Uraian Materi
1. Sistem Satuan dan Ukuran Dalam Pekerjaan Survey dan Pemetaan
a. Sistem Ukuran Jarak
Satuan unit yang paling dasar dalam sistem metrik adalah meter, dimana meter standar
disimpan di Paris yang diintroduuse tahun 1799 beruapa platinum yang mempunyai
panjang 10-7 panjang equator kekutub utara pada meredian Paris. Pada tahun1872
meteran standar yang disimpan di Sevres terbuat dari 90% platinum 10% iridium.
Ukuran standar yang disepakati secara International adalah SI (Systeme Internationale)
yang terdiri dari:
Ukuran Unit Symbol
Jarak Meter m
Luas Meterkuadrat m2
Volume Meterkubik m3
Masa Kilogram kg
Kapasitas Liter l
b. Satuan Sudut
Dalam Ilmu Ukur Tanah dikenal dua sistem satuan sudut yakni sistem sentisimal dan
sistem sexagesimal. Satu lingkaran penuh terdiri dari 0 sampai 359 derajat (sexagesimal)
atau 0 sampai 399 grade (sentisimal), tergantung jenis alat dan sistemnya.
Dalam sistem sexagesimal dikenal dengan derajat, menit dan detik dimana satu lingkaran
penuh bernlai 360; 1 (derajat) = 60’(menit) dan 1‘ (menit) = 60” (detik). Jadi satu derajat
= 3600 “. Sedangkan dalam sistem sentisimal dengan grade, sentigrade dan mili grade
dimana satu lingkaran penuh bernilai 400 grade (g) ; 1g (grade) = 100cg (sentigrade)
c. Dasar Matematika
Rumus-rumus trigonometri tentang perhitungan sudut merupakan landasan utama
diaplikasi di bidang surveying, seperti penjelasan pada gambar berikut ini.
3
Gambar 1.1. Aplikasi persamaan trigonometri pada segitiga siku-siku.
Dari gambar 1.2 dibawah ini, dapat diturunkan rumus Sinus dan Cosinus.
5
Gambar 1.3. Macam-macam sudut horisontal
Azimuth adalah besar sudut antara utara magnetis dengan titik target. Jika azimut
awal diketahui dan sudut horisontal titik-titik poligon diukur, maka azimut sisi poligon yang
lain bisa dihitung dengan rumus berikut:
αn;n+1 = αn + βn – 180o jika βn adalah sudut kanan
αn;n+1 = αn – βn + 180o jika βn adalah sudut kiri
Jika diketahui koordinat A (XA,YA) dan koordinat B (XB,YB), maka azimut dari titik
A ke titik B adalah:
αAB = arc tg ((XB-XA)/(YB-YA))
Dasar untuk menentukan letak kuadran azimut:
6
Gambar 1.4. Pembagian Kuadran
Berikut ini disajikan beberapa contoh perhitungan jarak, sudut, dan azimut.
Contoh 1.
Hitunglah azimut kaki-kaki poligon berikut ini:
Jawab:
α12 = 120o00’00” (diketahui)
α23= α12+β2– 180o = 120o00’00”+100000’00”-180o = 40o00’00”
α34= α23+β3– 180o = 40o00’00”+210000’00”-180o = 70o00’00”
7
α45= α34+β4– 180o = 70o00’00”+190000’00”-180o = 80o00’00”
Contoh 2.
Hitunglah azimut kaki-kaki poligon berikut ini:
Jawab:
αAB = 60o00’00” (diketahui)
αBC= αAB – βB + 180o = 60o00’00”- 95000’00” +180o = 145o00’00”
αCD= αBC – βC + 180o = 145o00’00”- 60000’00” +180o = 265o00’00”
αDA= αCD – βD + 180o = 265o00’00”- 85000’00” +180o = 360o00’00”
αAB= αDA – βA + 180o = 360o00’00”- 120000’00” +180o = 420o00’00” – 360o00’00” =
60o00’00”
(Hasil hitungan benar, karena αAB hitungan = αAB diketahui. Dengan kata lain azimut awal =
azimut akhir).
Contoh 3.
Hitunglah jarak, azimut, dan sudut dalam dari poligon berikut ini:
Jawab:
Jarak kaki-kaki poligon:
8
Azimut kaki-kaki poligon: (perhatikan letak kuadran)
αAB = tg-1 (XB-XA)/(YB-YA) = tg-1 (300-100)/(300-200)
= tg-1 (200)/(100) = 63026’06” (kuadran 1)
αBC = tg-1 (XC-XB)/(YC-YB) = tg-1 (500-300)/(200-300)
= tg-1 (200)/(-100) = 1800 – 63026’06” = 116033’54” (kuadran 2)
αCD = tg-1 (XD-XC)/(YD-YC) = tg-1 (300-500)/(100-200)
= tg-1 (-200)/(-100) =1800 + 63026’06” = 243026’06” (kuadran 3)
αDA = tg-1 (XA-XD)/(YA-YD) = tg-1 (100-300)/(200-100)
= tg-1 (-200)/(100) =3600 – 63026’06” = 296033’54” (kuadran 4)
Sudut dalam (interior angle) titik-titik poligon: (jika hasilnya negatif tambahkan 3600)
βA = αAD – αAB = (αDA-1800) – αAB = (296033’54”- 1800) – 63026’06” = 53007’48”
βB = αBA – αBC = (αAB-1800) – αBC = (63026’06”- 1800) – 116033’54” = -233007’48”+ 3600
= 126052’12”
βC = αCB – αCD = (αBC-1800) – αCD = (116033’54”- 1800) – 243026’06” = -306052’12”+ 3600
= 53007’48”
βD = αDC – αDA = (αCD-1800) – αDA = (243026’06”- 1800) – 296033’54” = -233007’48”+ 3600
= 126052’12”
10
b. Metoda Pengkuran Jarak dan Sudut
(1). Metoda Triangulasi
Untuk daerah yang mempunyai ukuran panjang dan lebar sama, maka di buat
jaring segitiga dan untuk daerah yang satunya lebih besar daripada ukuran
lainnya, di buat rangkaian segitiga.
11
Z
12
Bacaan rambu belakang ke A = 4,200 m
Bacaan rambu muka ke X = 0,700 m –
Beda tinggi dari A ke X = +3,500 m (naik)
Tinggi titik A = 23,900 m
Beda tinggi dari A ke X = +3,500 m +
Elevasi titik X = 27,400 m
Tidak ada bacaan pada rambu yang dapat diambil diluar titik X sebab garis bidikan
akan terus berjalan sepanjang jalur pengukuran. Alat sipat datar dipindahkan ke
kedudukan 2. Kemudian dibaca lagi rambu di titik X sebagai rambu belakang. Hasil
pembacaan pada rambu belakang diperoleh 4,150 dan bacaan tersebut harus ditulis
dimulai pada baris 2, sebab baris ini menunjukkan jalur X (Tabel 1.1).
Rambu dipindahkan ke muka, ke titik Y dan diambil sebagai rambu muka. Hasil
bacaan diperoleh 0,550 dan ditulis pada tabel dibaris 3 pada kolom rambu muka.
Ketinggian titik Y dapat dihitung.
Bacaan rambu belakang ke X = 4,150
Bacaan rambu muka ke Y = 0,550 –
Beda tinggi dari X ke Y = +3,600 m (naik)
Tinggi titik X = 27,400 ,
Beda tinggi dari X ke Y = +3,600 +
Elevasi titik Y = 31,000m
13
Perlu diperhatikan bahwa pengisian tabel dan hitungan dari alat pada ke dudukan 2 sama
seperti pada pengaturan kedudukan pertama. Jika jalur pengukuran masih belum selesai,
maka pengukuran dilanjutkan dari Y dan alat dipindahkan pada posisi 3.
Rambu yang dipasang di Y digunakan sebagai rambu belakang. Hasil pembacaan diperoleh
2,500, dan rambu muka adalah B dan hasil bacaan diperoleh 3,700. Pada tabel 6
memperlihatkan bahwa hasil pembacaan ditulis pada baris 3 dan 4. Hitungan tinggi titik B
dapat dihitung dari:
Titik-titik X dan Y adalah titik-titik dimana keduanya dapat bertindak sebagai rambu
belakang. Kedudukan alat dapat dirubah antara rambu muka dan rambu belakang dan titik-
titik tersebut disebut “titik-titik bantu”.
Ketinggian titik yang lengkap diperlihatkan pada tabel 1.2. Pada pelaksanaan pengukuran
perlu dilakukan pemeriksaan terutama dalam operasi hitungannya. Baris 5, 6, dan 7
merupakan baris-baris control hitungan. Akhirnya ketinggian titik akhir dapat dituliskan
sebagai berikut:
Tinggi titik akhir = tinggi titik awal + semua beda tinggi (naik) –
semua beda tinggi turun (-).
Atau
Tinggi titik akhir = tinggi titik awal + jumlah beda tinggi (naik) –
jumlah beda tinggi (turun).
Tetapi masing-masing beda tinggi, naik atau turun, adalah selisih antara masing-masing
bacaan rambu belakang dan rambu muka, atau jumlah beda tinggi naik dikurangi jumlah beda
14
tinggi turun harus sama dengan perjum-lahan bacaan rambu belakang dikurangi perjumlahan
bacaan rambu muka.
Contoh
Catatan lapangan seperti pada tabel 1.3. yang diambil dari pengukuran sipat datar untuk
mencari kemiringan suatu lapisan batuan pada tiga titik pengeboran (A, B, dan C). Titik-titik
bor tersebut berada pada satu garis dengan jarak masing-masing 50 m. Kedalaman titik-titik
tersebut adalah:
Titik Kedalaman
A 14.230 m
B 9.730 m
C 6.680 m
15
Tabel 1.3. Pengukuran Suft Datar Tertutup
Rambu Posisi
Elevasi/ Ketinggian Jarak Keterangan
Belakang Tengah Muka Naik Turun
3.260 134.510 Pilar 1
2.710 0.130 CP
0.920 Titik Bor A
3.420 Titik Bor B
1.900 4.470 Titik Bor C
3.270 134.510 Pilar 1
Jawab:
a. Kurangi ketinggian seperti yang terlihat pada Tabel 1.3. diatas
b. Ketinggian dari lapisan batu pada beberapa titik bor diperoleh dari pengurangan
kedalaman titik bor dan ketinggian permukaan
16
Titik Bor A Titik Bor B Titik Bor C
Ketinggian Permukaan 139.430 136.93 135.88
Kedalaman -14.230 -9.73 -6.68
Ketinggian Lapisan 125.200 127.2 129.2
c. Kemiringan lapisan antara titik A dan B adalah hasil pembagian antara beda tinggi
dengan jaraknya, yaitu 50m.
Ketinggian Lapisan di titik A = 125,200 m
Ketinggian Lapisan di titik B = 127,200 m
Beda tinggi A-B = +2,000 (naik)
Jarak A-B = 50 m
Kemiringan A-B = 2 m naik untuk 50m panjang atau 1m naik untuk 25m
panjang.
Dengan cara sama didapat pula untuk B dan C
Ketinggian Lapisan di titik B = 127,200m
Ketinggian Lapisan di titik C = 129,200m
Beda tinggi B-C = +2,000 (naik)
Jarak C-B = 50m
Kemiringan B-B = 2m naik untuk 50m panjang atau 1m naik untuk 25m
panjang.
6. Perhitungan Koordinat
a. Koordinat Peta
Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur
(menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan
posisi suatu tempat di muka bumi.
a) Lokasi yang termasuk wilayah Barat, Timur, Utara, dan Selatan menurut
koordinat Bujur-Lintang
Bujur
Barat
Bujur
Timur
Gambar 1.14. Garis Bujur
b) Perhitungan Bujur-Lintang
Karena bentuk dunia seperti bola, maka ketentuan yang mengatur koordinat
bujur-lintang mirip dengan ketentuan matematika yang mengatur lingkaran.
Dengan demikian, cara menentukan koordinat bujur- lintang adalah sama dengan
perhitungan lingkaran yaitu : derajat (o), menit ('), dan detik (")
20
Contoh:
5 51' 30" LS
cara membacanya
5 derajat 51 menit 30 detik lintang selatan
Contoh:
Berapa jarak antara 7o10’30” sampai 8o15’40”
Jarak antara kedua titik tersebut adalah 1o 5’10”
1o x 111.322 m = 111.322 m
5’ x 1.885,37 m = 9.426,85
10” x 30,9227 m = 309,227 m
= 121.058,007 m
= 121,058 km
Catatan: Lintang Utara disimbolkan positif (+) dan Lintang Selatan
disimbolkan negatif (-)
22
Gambar 1.15. Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM
(1) Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur
(2) Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan
180 Bujur Timur), menu ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1.
(3) Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667
kilometer.
(4) Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km
(5) Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir
pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU – 84 LU.
(6) Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang.
(7) Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode
angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang).
(8) Dalam koordinat UTM, setiap zona memiliki sumbu-sumbu tersendiri,
berbeda dengan koordinat bujur-lintang yang menggunakan satu sumbu yang
berpusat pada Kutub Utara dan Kutub Selatan
Dalam sistem koordinat UTM garis bujurnya hanya menggunakan arah timur,
dalam bahasa Inggris ditulis East dan dalam peta disingkat (E) atau dalam bahasa
Indonesia ditulis Timur dan disingkat (T).
Dari gambar di atas, dapat diperoleh bahwa jarak A ke B adalah 6 satuan, yaitu
(9) – (3) = 6
Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak pada satu garis lurus, maka
cara yang kita gunakan yaitu melalui pertolongan dua buah garis lurus yang saling tegak
lurus, yang biasa disebut salib sumbu.
Y+
D
A
4 1
X- X+
2
3 B
C
Y-
Gambar 1.16. Salib Sumbu
Garis yang mendatar dinamakan absis atau sumbu X, sedangkan garis yang
vertikal dinamakan ordinat atau sumbu Y.
Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan perjanjian sebagai berikut :
1) Sumbu Y positif dihitung ke arah utara
2) Sumbu X positif dihitung ke arah timur
3) Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+
4) Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+
5) Kuadran 3 terletak antara Y- dan X-
24
6) Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X-
0°
Y+
IV I
270° 90°
X- 0
X+
III II
180°
Y-
DAB = ( Xb Xa ) 2 (Yb Ya ) 2
DAC = ( Xc Xa ) 2 (Yc Ya ) 2
25
DBC = ( Xc Xb ) 2 (Yc Yb ) 2
26
m=sudut vertikal (tegak lurus bidang XOY)
2) Jika diketahui jarak vektor titik A dari origin O (0,0) sebesar, dan sudut dari sumbu
Y sebesar , maka koordinat titik A bisa dihitung.
Sin=XA/Jv sehingga XA=Jv Sin
Cos=YA/Jv sehinggaYA=Jv Cos
3) Jika diketahui koordinat A (XA,YA) dan koordinat B (XB,YB), maka jarak AB
(DAB) dan sudut jurusan dari titik A ke titik B (AB) bisa dihitung.
DAB=(XB-XA)/SinAB=(YB-YA)/CosAB
(X B X A) (X X A)
TanAB= sehinggaAB=ArcTan B
(YB YA ) (YB YA )
Konversi sudut
1. Radian (misal di A1) ke Derajat = DEGREES(A1)
2. Derajat (misal di B1) ke Radian = RADIANS(B1)
3. Derajat (misal di C8) ke Derajat-Menit-Detik
27
Derajat =TRUNC(C8)
Menit =TRUNC((C8-TRUNC(C8))*60)
Detik =3600*(C8-TRUNC(C8))-60*TRUNC((C8-TRUNC(C8))*60)
4. Derajat-Menit-Detik ke Desimal
Misal nilai derajat, menit dan detik disimpan masing-masing di A1, B1, dan C1
dan hasil konversi ke decimal adalah di D1, maka rumus konevrsinya adalah
D1=A1+B1/60+B1/3600 atau D1=SUMPRODUCT(A1:C1/{1,60,3600})
5. Derajat (misal di B1) ke Derajat-Menit-Detik dengan ‘Format Cell’
Misal hasilnya akan ditampilkan di C1, maka di C1=B1/24
1. Di cell C1, tekan CTRL+1
2. Pada ‘Format Cells’, pilih ‘Custom’
3. Ketik ‘Custom Type’ [h]-m-s.000
4. Hasil sudut ditampilkan dalam format derajat-menit-detik. Angka untuk detik
ditampilkan dalam 3 (tiga) desimal
6. Konversi format derajat, menit dan detik ke sudut ddmmss
Salah satu format sudut yang didapat hasil download Total Station adalah format
d.mmss. Format sudut ini juga dipakai di Autodesk Civil 3D Survey pada saat
proses perhitungan least square atau perhitungan hasil pengukuran.
Contoh:
sudut 30 derajat, 1 menit, 1 detik, dalam format d.mmss akan ditulis: 30.0101
sudut 333 derajat, 0 menit, 2.34 detik, dalam format d.mmss akan ditulis :
333.00234
Misal kolom sudut derajat, menit dan detik ada di A1, B1 dan C1, maka rumus
sudut dalam format d.mmss adalah
D1=(A1 & "." & TEXT(B1,"00") & TEXT(C1*100,"00"))
7. Rumus untuk merubah type sudut d.mmss ke derajat, menit dan detik adalah:
jika E1, F1 dan G1 adalah derajat, menit dan detik hasil konversi, maka rumusnya
adalah:
E1=–LEFT(TEXT(D1,"000.000000"),3)
F1=–MID(TEXT(D1,"000.000000"),5,2)
G1=–RIGHT(TEXT(D1,"000.000000"),4)/100
8. Rumus untuk merubah sudut d.mmss ke desimal
28
Jika A1 adalah sudut dalam format d.mmss dan B1 adalah hasil konversi sudut
dalam desimal:
B1=SUMPRODUCT(MID(TEXT(A1,"000.000000"),{1,5,7},{3,2,4})/{1,60,3600
00})
Hitung azimuth dari dua koordinat
Jika Koordinat (X1,Y1) titik 1 adalah D19,E19
dan Koordinat (X2,Y2) titik 2 adalah D21,E21
Maka rumus azimuth diexcel dalam satuan derajat adalah
=DEGREES(ATAN2((E21-E19),(D21-D19)))+IF(ATAN2((E21-E19),(D21-
D19))<0,360)
Pengurangan Sudut
Misal bacaan sudut ke titik#1 adalah A1, dan bacaan sudut ke titik#2 adalah B1, maka
besar sudut dari A1 ke B1 adalah
=B1-A1+IF(A1>B1,360)
Penambahan Sudut
=A1+B1-IF(A1+B1>360,360)
Perhitungan Poligon dengan menggunakan Solver
Program solver harus sudah terinstall, jika akan menggunkan metode ini.
Pada excel 2003, menu ‘Tool’ kemudianpilih ‘Add-Ins’
29
Berdasarkan data di atas, kemudian disusun atau ditabulasi di excel sebagai berikut:
E13=SUM(E3:E11)
F5=$F$13, kemudian dicopy ke F7 dan F9
F5 adalah koreksi sudut dalam satuan derajat yang akan dicari dengan menggunakan
solver
G4=R4
G4 adalah azimuth awal dari Q ke R yang dihitung berdasarkan koordinat Q dan R
R4=DEGREES(ATAN2((Q5-Q3),(P5-P3)))+IF(ATAN2((Q5-Q3),(P5-P3))<0,360)
G6=G4+E5+F5-180+IF(G4+E5+F5-180<0,360,IF(G4+E5+F5-180>360,-360)),
kemudian dicopy ke G8 dan G10
G6, G8 dan G10 adalah azimuth yang dihitung berdasarkan sudut horizontal dan
koreksi sudut
30
Hasil azimuth di G10, seharusnyaadalahsamadengan azimuth di R10. R10 adalah
azimuth darititiktetap S ke T.
Dalam perhitungan solver kondisi G10=R10 akan dipakai sebagai constraint nomer
#1.
Solver akan merubah nilai di F13 sampai diperoleh nilai G10=R10.
H13=SUM(H3:H11)
I6=H6*SIN(RADIANS(G6)), kemudian dicopy ke I8
J6=(H6/$H$13)*$J$13, kemudian dicopy ke J8
K6=H6*COS(RADIANS(G6)), kemudian dicopy ke K8
L6=(H6/$H$13)*$L$13, kemudian dicopy ke L8
J13 dan L13 adalah koreksi absis dan ordinat yang akan dicari dengan menggunakan
solver.
M7=M5+I6+J6, kemudian dicopy ke M9
N7=N5+K6+L6, kemudain dicopy ke N9
Hasil koordinat di M9, N9 harusnya sama dengan nilai koordinat di P9, Q9.
P9,Q9 adalah koordinat titik fix (tetap) dari titik S.
Kondisi M9=P9 dan N9=Q9 adalah constraint nomer #2 dan #3.
Solver akan merubah nilai di J13 dan L13 sampai diperoleh nilai M9=P9 dan N9=Q9.
S9=–AND(P9=M9,Q9=N9)
nilai S9=1, jika koordinat koordinat di M9,N9 sama dengan P9,Q9.
Pada menu excel (excel-2003), pilih ‘Tool’ kemudian ‘Solver’.
Set solver sepertigambar di bawah:
Perhatikan nilai atau cell di ‘Set Target’, ‘Changing Cells’ dan ‘Constraint’
Jika setting sudah sesuai di atas, click tombol ‘Solve’
31
Hasilnya adalah hitungan poligon yang sudah terkoreksi, sudut, absis dan ordinatnya
32