Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI EKSPONEN DAN LOGARITMA

1. FUNGSI EKSPONEN

Fungsi pangkat adalah suatu fungsi dimana variabel bebasnya dipangkatkan dengan
suatu konstanta. Sedangkan fungsi eksponen adalah suatau fungsi dimana konstantanya
dipangkatkan dengan variabel bebasnya. Dengan kata lain, fungsi eksponen adalah suatu
fungsi yang variabel bebasnya merupakan pangkat.

Fungsi eksponen ini mempunyai dua basis eksponen, yaitu: (1) basis konstanta b; dan
(2) basis bilangan e = 2,71828.... Basis konstanta b ini terdiri dari dua yaitu : b lebih besar
dari satu (b>1) dan b lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu ( 0 < b < 1). Jadi, basis
konstanta b tidak sama dengan satu.

2. FUNGSI EKSPONEN DENGAN BASIS b > 1


Fungsi eksponen dengan basis b lebih besar 1 bentuknya adalah :
Y = f(x) = bx (b > 1)

di mana : Y = variabel tak bebas

X = variabel bebas

b = bilangan nyata positif yang lebih besar 1

Fungsi eksponen seperti ini jika digambarkan dalam bidang Cartesius akan
mempunyai 2 sifat utama. Pertama, nilai dari fungsi Y akan mendekati sumbu X ketika X
mendekati nilai negatif tak hingga. Dengan kata lain, Y akan mendekati nol tetapi tidak sama
dengan nol, ketika nilai X menurun. Jadi, sumbu X akan dianggap sebagai sumbu asimtot bila
X mendekati nilai negatif tak hingga. Kedua, nilai Y akan menaik secara konyinu bila nilai x
menaik. Dengan kata lain, fungsi X ini menaik secara monoton, bila nilai X meningkat.

Contoh 1

Jika diketahui fungsi Y = f(x) = 2x

Penyelesaian :

Untuk menggambarkan fungsi ini pertama harus dibuat tabel yang menghubungkan nilai X
dan Y.

Tabel hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8
Gambar Fungsi Eksponen Y = 2x

Contoh 2

Jika diketahui fungsi eksponen Y = f(x) = 4x

Penyelesaian :

Untuk menggambarkan fungsi ini pertama harus dibuat tabel yang menghubungkan nilai X
dan Y.

Tabel hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 1/64 1/16 ¼ 1 4 16 64
Gambar Fungsi Eksponen Y = 4x

3. FUNGSI EKSPONEN DENGAN BASIS 0 < b < 1

Dalam kasus fungsi eksponen seperti ini sifat-sifatnya berlawanan dengan fungsi
eksponen dengan b > 1. Pertama, nilai dari fungsi Y akan mendekati sumbu X ketika X
mendekati positif tak hingga. Jadi, sumbu X merupakan sumbu asimtot bila X mendekati
nilai positif tak hingga. Kedua, nilai Y akan menurun secara kontinu bila nilai X menaik.
Dengan kata lain, fungsi ini akan menurun secara monoton bila nilai X meningkat. Berikut ini
contoh dari fungsi eksponen bila b diantara 0 dan 1.

Contoh 3

Jika diketahui fungsi Y = f(x) = 0,2x

Penyelesaian :

Tabel hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 125 25 5 1 0,2 0,044 0,008
Gambar Fungsi Eksponen Y = 0,2x

Contoh 4

Jika diketahui fungsi Y = 0,4x

Penyelesaian :

Tabel hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 15,625 6,25 2,5 1 0,4 0,16 0,064
Gambar Fungsi Eksponen Y = 0,4x

Perhatikan bahwa fungsi eksponen Y = bx dimana b = 1, maka nilai Y = 1 juga. Hal ini
dikarenakan bahwa nilai b = 1 bila dipangkatkan dengan bilangan apa saja akan
menghasilkan nilai satu juga.

4. FUNGSI EKSPONEN DENGAN BASIS e

Basis lain yang dapat digunakan dalam fungsi eksponen adalah bilangan irasional e =
2,71828.... Fungsi eksponen yang menggunakan basis ini sering disebut sebagai fungsi
eksponen asli. Selanjutnya, fungsi ini mempunyai arti yang khusus dalam penerapan ekonomi
dan bisnis dan juga berguna untuk matematika murni.

Nilai e ini diperoleh dengan mengevaluassi pernyataan fungsi ketika n mendekati


bilangan yang semakin besar atau tak hingga. Bila nilai n diberikan makin lama makin besar,
maka f(n) akan menjadi,

1
f(1) = (1 + )1 = 2
1
1
f(2) = (1 + )2 = 2,25
2
1
f(3) = (1 + )3 = 0,37037 …
3
1
f(4) = (1 + )4 = 2,44141 …
4
Selanjutnya, bila nilai n diperbesar menjadi sampai tak hingga, maka f(n) akan
menjadi konvergen ke bilangan 2,71828... = e. Jadi e, dapat didefinisikan sebagai limit dari
1
(1 + n)n dimana n mendekati tak hingga, atau

1 n
ℓ = lim f(n) = lim (1 + )
n→∞ n→∞ n

5. SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONEN


Jika fungsi eksponen Y = f(X) = bX , b > 0 dan b = 1, maka
1. bX = 1 untuk X = 0
2. bX > 0 untuk semua nilai X
3. Ketika X meningkat, nilai bX meningkat untuk b > 1 dan menurun untuk 0 < b < 1
1
4. b−X = bX

6. PERSAMAAN EKSPONEN

Suatu persamaan yang menggunakan variabel sebagai eksponen disebut sebagai


persamaan eksponen. Persamaan ini dapat dipecahkan dengan menggunakan sifat-sifat dasar
berikut ini.

Jika bX = bY , maka X = Y

Contoh 5

Carilah nilai X untuk persamaan 2X = 64

Penyelesaian :

Berdasarkan sifat diatas kita harus menyamakan basisnya yaitu :

2X = 26 , sehingga nilai X = 6
7. FUNGSI LOGARITMA

Logaritma dapat diartikan sebagai pangkat dari suatu bilangan pokok untuk
menghasilkan suatu bilangan tertentu. Misalnya, 52 = 25, ini berarti bahwa eksponen 2
sebagai logaritma dari 25 dengan bilangan pokok 5. Dan pernyataan ini dapat ditulis,

log 5 25 = 2

Jadi, secara umum logaritma dapat kita nyatakan sebagai,

Y = log b X

Persamaan diatas menunjukkan bahwa Y adalah sama dengan logaritma dari X dengan
bilangan pokok b, atau X = bY .

Bilangan pokok dari suatu logaritma dapat berupa bilangan positif, kecuali 1. Akan
tetapi, bilangan pokok yang lazim digunakan adalah bilangan pokok 10 dan bilangan pokok
e. Logaritma yang menggunakan bilangan pokok 10 disebut logaritma biasa (common
logarithms), dan dilambangkan dengan log. Misalnya,

log10 100 = 2, karena 102 = 100, log10 1000 = 3, karena 103 = 1000, dsb.

Sedangkan logaritma yang menggunakan bilangan pokok e = 2,71828... disebut


sebagai logaritma asli ( natural logarithms ), dan dilambangkan dengan log 𝑒 atau ln.

Misalnya,

log 𝑒 𝑒 2 = ln 𝑒 2 = 2, log 𝑒 𝑒 3 = 3, dsb.

Selanjutnya, nilai-nilai dari logaritma biasa dan logaritma asli dapat diperoleh melalui tabel
logaritma atau dengan menggunakan kalkulator elektronik yang ada bilangan log atau ln.

8. ATURAN-ATURAN LOGARITMA

Logaritma mempunyai aturan-aturan seperti halnya dengan aturan-aturan eksponen.


Berikut ini aturan-aturan dari logaritma dengan menganggap X dan Y adalah bilangan positif
dan b adalah basis (b > 0 dan b ≠ 1).

Aturan 1 logaritma hasil kali

log b (XY) = log b X + log b Y

Contoh :

Log 10000 = log (10 x 1000) = log 10 + log 1000 = 1 + 3 = 4


Aturan 2 logaritma hasil bagi

log b = log b X − log b Y

Contoh :

Log 100 = log 1000 – log 10 = 3 – 1 = 2

Aturan 3 logaritma pangkat dari suatu variabel

log b X n = n log X

Contoh :

log X 6 = 6 log X

Aturan 4 perubahan bilangan pokok logaritma

log b X = (log b c)(log c X)

Dimana c bilangan pokok lain, selain b.

Contoh :

log 2 8 = (log 2 3)(log 3 8)

Aturan 5 pembalikan bilangan pokok logaritma


1
log b X = log atau
xb

1 1
log b X = =
log e b ln b

Contoh :

1 1
log 3 81 = = =4
log 81 3 0,25

Jika suatu variabel dinyatakan sebagai fungsi logaritma dari variabel lain, maka fungsi ini
disebut sebagai fungsi logaritma. Bentuk umum dari fungsi adalah sebagai berikut.

Y = log b X dan Y = ln X

Jika fungsi Y = log b X digambarkan dalam bidang cartesius akan tampak seperti berikut.
Gambar Fungsi Logaritma Y = log b X

Fungsi Rasional

Suatu fungsi rasional mempunyai bentuk umum

𝑔(𝑋) 𝑎𝑛 𝑋 𝑛 + 𝑎𝑥−1 𝑋 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1 𝑋 + 𝑎0


𝑌= =
ℎ(𝑋) 𝑏𝑚 𝑋 𝑚 + 𝑏𝑚−1 𝑋 𝑚−1 + … + 𝑏1 𝑋 + 𝑏0

Dimana:

𝑔(𝑋) = Fungsi polinomial tingkat ke-n

ℎ(𝑋) = Fungsi polinomial tingkat ke-m dan tidak sama dengan nol.

Fungsi rasional ini bila digambarkan dalam bidangn koordinat Cartesius, kurvanya
akan berbentuk hiperbola dan mempunyai sepasang sumbu asimtot. Sumbu asimtot adalah
sumbu yang didekati kurva hiperbola tetapi tidak pernah menyinggung.

Fungsi rasional yang istimewa dan sering diterapkan dalam ilmu ekonomi adalah
berbentuk
𝑎
𝑌 = 𝑋 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑋𝑌 = 𝑎

Dimana a>0
Bentuk fungsi rasional di atas, kurvanya adalah hiperbla segiempat dan mempunyai
satu sumbu asimtot tegak yang berhimpit dengan sumbu Y, dan satu sumbu asimtot datar
yang berimpit dengan sumbu X. Jadi, bila nilai Y diperbesar, kurva hiperbola akan mendekati
sumbu Y. Hal ini ditunjukkan dalam gambar di bawah.

Jika sumbu asimtot tegak tidak berimpit dengan sumbu Y dan sumbu asimtot datar
berimpit dengan sumbu X, maka bentuk umum dari fungsi rasional adalah:

(𝑋 − ℎ)(𝑌 − 𝑘) = 𝐶

Dimana: h = sumbu asimtot tegak

k = sumbu asimtot datar

(h, k) = pusat hiperbola

C = konstanta positif

Contoh :
9
Jika diketahui fungsi rasional 𝑌 = 𝑋, gambarkanlah kurva hiperbola.
Penyelesaian:

Jika X = 1, maka Y = 9, sehingga titik koordinatnya (1,9)

Jika X = 3, maka Y = 3, sehingga titik koordinatnya (3,3)

Jika X = 9, maka Y = 1, sehingga titik koordinatnya (9,1)

Kurva hiperbola ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

Contoh :

Jika diketahui fungsi rasional (X + 3)(Y + 4) = 30, gambarkanlah kurva hiperbolanya.

Sumbu asimtot tegak X = h = -3

Sumbu asimtot datar Y = k = -4

Jadi, titik pusat hiperbola (-3, -4)

Jika X = 0, maka Y = 6, sehingga titik koordinatnya (0,6)

Jika Y = 0, maka X = 4,5, sehingga titik koordinatnya (4,5 , 0)

Jika X = 2, maka Y= 2, sehingga titik koordinatnya (2, 2)

Berdasarkan nilai sumbu asimtot tegak dan datar serta titik koordinat, maka kurva
hiperbola dapat digambarkan seperti:

Anda mungkin juga menyukai