Anda di halaman 1dari 7

Tugas

AL – ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN 3

Tentang :
“Book Review berjudul ( Dinamika Peradaban Islam )”

Disusun Oleh :
1. ALFIAN PRAMADHIKA PUTRA ( 172040100046 )

Dosen Pembimbing :
Dr. YAYUK FAUZIYAH

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
Book Review

1. Judul : Dinamika Peradaban Islam


Penulis : Machfud Syaefudin, dkk
Penerbit : Pustaka Ilmu
Bab yang
Dibahas : Bagian III
Berat : 330 gram
Harga : Rp. 60.000,-
Genre : Historical Fiction
ISBN : 978 – 602 – 7853 – 01 – 0
Tahun Terbit
Dan Cetakan : 2013 / 1

2. Secara garis besar isi dari buku ini


Buku ini menyajikan lika – liku dan warna – warni peradaban Islam yang dilihat dari
kacamata sejarah, sejak Islam lahir di Makkah hingga meluas ke berbagai penjuru
dunia, termasuk Indonesia. Kajian dalam buku ini dibagi menjadi empat bagian yakni
pertama membahas peradaban Islam di awal – awal kelahirannya pada masa Rasulullah
dan al-Khulafa’ al-Rasyidun . Kedua membahasan peradaban yang dihasilkan ketika
Islam sudah meluas ke berbagai wilayah benua Eropa, Afrika, dan Asia. Ketiga
mengulas secara khusus peradaban Islam yang berhasil ditorehkan sebelum masa
penjajahan Indonesia dan sesudahnya. Bagian keempat memaparkan kontribusi
akademik para sarjana muslim terhadap sains dan peradaban dunia.

3. Sinopsis atau ringkasan isi buku


Peradaban Islam di Indonesia di bagi menjadi beberapa bagian, yakni :
a. Sebelum kemerdekaan
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh masehi
sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu
nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun ibnu
Hibatullah yang wafat pada tahun 475 H, di desa Leran, kecamatan Manyar, Gresik.
Daerah yang pertama dikunjungi adalah :
1. Pesisir utara pulau Sumatra, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas
sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudra Pasai, Aceh Utara.
2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa
abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Majapahit.

Pada permulaan abad ke 17 dengan masuknya Islam dengan penguasa kerajaan


Mataram yaitu Sultan Agung maka kemenangan agama Islam hamper meliputi
sebagian besar wilayah Indonesia. Sejak pertengahan abad ke 19, agama Islam di
Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat – sifatnya yang berbau mistik.
Setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan Mekkah
dengan cara menunaikan ibadah haji dan sebagainya dan juga ada yang bermukim
bertahun – tahun lamanya. Ada tiga tahapan masa yang dilalui sebelum
kemerdekaan yakni :

1. Pada masa kesultanan


Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu – Budha adalah
daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama
Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik
penganut – penganutnya sehingga di daerah – daerah tersebut agama Islam itu
telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Di kerajaan tersebut agama
Islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaitu
banyaknya nama – nama Islam dan peninggalan – peninggalan yang memiliki
nilai keislaman. Di kerajaan, Banjar dengan masuknya Islamnya raja Banjar.
Perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas
dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat
Banjar yang benar – benar besendikan Islam. Secara konkrit kehidupan
keagamaan di kerajaan banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi
atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan hawa, ia
banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama
Hindu – Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam Islamisasi atau paling
tidak mengurangi kesulitan – kesulitan. Para wali terutama wali songo sangatlah
berjasa dalam pengembangan agama Islam di Pulau Jawa.
2. Pada masa penjajahan
Dengan datangnya pedagang – pedagang barat ke Indonesia yang berbeda watak
dengan pedangan – pedagang Arab,Persia, dan India yang beragama Islam,
kaum pedagang barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan
kekerasan terutama dagang tekonologi persenjataan mereka yang lebih unggul
dari pada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka untuk menaklukan kerajaan –
kerajaan Isam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka
dating ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya
dengan rempah – rempah, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan
tersebut. Tahun 1820 dibuatlah Staatblaad tentang Intruksi kepada para bupati
agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka – pemuka agama dibiarkan
untuk memutuskan perkara – perkara dibidang perkawinan dan kewarisan. Dan
tahun 1867 kolonial kembali menginstruksikan kepada bupati dan wedana,
untuk mengawasi ulama – ulama agar tidak melakukan apaun yang
bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882,
mereka mengatur lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani
perkara – perkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan. Apalagi
setelah kedatangan Snoucke Hurgonye yang ditugasi menjadi penasehat urusan
Pribum dan Arab, pemerintah Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan
mengenai masalah Islam di Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman
dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Llau ia
mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik Islamnya. Dengan
politik itu, ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori :
a. Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintah colonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk
melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan
pemerintah Belanda
b. Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan
adat kebiasaan
c. Bidang politik
Orang Islam dilarang membahas hukum Islam, baik Al-Quran maupun
Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketatanegaraan.
3. Pada masa kemerdekaan
Islam di Indoneisa telah diakui sebagai kekuatan kultural, tetapi Islam dicegah
untuk merumuskan bangsa Indonesia menurut versi Islam. Sebagai kekuatan
moral dan budaya, Islam diakui keberadaannya, tetapi tidak pada kekuatan
politik secara riil di negeri ini.
b. Sesudah kemerdekaan
1. Pra kemerdekaan
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu
saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi
dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui pemikiran – pemikiran dan
kekuatan organisasi seperti :
- Budi Utomo ( 1908 )
- Taman Siswa ( 1922 )
- Nahdathul Ulama ( 1926 )
- Sarekat Islam ( 1911 )
- Muhammadiyah ( 1912 )

Organisasi pembaharu terpenting dikalangan itu yakni Muhammadiyah yang


didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan dan Nahdathul Ulama yang didirakan K.H
Hasyim Asy’ari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum
penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdathul Ulama bersama – sama menjadi
sponsor pembentukan suatu federasi Islam yang baru disebut Majelis Islam Ala
Indonesia ( Majelis Islam Tertinggi di Indonesia ) yang disingkat MIAI, yang
didirkan di Surabaya pada tahun 1937.

Pada masa pemerintahan Jepang ada tiga kelompok sosial yang dibentuk oleh
pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum muslim di Indonesia yaitu :

- Shumubu yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan


Pribumi zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada
1 Oktober 1943
- Masyumi ( Majelis Syura Muslimin Indonesia ) menggantukan MIAI yang
dibubarkan pada bulan oktober 1943, tujuan didirikannya adalah selalin
memperkokoh Persatuan Umat Islam di Indoneisa , juga untuk
meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan dengan
Jepang.
- Hizbullah ( Parttai Allah ) semacam organisasi militer untuk pemuda –
pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang
menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.
2. Pasca Kemerdekaan
Organisasi – organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih
tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Nahdathul
Ulama, Masyumi dll. Namun ada gerakan – gerakan Islam yang muncul sesudah
tahun 1945 sampai akhir Orde Lama. Geraka ini adalah DI/TII yang berusaha
dengan kekerasan untuk merealisasikan cita – cita Negara Islam Indonesia yang
terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada tahun 1949 – 1957.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bahwa kedatangan Islam di Indonesia pada awal abad 7 masehi
dengan adanya bukti nisan dari Fatimah bintin Maimun di Gresik. Dalam perkembangannya
Islam di Indonesia disebarkan melalui Raja – Raja yang berkuasa di Indonesia seperti kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, kerajaan Mataram di Jawa. Selain itu Wali Songo juga sangat
berpengaruh dalam penyebaran Islam khususnya di Pulau Jawa, dengan mengkulturasi
kebudayaan jawa dengan agama Islam, dengan itu Islam mudah diterima di kalangan
masyarakat Jawa. Kemudian pada saat masa penjajahan, Islam mendapatkan intervensi dari
pemerintah colonial Belanda dengan mempolitisasi Islam agar tidak mengganggu penjajahan
yang dilakukan oleh Belanda. Kemudian pada saat sebelum kemerdekaan terbentuk organisasi
– organisasi besar Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdathul Ulama. Kedua organisasi ini
menjadi penggerak umat Islam dan mempersatukan umat Islam agar tidak terpecah dalam
menghadapi penjajah Jepang. Setelah Indonesia merdeka, eksistensi Islam tetap di akui akan
tetapi belum mencakup ranah politik yang konkrit dalam negeri ini pada orde lama hingga orde
baru.

Anda mungkin juga menyukai