Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEBIDAAN KEGWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

ANTONIA UTERI

DISUSUN OLEH :

1. LUSIA KURNIANSI SANI SANGGU


NIM : 2017740066
2. MARIA INYA CAPA
NIM : 2017740072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN WIRAHUSADA NUSANTARA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Pertama - tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dalam makalah ini kami ingin memaparkan atau menjelaskan tentang “Antonia uteri” dan
dengan makalah ini kami mengharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan
kepada pembaca, Selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi isi makalah, tatabahasa, pengejaan dan penataan tanda baca. Maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan bisa menjadi acuan
kedepannnya agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi.
Pada akhirnya, Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
Penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang,10 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
3.1 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
1.1 Defenisi Antonia uteri ..........................................................................
2.1 Etiologi antnia uteri………………………………………………….
3.1 Tanda dan gejala ntonia uteri………………………………………..
4.1 Diagnosa Antonia uteri……………………………………………..
5.1 Penanganan Antonia uteri…………………………………………..
6.1 Komplikas atonia uteri……………………………………………...
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
1.1 Kesimpulan...........................................................................................
2.1 Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran
terjadi di negara–negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara berkembang merupakan
yang tertinggi, dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara berkembang.
Di Amerika Serikat sejak 1979 sampai 1992, menganalisis 4915 kematian ibu hamil yang
tidak terkait abortus. Mereka mendapatkan bahwa perdarahan merupakan kasus langsung pada
sekitar 30 % kasus kematian tersebut. Menurut Bonar 2000, perdarahan adalah faktor utama
pada kematian ibu hamil di Inggris antara tahun 1985 dan 1996, tidak diragukan lagi bahwa
telah terjadi kemajuan besar dalam kematian akibat perdarahan dengan modernisasi bidang
obstetri di Amerika Serikat. Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum
terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. kematian ibu di Indonesia adalah 650 ibu tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum (Depkes
RI, 2002).
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum dapat turun seperti yang
diharapkan pemerintah. Menurut laporan BKKBN pada bulan Juli 2005, AKI masih berkisar
307 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan
AKI dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1994) menjadi 225 per 100.000 pada tahun
1999, dan menurunkan nya lagi menjadi 125 per 100.000 pada tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Menjelaskan pengertian Antonia uter.
1.2.2 Menjelaskan tentang etiologi Antonia uteri.
1.2.3 Menjelaskan tentang tanda dan gejala Antonia uteri
1.2.4 Menjelaskan tentang diagnosa Antonia uteri
1.2.5 Menjelaskan tentang penanganan Antonia uteri
1.2.6 Menjelaska tentang komplikasi antnia uteri

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui dan memahami tentang Antonia uteri
1.3.2 Menambah pengetahua tentang Antonia uteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Atonia Uteri


Beberapa ahli kesehatan mengatakan definisi atonia uteri sebagai berikut :
Atonia Uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi
normalnya (Ben dan taber, 2002)
Atonia Uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena
terlepasnya sebagian plasennta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas sehingga
tidak ada terjadinya kontraksi (Anik dan Yulianingsih, 2009).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum
yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah
pada terjadinya syok hipovolemik .

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa defenisi atonia uteri merupakan
perdarahan pasca persalinan dimana akibat dari kegagalan serabut – serabut otot uterus terjadi
perdarahan post partum dimana terjadi setelah plasenta lahir atau 4 jam setelah plasenta lahir
(Anik dan Yulianigsih, 2009)

2.2. Etiologi
Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama
atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi. Hal ini dapat pula
terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen
anestesi terhalogenisasi, nitrat, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik dan nifedipin. Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri
(korioamnionitis, endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus
couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif. Data terbaru
menyebutkan bahwa grandemultiparitas merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya
perdarahan post partum.

2.2.1 Faktor – faktor predisposisi Atonia uteri meliputi :


1). Regangan rahim yang berlebihan dikarenakan Polihidramnion, kehamilan kembar,
makrosemia atau janin besar
2). Persalinan yang lama
Persalinan yang lama dimaksud merupakan persalinan yang memanjang pada kala satu dan
kala dua yang terlalu lama.
3). Persalinan yang terlalu cepat atau persalinan spontan
4). Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5). Multiparitas yang sangat tinggi
6). Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta keadaan umum ibu yang jelek,
anemis, atau menderita penyakit menahun. Terjadinya peningkatan kejadian atonia uteri
sejalan dengan meningkatnya umur ibu yang diatas 35 tahun dan usia yang seharusnya
belum siap untuk dibuahi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin
tinggi frekuensi perdarahan yang terjadi.
7). Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
8). Bekas operasi Caesar.
9). Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu
sebaiknya melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri.
10).Dapat terjadi akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan mendorong uterus kebawah
sementara uterus belum terlepas dari tempat implannya atau uterus.

Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat diketahui. Tetapi, bila perdarahan
sedikit dalam waktu banyak tanpa disadari, pasien (ibu) telah kehilangan banyak darah
sebelum ibu tanpak pucat dan gejala lainnya. Perdarahan karena atonia uteri, uterus tanpak
lembek membesar.
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang selalu ada pada perdarahan postpartum akibat Atonia Uteri
adalah :
2.3.1 Perdarahan segera setelah anak lahir
2.3.2 Pada palpasi,meraba Fundus Uteri disertai perdarahan yang memancur jalan lahir.
2.3.3 Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
2.3.4 Perut terlihat membesar

2.4 Diagnosa
Diagnose ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setingi pusat atau lebih
dengan kontraksi yang lembek. Antonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detk
setelah dilakukan rangsangan traktil (Masase) pada daerah fundus uteri.
Perluh diperhatikan bahwa pada saat antonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih
ada darah sebanyak 500-1000cc ang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi asih terperangka
dalam uterus dan harus di perhitungkan dalam pemberian darah penganti. Jika perabaan dinding
perut, fundus uteri terasa keras dan darah yang keluar berwana merah segar, dapatlah di katakan
perdarahan itu disebabkan oleh laserasi atau robekan di jalan lahir, jika perabaan fundus uteri
terasa lembek dan laserasi telah di singkirkan pada pendarahan ini disebabkan oleh antnia uteri.

2.5 Penanganan Antonia Uteri


Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien, pasien masih bisa
dengan keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai shok berat hipovolemik.
Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada keadaan klinisnya. Pada umumnya
dilakukan simultan bila pasien shok yaitu :
2.5.1 Sikap trendelembrug, memasang venus line dan memasang oksigen.
2.5.2 Merangsang uterus dengan cara :
1) Merangsang fundus uteri dengan meransang puting susu
2) Pemberian misoproso 800-1000 mg per-rectal
3) Komprsi bimanual internal minimal selama 7 menit.
4) Bila semua tindakan gagal maka lakukan tindakan opeatif laparatomi dengan
pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau histerekomi,
alternatifnya berupa :
 Ligasi arteria uterine atau arteri ovarikal
 Histerotomi total abdominal.

2.6 Komplikasi
Pendarahan post partum primer yang dapat mengakibatkan sok. Bila terjadi syok yang
berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam
masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsi. Pada
pendarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organ-organ seperti gagal ginjal mendadak. Komplikasi perdarahan pasca partum yaitu anemia
yang memerlukan perhatian tentang manifestasi klinis, umumnya meliputi pusing,lemah dan
berdebar, manifestasi klinis khusus pada reproduksi meliputi muda terjadi infeksi, produksi
laktasi jumlah dan kualitasnya kurang dan kembalinya alat reproduksi terlambat, selain itu
dapat terjadi sindrom sheehan shok karna pendarahan antepartus dan pascapartum
menyebabkan terjadinya nekrosi hipoksia anterior yang berfariasi disertai gangguan
pengeluaran hormone gona dokrovi, terjadi bersamaan pada hipotalamus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir. Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah
dengan. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden pendarahanpasca persalinan akibat
atonia uteri.Pemberian misoprostol peroral 2 – 3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah
bayi lahir. Regangan rahim berlebihan karena gemeli, polihibramnion, atau anak
terlalu besar. Kelelahan karena persalinan lama atau persalina kasep. Kehamilan
grande-multipara. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun. Mioma uteri yang menggangu kontraksi rahim. Infeksi intrauterin
(korioamnionitis). Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

B. Saran
Diharapkan bidan serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor
risiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak. Selain itu , mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai
calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat
diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Febianto H.N. perdarahan pasca persalinan. Falkultas kedokteran universitas sriwijaya, 2007
Wiknjosatro H, dkk, editor,ilmu kebidanan. Bina pustaka sarwono prawiroharjo.jakarta, 1994

Anda mungkin juga menyukai