan tujuan pendidikan khususnya terkait kemampuan literasi sains peserta
didik yang menjadi kebutuhan sangat penting bagi peserta didik dalam menghadapi
abad 21. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik IPA dan
tentunya dengan melihat keyakinan peserta didik terhadap kemampuan diri sendiri/
self efficacy. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian dengan
judul “pengaruh model pembelajaran STS dan model pembelajaran inkuiri terhadap
keterampilan sains ditinjau dari self efficacy siswa sekolah dasar”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan
penelitian yaitu:
1) Apakah ada perbedaan kemampuan literasi sains siswa dengan model
pembelajaran STS dan model pembelajaran inkuiri ?
2) Apakah ada perbedaan kemampuan literasi sains siswa yang memiliki self
efficacy tinggi, sedang dan rendah?
3) Apakah ada interaksi antara model pembelajaran STS dan self efficacy siswa
terhadap kemampuan literasi sains?
C. Tujuan penelitan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan
penelitian tersebut untuk mengetahui
1. perbedaan kemampuan literasi sains siswa dengan model pembelajaran STS
dan model pembelajaran inkuiri
2. perbedaan kemampuan literasi sains siswa yang memiliki self efficacy tinggi,
sedang dan rendah
3. interaksi antara model pembelajaran STS dan self efficacy siswa terhadap
kemampuan literasi sains

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis

b. Sebagai bahan informasi yang dapat membantu meningkatan


kemampuan literasi sains siswa dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar.
c. Sebagai bahan informasi bagi Program Studi Magister Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret dalam upaya pengembangan keilmuan pendidikan guru
sekolah dasar.
d. Sebagai bahan pengembangan penelitian yang akan datang,
khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a.Bagi Guru
1) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar khususnya dalam
meningkatakan kemampuan literasi sains peserta didik.
2) Sebagai dasar pertimbangan dalam menetukan model
pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar.
b. Bagi Sekolah
1) Mengembangkan wawasan tentang kemampuan literasi sains
merupakan kebutuhan penting peserta didik pelaksanaan
pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar.
2) Meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik melalui
penerapan model pembelajaran inovatif dengan tingkat self
efficacy peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai