Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,

mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel – sel organisma. Fisiologi

mencoba menerangkan faktor – faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi

seluruh proses kehidupan.

Fisiologi mempelajari fungsi organ – organ tubuh atau fungsi keseluruhan

organisme. Organ artinya alat – alat tubuh seperti hati, paru – paru, insang,

jantung, ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan sedangkan pada tumbuhan

oragn antara lain meliputi akar, batang, daun, bunga. Organ – organ tersebut

menyusun suatu organisme yaitu makhluk hidup baik yang makroskopik

(berukuran besar, dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat) maupun

yang mikroskopis (berukuran kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia tanpa

bantuan alat). Fisiologi mencakup pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh

makhluk hidup dan bagaimana mereka melakukan agar mereka lulus hidup dan

dapat mengatasi berbagai tantangan dari lingkungan hidupnya sehingga mereka

dapat beradaptasi dan memppertahankan eksistensinya. (Yuwono, 2013)

Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk

hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat

baik yang dibutuhkan oleh tubuh maupun yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan

oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan- bahan kimia

yang diperoleh hasil dari metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh

terhadap virus atau bakteri agar tubuh terlindungi (Widodo, 2015).


2

Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat dalam

satu jalur sirkulasi peredaran darah. Start darah dari jantung, darah menuju insang

untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan

terbagi kesegenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil, (Mudjiman, .

2013).

Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan

plasma darah. Sel-sel darah terbagi lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit), dan sel pembeku darah atau bitir-butir darah (trombosit),

sedangkan plasma darah disebut juga sebagai cairan darah (Pulungan et al.,2013).

Darah mengangkut oksigen dari insang ke jaringan dan mengankut

CO2 dari jaringan ke insang. Pada kebanyakan sepesies ikan, O2 terikat pada

haemoglobin pada darah sel merah. Tetapi pada sebagian ikan tidak memerlukan

Hb untuk transparans O2 dan Hb darah. Dua tipe peredaran darah dalam Hb

sangat pada respirasi ikan. Ketika darah mencapai jaringan, dimana CO2 tinggi,

afinitas dan kejenuhan menurun dan demikian O2 akan dilepaskan dari Hb dan

berdifusi kedalam jaringan (Pulungan, et,.al. 2013).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis

sebelum dan sesudah haemolisis adalah agar kita mengetahui proses apa yang

terjadi terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3%.

Selain itu juga untuk mengetahui rupa darah makrokopis dan mikrokopis sebelum

dan sesudah haemolisis dan mengetahui tahanan osmotik sel-sel darah merah

sehingga kita dapat mengetahui bentuk-bentuk dari darah secara makrokopis dan

mikrokopis serta dapat mengetahui tahanan osmotik atau konsentrasi larutan yang
3

ada di dalam sel daran dan di luar sel darah, yaitu berupa larutan NaCl dengan

konsentrasi yang berbeda.

Manfaat yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah adalah

dapat mengetahui rupa darah baik itu dengan mata telanjang maupun dengan

menggunakan mikroskop, selain itu mahasiswa juga dapat mengetahui cara

membuat preparat ulas serta dapat membedakan jenis-jenis darah yang ada pada

tubuh ikan sampel.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang

berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber-sel tunggal maupun

ber-sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua

komunikasi intercellular, baik energenik maupun metabolik. (Windarti et al,

2013).

Hewan air adalah makhluk hidup yang habitatnya di perairan dan tidak

dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat anorganik (organisme heterotrof)

tetapi mereka dapat mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau

hewan lainnya. Pada umumnya hewan air melakukan pergerakan untuk mencari

makananan. (Yuwono, 2013)

Ikan Lele dumbo (Clarias gariepsinus) termasuk kedalam Filum

Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ostariophysi, Family Clariidae, Genus Clarias,

Spesies Clarias gariepsinus bursel (Suyanto , 2013) .

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki morfologi yang mirip

dengan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat,

kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut

besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit

manusia (panu). Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid,

mudfish dan walking catfish. (Saanin, H. 1984 ).


5

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 14 februari 2019 pada pukul 10.30

WIB sampai selesai di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah darah dari ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus), minyak cengkeh, Ethanol murni, pewarna giemsa,

aquades, NaCl 3% dan EDTA 10%. Sedangkan alat yang digunakan yaitu jarum

suntik, spuit, nampan, serbet, tabung reaksi, pipet tetes, object glass, cover glass,

mikroskop, buku gambar, buku penuntun praktikum dan laporan praktikum

sementara.

3.3. Metode Praktikum

Metode praktikum adalah pengamatan langsung objek praktikum dengan

mengikuti petunjuk yang terdapat di dalam buku penuntun praktikum.

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1 Cara Mengambil Darah Ikan

Ikan dibius di dalam air yang sudah dicampur dengan minyak cengkeh

sebanyak 1 ml. biarkan beberapa menit sampai ikan pingsan. Jarum suntik dan

spuit dibasahi dengan EDTA 10% untuk mencegah oembekuan darah. Ikan yang

sudah pingsan kemudian diletakkan dalam nampan plastik. Tubuh ikan ditutup

dengan serbet yang telah dibasahkan sebelumnya. Tujuannya adalah agar ikan
6

tidak licin ketika dipegang dan untuk mengurangi stress pada ikan. Suntikkan

jarum di bawah linea lateralis kea rah tulang belakang. Hentikan tusukan bila

sudah terasa keras/menyentuh tulang dan vena caudalis sudah tertusuk. Tunggu

sebentar sampai darah mengalir ke dalam spuit. Tarik spuit perlahan sampai

mendapatkan volume darah yang diinginkan. Kemudian masukkan darah ke

dalam tabung reaksi yang sudah dibasahi dengan EDTA 10% sebelumnya.

3.4.2 Cara Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Haemolisis

Ambil 3 buah tabung reaksi dan diberi label A, B dan C. Kemudian, ke

dalam tiap-tiap tabung dimasukkan 1 ml darah ikan. Pada tabung A, tambahakan 1

ml Aquades. Pada tabung B, tambahkan 1 ml NaCl 3% dan darah pada tabung C

dibiarkan seperti semula/tidak ditambah apa-apa. Tabung dikocok, kemudian

dibiarkan selama 5 menit.

Buatlah preparat ulas/usap darah dari darah yang sudah diperlakukan

tersebut. Dari setiap tabung, ambil satu tetes darah, teteskan pada bagian ujung

dari objek glass.

Kemudian, ambil objek glass lain, sentuhkan salah satu ujungnya pada

tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass (objek glass untuk

menggeser darah dalam posisi sudut 45o terhadap objek glassa tempat darah

diteteskan.

Kemudian, angkat objek galss dengan ulasan darah tersebut dan terawang

pada cahay datang (dasar hitam) dan cahaya tembus (dasar outih ada huruf).

Selanjutnya, darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1 ml larutan NaCl 3%.

Darah pada tabung B ditambah dengan 1 ml Aquades. Buat preparat ulas seperti

semula.
7

3.4.3 Cara Pembuatan Sampel Untuk Pengamatan Jenis-Jenis Darah

Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan yang murni. Preparat

dikeringkan selama 5 menit. Kemudian preparat dicelupkan pada ethanol murni

dan dikeringkan sekitar 5 menit. Preparat dicelupkan lagi dalam larutan giemsa

dan dikeringkan selama 5 menit. Selanjutnya preparat dicuci dengan air bersih,

dengan cara dicelup-celupkan ke dalam air sampai kelebihan pewarna giemsa

bersih. Preparat dikeringkan lagi dan siap diamati di bawah mikroskop.

3.4.4 Cara Kerja Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah

Sediakan 8 buah tabung reaksi dan beri nomor 1 sampai 8. Kemudian

buatlah larutan NaCl 0%; 0,3%; 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,8%; 0,9%; 1% dan 3%.

Isilah tiapa-tiap tabung dengan larutan NaCl sesuai dengan urutan konsentrasinya.

Teteskan 10 tetes darah ikan yang tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, campurkan

secara hati-hati dan biarkanlah kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit amati

kondisi lapisan merah di permukaan air. Selanjutnya, ambillah dari tiap-tiap

tabung satu tetes campuran darah dan larutan NaCl, eteskan diatas objek glass dan

tutup dengan cover glass. Kemudian amati di bawah mikroskop.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Klasifikasi Ikan Lele Dumbo yaitu :

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Family : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

4.1.1.Hasil Percobaan Praktikum I

 Percobaan I secara makroskopis :

Tabung A

1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3%

Tabung B

1 ml darah ikan + 1 ml aquades

Tabung C

1 ml darah ikan ( darah kontrol )

Gambar 4. Darah dalam Tabung Percobaan I

Keterangan:

Tabung A : Darah memiliki warna merah pekat dan terjadi endapan di

bawah.
9

Tabung B : Darah memiliki warna merah hati terjadi endapan

menyeluruh.

Tabung C : Darah memiliki warna merah hati (darah kontrol )

 Percobaan II secara mikroskopis :

Tabung A1 dan A2

1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3%

1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3% + 1 ml aquades

Tabung B1 dan A2

1 ml darah ikan + 1 ml aquades

1 ml darah ikan + 1 ml aquades + 1 ml NaCl 3%

Tabung C1

1 ml darah ikan ( darah control )

Keterangan :

Tabung A1 : darah berubah menjadi berwarna merah pekat

Tabung A2 : darah berubah menjadi bewarna merah pekat dan kental

Tabung B1 : darah berubah menjadi berwarna merah tua/merah keorangean

Tabung B2 : darah berubah menjadi bewarna merah keorangean dan encer

Tabung C : Sel darah yang pekat (darah kontrol)

4.1.2. Hasil Percobaan Praktikum II

 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah

1. 1 ml NaCl 0,3% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merah pekat, encer, dapat ditembus cahaya

2. ml NaCl 0,5% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merah keorangean encer dan ada gumpalan, Tembus cahaya
10

3. ml NaCl 0,6% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merah keorangean ,encer, tembus cahaya

4. 1 ml NaCl 0,7% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merah keorangean, ada gumpalan kental Tidak tembus

cahaya

5. 1 ml NaCl 0,8% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna tua/pekat, kental ada gumpalan ,Tidak tembus cahaya

6. 1 ml NaCl 0,9% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna tua/pekat, kental ada gumpalanTidak tembus cahaya

7. 1 ml NaCl 1% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merahkeorangean, kental ada gumpalanTidak tembus

cahaya

8. 1 ml NaCl 3% + 10 tetes darah ikan

Darah berwarna merah keorangean kental , Tidak tembus cahaya

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dapat terlihat bahwa darah kontrol masih dalam keadaan

ukuran yang normal dan susunan darahnya rapi. Darah yang ditambah aquades

terlihat di bawah mikroskop sel darahnya mengalami pembengkakan atau

membesar karena aquades masuk kedalam sel dan jarak antar sel darah jarang atau

berjauhan. Sedangkan darah yang ditambahkan NaCl 3% terlihat di bawah

mikroskop rupa sel darahnya mengkerut ini terjadi akibat sifat dari NaCl yang

dapat menyerap air sehingga cairan sel di dalam sel tertarik keluar sehingga sel
11

darah menjadi mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat. Darah yang diberi

aquades kemudian diberi NaCl 3% akan membuat rupa sel darah agak mengkerut

sedangkan darah yang diberi NaCl 3% dan kemudian diberi aquades membuat

rupa darah hampir mengarah kebentuk normal. Ini berarti air dapat mengalir

melalui membran sel, oleh karena itu bila darah dimasukan kedalam larutan yang

hipertonis maka sel darah merah akan mengembang kemudian pecah (Hendra,

2014).

Bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan yang hypertonis atau

hypotonis terhadap cairan interaseluler, maka terjadi proses osmasa dan difusi.

Bila tekanan osmosa cairan diluar sel sama dengan didalam sel , maka sel darah

tidak mengalami perubahan. jika cairan didalam sel hypertonis terhadap cairan

didalam selmaka sel-sel akan kehilangan cairan sehingga mengakibatkan sel

mengalami peng kerutan, (Windarti,at.,al.2013).

Pada percobaan kedua menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah,

bila darah dimasukan kedalam larutan hipertonis (NaCl 0,9% dan NaCl 3%) maka

sel darah merah akan mengkerut (mengkisut) karena tekanan osmosa cairan lebih

tinggi dari tekanan osmosa darah. Sedangkan bila darah dimasukan kedalam

larutan hypotonis (NaCl 0.3%) maka sel darah akan mengembang dan pecah.

Membran sel darah merah sifatnya permiabel terhadap air, glukosa dan

urea,tetapi impermiabel terhadap garam-garam. Airdapat mengalir melalui

membran sel, oleh karena itu bila darah dimasukan kedalam larutan yang

hipotonis maka sel darah merah akan pecah.


12

Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh

larutan disebut Haemolisis. Namun apabila darah dimasukkan kedalam larutan

yang isotonis (larutan fisiologis untuk ikan NaCl 0,6%) maka sel darah tidak akan

mengalami perubahan (pulungan, 2010 ).


13

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarakan percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu darah

ikan yang tidak diberi larutan (darah kontrol) masih dalam keadaan ukuran yang

normal dan susunan darahnya rapi. Darah yang ditambah aquades sel darahnya

membesar karena aquades masuk kedalam sel sehingga sel darah pecah.

Sedangkan darah yang ditambahkan NaCl 3% rupa sel darahnya mengkerut

karena NaCl menyerap air sehingga cairan sel di dalam sel tertarik keluar yang

membuat darah menjadi mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat.

Darah yang diberi aquades kemudian diberi NaCl 3% akan membuat rupa

sel darah agak mengkerut dan terjadi difusi, sedangkan darah yang diberi NaCl

3% dan kemudian diberi aquades membuat rupa darah sel darahnya pecah dan

mengalami osmosis.

Beberapa sel darah yang telah diberi larutan NaCl yang dapat tembus

cahaya yaitu pada konsentrasi larutan NaCl 0,3% dan 0,9%. Sedangkan

konsentrasi larutan NaCl lainnya tidak tembus cahaya.

5.2. Saran

Praktikan sebaiknya menyediakan segala perlengkapan praktikum sebelum

jadwal praktikum dimulai. Usahakan kondisi ikan sampel tidak mati sehingga

dapat mengambil darah ikan tersebut setelah di pingsankan. Praktikan juga harus

berhati – hati dalam mencampurkan larutan serta jangan lupa untuk membasahi

alat praktikum dengan EDTA agar darah ikan tidak beku. Ketika melakukan
14

pengamatan terhadap ikan sampel, sebaiknya dilakukan dengan teliti agar hasil

yang didapatkan lebih maksimal karena melakukan pengamatan secara sekunder

lebih sulit dan ditakutkan terjadi kesalahan pengamatan.


15

DAFTAR PUSTAKA

Hendra, eka putra . 2014 . Sistem Peredaran Darah Pada Vertebrata. Jakarta:
Gramedia Pustaka

Mudjiman, A. 2013.MakananIkan Dan SistemDarah. Jakarta: PT. Penebar


swadaya.

Pulungan, C. P., Windarti,efrizal, deniefizon,.yuliati 2010. Buku Ajar


FisiologiHewan Air.FakultasPerikanandanIlmuKelautan.Universitas
Riau. Pekanbaru.70 Halaman (tidakditerbitkan).

Ridwan, Iesje, Chaidir, Budijono Dan Windarti, 2013. Penuntun Praktikum


Ichthyology. Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Pekanbaru. 80 halaman.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina
Cipta. Bandung.

Widodo,Johannes. 2015. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Yogyakarta:


Gajah Mada University.

Windarti, et al, 2017. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Universitas
Riau

Yuwono ,Suyanto , 2013 Mengenal Jenis Ikan .Bandung: Titian Ilmu.


16

LAMPIRAN
17

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktikum

Darah ikan lele dumbo Leledumbo

tisu Objek glass

EDTA 10% Preparat darah ikan


18

Pipet tetes Sikat pembersih


19

Lampiran 2. Gambar hasil pengamatan darah di bawah mikroskop

Anda mungkin juga menyukai