SKENARIO 4
BENJOLAN DI LEHER
NPM : 61114079
TUTOR : 12
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2016
KENARIO IV
“BENJOLAN DI LEHER”
Tn. Faris, berusia 40 tahun, datang dengan keluhan benjolan dileher kanan. Tn. Faris
mengatakan sejak 8 bulan yang lalu benjolan mula-mula sebesar kacang kedele, makin lama
sebesar telor puyuh. Riwayat batuk lama (-), mimisan (-), telinga berdenging (-), suara serak
(-), BB=72 kg, TB=168 cm. Tn. Faris mengatakan ayahnya juga pernah menderita penyakit
yang sama denga dirinya. Tn. Faris khawatir anaknya juga akan mengalami hal yang ama
dengan dirinya.
Hasil pemeriksaan fisik : Mata : konjungtiva anemis (-) THT : normal Thoraks :
dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal.
Sedangkan pada pemeriksaan Regio colli dextra : terdapat massa 3x2x2, tidak terfiksis,
kenyal, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Laboratorium didapatkan LED meningkat. Dokter
menganjurkan kepada Tn. Faris untuk menjalani pemeriksaan BAJAH dan atau biopsy eksisi
untuk mencari penyebabnya.
Terminologi Asing
1. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan di bawah
mikroskop oleh ahli patologi.
(Kamus Kesehatan)
2. Pemeriksaan Bajah (Biopsi Aspirasi Jarum Halus)
Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy/FNAB), adalah prosedur
biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada jarum suntik
untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal.
(Kamus Kesehatan)
3. LED (Laju Endap Darah)
Laju endap darah (LED) adalah sebuah pengkuran seberapa cepat sel-sel darah
merah jatuh ke darasa sebuah tabung uji.
(Kamus Kesehatan)
4. Eksisi
Eksisi adalah operasi pengangkatan jaringan.
(Kamus Kesehatan)
5. Regio Colli Dextra
Regio colli dextra adalah bagian leher di sebelah kanan.
(Anatomi Tubuh Manusia)
Rumusan Masalah
1. Benjolan apa yang terdapat pada leher Tn. Faris dan apa penyebabnya?
2. Mengapa benjolan pada leher Tn. Faris makin lama makin membesar?
3. Bagaimana interpretasi riwayat penyakit lama dan penyakit keluarga?
4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik Tn. Faris?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang Tn. Faris?
6. Mengapa pemeriksaan bajah atau biopsi eksisi untuk mencari
penyebabnya
Hipotesis
Skema
KEMUNGKINAN PENYEBAB
BENJOLAN DI REGIO 1. NEOPLASMA
TN. FARIS (40 TAHUN)
COLLI DEXTRA 2. INFEKSI
3. HORMON
4. KELAINAN HEREDITER
5. GANGGUAN SISTEM IMUN
PEMERIKSAAN FISIK
1. TERDAPAT MASSA 3X2X2 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. TIDAK TERFIKSIR, KENYAL, NYERI 1. PEMERIKSAAN BAJAH
TEKAN 2. BIOPSI EKSISI
(-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
LED MENINGKAT
Tujuan Pembelajaran
Pembahasan
1. Jenis-jenis Limfadenopati
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal
(limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua
atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala
dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah
sebagai berikut
Gambar Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.
2. Epidemiologi Limfadenopati
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah
satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat
hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih
banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke
subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan.
Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko
keganasan hanya sekitar 0,4%.
a. Infeksi Virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas
seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus
(RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
b. Infeksi Bakteri
c. Penyakit Tertentu
seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan
tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan
menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat
Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang
hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.
Gambar Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar
belakang limfosit dan eosinofil.
d. Metastasis Karsinoma
4. Patofisiologi Limfadenopati
5. Penatalaksanaan Limfadenopati
a. Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling
besar, paling dicurigai,dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai
diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinalmempunyai nilai diagnostik paling
rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilaidiagnostik paling
tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan
sensitivitasdan spesifisitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan
prosedur diagnostik terpilih.Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi
merupakan hal yang penting untuk diagnostik yangtepat, terutama untuk membedakan
limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak.3Komplikasi limfadenopati termasuk
pembentukan abses, selulitis, pembentukan fistula atau sepsis.Kebanyakan komplikasi
berkaitan dengan proses penyakit yang mendasarinnya. Limfadenopati pada bagian
dada dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa seperti syndrome
vena cavasuperior yang menghambat aliran darah, obstruksi saluran bronkial, trakea,
dan dekompresiesophageal. Limfadenopati perut dapat menyebabkan sakit punggung
atau nyeri perut.
b. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.
• Pajanan
b. Pemeriksaan Fisik
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan
penyebab keganasanatau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa
nodular mempunyai karakteristikterfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi
kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyaikarakteristik bilateral, dapat
digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengankonsistensi lunak
dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang
jarang,limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang
nekrotik atau tekanan darikapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.Pada
umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulismenyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau
kelenjar getah bening inguinal lebih dari1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat
laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak adakeganasan pada penderita dengan
ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan
ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas
2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai
gambaran radiologitoraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan
tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa
(tuberkulosis,cat- scratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).
Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjaditanda
kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan
1,5 cmmerupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan ada tidaknyakeganasan dan penyakit granulomatosa.Kesulitan
diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
diagnosistertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang
mendukung manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan
sebaiknya dihindari karena akanmengaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum
terdapat kesepakatan lama observasi yangdiperlukan pada keadaan limfadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya.
a. Limfoma
Ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi yang mungkin dirujuk ke
dokter spesialis lainnya bila perlu. Limfoma diterapi tergantung beberapa factor,
seperti stadium, jumlah dan kadar yang terlibat, usia, gejala, dan status kesehatan
secara umum.
b. Leptospirosis (leptospira interogans)
Biasanya terdapat limfadenopati dan jika mengidap harus segera dirujuk untuk
melakukan hemodialisa setelah penegakan diagnosis dan terapi awal.
Referensi
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes. (http://www.mayoclinic.com/print/swollen
lymph-nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26 th,
2013.)
2. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI
3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit
Erlangga, Jakarta, Hal: 86
4. Limfadenitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter %20II.pdf. Accessed
on Mei 26 th, 2013.
5. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition,
Lippincott Williams & Wilkins, from,