Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini usia bumi sudah sangat tua, dan sudah sangat sesak dipenuhi
oleh manusia. Pada awalnya, manusia hanya ada Adam dan Hawa. Namun
seiring berjalannya waktu, populasi manusia semakin meningkat tiap
waktunya. Dengan bertambahnya jumlah manusia di bumi, maka kebutuhan
pun akan semakin meningkat, sedangkan sumber daya justru semakin lama
semakin berkurang. Hal inilah yang saat ini menjadi isu hangat di seluruh
belahan bumi tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.504 pulau. Dengan populasi Hampir 270.054.853 juta jiwa pada
tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di
dunia dan negara yang berpenduduk muslim, dengan lebih dari 230 juta
jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2010)
Dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan
timbul apabila pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak diimbangi dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung keberlangsungan
hidup penduduk yang bersangkutan dalam rangka memperoleh kehidupan
dan penghidupan yang makmur dan sejahtera. Salah satu dampak negatif
yang dapat ditimbulkan yaitu berkurangnya lahan tempat tinggal.
Kebutuhan hunian yang meningkat berbanding terbalik dengan
ketersediaan lahan yang ada. Seiring dengan hal tersebut, padatnya bangunan
yang ada di Kota Makassar menyebabkan ketidakseimbangan iklim Kota
Makassar, dikarenakan banyaknya bangunan yang belum selaras dengan
lingkungannya. Konsep pembangunan ke arah vertikal seperti rumah susun,
flat, dan kondominium akan dapat melipat gandakan daya dukung lahan yang
ada di wilayah kota. Dengan demikian pembangunan rumah susun merupakan
kebijakan pemerintah yang tepat dan baik untuk mengatasi permasalahan di
atas. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan bahwa rumah susun dapat
terjangkau oleh masyarakat tingkat ekonomi menengah kebawah.

1
Perkembangan sektor ekonomi yang begitu pesat berdampak terhadap
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan hunian. Di daerah yang dekat dengan
kawasan industri biasanya memiliki kebutuhan hunian yang cukup tinggi, hal
ini dikarenakan terdapatnya daya tarik ekonomi suatu kawasan.
Berdasarkan PP 24/2009 pengertian Kawasan Industri adalah kawasan
tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri. Di samping menyerap tenaga kerja lokal, kawasan industri
juga mendorong terjadinya migrasi penduduk untuk mencari pekerjaan, di
antaranya ada yang berpindah secara permanen maupun sementara.

Secara umum pengertian Pekerja/buruh adalah setiap orang yang


bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian
buruh di masyarakat adalah orang yang bekerja di wilayah-wilayah “ kasar”
seperti pekerja bangunan, pekerja yang bekerja dipabrik. Merujuk ke Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buruh adalah orang yang bekerja untuk
orang lain dengan mendapat upah. Sedangkan karyawan adalah orang yang
bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan
mendapat gaji (upah).

Jumlah Pencari Kerja terdaftar di Kota Makassar pada Dinas Tenaga


Kerja Kota Makassar pada tahun 2016 sebesar 5.705. Dari 5.705 pekerja yang
terdaftar sebesar 4.940 telah ditempatkan bekerja. Perbandingan pencari kerja
laki laki lebih banyak dibandingkan perempuan, terdaftar 3.027 laki-laki dan
2.678 perempuan pencari kerja terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja. Proporsi
terbesar pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Tenaga Kerja
berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 47,48 persen (2.709 pekerja) dan
yang ditempatkan sebanyak 1.935 pekerja di tahun 2016 (Makassar dalam
Angka 2017)

Rencana pembangunan rumah susun ini tidak hanya di desain sebagai


hunian biasa yang cukup akan kenyamanan penghuninya, namun juga di
usahakan agar pembangunan rumah susun ini dapat memperhatikan
lingkungan yang ada di sekitarnya.

2
Pada zaman ini, pembangunan telah banyak menggunakan berbagai
macam jenis perancangan yang terinspirasi dari konsep-konsep mewah,
modern, dengan memanfaatkan laju tegnologi yang makin pesat, tanpa
memperhatikan lingkungan serta budaya yang ada disekitarnya, sehingga
dampak yang ditimbulkan yaitu pemanasan global. Pemilihan tema arsitektur
hijau pada perancangan rumah susun ini dengan maksud agar terciptanya
penataan dan pengembangan wilayah pemukiman yang selaras dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dilihat dari berbagai pembahasan di atas, maka dari itu rencana
perancangan Rumah Susun buat kalangan buruh di makassar berlokasi di
kawasan industri dengan menggunakan tema bangunan yaitu arsitektur hijau.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas muncul permasalahan sebagai beriikut :
1. Bagaimana menentukan konsep rumah susun yang layak, sesuai
dengan kondisi sosial dan ekonomi di kalangan pekerja buruh di
Makassar?
2. Bagaimana rancangan desain Rumah Susun yang menerapkan
arsitektur hijau pada bangunannya?

C. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan Pembahasan
Perancangan rumah susun yang menekankan kenyamanan serta
berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam dan
juga penghuni rusun, serta menyesuaikan kondisi sosial dan ekonomi
bagi kalangan pekerja buruh agar dapat hidup nyaman dan layak.
2. Sasaran
a. Tersedianya fasilitas yang baik bagi aktifitas penghuninya
b. Keselarasan lingkungan binaan dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Meningkatnya taraf hidup penghuninya.

D. Lingkup & Batasan Masalah

3
Adapun lingkup dan batasan masalah lebih ditekankan pada
permasalahan dan hal-hal yaitu :
a. Perancangan rumah susun yang disesuaikan kondisi buruh yang
berpenghasilan menegah kebawah.
b. Lokasi perancangan rumah susun ini berada pada area industri di
makassar.
c. Merancang rumah susun dengan menerapkan arsitektur hijau pada
bangunannya, mulai dari penggunaan bahan bangunan diusahakan
menggunakan bahan yang ramah lingkungan, desain rumah susun
yang meminimalisirkan penggunaan penghwaan dan pencahayaan
buatan, dan desain yang menyesuaikan dengan iklim di Makassar.

E. Metode Pembahasan
Ada beberapa metode pembahasan yang digunakan, yaitu :
1. Metode Pengumpulan Data
a. Survei lapangan dengan mengumpulkan informasi mengenai
potensi-potensi sosial ekonomi dan lingkungan fisik yang mampu
mendukung konsep perancangan Rumah Susun
b. Studi Literatur, berupa pengumpulan data terkait Rumah Susun
baik dari jurnal, buku, maupun internet.
c. Studi banding, yaitu dengan menganalisis beberapa contoh
bangunan sejenis sebagai suatu bahan perbandingan untuk
mendapatkan konsep rancangan dan pemahaman tentang faktor
pendukung teknis bangunan.
2. Metode Analisis Data
Merupakan proses pengelolahan dan mengatur data-data yang
telah diperoleh dengan cara deskriptif untuk menjadi pedoman atau
acuan perncanaan dan perancangan yang di sajikan dalam bentuk
gambar dan maket.
3. Hasil Pembahasan

4
Hasil dari analisa data kemudian diaplikasikan kedalam desain,
berupa acuan perancangan, konsep perancangan, gambar, maket, adan
laporan perancangan Rumah Susun.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan tuntutan
permasalahan yang ada, maka pembahasan ini diuraikan dalam beberapa tahap
dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Merupakan uraian tentang pembahasan latarbelakang, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, metode pembahasan
dan sistematika pembahasan.
BAB II : Merupakan uraian tentang tinjauan pustaka yang bersifat
umum hingga khusus berkaitan dengan judul, analisis beberapa
studi banding, dan integrasi keislaman.
BAB III : Merupakan urian tentang tinjauan khusus yang menganalisis
secara jelas kondisi lokasi secara umum yang dikhususkan pada
lokasi, dan menganalisis pelaku, kegiatan serta kebutuhan ruang.
BAB IV : Merupakan urian tentang pendekatan konsep perancangan yakni
analisa tapak dengan menerapkan arsitektur hijau pada
perancangan Rumah Susun.
BAB V : Merupakan urian tentang transformasi konsep yakni transformasi
konsep tapak, massa bangunan, bentuk struktur, dan elemen-
elemennya.
BAB VI : Merupakan urian tentang aplikasi desain yakni kesimpulan dari
seluruh proses pendekatan ide desain yang meliputi desain tapak,
bentuk, dan dokumentasi maket, serta desain banner.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Judul
Judul dari objek perancangan adalah “Desain Rumah Susun bagi Buruh
dengan Pendekatan Arsitektur Hijau di Makassar” dengan demikian dapat
diambil pengertian objek rancangan berdasarkan pegertian menurut
penjabaran kata, yaitu:
1. Desain
Arti kata desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kerangka bentuk / rancangan. Secara umum desain dapat
diartikan sebagai proses perencanaan bentuk dengan tujuan supaya
benda yang dirancang, mempunyai fungsi atau berguna serta
mempunyai nilai keindahan.
2. Rumah Susun
Rumah Susun atau biasa disebut Rusun adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah
horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama,
dan tanah bersama (UUD Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah
Susun).
3. Bagi
Arti kata Bagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kata depan untuk menyatakan tujuan; untuk.
4. Buruh
Arti kata Buruh berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat
upah
5. Dengan

6
Kata “dengan” merupakan kata penghubung disebut
juga konjungsi (kata sambung), yang menghubungkan kata dengan kata
dalam sebuah kalimat atau menghubungkan kalimat dengan kalimat
dalam sebuah paragraf.
6. Pendekatan
Pendekatan adalah proses,perbuatan,atau cara mendekati
(KBBI,1995). Dikatakan pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau
pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau
seperangkat asumsi yang paling berkaitan.
7. Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau disebut juga arsitektur ekologis atau arsitektur
ramah lingkungan, adalah satu pendekatan desain dan pembangunan
yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis dan konservasi
lingkungan, yang akan menghasilkan satu karya bangunan yang
mempunyai kualitas lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih
baik dan berkelanjutan.
8. Di
Kata “di” merupakan kata depan atau yang biasa disebut preposisi
menunjukkan kata keterangan.
9. Makassar
Makassar adalah ibu kotaprovinsi Sulawesi Selatan. Makassar
merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dan
pada masa lalu pernah menjadi ibukota Negara Indonesia Timur dan
Provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir barat daya
Pulau Sulawesi dan berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah
barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten
Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
(Wikipedia, diakses tanggal 15 Agustus 2018)

B. Teori - teori Pendukung


1. Teori mengenai Rumah Susun
a. Pengertian Rumah Susun

7
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama dan tanah bersama. ( Undang-Undang

No.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun )


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Rumah Susun adalah bangunan yang direncanakan dan
digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga serta
mempunyai tingkat minimum dua lantai dengan beberapa unit
hunian.
b. Fungsi Rumah Susun
Rumah Susun berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
yang dibangun secara vertikal dengan alasan semakin terbatasnya
lahan di daerah perkotaan, yang diperuntukan buat golongan
masyarakat menengah ke bawah, atau berpenghasilan rendah.
c. Tujuan Pembangunan Rumah Susun berdasarkan UUD No.16
Tahun 1985 Pasal 3 :
1). Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,
terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah, yang menjami kepastian hukum dalam
pemanfaatannya;
2). Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah
pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya
alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang
lengkap, serasi, dan seimbang
3). Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang
berguna bagi kehidupan masyarakat.
d. Manfaat Pembangunan Rumah Susun

8
Manfaat yang diperoleh dari pembangunan rumah susun
dapat dirasakan oleh penggunanya secara tidak langsung. Dalam
bentuk strategis permukiman, kependudukan, keindahan kota,
ekonomi, dan sosial budaya.
1). Strategis Pemukiman
Membuat permukiman agar lebih teratur, bersih,
sehat, mencukupi kebutuhan dari kelompok yang
diharapkan sebagai objek penghuni.
2). Strategis Kependudukan
Akan dapat menampung penduduk datang yang
selama ini tidak dapat dibatasi dan tertampung huniannya,
dengan adanya rumah susun, diharapkan dapat menampung
mereka yang selama ini tidak mempunyai hunian yang
layak.
3). Strategis Memperindah Kota
Supaya kota menjadi lebih indah dengan
menhilangkan kekumuhan yang banyak dihuni oleh
golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MPR).
Dimana masyarakat tersebut lebih menyukai tinggal
disekitar pusat kota, dengan alasan menghemat transportasi
ketempat kerja.
4). Strategis Ekonomi
Tanah yang tersedia khususnya pada daerah kota dan
terutama pusat kota semakin langkah. Hal tersebut
menjadikan lahan yang ada menjadi semakin mahal,
sehingga kecil kemungkinan untuk dipakai menjadi lahan
tempat hunian. Dengan pembangunan secara vertikal, maka
kondisi tanah yang sempit dapat dimanfaatkan secara lebih
maksimal, dalam memenuhi banyak kebutuhan.
Pemanfaatan tanah kota yang efisien dengan memberikan
kesempatan pada penanam modal yang mmpu
memanfaatkan kondisi lahan dengan fasilitas yang

9
memadai. Hal ini dapat membantu pertumbuhan
perekonomian di lokasi tersebut.
5). Strategis Kesejahteraan
Pengadaan rumah susun yang hargsnys terjangka,
maka masyarakat yang selama ini tinggal didaerah kumuh
bisa meningkatkan kondisi hidupnya agar lebih bersih,
sehat, tertib, dan keteraturan. Indah dan mendapatkan
fasilitas-fasilitas utama yang diperlukan, karena itulah
pembuatan rumah susun harus bisa berpootensi
meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan
perekonomian mereka
6). Strategis Sosial
Masyarakat indonesia pada umumnya belum dan
tidak terbiasa tinggal pada bangunan bertingkat secara
massal, maka pemjelasan akan manfaat bertempat
tinggalpada hunian rumah susun layak diberikan
penyuluhan oleh pihak yang berwenang. Yang perlu untuk
mendapatkan bimbingan akan budaya tinggal pada rumah
susun bukan hanya pada pihak penghuni rumah susun saja,
tetapi juga pihak pengelola saat hunian beroprasional.
e. Persyaratan Teknis Rumah Susun
Berdasarkan PP nomor 4 / 1988 mengenai Persyaratan
Teknis Pembangunan Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam
pembangunan rumah susun, antara lain adalah kelengkapan,
sarana dan prasarana rumah susun:
1). Tata Ruang Bangunan Rumah Susun (Pasal 11)
a). Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan
sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan udara luar dan
pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara
alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.

10
b). Dalam hal hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan udara luar dan pencahayaan
langsung maupun tidak langsung secara alami tidak
mencukupi atau tidak memungkinkan, harus
diusahakan adanya pertukaran udara dan
pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus
menerus selama ruangan tersebut digunakan, sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
2). Struktur, Komponen, dan Bahan Bangunan. (Pasal 12 dan
Pasal 13)
a.) Rumah susun harus direncanakan dan dibangun
dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan
bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi
sesuai dengan standar yang berlaku.
b.) Struktur, komponen, dan penggunaan bahan
bangunan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12, harus diperhitungkan kuat dan tahan
terhadap :
(1). beban mati;
(2). beban bergerak;
(3). gempa, hujan, angin, banjir;
(4). kebakaran dalam jangka waktu yang
diperhitungkan cukup untuk usaha pengamanan
dan penyelamatan;
(5). daya dukung tanah,
(6). kemungkinan adanya beban tambahan, baik
dari arah vertikal maupun horizontal;
(7). gangguan/perusak lainnya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3). Kelengkapan rumah susun (Pasal 14)

11
Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk
pelayanan lingkungan di rumah susun. Kelengkapan utilitas
rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.) Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan
mengenai perpipaan dan perlengkapannya termasuk
meter aiar, pengaturan tekanan air dan tangki air
dalam bangunan
b.) Jaringan air listrik yang memenuhi persyaratan
mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk
meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan
terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan
c.) Jaringan air gas yang memenuhi persyaratan beserta
kelengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus
serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya
hal-hal yang membahayakan
d.) Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi
persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan
e.) Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi
persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan
f.) Saluran dan atau tempat pembuangan sampah yang
memenuhi persyaratan terahada kebersihan,
kesehatan dan kemudahan
g.) Tempat kemungkinan pemasangan jaringan telepon
dan alat komunikasi lainnya
h.) Alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator
dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang
berlaku
i.) Pintu dan tangga darurat kebakaran
j.) Tempat jemuran
k.) Alat pemadam kebakaran
l.) Penangkal petir

12
m.) Alat/Sistem alarm
n.) Pintu kedap asap pada jarak- jarak tertentu
o.) Generator listrik digunakan untuk rumah susun yang
mengunakan lift
4). Satuan Rumah Susun
a.) Satuan rumah susun harus mempunyai ukuran standar
yang dapat dipertanggungjawabkan, dan memenuhi
persyaratan sehubungan dengan fungsi dan
penggunaannya serta harus disusun, diatur, dan
dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu
keadaan yang dapat menunjang kesejahteraan dan
kelancaran bagi penghuni dalam menjalankan
kegiatan sehari-hari untuk hubungan ke dalam
maupun ke luar.(Pasal 16)
b.) Satuan rumah susun yang digunakan untuk hunian, di
samping ketentuan, setidak-tidaknya harus dapat
memenuhi kebutuhan penghuni sehari-hari. (Pasal
18)
5). Lokasi Rumah Susun (Pasal 22)
Saat memilih lokasi rumah susun, maka lokasi
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a.) Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan


dan keserasian lingkungan dengan memperhatikan
rencana tata ruang dan tata guna tanah
b.) Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran-
saluran pembungan dalam lingkungan ke system
jaringan pembuangan air hujan dan jaringan air
limbah.
c.) Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik
langsung maupun tidak langsung
d.) Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan
air bersih dan listrik

13
6). Tata Letak Bangunan Rumah Susun (Pasal 24)
a.) Tata letak bangunan harus menunjang kelancaran
kegiatan sehari-hari dengan mempertimbangkan
keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan.
b.) Tata letak bangunan harus memperhatikan penetapan
batas pemilikan tanah bersama, segi-segi kesehatan,
pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan
pengamanan terhadap bahaya yang mengancam
keselamatan penghuni, bangunan, dan lingkungannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7). Sarana Lingkungan (Pasal 25 dan Pasal 26)
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan
prasarana lingkungan dan utilitas umum yang sifatnya
menunjang fungsi lainnya dalam rumah susun yang
bersangkutan, meliputi :
a.) Prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai
penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari
bagi penghuni seperti jalan setapak, kendaraan &
tempat parkir
b.) Prasarana lingkungan harus mempertimbangkan
kemudahan dan keserasian hubungan dalam kegiatan
sehari-hari dan pengamanan bila terjadi hal-hal yang
membahayakan, serta struktur, ukuran, dan kekuatan
yang sesuai dengan fungsi dan penggunaan jalan
tersebut
c.) Jaringan distribusi air bersih, gas dan listrik dengan
segala kelengkapannya seperti tangki air, pompa air,
tangki gas dan gardu-gardu listrik
d.) Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan
air hujan daru rumah susun ke system jaringan
pembuangan air kota

14
e.) Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang
menghubungkan air limbah dari rumah susun ke
system jaringan limbah kota
f.) Tempat pembuangan sampah, sebagai pengumpul
sampah dari Rusun yang dibuang ke tempat
pembuangan sampah kota, dengan
mempertimbangkan faktor kemudahan
pengangkutan, kebersihan, kesehatan dan keindahan
g.) Kran-kran air untuk mencegah dan peangamanan
terhadap bahaya kebakaran yang dapat menjangkau
semua tempat dalam lingkungan
h.) Tempat parkir kendaraan dan atau penyimpanan
barang
i.) Jaringan telepon dan alat komunikasi sesuai dengan
keperluan
8). Prasarana Lingkungan (Pasal 27 dan Pasal 28)
Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan sosial dan budaya. Fasilitas lingkungan dalam
rumah susun dan lingkungannya harus disediakan :
a.) Disediakan ruangan-ruangan dan/atau bangunan
untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan
masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan
kontak sosial lainnya, sesuai dengan standar yang
berlaku.
b.) Selain penyediaan ruang dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, harus
disediakan pula ruangan dan/atau bangunan untuk
pelayanan kebutuhan sehari-hari sesuai dengan
standar yang berlaku.
f. Tinjauan Sarana

15
Tinjauan sarana bedasarkan berdasarkan SNI 03-1733-
2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan adalah sebagai berikut :
1). Fasilitas Niaga (warung) :
a) Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250
penghuni.
b) Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok
pangan.
c) Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan
mempunyai radius 300 m.
d) Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan
unit rumah susun sederhana dan maksimal 36 m2
(termasuk gudang kecil).
2). Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) :
a) Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000
penghuni dimana anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak
8%.
b) Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan
pra sekolah usia 5-6 tahun.
c) Berada di tengah-tengah kelompok
keluarga/digabung dengan taman-taman tempat
bermain di RT/RW.
d) Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5
m2/siswa).
3). Fasilitas Kesehatan.
a) Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000
penghuni.
b) Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk
anak-anak usia Balita.
c) Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan
menyatu dengan kantor RT/RW.

16
d) Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang
menampung segala aktivitas.
4). Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok


untuk kegiatan peribadatan harian, dapat disatukan dengan
ruang serbaguna atau komunal, dengan ketentuan:

a.) Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah


40 KK untuk setiap satu musholla. Di salah satu lantai
bangunan dapat disediakan satu musholla untuk tiap
satu blok, dengan luas lantai 9 – 36 m2. Jumlah
penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil
adalah 400 KK.
5). Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.
a) Siskamling.
(1). Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani
adalah 200 orang.
(2). Dapat berada pada lantai unit hunian.
(3). Luas lantai minimal adalah sama dengan unit
hunian terkecil.
b.) Gedung Sebaguna.
(1). Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah
1000 orang.
(2). Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan
dan di lantai dasar.
(3). Luas lantai minimal 250 m2.
c.) Kantor Pengelola.
6). Fasilitas Ruang Terbuka.
a) Tempat Bermain.
(1). Maksimal dapat melayani 12 – 30 anak.
(2). Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung
cluster yang mudah diawasi.
(3). Luas area minimal 75 – 180 m2.

17
b.) Tempat Parkir.
(1). Berfungsi untuk menyimpan kendaraan
penghuni (roda 2 dan 4).
(2). Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke
blok hunian terjauh 100 m, sedangkan untuk
roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m.
(3). Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan
untuk setiap 5 keluarga, sedang roda 2 untuk
setiap 3 keluarga.
(4). 2 M2 tiap kendaraan roda 4; 1,2 M2 untuk
kendaraan roda 2 dan satu tamu menggunakan
kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.

2. Teori mengenai Arsitektur Hijau


a. Pengertian Rumah Susun
Arsitektur hijau (Green Architecture) adalah suatu
pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari hanya sekedar
bangunan tempat bernaung manusia dengan segala fungsinya.
(Andri Rizki 2010; 17)
Menurut Siregar (2012) green architecture adalah gerakan
untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan
efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan). Menurut Pradono
(2008) green (hijau) dapat diinterpretasikan sebagai sustainable
(berkelanjutan), earth friendly (ramah lingkungan), dan high
performance building (bangunan dengan performa sangat baik).
Konsep green building yang telah lama berkembang di negara maju
dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan
perkotaan.
Munculnya konsep Arsitektur Hijau yang saat ini terus
bergaung di seluruh dunia dipicu oleh adanya kerusakan

18
lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut
diperkuat lagi dengan adanya fakta yang diungkapkan oleh
Department of Environmental Services of US yang menyebutkan
bahwa bangunan bangunan (termasuk proses di dalamnya)
merupakan penyumbang kerusakan alam terbesar di bumi. (Andri
Rizki 2010; 17)
Sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang
dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber
daya alam secara efisien dan optimal.
Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga
mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan
material dapat dihemat. Suatu bangunan belum bisa dianggap
sebagai bangunan berkonsep Arsitektur hijau apabila bangunan
tersebut belum bersifat ramah lingkungan. Maksud dari Ramah
Lingkungan disini bukan hanya berarti tidak merusak lingkungan,
namun juga memiliki area hijau yang mampu menyumbang
penghijauan di wilayah bangunan serta energi yang tidak merusak
ekosistem lingkungan. Oleh karena itu bangunan berkonsep green
architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar.
(Aqil Abdul Gani 2016; 3-13)
b. Faktor Pertimbangan Arsitektur Hijau
1). Efisiensi Energi dan Menciptakan Energi
Efisiensi Energi berupa pengaturan secara efisien dari
suatu hunian terhadap kebutuhan listrik, gas ataupun air
yang diperlakukannya. Hal ini berbanding lurus dengan
ukurannya, artinya semakin besar bangunan, maka semakin
besar pula energi yang butuhkannya. Sehingga seorang
Arsitek harus dapat melakukan perhitungan yang matang
dan terencana,sehingga ruang-ruang yang ada dibuat sesuai

19
kebutuhan, dan tidak terdapat ruang-ruang yang terbuang
atau tidak dipergunakan.
Di sisi lain banyak pula anggota masyarakat yang
kurang peduli dengan masalah energi ini. Pada umumnya
mereka beranggapan yang penting bisa membayar, tanpa
memikirkan dampaknya di kemudian hari. Sehingga pada
akhirnya tanpa disadari, biaya energi listrik makin
membengkak, sementara bangunan sudah terlanjur
dirancang dengan mengandalkan sepenuhnya pada sistim
penghawaan buatan ataupun pencahayaan buatan. Ketika
ketersediaan listrik dalam kondisi kritis dan Bahan Bakar
Minyak semakin mahal, barulah disadari akan pentingnya
bangunan hemat energi tersebut.
Menciptakan energi sendiri belum cukup populer di
kalangan masyarakat Indonesia, mayoritas masih
mengandalkan perusahaan listrik negara. Dalam jangka
panjang, perencanaan hunian perlu terobosan baru dalam
menciptakan energi untuk rumah sendiri. Sumber Energi
dapat diperoleh dari kondisi geografi sekitar, seperti angin,
cahaya matahari, dan air merupakan sebagian contoh
sumber energi yang ada di muka bumi ini yang dapat
digunakan secara cuma-cuma, sehingga tugas kita sebagai
manusia ialah mempergunakannya secara maksimal.
2). Penghijauan

Penghijauan tidak hanya dilakukan pada ruang publik


saja, namun dapat juga dilakukan pada hunian itu senidiri,
yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan air dan
memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitarnya.
Penghiauan pada bangunan tidak hanya baik bagi
lingkungan, tetapi juga baik bagi anda. Desain dan
teknologi meningkatkan kualitas kehidupan penghuni
rumah dengan memperbaiki kualitas udara dan air, serta

20
mengurangi polusi udara. (Ramadiani, Arimbi. 2014.
Kenapa Bangunan Hijau Penting Untuk Anda.
https://properti.kompas.com. Diakses tanggal 28 Agustus
2018)
Seperti contohnya yaitu penerapan roof garden pada
hunian yang fungsinya tidak hanya sebagai hiasan, namun
memiliki fungsi salahsatunya yaitu mengurangi polusi di
udara. Bukan hanya itu roof garden juga sebaiknya
berfungsi sebagai taman aktif yang dapat mewadahi setiap
kegiatan penghuni rumah susun, seperti sebagai tempat
bersosialisasi dan berkumpul antara penghuni rumah susun.
3). Penggunaan Material Lokal, Bahan Alami, dan Bahan Sisa
Pembangunan
Proritaskan penggunaan material lokal, bahan alami,
dan bahan sisa pembangunan untuk merencanakan
hunian,disamping masalah efisiensi, juga dapat membantu
pengurangan masalah lingkungan. Material lokal dan alami
yang dapat digunakan seperti bambu, batako, batu gamping,
batu kali, dll. Kayu juga dapat disertakan dengan
pertimbangan kayu dari jenis pohon yang pertumbuhannya
cepat, sehingga tidak merusak ekosistem.
4). Efisiensi dan Perlindungan Air Tanah
Airtanah merupakan sumberdaya yang mempunyai
peranan penting pada masalah penyediaan kebutuhan air
bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan airtanah yang
semakin vital dan strategis, maka pemanfaatan airtanah
harus juga memperhatikan keseimbangan dan pelestarian
sumberdayaitu sendiri, atau dengan kata lain : pemanfaatan
airtanah harus berwawasan lingkungan. (Heru Hendrayana,
2009; 2)
Efisiensi dan perlindungan air tanah mulai
diperhitungkan sejak perencanaan KDB (Koefisien Dasar

21
Bangunan) yang dipersyaratkan sehingga masih memiliki
ruang terbuka untuk penetapan sumur resapan, lubang
biopori ataupun septicktank ramah lingkungan yang tidak
mencemarkan lingkungan. Penampungan air hujan dan air
kotor dalam suatu hunian sipusatkan dalam sumur resapan,
untuk menjaga kelestarian air tanah lingkungan sekitarnya.
5). Penciptaan Teknologi Hemat Energi
Penciptaan tegnologi hemat energi yang turut serta
dalam arsitektur hijau salahsatunya adalah Clever Flush
Toilet yang mengeluarkan air lebih sedikit dari toilet pada
umumnya.
Perlu kewaspadaan dalam pemilihan material modern
dalam hunian, karena kandungan bahan bahan yang tidak
lolos uji kelayakan dapat mengakibatkan dampak buruh
bagi kesehatan, salah satunya seperti VOC ( Volatile
Organic Compounds), yang kerap digunakan dalam alas
karpet, bahan finihing ataupun pelapis furniture, dan cat
dinding.
6). Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang
berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak
keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan
alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang
besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai.

a.) Variasi intensitas cahaya matahari.

b.) Distribusi dari terangnya cahaya.

c.) Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.

d.) Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

22
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan
mengurangi penggunaan cahaya buatan, sehingga dapat
menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat
polusi. Tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu
untuk menghasilkan cahaya berkualitas yang efisien serta
meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang.
Selain itu cahaya alami dalam sebuah bangunan juga dapat
memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan
membawa efek positif lainnya dalam psikologi manusia.
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif,
perlu dikenali ke beberapa sumber cahaya utama yang dapat
dimanfaatkan :
a.) Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat
cahayanya tinggi.
b.) Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar
dilangit dan tingkat cahayanya rendah.
c.) Reflected light, cahaya matahari yang sudah
dipantulkan.
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang
untuk pencahayaan matahari efektif (Egan & Olgyay,
1983):
a.) Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan
untuk mencegah silau (glare) dan panas yang
berlebihan karena terkena cahaya langsung.
b.) Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya
matahari ketempat-tempat yang diperlukan.
Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan adalah inti dari pencahayaan yang baik.
c.) Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya
yang masuk kedalam runag sesuai dengan kebutuhan
dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu
banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang,

23
terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah penting
atau ruangan tersebut memang membutuhkan
kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah
kaca).
d.) Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag
membentuk ruang dalam sedemikian rupa sehingga
terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan
material yang dapat disalurkan dengan lebih baik dan
dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang
diperlukan.
e.) Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan
arsitektur bangunan tersebut. Karena jika bukan
untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah
peranan dalam arsitektur bangunan tersebut, nukan
itu cenderung akan ditutupi dengan tirai atau penutup
lainnya dan akan kehilangan fungsinya.

Gambar II.1. Sistem Pencahayaan Alami.


(Sumber: https://3.bp.blogspot.com
/Sistem+Pencahayaan+Alami.jpg. Di akses tanggal 29
Agustus 2018)

Sebelum merancang bangunan seorang perancang


harus mempelajari keadaan alam di tapak tersebut, seperti
sudut dan pergerakan matahari, kondisi langit, arah angin,
iklim, dan sifat-sifat dari tapak tersebut. Setelah memahami
keadaan tapak perancangan bangunan dapat dilakukan

24
dengan mengsinkronisasi antara alam dengan bangunan.
Jika bangunan sudah dirancang dan dibentuk sejalan
dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan
pencahayaan akan mengalir dan berjalan denag baik. Maka
dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-faktor dalam bangunan
yang perlu disesuaikan dengan keadaan alam.
7). Ventilasi Silang / Cross Ventilation
Ventilasi Silang (cross ventilation) adalah sistem
sirkulasi udara dimana bukaan-bukaan diletakkan
sedemikian rupa sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
Sistem membantu menjaga kualitas dan temperatur udara di
dalam rumah. Ruangan terasa panas tentu tak nyaman untuk
ditinggali. Solusi paling mudah dan cepat mengatasinya
adalah dengan memasang pendingin ruangan (AC). Banyak
orang memilih cara cepat ini, tanpa merasa perlu
mengetahui akar permasalahannya.

Gambar II.2. Cross Ventilation.


(Sumber: http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/2015/11/3.png. Di akses tanggal 29
Agustus 2018)

Ventilasi silang memungkinkan udara mengalir dari


dalam ke luar dan sebaliknya, tanpa harus mengendap
terlebih dahulu, di dalam ruangan. Udara yang masuk dari
satu jendela, akan langsung dialirkan keluar oleh jendela
yang ada di hadapannya, dan berganti dengan udara baru,

25
begitu seterusnya. Dengan demikian, tanpa AC pun
ruangan tetap terasa sejuk.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran
jendela atau bukaan, yang harus seimbang dengan ukuran
ruangan. Ruangan berukuran besar sudah tentu
membutuhkan bukaan yang besar pula. Tak hanya membuat
aliran udara membaik, bukaan besar juga memasukkan
banyak cahaya matahari. Ruangan pun menjadi sehat dan
terang, tanpa perlu menyalakan lampu di siang hari.
c. Prinsip-prinsip arsitektur hijau :

1) Hemat energi / Conserving energy : Sungguh sangat ideal


apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan
dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang
langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya
adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim
dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah
lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi.
Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain :
a.) Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk
memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi
listrik.
b.) Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam
bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan
menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di
atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke
bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur
dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan
sinar matahari yang maksimal.
c.) Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang
intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan

26
alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya
sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang
tertentu.
d.) Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara
otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi
panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
e.) Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi
tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya.
f.) Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua
pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya
matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
g.) Meminimalkan penggunaan energi untuk alat
pendingin (AC) dan lift.
2) Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate :
Melalui pendekatan green architecture bangunan
beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian
bangunan, misalnya dengan cara:

a.) Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.


b.) Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation
untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk
ke dalam ruangan.
c.) Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan.
d.) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa
dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan
penghawaan yang sesuai kebutuhan.

27
3) Meminimalkan Sumber Daya Baru / Limitting new
resources : Suatu bangunan seharusnya dirancang
mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk
tatanan arsitektur lainnya. Mendesain dengan
mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru,
agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan
di masa mendatang. Penggunaan material bangunan yang
tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4) Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan
penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan
yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu
sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak
berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5) Menanggapi keadaan tapak dari bangunan / Respect for site
: Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan
tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik
dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak
merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
a.) Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat
desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
b.) Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu
pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
c.) Menggunakan material lokal dan material yang tidak
merusak lingkungan. Menetapkan seluruh prinsip –
prinsip green architecture secara keseluruhan:
Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita
pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
6) Memperhatikan pengguna bangunan / Respect for user :

28
Antara pemakai dan green architecture mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green
architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang
didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan


menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses
perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.
Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip
tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat
mengaplikasikan green architecture yang ada secara
keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

C. Studi Preseden
1. Rumah Susun Cigugur - Cimahi

Gambar II.3. Rumah Susun Cimahi.


(Sumber:https://gumpangbaru.blogspot.com/2018/04/gambar-rumah-
susun-2.html. Di akses tanggal 29 Agustus 2018)

Rumah Susun yang berlokasi di Cigugur-Cimahi Jawa Barat ini


merupakan rumah susun percontohan, dengan konsep desain rumah
berbasis rendah emisi dan memanfaatkanteknologi konstruksi C- Plus.
Rendahnya emisi dicapai melalui desain bangunan serta desain kawasan
yang tepat.

29
Pendekatan desain unit hunian rumah susun direncanakan dengan
memperhatikan kenyamanan, dan luas minimal suatu tempat tinggal.
Ukuran ruang hunian untuk beraktivitas dan sirkulasi disesuaikan dengan
standar hunian 9m2/orang. Pilihan rancangan luas satu unit rumah susun
sederhana seluas 21 m2 merupakan unit hunian intiuntuk keluarga kecil
dengan satu orang anak.

Gambar II.4. Lokasi Rumah Susun Cigugur.


(Sumber:https://www.google.com/maps/place/Rusunawa+Cigugur+Teng
ah/. Di akses tanggal 29 Agustus 2018)

Desain Rumah Susun mengoptimalkan ventilasi udara


dan pencahayaan alami yang cukup untuk tiap unit. Setiap blok rumah
susun Cimahi terdiri dari lima lantai, lantai 1 sampai lantai 4merupakan
unit hunian dan lantai dasar sebagai fasilitas penunjang dan ruang
bersama.Antar blok massa bangunan dihubungkan oleh selasar yang juga
berfungsi sebagai jalur evakuasi.
a. Struktur dan Kontruksi
Sistem struktur rumah susun Cigugur menggunakan sistem
pencetakan C-Plus yang telah di uji pada tahun 2001. Hasil
pengujian menunjukan sistem ini mempunyai kehandalan sebagai
siste, struktur bangunan bertingkat. Parameter keandalan sistem ini
untuk joint balok kolom interior adalah beban lateral 8,75 ton.
Sedangkan beban lateral maksimum yang dapat diketahui adalah
18,82 ton.
b. Bahan Bangunan

30
Bahan pengisi dinding adalah conblock ukuran 20x30x10 cm
dengan campuran 1 PC : 5 Pasir. Dinding ditambah perkuatan
tulangan tunggal diameter 6 mm, dipasang arah horizontal setiap 5
lapis, dan arah vertikal setiap 5 buah conblock.
Bahan penutup lantai adalah plasteran untuk lantai hunian dan
selasar. Bahan gymstone digunakan pada lantai plaza. Kerangka
kuda-kuda menggunakan bahan alumunium agar tidak memerlukan
perawatan khusus.
c. Penyedia Air Bersih
Sistem Plumbing air ersih yang diterapkan pada rumah susun
sederhana ini adalah sistem pemompaan gravitasi. Air dari sumur
dalam di pompa ke ground tank, untuk kemudian di pompa ke roof
tank, setelah itu didistribusikan ke tiap unit dengan sistem gravitasi.
Dimana setiap unit bangunan telah dilengkapi dengan meteran air
dan listrik untuk dapat mengetahui berapa banyak penggunaan air
dan listrik disetiap bulannya.
d. Persampahan
Untuk dua blok, rumah susun Cigugur yang terdiri dari 64 unit
hunian dilengkapi 4 unit komposter dengan kapasitas masing
masing 500 L dari bahan karat. Ruang pemilihan sampa terletak di
lantai dasar.
e. Pembuangan dan Pengolahan Air Limbah / Kotor
Sistem pembuangan limbah menggunakan sistem campuran,
yaitu pembuangan dimana air limbah kamar mandi dan air kotor
dikumpulkan dan dialirkan dalam satu saluran. Sistem Ven yang
diterapkan adalah ven tegaktunggal dengan ukuran sama dengan
pipa tegak air limbah, sistem ini akan mmberikan penghematan
penggunaanpipa dan efisiensi pengaliran air dalam sistem plumbing.
Pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan sistem
biokontraktor. Sistem ini dapat menurunkan beberapa parameter
yang dapat dijadikan indikator pencemaran.
2. Rumah Susun Rajawali

31
Rumah Susun Raja Wali yang diresmikan dan dihuni sejak tahun
2007, dibangun di kawasan kumuh dan padat penduduk untuk mengatasi
masalah kekumuhan. Masyarakat penghuni rumah susun Raja Wali
dulunya adalah penghuni permukiman kumuh di Raja Wali.

Gambar II.5. Rusun Rajawali.


(Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-
wOT3lnGkzXU/UQ405MBwaqI/AAAAAAAAAXo/gUfR1blz5OY/s16
00/01022013978.jpg. Di akses tanggal 29 Agustus 2018)

Pembangunan rumah susun di Kota Makassar khususnya di


Kecamatan Raja Wali dimulai pada tahun 2005, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya dan kini masih terjadi, kondisi fisik rumah
susun dan prasarana lingkungannya sering terabaikan oleh penghuninya
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas
pelayanan sistem prasarana air bersih, air limbah, dan persampahan.

32
Gambar II.6. Rusun Rajawali.
(Sumber:https://www.google.com/maps/search/rumah+susun+Mariso+m
akassar/@-5.1545843,119.4055284,452m/data=!3m1!1e3?hl=id. Di
akses tanggal 29 Agustus 2018)

Rusunawa ini pada pembangunan tahap I terdiri atas 6 twinblok.


Ada sebuah mesjid yang membelah antara unit ke-6 dan unit ke-7. Setiap
unitnya berisikan 24 kamar, dihitung dari lantai 1 sampai lantai 4. Fasilitas
setiap kamar sama, yang membedakan adalah harga sewa kamar
berdasarkan hierarki setiap lantai. Bangunan berdinding batako, dengan
luasan kamar 21m2. Tersedia kamar tiude, WC, dapur, ruang jemur dan
ruang tamu.
Pada lantai dasar ada fasilitas ruang parkir, ruang pengelola dan
ruang bersama lainnya. Lantai 1 dan 2 lebih mahal dari lantai di atasnya.
Harga sewa yang dikenakan pada penghuni belum termasuk biaya air dan
listrik.
3. Rusunawa Mahasiswa Universitas Hasanuddin
Rumah susun sederhana sewa ini terletak di kompleks Universitas
Hasanuddin Makassar. Di sekitar kawasan rumah susun ini terletak
fasilitas peribadatan, serta fasilitas kesehatan seperti rumah sakit. Selin itu
didukung dengan ketersediaan perbankan, ATM, Warnet, dan toko-toko
lainnya. Selain itu adanya dukungan fasilitas transportasi yang sangat baik
dan memadai di sekitar lokasi yang sangat memudahkan penghuni dalam
aktifitas keseharian.

Gambar II.7. Foto Udara Rusun Rajawali.

33
(Sumber:https://www.google.com/maps/place/Rusunawa+Unhas(aset+U
nhas)/@- 79c!8m2!3d-5.1331582!4d119.4953553?hl=id. Di akses
tanggal 29 Agustus 2018)

Pembangunan rumah susun ini dilakukan dua tahap. Pertama


dibangun dua blok hunian yang terdiri atas 120 unit hunian yang menepati
area sebesar 6000m2. Pada tahap kedua dibangun lagi dua blok hunian
dengan lusa yang sama. Tiap blok hunian terdiri atas lima lantai dan satu
top floor sebagai tempat reservoir. Lantai dasar bangunan difungsikkan
sebagai fasilitas umum penghuni rumah susun.
Pada umumnya penghuni yang menempati rumah susun ini adalah
mahasiswa yang berdomisili diluar makassar. Rumah susun ini juga
menjadi tempat hunian bagi mahasiswa yang berasal dari luar negeri.
Perawatan yang baik, kedisiplinan dan lingkungan yang bersih membuat
rumah susun ini terlihat asri dan nyaman untuk dihuni.
4. Rumah Susun Sederhana Cilacap
Rumah susun ini berlokasi di jalan lingkar selatan, terletak di
samping gedung HNSI atau didepan kantor pelabuhan perikanan samudra
Cilacap, rumah susun ini dibangun dengan tujuan untuk memberikan
fasilitas yang layak kepada masyarakat yang belum mempunyai tempat
tinggal, terutama bagi warga yang menetap dan bekerja di Kota Cilacap.

Gambar II.8. Foto Udara Rusun Cilacap.


(Sumber:https://www.google.com/maps/place/Rusunawa+Unhas(aset+U
nhas)/@- 79c!8m2!3d-5.1331582!4d119.4953553?hl=id. Di akses
tanggal 29 Agustus 2018)

Rumah susun ini dikeloala oleh Dinas Cipta Kerya Kabupaten


Cilacap, merupakan bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam

34
satu lingkungan, yang dilengkapi oleh benda bersama serta tanah bersama.
Dengan memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehata,
keamanan, dan kenyamanan lingkungan.
Solusi yang tepat bagi masyarakat khususnya bagi para nelayan,
karena adanya hunian dengan sistem sewa yang telah disediakan layak,
terjangkau didalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, serta
berkelanjutan guna mendukung kebijakan Pemerintah Kabupaten Cilacap.
Beberapa sarana dan prasarana penunjang rusunawa antara lain, satu
kompleks dengan kantor PPSC, berdampingan dengan Kantor HNSI, TPI
PPSC (100 m), Puskesmas (200 m), Kantor Kelurahan (200 m), Sekolah
Dasar (200 m), Pasar tradisional (200 m), Wisata Teluk Penyu (500 m),
RSUD Cilacap (2 Km), serta dekat dari pusat kota (1 Km). Sedangkan
fasilitas Rumah susun ini sendiri meliputi, area bisnis yang terletak di
lantai dasar, serta hunian tipe 21 dengan ruang utama 5 x 4 meter, kamar
mandi, serta dapur. Adapun fasilitasnya yaitu air bersih (PAM), listrik
dengan daya 450 watt, dan ruang jemuran.
Tarif hunian rumah susun untuk umum sebesar Rp.110.000 sampapi
Rp.150.000 per-bulannya, sedangkan untuk yang berprofesi sebagai
Nelayan diberikan dengan harga sewa sebesar Rp.80.000 sampai
Rp.100.000 tiap bulan-nya.
Syarat umum dari penghuni rumah susun yaitu berstatus sebagai
Warga Negara Indonesia (WNI), belum mempunyai rumah,
berpenghasilan tetap dan maksimal jumlah anggota keluarga 3 sampai 4
orang. Disamping itu rumah susun hanya berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian, tidak sebagai tempat usaha atau gudang. Lama penghuni
minimal 6 bulan, maksimal 3 tahun serta berdomisili dan bekerja di Kota
Cilacap.

D. Resume Studi Preseden


Adapun data studi yang didapatkan dan disatukan sesuai dengan
perancangannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.1 Analisis Studi Kasus Pada Beberapa Terminal

35
Rusunawa
Rusun Cigugur - Rusun Raja
No Mahasiswa Rusun Cilacap
Cimahi Wali
UNHAS

1 Pengelolahan tapak

 Terletak di  Terletak di  Terletak di  Terletak di


Cigugur, Kota Raja Wali Kompleks Kabupaten
Cimahi, Kota Kampus cilacap,
Profensi Jawa Makassar Unhas provensi
Barat  Bentuk  Bentuk Jawa Tengah
 Bentuk tiap bangunan bangunan  Bentuk
bangunan Twinblock twinblok bangunan
` ialah memusat dengan dengan sebagian
di tengah jumlah 6 jumlah 2 memusat ke
dengan jumlah  Gambar foto blok tengah,
bangunan 4 udara bisa  Gambar foto dengan
blok dilihat pada udara pada jumlah 4
 Gambar foto halaman 37. halaman 38 blok
udara pada  Gambar foto
halaman 35 udara pada
halaman 39
Kesimpulan:

Lokasi Rumah susun ini berbeda beda. Pada keempat rumah susun ini memiliki
bentuk bangunan yang beragam, dengan berdasarkan pada ide desain masing masing
bangunan

2 Peruntukan Rumah Susun

Diperuntukan buat Diperuntukkan Diperuntukkan Diperuntukan


masyarakat buat masyarakat buat mahasiswa buat masyarakat
menengah berpenghasilan di Universitaas golongan ke
menengah ke Hasanuddin bawah dan buat
bawah (UNHAS) yang para nelayan
yang berdomisili
di area CIlacap

Kesimpulan :
Pada ke-empat Rumah Susun ini memiliki peruntukan hunian berbeda beda,
yang berdasarkan lokasinya seperti rumah susun yang berlokasi di area kampus
merupakan rumah susun buat mahasiswa. Adapun juga rumah susun yang
berlokasi di area yang terdapat banyak nelayan, juga memaksimalkan buat para
nelayan ataupun masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki
tempat tinggal

3 Pengelolahan Ruang

36
 Memiliki 192  Memiliki 288  Memiliki  Memiliki
unit hunian unit hunian 240 unit 384 unit
 Lantai dasar  Di lantiai 1 – hunian hunian
digunakan 4 digunakan  Lantai dasar  Lantai dasar
sebagai tempat sebagai tempat sebagai sebagai
parkir tinggal tempat tempat
kendaraan  Dilantai dasar bersama, bersama, dan
bermotor dan digunakan dan fasilitas fasilitas
bermain sebagai tempat umum umum
area bersama
seperti
parkiran, ruang
pengelola, dan
lainnya
Kesimpulan :

Pada ke-4 rusun ini memiliki bermacam macam jumlah unit di setiap
rusunnya yang disusuaikan berdasarkan jumlah penduduk dan peruntukan
rusun. Pada masing masing rusun hampir semuanya menggunakan lantai
dasar sebagai area bersama, dan diatasnya merupakan hunian.

4. Potensi Lokasi

 Dekat dengan  Jarak rusun ke  Berada di  Dekat


Mesjid Nurul puskesmas area kampus dengan
Iman hanya 350 m  Dekat Mesjid Al –
 Madrasah Fatah
dengan
Ibtidaiyah  Berdekatan
Cahaya rumah sakit dengan laut,
 Pusat Unhas buat para
Perbelanjaan  Dekat dari nelayan
pusat  850 m dari
perbelanjaa pasar
n  Dekat
dengan pusat
 Serta tidak
perkantoran
jauh dari
jalan poros
Kesimpulan :

Masing masing rusun memiliki potensi lokasi yang berbeda beda, sesuai
dengan peruntukan rusun.

(Sumber: Hasil Analisa,2018)

E. Integritas Keislaman
Adalah fitrah setiap makhluk untuk membangun tempat tinggal yang
dijadikan sebagai tempat beristirahat dan melindungi diri, walaupun dalam

37
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda sesuai kemampuan dan kebutuhan setiap
makhluk itu sendiri. Jika pada binatang tempat tinggal itu disebut sarang, maka
manusia menyebutnya dengan istilah rumah. Al-Qur’an memperkenalkan dua
istilah untuk menyebut tempat tinggal atau rumah. Pertama, disebut dengan
bait seperti yang terdapat dalam surat an-Nahl [16]: 68

‫ش َج ِر َو ِمنَ بُيُوتًا ْال ِج َبا ِل ِمنَ ات َّ ِخذِي أ َ ِن النَّ ْح ِل ِإلَى َرب َُّك َوأ َ ْو َحى‬
َّ ‫َو ِم َّما ال‬
ُ ‫يَ ْع ِر‬
َ‫شون‬
Artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia.”
Bait secara harfiyah berarti tempat bermalam. Rumah disebut bait karena
memang berfungsi bagi pemiliknya untuk tempat bermalam dan beristirahat
dari kesibukan. Hal ini juga sama seperti yang dilakukan binatang, seumpama
burung yang kembali ke sarangnya di sore hari untuk bermalam dan
beristirahat. Di samping itu, rumah dalam bentuk bait juga berfungsi
melindungi pemiliknya dari berbagai gangguan luar, seperti panas, dingin, dan
serangan makhluk lain. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah [2]: 125

‫ْت َج َع ْلنَا َو ِإ ْذ‬


َ ‫اس َمثَابَةً ْالبَي‬
ِ َّ‫وأَ ْمنًا ِللن‬...
َ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)


tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman……”
Sebutan lain yang diperkenalkan Allah swt untuk menyebut rumah adalah
maskan. Seperti yang terdapat dalam surat an-Naml [27]: 18

‫علَى أَت َ ْوا ِإذَا َحتَّى‬ ْ َ‫سا ِكنَ ُك ْم ا ْد ُخلُوا النَّ ْم ُل َياأَيُّ َها ن َْملَة قَال‬
َ ‫ت النَّ ْم ِل َوا ِد‬ َ ‫َل َم‬
ُ ‫سلَ ْي َم‬
‫ان َي ْح ِط َمنَّ ُك ْم‬ ُ ُ‫َي ْشعُ ُرونَ َل َو ُه ْم َو ُجنُودُه‬

Artinya : “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor


semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu

38
tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari.” Dalam surat at-Taubah [9]: 72 Allah swt juga berfirman

َ ‫عد‬ َّ َ‫ت ْال ُمؤْ ِمنِين‬


َ ‫ّللاُ َو‬ ِ ‫ار ت َ ْحتِ َها ِم ْن ت َ ْج ِري َجنَّات َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬ ُ ‫فِي َها خَا ِلدِينَ ْاْل َ ْن َه‬
َ‫ساكِن‬َ ‫طيِبَةً َو َم‬
َ ‫ت فِي‬ ِ ‫عدْن َجنَّا‬ َ ‫ّللاِ ِمنَ َو ِرض َْوان‬َّ ‫ْالعَ ِظي ُم ْالفَ ْو ُز ُه َو ذَ ِل َك أ َ ْكبَ ُر‬
Artinya : “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki
dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus
di syurga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.”
Kata maskan berasal dari kata sakana yang berarti tenang, tentram, dan
bahagia. Oleh karena itu, rumah dalam pandangan al-Qur’anbukan hanya
berfungsi sebagai tempat bermalam, tempat beristirhat atau tempat berlindung.
Tetapi lebih jauh, rumah berfungsi sebagai tempat mencari ketenangan dan
kebahagian batin. Di dalam rumah (maskan) inilah manusia membangun
keluarga sakinah, yaitu tatanan keluarga yang membawa kebahagian dan
ketenangan hati. Jika rumah hanya dijadikan bait, maka tidak jarang rumah
dirasakan seperti di neraka. Itulah yang digambarkan Tuhan dalam surat al-
Ankabut [29]: 41

ِ ‫ت لَ َبيْتُ ْالبُيُو‬
...‫ت أ َ ْوهَنَ َو ِإ َّن‬ ِ ‫َي ْعلَ ُمونَ َكانُوا لَ ْو ْال َع ْن َكبُو‬

Artinya: “…Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah (rapuh) adalah


rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”

Rumah laba-laba bukan hanya rapuh secara struktur, karena tidak mampu
melindungi penghuninya dari segala macam gangguan luar seperti panas,
dingin dan sebagainya. Namun, rumah laba-laba juga rapuh dari sisi
penghuninya. Hasil penelitian membuktikan, bahwa laba-laba betina setelah
melakukan perkawinan langsung membunuh laba-laba jantan. Begitu juga anak
laba-laba, berjumlah sangat banyak namun diletakan dalam wadah yang kecil

39
dan sempit, sehingga seluruh anaknya terlibat saling injak dan saling tindas,
yang menyebabkan lebih separuh anaknya mati karena pertarungan sesamanya.
Begitulah perumpamaan rumah yang rapuh, jauh dari kebahagian dan
ketenangan.
Oleh karena itu, jadikanlah rumah kita sebagai maskan, tempat
menemukan ketenangan dan kebahagian hidup. Janganlah jadikan rumah
sekedar tempat singgah, tempat bermalam atau tempat berlindung saja (bait),
seperti yang dilakukan oleh binatang. Rumah bagus tentu sangat perlu sebagai
sarana memperoleh kebahagiaan hidup, akan tetapi bagus jika tidak membawa
ketenangan dan kebahagiaan juga tidak baik. Biarlah tinggal di rumah yang
sederhana, namun bisa memperoleh ketenangan dan kebahagiaan padanya.
Sehingga, rumah betul-betul menjadi maskan.

40

Anda mungkin juga menyukai