Anda di halaman 1dari 19

BLOK GANGGUAN SISTEM DARAH DAN LIMFATIK

SKENARIO 4

BENJOLAN DI LEHER

NAMA : MUHAMMAD SUDRAJAT

NPM : 61114079

TUTOR : 12

DOSEN TUTOR : dr. DEWI FITRIANA

UNIVERSITAS BATAM

TAHUN 2016
KENARIO IV

“BENJOLAN DI LEHER”
Tn. Faris, berusia 40 tahun, datang dengan keluhan benjolan dileher kanan. Tn. Faris
mengatakan sejak 8 bulan yang lalu benjolan mula-mula sebesar kacang kedele, makin lama
sebesar telor puyuh. Riwayat batuk lama (-), mimisan (-), telinga berdenging (-), suara serak
(-), BB=72 kg, TB=168 cm. Tn. Faris mengatakan ayahnya juga pernah menderita penyakit
yang sama denga dirinya. Tn. Faris khawatir anaknya juga akan mengalami hal yang ama
dengan dirinya.

Hasil pemeriksaan fisik : Mata : konjungtiva anemis (-) THT : normal Thoraks :
dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal.
Sedangkan pada pemeriksaan Regio colli dextra : terdapat massa 3x2x2, tidak terfiksis,
kenyal, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Laboratorium didapatkan LED meningkat. Dokter
menganjurkan kepada Tn. Faris untuk menjalani pemeriksaan BAJAH dan atau biopsy eksisi
untuk mencari penyebabnya.
Terminologi Asing

1. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan di bawah
mikroskop oleh ahli patologi.
(Kamus Kesehatan)
2. Pemeriksaan Bajah (Biopsi Aspirasi Jarum Halus)
Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy/FNAB), adalah prosedur
biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada jarum suntik
untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal.
(Kamus Kesehatan)
3. LED (Laju Endap Darah)
Laju endap darah (LED) adalah sebuah pengkuran seberapa cepat sel-sel darah
merah jatuh ke darasa sebuah tabung uji.
(Kamus Kesehatan)
4. Eksisi
Eksisi adalah operasi pengangkatan jaringan.
(Kamus Kesehatan)
5. Regio Colli Dextra
Regio colli dextra adalah bagian leher di sebelah kanan.
(Anatomi Tubuh Manusia)

Rumusan Masalah

1. Benjolan apa yang terdapat pada leher Tn. Faris dan apa penyebabnya?
2. Mengapa benjolan pada leher Tn. Faris makin lama makin membesar?
3. Bagaimana interpretasi riwayat penyakit lama dan penyakit keluarga?
4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik Tn. Faris?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang Tn. Faris?
6. Mengapa pemeriksaan bajah atau biopsi eksisi untuk mencari
penyebabnya

Hipotesis

1. Benjolan di leher Tn. Faris serta penyebabnya:


Tn. Faris merasakan keadaan dimana terdapat kelainan di lehernya, tepatnya di bagian
leher sebelah kanan (Regio Colli Dextra) berupa benjolan. Dimana benjolan tersebut
merupakan keadaan yang muncul karena adanya pembesaran KGB (Kelenjar Getah
Bening), pembesaran KGB merupakan keadaan yang biasa terjadi pada limfadenopati.
Limfadenopati dapat disebabkan oleh infeksi kuman, perubahan sel dari jinak menjadi
ganas, atau penyakit tertentu yang bersifat herediter (Keturunan)
2. Benjolan di leher Tn. Faris makin lama makin membesar karena:
Jika penyebabnya adalah infeksi maka akan terjadi perlawanan kuman oleh limfosit
sehingga akan mencetuskan pertambahan jumlah sel, kemudian kuman yang
terkandung di dalam cairan limfe juga dapat menginfeksi KGB sehingga terjadi
radang dan membesar.
3. Interpretasi riwayat penyakit lama dan riwayat penyakit keluarga:
Berkaitan dengan penyakit yang bersifat herediter (Keturunan) karena ada beberapa
penyakit turunan yang manifestsi klinisnya berupa adanya limfadenopati.
4. Interpretasi pemeriksaan fisik Tn. Faris:
Sejauh ini normal untuk tanda vital tidak ada kelainan dan semua dalam batas normal,
hanya saja ada kelainan pada 1 regio yakni regio colli dextra dimana ditemukan massa
3x2x2 yang tidak terfiksir, kenyal, dan tidak ada nyeri tekan.
5. Interpretasi pemeriksaan penunjang:
Pada pemeriksaan laboratorium di temukan LED (laju Endap Darah) meningkat.
6. Pemeriksaan bajah atau biopsi eksisi untuk mencari penyebabnya karena:
Kedua cara tersebut dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab serta tingkat
keparahan suatu pemebesaran KGB hanya berbeda pada tatalaksananya saja. Untuk
bajah hanya mengambil sanpel berupa cairan pada benjolan, sedangakan biopsi eksisi
mengambil sebagian dari jaringan benjolan tersebut.

Skema

KEMUNGKINAN PENYEBAB
BENJOLAN DI REGIO 1. NEOPLASMA
TN. FARIS (40 TAHUN)
COLLI DEXTRA 2. INFEKSI
3. HORMON
4. KELAINAN HEREDITER
5. GANGGUAN SISTEM IMUN
PEMERIKSAAN FISIK
1. TERDAPAT MASSA 3X2X2 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. TIDAK TERFIKSIR, KENYAL, NYERI 1. PEMERIKSAAN BAJAH
TEKAN 2. BIOPSI EKSISI
(-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 LED MENINGKAT

Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Jenis-jenis Limfadenopati


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Epidemiologi Limfadenopati
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Etiologi dan Faktor Resiko
Limfadenopati
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Patofisiologi Limfadenopati
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan Limfadenopati
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinis Limfadenopati
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Penegakan Diagnosis Limfadenopati
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Komplikasi dan Prognosis
Limfadenopati
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Limfadenopat yang Memerlukan
Rujukan

Pembahasan

1. Jenis-jenis Limfadenopati
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal
(limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua
atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala
dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah
sebagai berikut
Gambar Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB


melalui simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan
sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus.
Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di
simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di
dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.

Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang


menghubungkan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam
kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. Dari
bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating
yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam
sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih
luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju
aliran getah bening eferen.

2. Epidemiologi Limfadenopati

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah
satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat
hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih
banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke
subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan.
Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko
keganasan hanya sekitar 0,4%.

3. Etiologi dan Faktor Resiko Limfadenopati


Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

a. Infeksi Virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas
seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus
(RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan


salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit
yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular
HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini
dianggap penyakit flu (influenza like illness).

b. Infeksi Bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta


hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan
dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

c. Penyakit Tertentu
seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan
tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan
menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat
Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang
hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.

Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan


ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang
limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang
besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan
pucat.

Gambar Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar
belakang limfosit dan eosinofil.

d. Metastasis Karsinoma

Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari


limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih
dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
Gambar Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma. Tampak sel-sel yang
mengalami keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring.

4. Patofisiologi Limfadenopati

Limfadenopati terjadi bila limfonodus lokak dan pembuluh darah mengalirkan


materi terinfeksi, yangtertangkap dalam jaringan folikular nodus . Peningkatan aliran
limfatik adalah karateristik dariinflamasi local. Bila terjadi inflamasi pembuluh
limfatik. Sistem limfe membantu mempertahankaninfeksi tetap terlokalisasi dan
terisolasi dari aliran darah. Limfadenopati bisa di sebut juga pembesarankelenjar
limfe sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B.

5. Penatalaksanaan Limfadenopati

Penatalaksanaan limfadenopati di dasarkan pada etiologi. Banyak


limfadenopati yang dapat sembuhdengan sendiri. Biopsi di lakukan bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarah pada keganasan dan pada pembesaran yang
menetap.Limfadenopati pada anak-anak biasanya di sebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada
limfadenitis adalah antibiotic oral 10 haridengan pemantauan dalam 2 hari pertama
flucloxacillin 26 mg/kg BB empat kali sehari. Bila ada reaksialergi terhadap antibiotic
golongan peneisilin dapa diberikan cephalexin 25 mg/kg BB ( sampaidengan 500 mg)
tiga kali sehari atau eritromisin 15 mg/kg BB ( sampai dengan 500 mg ) tiga
kalisehari.Bila penyebab limfadenopat adalah mycobacterium tuberculosis maka di
berikan obat anti tuberculosisselama 9- 12 bulan. Bila di sebabkan mycobacterium
selain tuberculosis maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila
pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal di berikan antibiotic golongan
makrolida dan anti mycobacterium.

a. Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling
besar, paling dicurigai,dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai
diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinalmempunyai nilai diagnostik paling
rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilaidiagnostik paling
tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan
sensitivitasdan spesifisitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan
prosedur diagnostik terpilih.Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi
merupakan hal yang penting untuk diagnostik yangtepat, terutama untuk membedakan
limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak.3Komplikasi limfadenopati termasuk
pembentukan abses, selulitis, pembentukan fistula atau sepsis.Kebanyakan komplikasi
berkaitan dengan proses penyakit yang mendasarinnya. Limfadenopati pada bagian
dada dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa seperti syndrome
vena cavasuperior yang menghambat aliran darah, obstruksi saluran bronkial, trakea,
dan dekompresiesophageal. Limfadenopati perut dapat menyebabkan sakit punggung
atau nyeri perut.

b. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya

kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.

Gambar Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic,


round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda
kepala panah).
c. CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm


atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati
supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada
perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG
atau CT Scan.

6. Manifestasi Klinis Limfadenopati

Demam, nyeri tenggorokan dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi


saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badanm
engarahkan kepada infeksi tuberculosis atau keganasan. Demam yang tidak
jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penya
kitkolagen atau penyakit serum (serum sickness-ditambah riwayat obat-obatan
atau produk darah).

Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkankepada infeksi


oleh streptococcus, luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi
mengarahkan penyebab infeksi staphylococcus dan adanya infeksi gigi dangusi juga
dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.

Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada cytomegalovirus,


Epstein barr atau HIV.Adanya tenggorokan yang merah, bercak bercak putih pada
tonsil, bintik-bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri
streptococcus. Adanyaselaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit- langit yang sulit
di lepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher ( bull
neck ) mengarahkankepada infeksi oleh bakteri difteri.

Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpamengarahkan kepada infeksi


Epstein barr virus. Adanya radang pada selaput matadan bercak koplik mengarahkan
kepada campak. Adanya pucat, bintik
bintik pendaragan, memar yang tidak jelas penyebabnya dan pembesaran hati dan lim
pamengarahkan kepada leukemia, kemerahan pada mata, peradangan pada
tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki mengarahkan kepada
penyakit Kawasaki.

7. Penegakan Diagnosis Limfadenopati


a. Anamnesis

• Umur penderita dan lamanya limfadenopati

Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat


seiring bertambahnya usia.Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan
sebagian besar anak sehat mempunyai kelenjargetah bening servikal, inguinal, dan
aksila yang teraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati padaanak adalah infeksi
atau penyebab yang bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan, dari 628
penderitayang menjalani biopsi karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan
swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun,
59% penderita antara 31-50 tahun, dan39% penderita di atas 50 tahun.3Di sarana
layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan
limfadenopatimempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun,
risiko keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%. Limfadenopati yang
berlangsung kurang dari 2 minggu ataulebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran
mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.

• Pajanan

Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati.


Pajanan binatang dan gigitanserangga, penggunaanobat,kontakpenderitainfeksi dan
riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasilimfadenopati persisten. Pajanan
setelah bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karenadapat berkaitan
dengan limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus,
leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan
radiasiultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam,
kanker kepala dan leher, ataukanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat
menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan
penyebab limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secaraseksual.
Penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa
kemungkinan penyebab limfadenopati; risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi
dan limfoma maligna non-Hodgkinmeningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan
pada keluarga, seperti kanker payudara atau familialdysplastic nevus syndromedan
melanoma, dapat membantu menduga penyebab limfadenopati.

• Gejala yang menyertai

Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai


limfadenopati servikal danlimfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam,
keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala
limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptomdidapatkan pada 8%
penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada
10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam
dapatmenunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti
artritis reumatoid, lupus eritematosus,atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati
setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma
Hodgkin.

b. Pemeriksaan Fisik

• Karakter dan ukuran kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan
penyebab keganasanatau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa
nodular mempunyai karakteristikterfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi
kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyaikarakteristik bilateral, dapat
digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengankonsistensi lunak
dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang
jarang,limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang
nekrotik atau tekanan darikapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.Pada
umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulismenyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau
kelenjar getah bening inguinal lebih dari1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat
laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak adakeganasan pada penderita dengan
ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan
ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas
2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai
gambaran radiologitoraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan
tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa
(tuberkulosis,cat- scratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).

Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjaditanda
kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan
1,5 cmmerupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan ada tidaknyakeganasan dan penyakit granulomatosa.Kesulitan
diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
diagnosistertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang
mendukung manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan
sebaiknya dihindari karena akanmengaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum
terdapat kesepakatan lama observasi yangdiperlukan pada keadaan limfadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya.

Beberapa ahli merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik atau biopsi


pada limfadenopati noninguinal yangtidak diketahui penyebabnya dan
berlangsunglebihdari1 bulan.Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam >5 hari
dengan minimal 4 dari 5 gejala berikut:

 Injeksi konjungtiva bulbar bilateral


 Perubahan membran mukosa oral (fisura dan kemerahan pada bibir, faring,
strawberry tongue)
 Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema tangan
dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase konvalesen)
 Ruam polimorfik
 Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar dengan diameter >1,5 cm)
8. Komplikas dan Prognosis Limfadenopati
a. Komplikasi
1. Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi ronggatersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di
dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
2. Selulitis (infeksi kulit)
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di
bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh
getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke
seluruh tubuh.
3. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa,
yang ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai
(biasanya namun tidak terbatas pada bakteri-bakteri).

4. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)


Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening,
padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula
sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti
abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh
oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula
merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan
tubuh setiap individual.
b. Prognosis
Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan antibiotik.
Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari.
Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau
bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang pemulihan tergantung pada
penyebab infeksi. Penderita dengan limfadenitis yang tidak diobati dapat
mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah (septikemia), yang kadang-
kadang fatal.

9. Limfadenopati yang Memerlukan Rujukan


Ada beberapa ciri gejala limfadenopati yang memerlukan rujukan, diantaranya:
a. Jika pembengkakan kelenjar berlangsung selama lebih dari 2 minggu atau
memeiliki gejala penurunan berat badan yang drastis, berkeringat malam,
kelelahan, serta demam berkepanjangan.
b. Jika node, sulit, tetap, atau berkembang secara pesat.
c. Jika bengkak terjadi atau terdapat di tulang selungkuh atau di bagian bawah leher.
d. Jika warna kulit di atas berwarna kemerahan serta mengalami perdarahan.
e. Jika kita mencurigai adanya infeksi.
f. Jika telah berhubungan dengan penatalaksanaan pembedahan.
g. Jika berhubungan dengan mengancam nyawa seperti syndrome vena cava superior
dan infolding dari satu segmen usus karrena obstruksi oleh KGB perut.

Sedangkan untuk penyakitnya diantaranya:

a. Limfoma
Ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi yang mungkin dirujuk ke
dokter spesialis lainnya bila perlu. Limfoma diterapi tergantung beberapa factor,
seperti stadium, jumlah dan kadar yang terlibat, usia, gejala, dan status kesehatan
secara umum.
b. Leptospirosis (leptospira interogans)
Biasanya terdapat limfadenopati dan jika mengidap harus segera dirujuk untuk
melakukan hemodialisa setelah penegakan diagnosis dan terapi awal.
Referensi

Daftar Pustaka
1. Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes. (http://www.mayoclinic.com/print/swollen
lymph-nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26 th,
2013.)
2. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI
3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit
Erlangga, Jakarta, Hal: 86
4. Limfadenitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter %20II.pdf. Accessed
on Mei 26 th, 2013.
5. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition,
Lippincott Williams & Wilkins, from,

Anda mungkin juga menyukai