Anda di halaman 1dari 19

PNEUMATIC CONVEYOR as MATERIAL HANDLING

PENYUSUN
Prabowo 02111440000050
Evrima Zulvia Pawesty 02111540000073
Heny Lestari 02111540000078
Yusuf Tri Anggara 02111540000126
Juan Carlos Marcos 02111540000193

Dosen :
Achmad Syaifudin, Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengangkutan material baik berupa bahan baku ataupun barang jadi saat ini
menjadi komponen yang sangat penting dalam sebuah sistem industri. Saat ini
waktu dan biaya transportasi menjadi hal yang sangat dipertimbangkan dalam
sebuah perusahaan untuk menekan biaya produksi. Dengan beberapa pertimbangan
yang sangat teliti sebuah perusahaan akan menentukan suatu jenis peralatan
pengangkutan yang paling efektif dan efisien yang dapat dipakai.
Dalam industri susu, sumber bahan baku yang berupa serbuk susu (base
powder), dalam proses pengangkutannya, dibutuhkan suatu alat pengangkut yang
dapat menghantarkan material dari satu feeding point menuju ke satu buah discharge
point/delivery point. Alat tersebut harus bisa menghantarkan material secara
kontinyu dengan kapasitas yang konstan sesuai dengan kebutuhan dan juga
melindungi material dari kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Dari latar belakang masalah tersebut kemudian ditentukan alat pengangkut
yang dapat memenuhi tuntutan kondisi di atas, yakni pneumatic conveyor.
Penggunaan pneumatic conveyor oleh manusia sudah dimulai sejak beberapa puluh
tahun silam sampai saat sekarang. Salah satu sejarah mencatat pemakaian pneumatic
conveyor pada sebuah penggilingan gandum di London sejak akhir abad 19. Pada
waktu itu pneumatic conveyor digunakan untuk mengangkut gandum dari gudang
penyimpanan menuju ke mesin penggiling.
Pneumatic conveyor banyak digunakan dalam berbagai macam industri.
Industri yang banyak memanfaatkan pneumatic conveyor antara lain industri
pengolahan makanan dan minuman, industri pengolahan plastik, industri farmasi
dan kimia, indusri semen dan lain-lain. Salah satu keuntungan dari pneumatic
conveyors adalah biaya pemeliharaan cukup rendah, handal dalam mengangkut
berbagai jenis material, serta sangat cocok untuk pemindahan material yang
membutuhkan sanitasi tinggi seperti dalam industri susu, karena material yang
dipindah tertutup sangat rapat karena di dalam pipa dan tanpa losses. Selain itu
pneumatic conveyor merupakan jenis pesawat pengangkut dengan resiko
kecelakaan yang cukup kecil bila dibandingkan dengan jenis pesawat pengangkut
yang lain. Hal ini tentu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam industri,
terutama indusri yang memproses bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang permasalahan di atas, kita dapat merumuskan beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan sistem pengangkutan yaitu :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi pemilihan pneumatic conveyor sebagai
material handling susu bubuk
2. Bagaimana cara mengevaluasi efektivitas dan efisiensi tipe pneumatic
conveyor
3. Bagaimana cara mengidentifikasi erosi pada pipa pneumatic conveyor
4. Bagaimana cara mengkalkulasi daya berdasarkan tekanan yang dibutuhkan
blower pneumatic conveyor
5. Bagaimana cara mengatasi terjadinya heterogenitas bubuk susu, antara ukuran
normal dan ukuran gumpalan

1.3 Batasan Masalah


Pada pembahasan kali ini terdapat Batasan masalah. Batasan-batasan
masalah dalam perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Conveyor yang digunakan difokuskan pada jenis dilute phase pneumatic
conveyor dan dense phase pneumatic conveyor untuk mengangkut bubuk susu
(base powder) dari feeder hopper menuju ke silo dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a. Kapasitas pengangkutan : 2 ton/jam
b. Jarak pengangkutan : 44 m
c. Temperatur udara lingkungan di asumsikan 30°C dengan massa jenis udara
3
pada kondisi tersebut adalah 1,177 kg/m .

1.4 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembahasan pneumatic conveyor ini adalah :
1. Dapat mengidentifikasi pemilihan pneumatic conveyor sebagai material
handling susu bubuk yang sesuai dengan kebutuhan
2. Dapat mengevaluasi efektivitas dan efisiensi tipe pneumatic conveyor
3. Dapat mengidentifikasi erosi pada pipa pneumatic conveyor
4. Dapat mengkalkulasi daya berdasarkan tekanan yang dibutuhkan blower
pneumatic conveyor
5. Dapat mengatasi terjadinya heterogenitas bubuk susu, antara ukuran normal
dan ukuran gumpalan

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Material handling

Material Handling atau Penanganan Bahan adalah proses yang mencakup


operasi dasar dalam pergerakan, perlindungan, penyimpanan dan
pengendalian bahan dan produk di seluruh pembuatan (manufaktur),
pergudangan, distribusi, konsumsi dan pembuangan (disposal). Proses
Material Handling atau Penanganan Bahan ini sangat penting karena semua
bahan dan produk harus ditangani dengan baik sehingga dapat mencapai
tujuannya dengan aman dan juga untuk menjaga kondisi dan kualitas bahan-
bahan yang ditangani tersebut. Sebagai suatu proses, Material Handling atau
Penanganan Bahan menggabungkan berbagai peralatan manual, semi-otomatis
ataupun otomatis dengan sistem-sistem yang dapat mendukung kelancaran
fungsi rantai pasokan (supply chain) dan logistik.

Dapat dikatakan bahwa proses penanganan bahan tidak menambahkan nilai


apapun pada suatu produk tetapi akan menambah biaya pada produk dan oleh
karena itu akan meningkatkan biaya operasional produksi yang akhirnya akan
merugikan perusahaan ataupun pelanggan. Material Handling atau Penanganan
Material yang buruk juga akan mengakibatkan penundaan dan gangguan
terhadap proses produksi. Demikian juga Peralatan ataupun Mesin Produksi
akan menganggur dan tidak dapat menghasilkan jumlah kuantitas yang
diinginkan.

Berikut ini adalah tujuan Material Handling atau Penangan Bahan dalam
Manajemen Operasi dan Produksi.

1. Meminimalkan biaya-biaya Penanganan Material.


2. Meminimalkan gangguan dan penundaan dengan menyediakan bahan yang
diperlukan pada waktu yang tepat dan jumlah yang tepat juga.
3. Meningkatkan kapasitas produktif dari fasilitas produksi dengan
pemanfaatan kapasitas yang efektif dan meningkatkan produktivitas.
4. Menjaga keamanan dalam penanganan material/bahan melalui perbaikan
kerja.
5. Pencegahan kerusakan pada material atau bahan yang ditangani.
6. Mengurangi biaya-biaya yang berkaitan dengan Persediaan (Inventory)

Berikut ini 20 Prinsip Material Handling atau 20 Prinsip Penanganan


Bahan :

1. Prinsip Perencanaan (Planning Principle) : Semua aktivitas Penanganan


harus direncanakan.
2. Prinsip Sistem (Systems Principle) : Mengintegrasikan aktivitas
Penanganan (penerimaan, penyimpanan, produksi, inspeksi, pengepakan,
pergudangan, pasokan dan transportasi) yang efektif ke dalam desain
sistem yang terintegrasi.
3. Prinsip pemanfaatan ruang (Space Utilisation Principle) : Mendorong
pemanfaatan yang efektif dari semua ruang yang tersedia.
4. Prinsip Muatan Unit (Unit Load Principle) : Meningkatkan kuantitas,
ukuran dan berat beban yang ditangani.
5. Prinsip Gravitasi (Gravity Principle) :Mendorong penggunaan prinsip
gravitasi dalam pergerakan barang.
6. Prinsip aliran material (Material flow principle) : Merencanakan urutan
operasi dan pengaturan peralatan mengoptimalkan aliran material.
7. Prinsip Penyederhanaan (Simplification principle) : Mendorong
penyederhanaan metode dan proses dengan menghapus gerakan yang tidak
perlu.
8. Prinsip Keselamatan (Safety Principle) : Mendorong penyediaan peralatan
penanganan yang aman sesuai dengan peraturan dan regulasi keselamatan.
9. Prinsip mekanisasi (Mechanization Principle) : Menggunakan peralatan
penanganan material mekanis atau otomatis untuk meningkatkan efisiensi.
10. Prinsip Standardisasi (Standardization Principle) : Mendorong standarisasi
metode penanganan dan peralatan.
11. Prinsip Fleksibilitas (Flexibility principle) : Gunakan metode dan peralatan
yang dapat melakukan berbagai tugas dan aplikasi.
12. Prinsip pemilihan peralatan (Equipment selection Principle) :
Mempertimbangkan semua aspek material, langkah dan metode yang akan
digunakan.
13. Prinsip Bobot Berat (Dead weight Principle) : Mengurangi rasio bobot
berat agar dapat dimuat di peralatan bergerak.
14. Prinsip gerak (Motion Principle) : Peralatan yang dirancang untuk
mengangkut material harus dijaga agar tetap bergerak.
15. Prinsip waktu menganggur (Idle time Principle) : Mengurangi waktu
menganggur / waktu tidak produktif baik peralatan Material Handling
maupun tenaga manusia.
16. Prinsip perawatan (Maintenance Principle) : Merencanakan perawatan
preventif atau perbaikan terjadwal dari semua peralatan penanganan.
17. Prinsip keabadian (Obsolescence Principle) : Menggantikan metode atau
peralatan penanganan yang usang ketika terdapat metode atau peralatan
yang lebih efisien untuk dapat meningkatkan operasi.
18. Prinsip kapasitas (Capacity Principle) : Gunakan peralatan penanganan
untuk membantu mencapai kapasitas penuhnya.
19. Prinsip kontrol (Control Principle) : Gunakan peralatan penanganan
material untuk meningkatkan pengontrolan produksi, pengontrolan
inventaris dan penanganan lainnya.
20. Prinsip kinerja (Performance Principle) : Tentukan efisiensi penanganan
kinerja dalam hal biaya per unit yang ditangani yang merupakan kriteria
utama.

2.2 Conveyor
Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Konveyorbanyak
dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan.Konveyor terutama berguna dalam aplikasi yang melibatkan
transportasi bahan berat ataubesar.
Sistem konveyor memungkinkan transportasi cepat dan efisien untuk
berbagai bahan.Banyak jenis sistem konveyor yang tersedia, dan digunakan
sesuai dengan kebutuhanberbagai industri yang berbeda.Dalam kondisi
tertentu, konveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding
transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut. Konveyordapat
memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke
tempat lain
2.2.1 Pneumatic conveyor
Pneumatic conveyor merupakan salah satu mesin pemindah bahan
khususnya untuk pengangkutan beban curah. Prinsip kerja dari pneumatic
conveyor adalah mengalirkan material didalam pipa dengan bantuan
aliran udara bertekanan. Perawatan yang relative murah konsumsi daya
yang kecil dan fleksibilitas pengangkutan merupakan faktor yang
menjadikan pneumatic conveying ini banyak digunakan di dunia industri.
Adapun parameter yang menjadi focus perancangan adalah proses
pengisian material pada feeder kebutuhan debit dan tekanan udara
pengangkutan proses pembentukan plug serta kerja compressor.
Gambar 2.1 pneumatic conveyor

Gambar 2.2 fase dari material yang ditransportasikan pneumatic conveyor


2.2.1.1 Dilute phase pneumatic conveyor

Metode ini menggunakan tekanan fluida tinggi pada tekanan rendah. Volume dan
kecepatan fluida pengangkut yang digunakan harus cukup untuk mengangkut material
yang dibawa terjaga dalam fase dilute (partikel material dan pengangkut bercampur).
Material yang terbawa bersifat kontinyu dan tidak mengendap di jalur pengangkutan.
Kecepatan tinggi yang digunakan harus terjaga. Dilute phase conveyor biasanya
menggunakan kecepatan antara 5000ft/min sampai 8000 ft/min.
2.2.1.2 Dense phase pneumatic conveyor

Dense phase pneumatic conveyor menggunakan rasio kecepatan


yang rendah antara material yang dibawa dengan kebutuhan fluida
pengangkut. Sistem ini dapat mempertahankan bentuk material
meskipun material yang diangkut berupa campuran. Kecpatan
yang rendah cocok untuk mengangkut material yang rapuh seperti
kopi, beras, fiberglass dan lain-lain. Kecepatan yang rendah juga
dapat meminimalkan keausan yang terjadi di jalur pengangkutan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pemilihan Pneumatic Conveyor Sebagai Material Handling Susu Bubuk


Bila diidentifikasi lebih lanjut susu bubuk adalah material yang bersifat halus
sehingga apabila dihantarkan melalui pipa pada pneumatic conveyor maka tidak terjadi
permasalahan yang berarti. Pneumatic conveyor dan cara penghantaran materialnya
sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Dilute Phase Pneumatic Conveyor :
Karakteristik partikel pada conveyor ini adalah tidak dapat tersuspensi pada gas
pengangkut

Gambar 3.1 Dilute-phase pneumatic conveying


Pada dilute phase pneumatic conveyor dibutuhkan tekanan yang kecil
sedangkan partikel bergerak dengan kecepatan yang tinggi.
2. Dense Phase Pneumatic Conveyor
Karakteristik pada jenis ini yaitu partikel dapat tersuspensi pada gas
pengangkut.

Gambar 3.2 Dense Phase Pneumatic Conveying


Pada Dense Phase Pneumatic Conveyor dibutuhkan tekanan yang besar
sedangkan pertikel bergerak dengan kecepatan rendah.
Diketahui pula bahwa pada material yang bersifat kasar atau coarse untuk
dihantarkan perlu dilakukan pengggumpalan menjadi suspensi sehingga digunakan
dense-phase pneumatic conveyor. Dan sebaliknya untuk material yang bersifat halus
atau fine. Dipertimbangkan pula, dense-phase conveyor dalam mentransportasikan
partikel mempunyai kapasitas yang besar hingga 100t/h sedangkan dilute-phase
conveyor mempunyai kapasitas hingga 10t/h. Hal tersebut menujukkan bahwa rasio
padatan disbanding udara (SLR) pada dense-phase conveyor secara umum relative
lebih besar dibanding dilute-phase conveyor.
Sehingga dapat diidentifikasi tipe pneumatic conveyor berdasarkan transport
rate 2t/h dan karakter susu bubuk yang halus adalah dengan menggunakan dense-phase
pneumatic conveyor.
3.2 Efektifitas dan Efisiensi Pneumatic Conveyor
Dua jenis pneumatic conveyor yang dievaluasi yaitu dilute phase pneumatic
conveyor dan dense phase pneumatic conveyor. Pada proses pengolahan susu bubuk
dibutuhkan material handling untuk mengantarkan bubuk susu dari feeder hopper ke
silo pengemasan. Dilute phase pneumatic conveyor menggunakan fluida dengan
kecepatan tinggi bertekanan rendah untuk mengantarkan material. System dilute phase
jika dibandingkan dengan dense phase cenderung lebih sederhana. Biaya investasi awal
sangat ekonomis jika dibandingkan dengan dense phase. Namun, penggunaan energi
pada dilute phase kurang efisien karena daya yang dibutuhkan tinggi dan banyak terjadi
residu pada pipa dan banyak degradasi material pipa akibat kecepatan tinggi. Hampir
semua materi bisa diantarkan terutama materi yang ringan dan kering yang berbentuk
powder.
Dense phase pneumatic conveyor menggunakan fluida dengan kecepatan
rendah bertekanan tinggi, sehingga tingkat keausan material dan sistem rendah.
Penggunaan energi lebih efisien dibandingkan dengan dilute phase karena penggunaan
daya yang lebih rendah. Material yang bisa diangkut hanya dalam bentuk padat
gumpalan. Untuk biaya investasi awal lebih mahal dibandingkan dengan dilute phase.
Namun biaya operasionalnya akan semakin rendah karena material pipa dapat bertahan
lebih lama akibat kecepatan transport yang rendah dan gesekan yang terjadi relatif kecil
akibat partikel yang menggumpal.

3.3 Penyebap Erosi Pada Pipa Oleh Bubuk Susu


Penyebab terjadinya erosi pada pipa dapat diakibatkan oleh gesekan terhadap
susu bubuk dan ketahanan material penghantar (material handling). Gesekan yang
terjadi di dalam pipa dapat disebabka beberapa faktor, yaitu:
 Kecepatan
Semakin tinggi kecepatan hantar membuat daya gesek bubuk susu dengan pipa
semakin besar.
 Turbulensi
Kecepatan tinggi menyebabkan bubuk susu menjadi turbulen. Aliran turbulen
bergerak secara acak sehingga gesekan pada pipa berubah secara acak.
 Viskositas
Viskositas merupakan fungsi perbandingan debit antara bubuk susu dengan fluida
(SLR). Viskositas yang rendah menyebabkan campuran bubuk susu dan fluida
pengangkut lebih mudah mengalir.
 Kekasaran pipa
Pipa yang kasar menghambat aliran dan menyebabkan gesekan pada transportasi
material bubuk susu.
Ketahanan material penghantar diidentifikasi melalui sifat mekanik dan sifat
fisik yang dimilikinya.
 Sifat Mekanik :
1. Kekerasan
2. Kekuatan
3. Modulus Elastisitas
4. Keuletan
5. Kelentingan
6. Ketangguhan
 Sifat Fisik : Konduktivitas panas
Sehingga material penghantar yang digunakan harus memiliki kekerasan yang
cukup untuk mengatasi gesekan yang terjadi, memiliki ketangguhan yang cukup untuk
mengatasi beban yang dapat mengakibatkan bending dan memiliki ketahanan panas
yang cukup untuk mengatasi panas akibat gesekan. Hal tersebut dilakukan agar
material penghantar aman digunakan.

3.4 Daya pada Pneumatic Conveyor

Gambar 3.3 Susunan pada Negative-Pressure Pneumatic Conveyor


Berdasarkan “Pneumatic Conveyor Design Guide” (Mills, David) daya yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan pneumatic conveyor adalah :
𝑃
̇ ( ) 𝑘𝑊
𝑃 = 202 𝑉 ln
𝑃
atau,
𝑃
𝑃 = 165 𝑚 ̇ ln( ) 𝑘𝑊
𝑃
dimana 𝑉̇ = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑚̇ = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑃 = 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝑒𝑥ℎ𝑎𝑢𝑠𝑡𝑒𝑟
𝑃 = 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 𝑒𝑥ℎ𝑎𝑢𝑠𝑡𝑒𝑟
Sedangkan nilai perbedaan tekanan inlet dan outlet exhauster adalah dampak
pressure drop yang terjadi sepanjang lintasan, sehingga :
𝑃 − 𝑃 ≥ ∆𝑃
Untuk mempermudah desain konveyor pada masa mendatang telah dilakukan
riset sehingga diperoleh syarat yang dijelaskan pada contoh diagram berikut :

Grafik 3.1 Karakteristik conveying untuk jarak hingga 500m melalui popa berdiameter
75mm.
Untuk mengidentifikasi daya berdasarkan perbedaan tipe konveyor dibutuhkan
analisa lebih lanjut. Berdasarkan persamaan, daya merupakan fungsi dari kecepatan
dan tekanan. Dan diketahui pula bahwa tekanan dipengaruhi oleh fungsi kecepatan
dan rasio padatan dengan udara (SLR). Untuk mengetahui daya yang dibutuhkan secara
rinci dapat diperhatikan contoh zenz diagram sebagai berikut :
Grafik 3.1 Hubungan kecepatan udara rata-rata dengan pressure drop.
Berdasarkan Teus Tuinenburg pada forum bulk-online nilai daya yang paling
rendah didapatkan pada tipe dense-phase mempertimbangkan aspek yang telah
disebutkan.
3.5 Mengatasi Heterogenitas Bubuk Susu
Heterogenitas yang terjadi pada material bubuk susu berdasarkan ukurannya
dapat diatasi dengan penggunaan filter dan slicer. Filter yang digunakan pada
pneumatic conveyor ini dipengaruhi oleh 2 parameter :
 Kemampuan udara hisap atau air volume dengan unit “ volume per unit waktu”.
Yakni debit udara dengan Rumus :
𝑄=𝑉𝑥𝐴
 Pressure loss, yaitu kehilangan desakan karena gerakan udara dari ujung hisap
hingga keluar system. Rumusnya ialah :
𝑦
∆𝑃 = 𝜆 𝑥 𝑥𝑉
2𝑦
Filter pada pneumatic conveyor memiliki kemampuan untuk menseparasi gas ataupun
material coarse dengan menggunakan gaya gravitasi pada umumnya. Namun untuk
kasus ini penggunaan filter memang dapat digunakan untuk mengurangi heterogenitas
susu bubuk, namun tidak terlalu efektif kaarena material susu bubuk ini terlalu kecil
untuk penggunaan filter pada pneumatic conveyor.
Slicer pada pneumatic conveyor umumnya berfungsi sebagai separating device.
Dalam kasus ini slicer atau pemotong yang dipasangkan dalam pipa yang dialiri gas
pengangkut akan sangat membantu dala pengurangan penggumpalan dari susu bubuk.
Terlebih lagi penggunaan slicer ini juga dapat berfungsi sebagai clener karena dalam
proses pengangkutan susu bubuk dalam pipa pasti terdapat material angkut yang
menempel dalam pipa yang nantinya dapat menyebabkan aliran menjadi tersumbat.
Oleh karena itu penggunaan slicer sangat efektif dan efisien untuk pengurangan
gumpalan susu bubuk dalam pipa.
1.

Anda mungkin juga menyukai