Anda di halaman 1dari 164

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PUTRI WAHYU UTAMI, S.Farm.


1206313532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

PUTRI WAHYU UTAMI, S.Farm.


1206313532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

ii

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Putri Wahyu Utami, S.Farm.


NPM : 1206313532
Program Studi : Profesi Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Periode 1 April – 31 Mei 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan

(Putri Wahyu Utami)

iii

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


iv

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 31 Mei
2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
serta dapat menyelesaikan laporan tepat waktu. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
yaitu kepada:
1. Bapak Fauzan Arafat, S.Si., Apt. dan Ibu Dra. Kurniasih, M.Pharm., Apt.
selaku pembimbing dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis selama penyusunan laporan ini;
2. Bapak Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt. selaku pembimbing dari
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah bersedia meluangkan
waktunya membimbing penulis selama penyusunan laporan ini;
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing akademik dan ketua Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang selalu sabar
membimbing, memberi saran, dan mendukung penulis;
5. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;
6. Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis
menjalani PKPA di sana;
7. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan
penyusunan laporan ini;
8. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi UI atas dukungan dan
kerjasama selama ini; dan
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan turut serta membantu penulis selama penyusunan laporan ini.
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Penulis

2013

vi

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii

1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

2 TINJAUAN UMUM .......................................................................................... 3


2.1 Rumah Sakit .............................................................................................. 3
2.2 Tenaga Kesehatan ..................................................................................... 6
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.................................................................. 7
2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ............................................................. 9
2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit .................................... 11
2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit...................................... 19

3 TINJAUAN KHUSUS....................................................................................... 25
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................................................ 25
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................... 26
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ............................ 29
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................. 33

4 PEMBAHASAN ................................................................................................ 38
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat............................................................ 38
4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ......................................... 42
4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) .................................................. 51
4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ............................................................. 62
4.5 Satelit Kirana ............................................................................................ 67
4.6 Satelit Farmasi Pusat ................................................................................. 72
4.7 Sub Instalasi Produksi ............................................................................... 79

5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 82


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 82
5.2 Saran ......................................................................................................... 83

DAFTAR ACUAN................................................................................................. 87

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo ......... 44
Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Gedung A .................................................... 53
Tabel 4.3 Jumlah Sumber Daya Manusia Satelit Farmasi Gedung A .................. 54

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............... 88


Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ............................................ 89
Lampiran 3. Struktur Organisasi Sub Instalasi Produksi ................................... 90
Lampiran 4. Contoh Etiket ................................................................................. 91
Lampiran 5. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose.............................................. 92
Lampiran 6. Contoh Blanko Kartu Stok ............................................................. 93
Lampiran 7. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ....................................... 94
Lampiran 8. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap ..................... 95
Lampiran 9. Formulir Medication History Taking Pasien ................................. 96

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hak setiap manusia. Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan, serta
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu. Dalam rangka
mewujudkan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat perlu dilakukan upaya
kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan
(promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan tersebut, maka berbagai fasilitas pelayanan kesehatan didirikan,
termasuk di antaranya rumah sakit.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan-pelayanan ini dilakukan
secara merata tanpa adanya diskriminasi dan berdasarkan pada nilai kemanusiaan,
etika, serta profesionalitas. Salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan farmasi rumah sakit.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 Tahun 1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Pelayanan farmasi rumah sakit dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) yang dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh tenaga
kefarmasian lainnya. Tenaga kefarmasian merupakan tenaga yang melakukan

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


2

pekerjaan/pelayanan kefarmasian, yang merupakan salah satu kegiatan penunjang


pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian memiliki peran yang
sangat penting dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
pasien dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Apoteker
tidak hanya memerlukan ilmu pengetahuan farmasi, namun juga keterampilan dan
kemampuan komunikasi yang baik sehingga dapat menjalankan peran tersebut
dengan baik, Oleh karena itu Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi
mahasiswa apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo yang berlangsung selama dua bulan sehingga dapat
meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan di bidang farmasi rumah
sakit.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini adalah
untuk:
a. Memahami pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah
sakit, yaitu mencakup kegiatan manajemen yang terkait pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.
b. Memahami peran seorang apoteker di rumah sakit sebagai pelaksana
pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi rumah sakit
Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, definisi rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan sebagai
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.1.2 Tugas dan fungsi rumah sakit


Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit,
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi rumah sakit


Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberi
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan,
3 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


4

pemilik serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah
sakit pendidikan.

2.1.3.1 Klasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan


Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum kelas A
Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima
pelayanan spesialis penunjang medik, duabelas pelayanan medik spesialis lain,
dan tigabelas pelayanan medik subspesialis.
2) Rumah sakit umum kelas B
Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat
pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,
dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
3) Rumah sakit umum kelas C
Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat
pelayanan spesialis penunjang medik.
4) Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.

b. Rumah sakit khusus


Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


5

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan


fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:
1) Rumah Sakit khusus kelas A
2) Rumah Sakit khusus kelas B
3) Rumah Sakit khusus kelas C

2.1.3.2 Berdasarkan pengelola


Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Rumah sakit publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah sakit privat


Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.

2.1.3.3 Rumah sakit pendidikan


Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.

2.1.4 Struktur organisasi rumah sakit


Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU Nomor
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri
atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


6

medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.


Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

2.1.5 Indikator pelayanan rumah sakit


Indikator berguna untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan
efisiensi pelayanan rumah sakit, antara lain :
a. Bed Occupancy Ratio (BOR): persentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.
b. Length of Stay (LOS): rata-rata lama rawat pasien.
c. Bed Turn Over (BTO): frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
d. Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

2.2 Tenaga Kesehatan


Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
b. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
c. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten
apoteker;
d. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


7

e. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;


f. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapi wicara; dan
g. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi
gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.3.1 Definisi IFRS
Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan
pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek
kefarmasian yang dilakukan rumah sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

2.3.2 Tujuan IFRS


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan pelayanan farmasi ialah:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia;
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi;
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat;
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan
evaluasi pelayanan;
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan
evaluasi pelayanan; serta
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


8

2.3.3 Tugas dan tanggung jawab IFRS


Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada
penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit.
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang
optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan
biaya minimal. IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan
farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan,
staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien
yang lebih baik (Siregar, 2004).

2.3.4 Ruang lingkup fungsi IFRS


IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi
klinik dan non-klinik. Fungsi non-klinik meliputi perencanaan, penetapan
spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,
penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian
semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).
Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan
dalam program rumah sakit, yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit
perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit, sentra informasi
obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan
obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi Apoteker, dokter, dan
perawat, serta investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,
ronde/visite pasien, pengkajian resep, dan penggunaan obat (Siregar, 2004).

2.3.5 Struktur organisasi IFRS


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


9

tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan


berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan.
Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat puncak,
tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab
untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem
mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan
kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan
menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan
terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan
mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil
IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,
dampaknya pada pelayanan, dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk
dan pelayanan (Siregar, 2004).

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) (Departemen Kesehatan RI, 2004).
2.4.1 Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.

2.4.2 Fungsi dan ruang lingkup PFT


Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


10

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat
yang sama;
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis;
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus;
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional;
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.

2.4.3 Struktur organisasi PFT


Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.
a. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, Apoteker, dan
perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)
orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;
b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah
sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua
berasal dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi
farmasi atau Apoteker yang ditunjuk;
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT
dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


11

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.4.4 Tugas apoteker dalam panitia farmasi dan terapi


Apoteker dalam panitia farmasi dan terapi memili tugas antara lain:
a. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
b. Menetapkan jadwal pertemuan;
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan;
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit;
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait;
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Departemen


Kesehatan RI, 2008)
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


12

2.5.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan
perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan farmasi meliputi:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada
Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit
masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar
Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

b. Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

c. Perhitungan kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain :
1) Metode konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data
konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode
yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
2) Metode morbiditas
Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


13

jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode morbiditas
membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar
obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan
satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada praktik
rata-rata atau pedoman pengobatan).
3) Metode kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,
selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode
morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus
demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan
menggunakan metode konsumsi.

d. Evaluasi perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti
dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa
nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek
medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.

2.5.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan
sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan adalah untuk
mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu yang baik, serta
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak
memerlukan tenaga dan waktu berlebihan.

a. Pembelian
Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu :

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


14

1) Pelelangan (tender) terbuka


Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan.
Pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu lama, dan perhatian penuh.
2) Tender terbatas
Tender terbatas sering disebut juga sebagai lelang tertutup. Hanya
dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang
baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila
dibandingkan dengan lelang terbuka.
3) Pembelian dengan tawar-menawar
Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya
dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
4) Pembelian langsung
Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil untuk item yang perlu segera
tersedia. Harga untuk item tertentu relatif lebih mahal dibanding pada pembelian
dengan metode lain.

b. Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus;
2) Sediaan farmasi dengan harga murah;
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil;
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran;
5) Sediaan farmasi untuk penelitian;
6) Sediaan nutrisi parenteral;
7) Rekonstruksi sediaan obat kanker; dan
8) Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


15

Jenis sediaan farmasi yang diproduksi :


1) Produksi steril
Persyaratan teknis untuk produksi steril, antara lain :
a) Ruangan aseptis;
b) Peralatan, contohnya laminar air flow (horizontal dan vertikal), autoclave,
oven, cytoguard, dan alat pelindung diri; serta
c) Sumber daya manusia merupakan petugas yang terlatih.
Kegiatan produksi steril meliputi :
a) Nutrisi (TPN)
TPN adalah nutrisi dasar untuk pemberian secara intravena yang
diperlukan bagi penderita yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara
enteral. Contoh TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin,
dan mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas ke dalam kantong khusus
untuk nutrisi.
b) Pencampuran obat suntik / sediaan intravena (IV admixture)
IV admixture adalah pencampuran sediaan steril ke dalam larutan
intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril. Contoh kegiatan
IV admixture adalah mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus dan
melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.
c) Pengemasan kembali (re-packing)
d) Rekonstitusi sediaan sitostatika
2) Produksi non-steril
Kegiatan produksi non-steril meliputi :
a) Pembuatan sirup
Contoh sirup yang umum dibuat di rumah sakit adalah OBH (Obat Batuk
Hitam).
b) Pembuatan salep
Contoh : salep AAV.
c) Pembuatan puyer
Contoh : obat racikan
d) Pengemasan kembali (re-packing)
Contoh : Alkohol, Povidon Iodine

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


16

e) Pengenceran
Contoh : H2O2 3%.
Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,
kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses
dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah
dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus
terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).

c. Sumbangan/droping/hibah
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat
situasi normal.

2.5.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian
dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi :
a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
certificate of analysis (CA);
b. Barang harus bersumber dari distributor utama;
c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-
bahan berbahaya;
d. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of
origin (CO); dan
e. Waktu kedaluwarsa minimal 2 tahun.

2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


17

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan, antara lain:
a. memelihara mutu sediaan farmasi;
b. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
c. menjaga ketersediaan; dan
d. memudahkan pencarian dan pengawasan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak
gudang dengan pemakai agar efisien.

2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan
dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan
dijangkau pasien dengan mempertimbangkan (Departemen Kesehatan, 2004):
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan
c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan (total floor stock)
Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian
perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2004). Sistem distribusi ini hanya
digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai
(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


18

Beberapa keuntungan dari sistem total floor stock adalah :


1) Obat yang dibutuhkan cepat tersedia;
2) Meniadakan retur obat;
3) Pasien tidak harus membayar obat berlebih; dan
4) Mengurangi jumlah personil farmasi.
Beberapa kelemahan dari sistem total floor stock adalah :
1) Kesalahan obat tinggi (salah order dari dokter, salah peracikan oleh perawat,
atau salah etiket obat);
2) Persediaan obat di ruangan menjadi banyak;
3) Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar; dan
4) Menambah beban kerja bagi perawat.

b. Sistem resep perorangan (resep individual)


Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi
disiapkan dan didistribusikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep.
Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan
melalui instalasi farmasi (Departmen Kesehatan, 2004). Beberapa keuntungan dari
sistem ini adalah :
1) Resep dapat dikaji dulu oleh Apoteker;
2) Ada interaksi antara Apoteker, dokter, dan perawat; dan
3) Ada pengendalian persediaan.
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1) Bila obat berlebih, pasien tetap harus membayar;
2) Obat dapat terlambat sampai ke pasien;
3) Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan
ke pasien; dan
4) Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak
adanya proses pengawasan ganda.

c. Sistem Unit Dosis


Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep
perorangan yang disiapkan, diberikan atau digunakan, dan dibayar dalam unit

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


19

untuk penggunaan satu kali dosis (Departemen Kesehatan, 2004). Penyiapan dan
pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan
dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke
pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap, bukan
untuk pasien rawat jalan.
Keuntungan dari sistem distribusi unit dosis, antara lain :
1) Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya;
2) Tidak ada kelebihan obat atau obat yang tidak terpakai di ruang perawatan;
3) Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu
yang lebih untuk merawat pasien;
4) Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca
resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika
membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien.
Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error);
5) Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat, dan dokter
serta pasien;
6) Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan
untuk drug use review (pengkajian penggunan obat); dan
7) Memudahkan pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.
Kelemahan dari sistem distribusi unit dosis adalah :
1) Membutuhkan banyak tenaga farmasi;
2) Harus segera siap sebelum jam makan pasien; dan
3) Menggunakan lebih banyak bungkus obat.

2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Departemen


Kesehatan RI, 2004)
2.6.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan
pasien;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


20

b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;


c. Tanggal resep; dan
d. Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan jumlah obat;
c. Stabilitas dan ketersediaan; dan
d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;
d. Kontraindikasi; dan
e. Efek aditif.

2.6.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga
kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi
(PFT);
c. Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan
d. Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif;
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat, atau tatap muka;
c. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


21

d. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan


formularium rumah sakit;
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f. Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

2.6.3 Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)


Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis,
dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin
(terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan
frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek
samping obat meliputi:
a. Menganalisa laporan ESO;
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengisi formulir ESO; dan
d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni
kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring
ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat
individu, dan surveilans unit pasien.

2.6.4 Pengkajian penggunaan obat (drug use review)


Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi
permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek
samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan
dalam penyiapan dan pemberian obat (Quick, 1997). Pengkajian penggunaan obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


22

merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan


berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan
obat adalah (Departemen Kesehatan, 2004) :
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu
dengan yang lain;
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah (Quick, 1997)
a. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata jumlah obat per pasien;
2) Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
3) Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;
4) Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan
5) Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
b. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata waktu konsultasi;
2) Rata-rata waktu dispensing;
3) Persentase obat aktual yang disiapkan;
4) Persentase pelabelan yang benar; dan
5) Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
c. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Ketersediaan daftar obat-obat esensial
2) Ketersediaan obat-obat esensial.

2.6.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


23

pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,


efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi
dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Pasien rujukan dokter,
b. Pasien dengan penyakit kronis,
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
d. Pasien geriatrik, dan
e. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
1) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
2) Bagaimana cara pemakaiannya
3) Efek yang diharapkan dari obat tersebut
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
d. Melakukan verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

2.6.6 Ronde/visite pasien


Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :
a. Pemilihan obat,
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,
c. Menilai kemajuan pasien, dan
d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :
a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


24

b. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo


3.1.1 Sejarah singkat
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke
Ziekenhuis (CBZ). Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang
dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh
Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit
Tjipto Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, Prof. Dr.
Satrio, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1964. Sejalan dengan
perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah menjadi RSCM. Pada
tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah
sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)
Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini.
Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr, Cipto Mangunkusumo
Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah
menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005,
dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

3.1.2 Visi
RSCM memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat
rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014.

26 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


26

3.1.3 Misi
RSCM memiliki misi antara lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
b. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
c. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang
mandiri.

3.1.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia


RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima
direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan
dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat
Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan
rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada
Lampiran 1.

3.1.5 Klasifikasi
RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit
pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang
kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai
mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas
Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi
Apoteker.

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo


Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat
pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada di
bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh
seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


27

3.2.1 Visi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi untuk menjadi penyelenggara
pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan
kepuasan pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014.

3.2.2 Misi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
c. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.
d. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
e. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai
persyaratan mutu.
f. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
g. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan farmasi.

3.2.3 Nilai budaya


Instalasi Farmasi RSCM memiliki 5 nilai budaya yang dikenal dengan 5R,
yaitu Rapi, Ringkas, Resik, Rawat, dan Rajin.

3.2.4 Tujuan umum


Menyelenggarakan kebijakan obat di rumah sakit melalui pelayanan
farmasi satu pintu, profesional, berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika
profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang
terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

3.2.5 Tujuan khusus


a. Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan
efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


28

informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga


kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.
b. Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau
efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi
tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling
pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat
kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di
rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana
Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).

3.2.6 Tugas pokok dan fungsi


Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas
melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan
produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai
prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang
Farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM
berfungsi dalam:
a. Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan
kefarmasian
b. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
d. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.
f. Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


29

g. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat
kesehatan.
h. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
i. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.
j. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.
k. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.
l. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu
pengelolaan pelayanan kefarmasian.
m. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.
n. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

3.2.7 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia


Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat
Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical
Unit (CMU) 2 lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi
Farmasi RSCM yang membawahi empat sub instalasi, yaitu:
a. Sub Instalasi Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);
b. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi;
c. Sub Instalasi Produksi; dan
d. Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan
(Farklin Diklitbang).

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit


3.3.1 Pelaksana pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)
PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan
tujuan:
a. Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit
melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan
Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim
Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


30

b. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur


pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.
d. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian
resistensi antimikroba.
Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan
antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan) di
RSUPN. Tim PPRA terdiri dari:
a. Tim inti yaitu:
1) Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.
2) PPIRS.
3) Spesialis Farmasi Klinik.
4) Spesialis Mikrobiologi Klinik.
b. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik.
c. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen
Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
d. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam.
e. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan
Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),
perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,
spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam
melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai
departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan
antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai
anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat
departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011):
a. Departemen Penyakit Dalam.
b. Departemen Bedah.
c. Departemen IKA.
d. Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


31

e. Departemen Kulit dan Kelamin.


f. Departemen Gigi dan Mulut.
g. Departemen Bedah Syaraf.
h. Departemen Mata.
i. Departemen Neurologi.
j. Departemen Urologi.
k. Departemen THT.
l. ICU.
m. Unit Pelayanan Luka Bakar.
n. Pelayanan Jantung terpadu.
o. Instalasi Gawat Darurat.
Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi
antimikroba PPRA memilki fungsi, antara lain:
a. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.
b. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui
koordinasi empat pilar.
c. Menyusun Program Kerja Tim PPRA dan Pokja PPRA
Departemen/UPT/Instalasi.
d. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan
antibiotik secara bijak.
e. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.
f. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi
kuman, insiden MRSA.
Tim PPRA menyelenggarakan pertemuan berkala secara terencana
minimal satu bulan sekali untuk membahas program dan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat
secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan serta pihak terkait
(Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA).

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


32

3.3.2 Panitia farmasi dan terapi (PFT)


Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik
yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan
dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.
Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak
boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua,
sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap
departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris
dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio
PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan
penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna
mendukung program kerjanya.
Tugas PFT mencakup :
a. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua
masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.
b. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
c. Menyusun formularium obat, dan daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan
memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia
didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus
mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat
yang indikasinya sama.
d. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang
menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat
biaya.
e. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan
penggunaan obat kepada staf medis RSCM.
f. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan
penggunaan perbekalan farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


33

g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi


di RSCM.
h. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan
mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat
rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi
dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut
kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Apabila musyawarah tidak berhasil,
maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan
keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata
adalah untuk kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2012).

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo


Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk
terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran
mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang
utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus
sebagai first step to quality. Oleh karena itu, instalasi sterilisasi pusat menjadi unit
yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-
barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril
menjadi produk akhir sterilisasi di instalasi sterilisasi pusat.

3.4.1 Definisi instalasi sterilisasi pusat


Instalasi sterilisasi pusat merupakan suatu unit kerja yang bertugas
menyediakan barang-barang dan peralatan steril, seperti perbekalan farmasi dasar,
instrumen steril, linen steril, dan lain-lain, yang dibutuhkan oleh departemen,
instalasi atau unit kerja lainnya di RSCM.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


34

3.4.2 Visi dan misi instalasi sterilisasi pusat RSCM


Visi dari instalasi sterilisasi pusat adalah Menjadi Instalasi Sterilisasi Pusat
yang Terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dari instalasi sterilisasi pusat
adalah:
a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu;
b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan;
c. Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi;
d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal; dan
e. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di
bidang sterilisasi.

3.4.3 Tujuan dan strategi instalasi sterilisasi pusat RSCM


Tujuan dari instalasi sterilisasi pusat RSCM adalah tercapainya pelayanan
pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang
digagas adalah:
a. Meningkatkan efisiensi produktivitas;
b. Meningkatkan profesionalisme;
c. Menciptakan restrukturisasi;
d. Menerapkan sistem managemen keuangan;
e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost; dan
f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.

3.4.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia instalasi sterilisasi pusat
RSCM
Instalasi sterilisasi pusat RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat
Sterilisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Umum dan Operasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat
RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
membawahi empat Penanggungjawab sebagai berikut:
a. Penanggungjawab SDM dan Keuangan;
b. Penanggungjawab Peralatan dan Pelayanan;
c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


35

d. Penanggungjawab Logistik dan Inventaris.


Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian,
yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala
bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggungjawab yang menjadi
pelaksana kegiatan. Kepala Sub Instalasi Operasional membawahi
Penanggungjawab Dekontaminasi, Penanggungjawab Pengemasan & Labeling,
dan Penanggungjawab Proses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu
membawahi Penanggungjawab Penyimpanan dan Distribusi, Penanggungjawab
Quality Control, dan Penanggungjawab Audit Mutu. Sumber daya manusia
instalasi sterilisasi pusat RSCM harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti
terlatih, tidak mempunyai luka terbuka, tidak mempunyai penyakit yang menular,
disiplin memakai alat pelindung diri dalam tugas operasional dan mematuhi
aturan sterilisasi.

3.4.5 Ruang dan sarana instalasi sterilisasi pusat RSCM


Ruang instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki suhu 18-220C dan
kelembaban 35-72%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan
pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/ hepafilter. Alat yang digunakan
untuk membantu sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat
sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. Instalasi sterilisasi
pusat RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:
a. Area unclean
Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.
b. Area clean
Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.
c. Area steril
Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan
distribusi barang steril.

3.4.6 Sistem pelayanan instalasi sterilisasi pusat RSCM


Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang
tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


36

dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi


perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup
dalam hal khusus seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.
Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di instalasi sterilisasi pusat.
Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya yaitu peningkatan efisiensi ruangan,
SDM, peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin
karena adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih
cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu,
instalasi sterilisasi pusat juga akan lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali
serta dapat mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.

3.4.7 Kegiatan instalasi sterilisasi pusat RSCM


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instalasi sterilisasi pusat, yaitu:
a. Alur perpindahan barang satu arah
Instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang.
Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke
area steril. Pada area kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir.
Barang direndam, dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area
bersih. Pada area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas
kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu
barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan
masuk ke area steril dan disimpan.

b. Alur Aktivitas Fungsional


Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.
Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih
ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan
melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi
lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan & pemberian label,
petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos
uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan
diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


37

proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses ulang dengan
mengulang proses sterilisasi dari awal.sedangkan barang yang kondisinya
memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-
barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket
distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer.

c. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar


Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan
dan labeling Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah
dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.
Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi,
barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang
steril untuk didistribusikan.

d. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai


Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui
proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi
sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol
spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah
penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji
secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk
didistribusikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat


Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM terdiri atas Gudang Farmasi I,
Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis. Gudang Farmasi I merupakan
gudang yang digunakan untuk menyimpan alat-alat kesehatan, obat-obat oral dan
injeksi, serta Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Gudang Farmasi II digunakan
untuk menyimpan perbekalan farmasi yang berupa cairan dan hemodialisa,
sedangkan Gudang Gas medis digunakan untuk menyimpan gas-gas medis.
Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00
hingga 21.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang terdapat di
gudang pusat, yaitu sebanyak 18 orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang
Asisten Apoteker (AA) Penanggungjawab, 5 orang AA Bidang Pelaksana Obat, 3
orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang AA Bidang Pelaksana
Administrasi, dan 4 orang Pekarya.
Kegiatan utama yang dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
terdiri atas perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengawasan, dan pengendalian perbekalan farmasi di rumah sakit. Perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi dari distributor ke gudang dilakukan dengan dua
cara, yaitu menggunakan sistem IT untuk menarik data stok akhir atau sistem
manual, yaitu asisten menarik data dari kartu stok.
Dalam rangka menjaga ketersediaan perbekalan farmasi di RSCM,
Gudang Pusat melakukan permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan.
Pengadaan dilakukan berdasarkan permintaan (defekta) perbekalan farmasi yang
dilakukan rutin dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Rabu, serta
dari permintaan mendesak/cito yang dapat dilakukan setiap hari. Permintaan
perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu
hingga satu bulan.
Defekta yang telah dibuat oleh pihak Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke
bagian pemesanan di Instalasi Farmasi untuk dibuatkan Surat Pesanan (SP) dalam
sistem komputer. Jika permintaan telah disetujui oleh Kepala Sub Instalasi

38 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


39

Perbekalan Farmasi, maka petugas pemesanan akan menghubungi distributor


terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang Pusat.
Setelah perbekalan farmasi dikirim di Gudang Pusat oleh distributor,
selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia
Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan
kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan
jumlah pesanan, pada komputer yang disesuaikan dengan faktur penjualan. Selain
itu, dilakukan pula pemeriksaan terhadap bentuk fisik dan tanggal kedaluwarsa
perbekalan farmasi yang akan diterima. Apabila terdapat kemasan yang telah
rusak, maka dapat dilakukan penggantian barang ke distributor.
Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan
juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi,
misalnya dengan melihat proses penyimpanan perbekalan farmasi tersebut selama
proses distribusi dari distributor ke Gudang Pusat, yaitu dengan menyimpan
perbekalan farmasi tersebut di dalam cool box yang dilengkapi dengan
termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai (2o – 8o C). Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi,
misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun
(B3).
Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah
sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama
jelas, dan stempel serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan
faktur. Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data
dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer
dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah,
dan waktu kedaluwarsa.
Perbekalan Farmasi yang telah diterima disimpan di Gudang Pusat sesuai
dengan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
Penyimpanan disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat kesehatan,
obat (oral atau injeksi), B3, cairan, hemodialisa, dan gas medis, sedangkan
perbekalan farmasi yang berupa reagensia, bahan baku, dan radiofarmaka akan
disimpan langsung di unit kerja yang terkait dengan penggunaannya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


40

Selain berdasarkan pada jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga


didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan
farmasi (high alert atau sitostatika), perbekalan farmasi Askes dan Non-Askes,
rute pemberian obat, serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan obat di
gudang pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan
penyusunan untuk obat yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk
menghindari kesalahan dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk
dan pengucapan yang mirip sehingga penyimpanannya dipisah, walaupun
memiliki nama dengan alfabet yang berdekatan. Penyimpanan obat sudah tertata
rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok obat. Hal ini
memudahkan dispensing obat mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi
yang banyak.
Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang
terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Narkotika disimpan dalam lemari
berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut digantungkan kepada AA
yang bertugas pada tiap shift.
Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan
penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis
dan kelompok departemen pengguna, misalnya bedah dan departemen mata serta
pelayanan jantung terpadu (PJT), untuk mempermudah pengambilan barang.
Agar mutu perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang
melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan
pengontrolan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan
farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT serta
mudah mengetahui perbekalan farmasi yang mendekati kedaluwarsa. Produk yang
akan kedaluwarsa dalam waktu tiga bulan ke depan akan diberi label berwarna
kuning yang dilengkapi dengan waktu kedaluwarsanya. Selain itu, dilakukan pula
pemantauan suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari.
Pemantauan suhu lemari pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada
pukul 06.00, 14.00, dan 20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan
dilakukan satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


41

Gudang Pusat merupakan pusat distribusi perbekalan farmasi di rumah


sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh satelit dan unit kerja. Permintaan
perbekalan farmasi ke Gudang Pusat dapat dilakukan secara rutin sesuai jadwal
yang telah ditetapkan untuk masing-masing satelit dan unit kerja ataupun
permintaan cito setiap hari. Permintaan ke Gudang Pusat dapat dilakukan dengan
dua sistem, yaitu sistem online untuk satelit farmasi dan sistem manual untuk unit
kerja. Permintaan yang diajukan oleh satelit farmasi akan langsung dicetak oleh
Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang, sedangkan unit kerja yang
melakukan permintaan manual menggunakan formulir permintaan barang farmasi
harus mengantarkan formulir tersebut ke gudang dua hari sebelum pengambilan
barang.
Petugas Gudang Pusat akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta
serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada
formulir permintaan. Petugas administrasi akan memproses formulir permintaan
tersebut untuk mendapatkan Form Distribusi Obat/Alkes bagi tiap
satelit/unit/departemen terkait. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas
gudang akan menghubungi satelit atau unit kerja terkait untuk memberitahukan
bahwa perbekalan farmasi sudah siap diambil.
Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang
dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa
perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta melakukan pencatatan pada buku
serah terima yang terdapat di ruang pendistribusian Gudang Pusat. Setelah
dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan
permintaannya, lalu dilakukan penandatanganan bersama Form Distribusi
Obat/Alkes. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan
lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja. Untuk satelit
atau unit kerja yang tidak memiliki petugas untuk mengambil perbekalan farmasi,
maka petugas gudang yang akan mengantarkannya.
Gudang Pusat juga melayani permintaan mendesak/cito setiap hari.
Perbekalan farmasi yang diambil untuk melayani kebutuhan cito dicatat pada
buku cito di gudang dan unit terkait. Untuk memenuhi permintaan perbekalan
farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


42

Penanggungjawab Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang


dengan didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu
gudang.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang
Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain:
a. Masih terdapat MSDS yang belum diterjemahkan sehingga menyulitkan
pegawai atau staf gudang yang memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing
untuk memahami isi MSDS tersebut.
b. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat
yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan staf atau pegawai baru yang
akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi. Selain itu, daftar yang telah
tersedia ada yang belum lengkap. Masih terdapat obat-obat di dalam lemari
pendingin yang tidak tertulis pada daftar tersebut.
c. Masih terdapat obat-obat yang termasuk dalam obat high alert dan sitostatika
serta tempat penyimpanan obat-obat LASA yang belum ditempeli dengan
stiker khusus.
Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas, maka saran
yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
a. Menerjemahkan MSDS yang masih menggunakan bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia agar memudahkan staf atau pegawai dalam memahami isi
dari MSDS tersebut sehingga penanganan yang dilakukan terhadap bahan
tersebut tepat.
b. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing
lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang
sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala
sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang
terdapat di dalamnya.
c. Menempelkan stiker high alert, sitostatika, dan LASA secara lebih teliti.

4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)


Satelit Farmasi IGD hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di IGD
saja dan tidak menerima resep dari unit lain di RSCM. Satelit Farmasi IGD terdiri

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


43

atas satu satelit di lantai 1 dan satu depo di lantai 4. Depo lantai 1 melayani
kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga lantai 3 IGD, sementara lantai 4
hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang bedah di lantai 4.

4.2.1 Sumber daya manusia (SDM)


Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing
bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi
dan pelayanan farmasi klinik, 21 orang AA, dan 1 orang pekarya. Pelayanan
farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam
sehingga dapat selalu mengantisipasi kebutuhan pasien IGD yang kondisinya
dapat berubah-ubah setiap saat. Pembagian jumlah AA yang bertugas di kedua
depo pada masing-masing shift adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo
Pagi Siang Malam
(07.30 –14.30 WIB) (14.00–21.00 WIB) (21.00 –08.00 WIB)
Satelit lantai 1 4 orang 3 orang 3 orang
Depo lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang

Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1 orang pekarya dan 1
orang AA bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari Senin hingga
Jumat dari pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal pemesanan barang ke
Gudang Pusat.
Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan
petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang AA yang bertugas di
satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di depo lantai 4.

4.2.2 Kegiatan Satelit Farmasi IGD


4.2.2.1 Pengelolaan perbekalan farmasi
f. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan depo lantai 4
dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi
didasarkan pada pola dan jumlah pemakaiannya di IGD. Semakin banyak barang
Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


44

yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Satelit
lantai 1 melakukan defekta besar ke bagian gudang pusat RSCM dua kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelaksanaan defekta adalah
sebagai berikut :
Satu hari sebelum hari defekta besar, yaitu pada hari Senin dan Kamis,
pihak satelit akan membuat entry data defekta yang akan di-posting melalui sistem
IT ke Gudang Pusat. Tujuannya adalah agar pihak gudang menyiapkan terlebih
dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD. Keesokan harinya pada hari
defekta besar, pekarya dan AA dari IGD datang ke Gudang Pusat untuk mengurus
pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan
barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan
pengecekan untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk
sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan data defekta
dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya. Setelah
data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak
gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD
akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Apoteker Penanggung Jawab
Satelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data dari lembar defekta dengan
barang yang diterima. Apabila telah sesuai, penambahan stok barang di satelit
IGD akan diproses melalui sistem IT yang ada.
Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat
kesehatan, dan narkotika. Maksud pemisahan tersebut adalah untuk
mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta
yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak
Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Pusat. Hal
tersebut menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di luar hari defekta
besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi tersebut.
Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan
depo lantai 4. Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan
mengajukan defekta ke depo lantai 1. Defekta besar dari depo lantai 4 juga
dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


45

g. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD


Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur
sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat
berdasarkan pembagian berikut :
1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi
1. Obat
Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu
sediaan tablet, sediaan cair, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus.
2. Alat kesehatan
Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya.
2) Suhu penyimpanan dan stabilitas
Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2° –
8°C) disimpan pada kulkas terpisah.
3) Susunan alfabetis
Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya.
4) Sifat bahan
Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam
lemari yang terbuat dari bahan tahan api, serta dilengkapi dengan label bahan
berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan.
5) Sistem FIFO dan FEFO
Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali
masuk atau barang dengan tanggal kedaluwarsa paling dekat terletak di
bagian depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.
Penyimpanan di Satelit Farmasi IGD juga menerapkan pengaturan khusus
untuk obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA.
Rak penyimpanan untu obat-obat high alert ditandai dengan lakban berwarna
merah. Setiap obat high alert ditempeli stiker merah high alert pada wadah
primernya. Selain itu, penyusunan obat yang memiliki tampilan atau nama yang
mirip (look alike sound alike-LASA) diatur dengan cara memisahkan penempatan
obat-obat LASA dengan pasangannya serta menempelkan stiker hijau LASA pada
rak penyimpanan obat tersebut. Dengan demikian, dapat menghindari
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat oleh petugas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


46

Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang


terletak di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain.
Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika,
dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas
farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi
lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan bepergian.
Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di
satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai
salah satu langkah untuk mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di
Satelit Farmasi IGD. Selain SO, langkah pengontrolan lainnya yang juga
dilakukan adalah dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal
untuk memudahkan pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu
sekali, pengecekan stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, serta
penerapan sistem sampling yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya
untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang
di satelit.

h. Distribusi perbekalan farmasi


Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi
IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem
floor stock. Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan
pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien. Sistem
peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual. Akan tetapi,
saat ini telah dilakukan uji coba penggunaan peresepan online menggunakan
sistem Electronic Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3 IGD.
Penggunaan sistem tersebut masih perlu dievaluasi dan disempurnakan kembali,
sebelum nantinya diberlakukan pada bagian lainnya di IGD. Selama masa uji
coba, penerapan sistem EHR masih mengalami beberapa masalah, yaitu :
1) resep seringkali salah terkirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan
sistem peresepan secara online;
2) belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan;

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


47

3) dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk


mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta
4) sistem bed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan
resep tidak jelas.
Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep
untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur
pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut :
Resep dari dokter akan diserahkan ke nurse station. Di nurse station
masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang Sakit (POS) yang akan
mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai 1. Resep kemudian
diverifikasi oleh Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan meliputi skrining
kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter, ruangan asal resep, nama
pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien. IGD sudah menerapkan
sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar data pasien sudah
tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep. Dengan demikian,
kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca oleh petugas
farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang dilihat dari
kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan. Apabila terdapat
ketidaklengkapan dari kedua aspek tersebut, petugas farmasi yang melakukan
verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar checklist review resep
obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada
tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat.
Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta
tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat
tersedia di depo, data dari resep akan di-input ke dalam database komputer dan
diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan
sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas
harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah
diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama pasien, nomor rekam medis,
dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


48

rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit
farmasi lantai 1.
Lamanya response time untuk pelayanan resep telah ditetapkan, yaitu 15
menit untuk resep cito, sementara untuk resep non-cito adalah hingga sebelum
obat tersebut diberikan kepada pasien di ruang rawat. Pihak Satelit Farmasi IGD
juga memberlakukan ketentuan untuk penyiapan obat pasien pulang. Obat yang
telah disiapkan, namun tidak diambil oleh pasien dalam waktu 6 jam setelah
penyiapannya, maka obat tersebut harus diretur. Hal tersebut mengingat seringnya
terjadi penumpukan obat pulang di satelit lantai 1 karena pasien tidak
mengambilnya.
Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan
paket tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.
1) Paket tindakan
Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu paket yang termasuk dalam cost unit pasien dan paket yang tidak
termasuk dalam cost unit pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian urgent
lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang termasuk dalam
cost unit pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani biaya yang sama
untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak
termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD)
serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket
tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi yang digunakan saja.
2) BMHP
BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar
yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.
Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari
Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh
pihak farmasi.
3) Troli emergensi
Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi
kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


49

masing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan
Intermediate Ward (IW)), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah
obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway),
alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah
(circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit
Farmasi lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat
kesehatan ABC dari unit di mana troli tersebut berada. Tanggal kedaluwarsa
obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada
lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak
farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi
yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli
dan menandatanganinya. Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di
tiap lantai akan mengecek kondisi dan nomor seri kunci disposable troli
emergensi untuk memastikan bahwa troli masih terkunci.
Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti
terjadi kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien
dilakukan, dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan
jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta
menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep
untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari
troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama
pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya
penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut.
Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang
pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama
dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi
troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri
kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti
pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara
penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama
pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


50

memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta


perawat sebagai saksi.
Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan kembali
oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter, maka pihak
farmasi akan mengonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan untuk
membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika ditemui
peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam lembar
checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat.

4.2.2.2 Pelayanan farmasi klinik


Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang
Apoteker klinis. Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk melayani kebutuhan
pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah
dilakukan, antara lain :
a. Verifikasi resep, Apoteker klinis akan melakukan verifikasi resep sebelum
obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit,
proses verifikasi dilakukan oleh AA;
b. Monitoring penggunaan obat, dilakukan dengan cara menyesuaikan antara
obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status
pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;
c. Visite mandiri, dilakukan terutama untuk memastikan bahwa obat telah
didistribusikan kepada pasien dengan tepat waktu; serta
d. Pemberian informasi obat pulang, dilakukan pada saat penyerahan obat
kepada pasien yang akan pulang.

4.2.3 Kegiatan PKPA di satelit IGD


Mahasiswa bertugas di satelit IGD selama 3 hari. Selama berada di satelit
IGD, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain :
a. Menyusun barang ke rak persediaan di satelit,
b. Membenahi isi perbekalan farmasi di troli emergensi,
c. Membenahi kartu stok barang, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


51

d. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.


Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain :
a. Response time pelayanan dispensing obat masih cukup lama. Hal ini terlihat
dari seringnya obat-obat tersebut didapati belum selesai di-dispense ketika
pihak perawat, dokter, atau keluarga pasien sudah datang untuk mengambil
obat.
b. Penulisan keterangan penggunaan obat pada etiket obat oral belum lengkap
karena tidak disertai dengan informasi penggunaan sebelum atau sesudah
makan.
c. Kebersihan rak penyimpanan perbekalan farmasi di satelit masih perlu
ditingkatkan.
Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat
diberikan, antara lain :
a. Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah
petugas dalam proses dispensing obat.
b. Membuat daftar yang memuat keterangan untuk obat-obat oral yang perlu
diminum sebelum atau sesudah makan sebagai panduan bagi AA dalam
melengkapi informasi obat pada etiket. Informasi tersebut terutama penting
untuk pasien pulang yang penggunaan obatnya tidak lagi diawasi oleh tenaga
medis. Dengan informasi cara penggunaan obat yang lengkap di etiket,
diharapkan dapat mencegah terjadinya kesalahan penggunaan obat oleh pasien.
c. Diperlukan penambahan jumlah pekarya yang difokuskan untuk bertugas
memelihara kebersihan rak penyimpanan perbekalan farmasi di satelit. Dengan
begitu, kebersihan tempat penyimpanan di satelit tetap terjaga tanpa
mengganggu aktivitas pelayanan resep yang dilakukan oleh AA.

4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)


Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang
sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang pada
setiap lantainya terdiri dari dua zona, yaitu zona A dan zona B.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


52

Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Gedung A


Lantai Ruang Rawat Zona A Ruang Rawat Zona B
1 Anak Kelas khusus dewasa
2 Penyakit dalam dan kebidanan Kebidanan
3 Kelas khusus dewasa Kelas khusus dewasa
4 Bedah Bedah
5 Syaraf dan stroke Bedah syaraf, HCU
6 Kelas khusus dewasa HCU dewasa, ICU anak, penyakit dalam
7 Penyakit dalam dewasa Penyakit dalam dewasa, THT, mata
8 Hematologi dewasa, geriatri Hematologi dewasa

Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu
manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.

4.3.1 Manajemen perbekalan farmasi di Gedung A


Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri
dari depo farmasi di setiap lantai dan Gudang Farmasi Basement Gedung A. Depo
farmasi bertugas melayani kebutuhan obat-obat pasien yang menginap di lantai
tersebut, sedangkan Gudang Farmasi Basement berfungsi menyediakan kebutuhan
perbekalan farmasi bagi semua pasien rawat inap di Gedung A, baik pasien
jaminan maupun pasien umum. Gudang Farmasi Basement akan mendistribusikan
perbekalan farmasi ke setiap depo farmasi, kemudian depo farmasi tersebut yang
akan mendistribusikannya ke pasien melalui perawat.
Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24
jam yang terbagi menjadi dua shift (pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul
14.00 – 21.00 WIB), dilayani di depo farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan
penambahan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan
pelayanan dari depo tiap lantai ke Gudang Farmasi Basement Gedung A.
Terkadang depo farmasi lantai 1 dan 4 menerapkan sistem shift middle, yaitu
pukul 11.00 – 18.00 WIB. Hal ini dikarenakan resep racikan untuk pasien anak
yang terdapat di lantai 1 dan pasien yang menjalani operasi bedah di lantai 4
sangat banyak sehingga penerapan shift middle ini sangat membantu pelayanan
farmasi di depo lantai tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


53

Jumlah SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Mei) terdiri
dari 2 orang Apoteker dan 59 orang AA dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah sumber daya manusia Satelit Farmasi Gedung A


Jumlah SDM Jumlah SDM
Lokasi Lokasi
(orang) (orang)
Gudang basement 2 Apt + 10 AA Depo lantai 4 6 AA
Administrasi 2 AA Depo lantai 5 7 AA
Depo lantai 1 6 AA Depo lantai 6 6 AA
Depo lantai 2 5 AA Depo lantai 7 9 AA
Depo lantai 3 4 AA Depo lantai 8 4 AA

Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani berkas-berkas


biaya perawatan dan pengobatan bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke
pihak penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement
Gedung A.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Gudang Basement sama seperti
pengelolaan perbekalan farmasi di satelit farmasi lain, yaitu mulai dari
perencanaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan hingga distribusinya ke pasien.
Perencanaan Gudang Farmasi Basement berdasarkan pada kebutuhan depo
farmasi setiap lantai. Setelah pihak Gudang Basement mengetahui jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan, maka akan dilakukan pengadaan melalui
defekta ke Gudang Pusat setiap tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin,
Rabu, dan Jumat menggunakan sistem online. Setelah dilakukan pemesanan dan
penyiapan barang oleh petugas Gudang Pusat, pekarya dari Gudang Farmasi
Basement Gedung A akan melakukan penerimaan perbekalan farmasi di Gudang
Pusat.
Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa disimpan di Gudang
Basement. Perbekalan farmasi terdiri dari sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Sediaan farmasi disusun berdasarkan sistem alfabetis, bentuk sediaan,
generik/non-generik, kestabilan (obat termolabil), dan FEFO/FIFO, sedangkan
alat kesehatan disusun berdasarkan fungsinya. Beberapa sediaan farmasi harus
disimpan secara khusus atau terpisah dari sediaan lainnya antara lain:
Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


54

a. Narkotika: disimpan di lemari khusus yang berpintu dan berkunci ganda.


Lemari tersebut harus selalu dikunci dan kuncinya digantungkan pada leher
petugas farmasi yang bertanggung jawab pada saat itu.
b. Psikotropika: disimpan di lemari khusus yang berpintu. Lemari tersebut juga
harus selalu terkunci dan kuncinya digantungkan pada leher petugas farmasi
yang bertanggungjawab pada saat itu. Kunci lemari psikotropika biasanya
akan digabung dengan kunci lemari narkotika.
c. Obat mahal: disimpan di lemari terpisah dengan sediaan lainnya agar dapat
memudahkan pengontrolan penggunaan obat tersebut.
d. Obat LASA, yaitu obat yang memiliki bentuk atau penampilan dan pengejaan
yang hampir sama. Selain itu obat-obat LASA termasuk juga obat-obat yang
memiliki kekuatan dosis lebih dari satu. Penyimpanan obat jenis ini tidak
dipisahkan dengan sediaan lainnya, tetapi hanya diberi stiker LASA di bagian
depan rak penyimpanannya dan diberi jarak dengan obat pasangannya.
e. Obat High Alert, merupakan obat yang memiliki risiko tinggi dalam
penggunaannya sehingga harus digunakan secara hati-hati. Obat jenis ini
disimpan di lemari terpisah dan diberi stiker high alert pada setiap satuan
terkecil obat sehingga setiap petugas medis yang menggunakan obat tersebut
akan lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Lemari obat high alert
ditandai dengan garis merah menggunakan lakban yang memenuhi semua
bagian tepi/sisi lemari.
f. Obat sitostatika, yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat
menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi
stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat
ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan
obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah
menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari,
sama seperti lemari obat high alert.
g. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): disimpan di lemari besi yang tertutup
rapat karena sifatnya yang korosif, mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya
lainnya. Di bagian depan pintu harus tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


55

yang merupakan pedoman penanganan untuk masing-masing B3 di dalam


lemari tersebut.
h. Obat yang memiliki waktu kedaluwarsa tiga bulan ke depan akan dimasukkan
ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning yang berisi
informasi bulan dan tahun kedaluwarsa.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, Gudang Farmasi Basement
mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai berdasarkan
defekta dari depo. Depo di setiap lantai biasanya melakukan defekta ke Gudang
Farmasi Basement setiap hari sesuai dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan
farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke
depo farmasi.
Obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang
tersedia di Gudang Farmasi Basement. Pada hari Senin dan Kamis, AA dari depo
lantai satu akan membantu penyiapan obat yang akan diracik di Gudang Farmasi
Basement karena dua hari tersebut adalah hari peresepan oleh dokter sehingga
resep obat-obat racikan untuk pasien anak sangat banyak.
Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa
Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat
mengurangi kesalahan dalam membaca resep sehingga kesalahan dalam
pemberian obat juga berkurang. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara
otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi sehingga akan lebih
cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui
secara real time. Dokter biasanya mengirimkan resep pasien pada hari Senin
untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk
penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa
dokter yang melakukan peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang
menangani pasien kelas khusus pada lantai 1, 3, dan 6.
Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di depo
dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan,
yaitu resep harian, unit dose, dan peresepan individu. Sistem resep harian, yaitu
sistem distribusi obat yang disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari.
Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


56

waktu minum obat, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya.
Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat
tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap
sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan
untuk obat oral, kecuali di depo farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem
unit dose untuk obat-obat parenteral. Sistem distribusi peresepan individu
digunakan untuk penyiapan obat bagi pasien yang akan pulang.
Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga
menerapkan sistem distribusi floor stock. Perbekalan farmasi yang didistribusikan
dengan metode floor stock, yaitu perbekalan farmasi yang diberikan tanpa melalui
verifikasi petugas farmasi. Perbekalan farmasi ini meliputi perbekalan farmasi
dasar (bahan medik habis pakai) dan troli emergensi. Perbekalan farmasi dasar
tersedia di ruang perawat (nurse station) untuk digunakan bersama-sama bagi
seluruh pasien di lantai tersebut dan merupakan tanggung jawab dari perawat di
lantai tersebut. Troli emergensi merupakan persediaan perbekalan farmasi pada
keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat
kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation).
Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan harus
disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi
Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian
antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis
pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan
penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut
dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke Kepala
Sub Instalasi Perbekalan Farmasi, Kepala Sub Instalasi Adminkeu, dan
Koordinator Pelayanan Farmasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami
manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu :
a. Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement dengan
membantu menyediakan dan mengemas perbekalan farmasi berdasarkan
defekta dari depo farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


57

b. Membantu memeriksa kesesuaian penempelan stiker LASA pada rak obat


yang tergolong ke dalam obat LASA.
c. Memahami proses penyiapan obat racik di Gudang Farmasi Basement melalui
pengamatan proses peracikan yang dilakukan oleh juru racik dari awal
persiapan hingga proses peracikan selesai. Selain itu, mahasiswa juga
melakukan pengamatan terhadap alat pelindung diri (APD) yang digunakan
oleh juru racik hingga alat-alat yang digunakan selama proses peracikan.
d. Memahami proses dispensing obat di depo farmasi Gedung A dengan ikut
serta membantu proses dispensing obat dan berdiskusi bersama AA yang
bertugas di depo tersebut.
Pada saat melakukan penelusuran obat-obat LASA, mahasiswa
menemukan alat kesehatan yang memiliki waktu kedaluwarsa dalam tiga bulan ke
depan tercampur dengan alat kesehatan yang memiliki waktu kedaluwarsa yang
panjang dengan stiker kuning hanya tertempel pada bagian luar kotak
penyimpanan. Sebaiknya obat dan alat kesehatan dengan waktu kedaluwarsa yang
dekat (3 bulan ke depan) dipisahkan menggunakan kotak yang berbeda atau
dibungkus plastik kuning sehingga obat dan alat kesehatan tersebut dapat
digunakan terlebih dahulu untuk menghindari penumpukan barang-barang yang
akan kedaluwarsa di gudang.
Disarankan juga untuk membuat sistem alarm di komputer sebagai
pengingat bagi perbekalan farmasi yang mencapai jumlah minimum atau hampir
kosong sehingga Apoteker atau AA dapat segera membuat defekta perbekalan
farmasi tersebut. Hal ini juga berarti dapat mengurangi waktu tunggu dari
permintaan perbekalan farmasi tersebut ketika dibutuhkan segera/cito.

4.3.2 Farmasi klinik Gedung A


Kegiatan farmasi klinik di Gedung A RSCM berjalan cukup baik. Farmasi
klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk
menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam
rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang
rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara
pemberian, tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


58

klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pengobatan, visite,


diskusi kasus, pelayanan konseling, pelayanan informasi obat, dan pengambilan
riwayat pengobatan (medication history taking).
a. Verifikasi resep
Hal-hal yang dilakukan oleh Apoteker selama verifikasi resep meliputi
pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan
kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah
menggunakan sistem EHR sehingga kelengkapan administrasi resep telah lengkap
secara otomatis.

b. Monitoring pengobatan
Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui
perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring
pengobatan pasien meliputi :
1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan
pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical
Record).
2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.
3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.
4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.

c. Visite
Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk :
1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan
3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi dan monitoring terapi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


59

Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun


berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi
pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis
dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta
kemungkinan terjadinya interaksi obat.

i. Diskusi kasus
Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam
sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat
meliputi :
1) Sharing informasi pasien atau ilmu baru yang didapat.
2) Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik
kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.
3) Ronde geriatri (geriatric meeting).
4) Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan
bulan sekali).
5) Diskusi kasus lainnya sesuai kebutuhan pasien.

e. Pelayanan konseling
Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut >65 tahun), pediatri
(anak-anak <12 tahun), pasien yang akan pulang, pasien yang mendapatkan lebih
dari 7 rejimen obat (polifarmasi), pasien yang mendapatkan obat dengan indeks
terapi sempit, dan pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari
penggunaan obatnya.
Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.
Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut
selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang
terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


60

evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh
pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.
Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir
informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien
meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian
obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu
bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu
jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.
Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan
cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling
oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih
sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini
juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam
penggunaan obat.

f. Pelayanan informasi obat (PIO)


PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh Apoteker selama 24
jam. PIO terdiri dari:
1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan yang berasal dari tenaga
kesehatan di lingkungan RSCM. Saat ini kegiatan PIO pasif baru terlaksana
bagi tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM.
2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui
buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.
Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang
dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik
seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang
diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai
kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu,
dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani
perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap
bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa
ditanyakan kembali di lain waktu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


61

PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum
dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan PIO aktif yang telah dilakukan antara lain:
1) Pembuatan leaflet penggunaan obat khusus, seperti tetes hidung, salep dan
tetes mata, suppositoria, dan sebagainya;
2) Pembuatan buku panduan NGT, stabilitas obat, dan high-alert;
3) Pembuatan buku saku untuk penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes
melitus, tuberkulosis, HIV, dan sebagainya; serta
4) Penyusunan monograf obat penting yang penggunaannya harus dipantau dan
saat ini kegiatan ini masih dilakukan.
Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin
dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat
bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang berisi
informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari HIV sedunia.

g. Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking)


Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru
dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya,
dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM.
Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu 48 jam saat
pertama pasien datang. Ketika melakukan pengambilan riwayat pengobatan,
Apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan dan menanyakan
tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:
nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep,
non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama
penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan
(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat,
dan jumlah obat tersisa. Selain itu, Apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan
efek samping obat yang pernah dialami pasien.
Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan mahasiswa PKPA di Gedung A
antara lain:

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


62

a. Melakukan monitoring dan pengambilan riwayat pengobatan pada formulir


yang tersedia, serta berdiskusi bersama Apoteker klinik mengenai data yang
didapatkan.
b. Mengikuti diskusi kasus mengikuti geriatric meeting dan mengikuti diskusi
kasus HIV di Unit Pelayanan Terpadu HIV.
c. Menyiapkan obat, menulis informasi obat pulang pada formulir yang telah
disediakan dan memberikan konseling obat untuk pasien yang akan pulang.
d. Melakukan pelayanan informasi obat dengan menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui telepon yang masuk ke unit PIO. Mahasiswa mendapatkan
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh petugas farmasi di depo dan dokter.
Dalam menjawab pertanyaan yang diterima, mahasiswa mencari informasi
dari literatur yang telah tersedia di ruangan, yaitu Drug Information
Handbook dan literatur lain, seperti MIMS serta literatur dari internet.

4.4 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)


Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani pasien
selama 24 jam setiap hari. Setelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk
shift pertama, dari pukul 14.30 – 21.00 untuk shift kedua, dan dari pukul 21.00 –
07.30 untuk shift ketiga. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun
pasien umum yang membayar secara tunai. Satelit ini melayani resep rawat inap
dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi untuk
pemakaian resep individu.
Pelayanan farmasi ICU dikelola oleh dua orang Apoteker yang mengelola
bidang manajemen perbekalan farmasi dan klinis, dibantu oleh lima orang AA.
Apoteker bidang manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab kepada
Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melalui Penanggungjawab Bidang
Perbekalan Farmasi. Apoteker bidang klinis bertanggung jawab kepada Kepala
Sub Instalasi Farklin Diklitbang melalui Penanggungjawab Bidang Farmasi
Klinis.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di ICU meliputi pengelolaan
perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, defekta obat, penerimaan,
penyimpanan dan pelaporan, pelayanan resep ICU dewasa atau resep cito dari

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


63

bagian endoskopi, parade pagi, visite pasien bersama, pengkajian resep,


monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi
obat.

4.4.1 Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU


Defekta perbekalan faramasi di Satelit Farmasi ICU dilakukan setiap hari
Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukan pada hari
Selasa dan Jumat. Jumlah perbekalan yang perlu dipesan diketahui melalui
pemeriksaan pada kartu stok. Petugas akan memesan defekta ke Gudang Pusat
secara online sehari sebelum hari defekta. Selanjutnya, petugas gudang memeriksa
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Petugas Satelit ICU
akan datang ke Gudang Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan farmasi.
Setelah melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang
diminta dengan yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit ICU akan
menandatangani fomulir defekta barang. Selanjutnya, petugas satelit akan
mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang di satelit dan
menyusun perbekalan farmasi di tempat yang telah disediakan. Beberapa jenis
perbekalan farmasi disimpan di lemari terpisah sebagai buffer stock.
Selain distribusi obat secara peresepan individu, distribusi perbekalan
farmasi dasar dilakukan dengan sistem floor stock ke ruang rawat. Perawat akan
menulis permintaan perbekalan farmasi dasar ke Satelit Farmasi ICU dan pihak
Satelit Farmasi akan meneruskan permintaan barang ke gudang melalui IT.
Setelah perbekalan farmasi dasar diterima oleh pihak Satelit Farmasi, perbekalan
tersebut akan diserahkan kepada perawat.
Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu
obat atau alat kesehatan. Penyusunan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan, jaminan atau non-jaminan, generik atau nama
dagang, dan stabilitas. Obat pasien jaminan dipisah penyimpanannya berdasarkan
jenis obat jaminan, Askes atau non-Askes. Obat non Askes dipisah juga
berdasarkan obat generik atau obat paten. Beberapa obat yang bersifat termolabil
disimpan terpisah di lemari pendingin dengan suhu 2 – 8˚C. Suhu lemari
pendingin dipantau tiga kali dalam sehari. Suhu penyimpanan dalam ruang satelit

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


64

dipantau melalui termometer ruangan sebanyak satu kali sehari. Penyimpanan alat
kesehatan dilakukan berdasarkan fungsi atau penggunaannya. Penyimpanan
perbekalan farmasi di Satelit ICU juga menerapkan sistem FEFO dan FIFO,
seperti di satelit farmasi lainnya. Stock opname dilakukan minimal enam bulan
sekali.
Obat dengan penyimpanan khusus di Satelit Farmasi ICU, meliputi
penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat
termolabil, dan kit emergensi. Tempat penyimpanan obat high alert ditandai
dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert pada tiap kemasan
terkecil obat. Narkotika dan psikotropika disimpan di satu lemari bersekat, dengan
bagian atas merupakan lemari narkotika dan bagian bawah merupakan lemari
psikotropika. Khusus untuk lemari narkotika memiliki pintu dengan kunci ganda
yang selalu terkunci. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA
secara berdampingan dan terdapat stiker LASA yang ditempelkan pada rak
penyimpanan obat. Obat yang mendekati kedaluwarsa diberi label warna kuning
dengan pencantuman bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut.
Pendistribusian obat di Satelit Farmasi ICU menggunakan sistem
peresepan individual. Dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep
biasanya diantar ke satelit oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan
melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi
verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti
kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-
obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat
dimasukkan melalui sistem IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh
petugas satelit. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada
kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi label untuk diserahkan kepada
perawat di ruang ICU.
Resep yang dilayani di Satelit ICU adalah resep manual harian dan resep
cito. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang telah menyerahkan
resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang di-dispensing untuk segera

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


65

dibawa ke ruang rawat. Perawat akan menuliskan obat yang diambilnya dari
petugas satelit di buku komunikasi yang tersedia sebagai bukti telah dilakukan
serah terima obat dari Satelit Farmasi ICU. Selanjutnya, petugas satelit akan
memindahkan data di buku komunikasi ke sistem IT.
Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih
layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Bagi pasien umum, obat yang
diretur akan diganti dengan uang tunai, sedangkan untuk pasien jaminan akan
dilakukan pengurangan terhadap jumlah tagihan kepada penjamin. Penagihan
terhadap pasien jaminan diurus oleh penata rekening. Penata rekening akan
melakukan penagihan ke UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) terhadap obat-
obat yang telah digunakan pasien.

4.4.2 Pelayanan farmasi klinik di Satelit Farmasi ICU


Apoteker klinis di Satelit ICU melakukan parade pagi setiap pukul 08.00 –
10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Parade ini bertujuan untuk
membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien, dan rencana
tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Apoteker akan
memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang sesuai indikasinya,
dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien juga disesuaikan
dengan hasil laboratorium pasien.
Setelah parade pagi, Apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter,
perawat, dan dietisian. Melalui kegiatan visite, tim tersebut dapat mengetahui
kondisi pasien yang sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi
perubahan terapi ataupun tindakan. Peran Apoteker pada saat itu adalah
memberikan rekomendasi dan berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi
atau tindakan yang akan diterapkan.
Selain itu, Apoteker klinis juga melakukan pengkajian resep. Apoteker
mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan oleh dokter. Jika
terdapat terapi yang kurang sesuai, Apoteker meminta konfirmasi kepada dokter
yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan. Monitoring obat
dilakukan oleh Apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


66

status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan terapi yang


diperoleh.
Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan
dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang
kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan
kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan informasi obat
pada pasien yang akan pulang.
Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal
yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa
masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU :
a. Resep-resep yang diterima di Satelit ICU terkadang tidak memenuhi
kelengkapan syarat penulisan resep. Contohnya, seringkali ditemukan tidak
ada nama dokter, jenis sediaan, atau kekuatan sediaan. Hal ini mungkin
disebabkan karena dokter lupa menulis, terburu-buru, atau karena dokter
menganggap bahwa petugas farmasi telah mengetahui obat yang dimaksud.
Ketidaklengkapan syarat penulisan resep ini dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya medication error. Ketidaklengkapan ini dapat diatasi dengan
penerapan sistem peresepan online karena dengan sistem tersebut, data
administratif pasien pada resep dapat dilengkapi secara otomatis.
Penambahan tenaga AA juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan
pelayanan kefarmasian dan meminimalisir terjadinya medication error di
Satelit ICU akibat beban kerja petugas yang tinggi. Idealnya, sekurang-
kurangnya terdapat dua AA untuk shift pagi, dua AA untuk shift siang, dan
dua AA untuk shift malam.
b. Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai
lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen
yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh
petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau
perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu,
penambahan fasilitas tangga diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan kerja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


67

c. Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien
sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil
keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat pasien. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan petugas dalam
melakukan pemanggilan tersebut.
d. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan
cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat yang
disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko
menimbulkan kesalahan dan menyulitkan pencarian obat saat proses
dispensing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat atau
pemberian sekat pada wadah tersebut untuk membatasi penyimpanan antara
satu produk obat dengan produk obat lain. Penyimpanan obat yang tersimpan
di dalam wadah boks juga masih diletakkan langsung di lantai tanpa
menggunakan palet. Sebaiknya dapat dipertimbangkan penambahan palet
untuk menjaga keamanan obat yang harus disusun di lantai agar tidak rusak.
Menurut informasi dari petugas farmasi di ICU, usulan untuk pengadaan palet
sebenarnya sudah diajukan, akan tetapi belum dapat terealisasi.

4.5 Satelit Farmasi Kirana


Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan
khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata. Satelit yang terletak di
gedung Kirana, Jl. Kimia No.8, Jakarta Pusat ini memiliki dua depo farmasi, yaitu
depo farmasi lantai 1 dan lantai 3. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan,
sementara depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan
operasi mata. Depo lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan
jadwal satu shift, yakni mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB, sedangkan depo farmasi
lantai 3 juga memiliki jadwal satu shift, yaitu mulai pukul 08.00 hingga semua
tindakan operasi selesai dilakukan.
SDM di Satelit Kirana berjumlah 6 orang, terdiri dari satu orang Apoteker
Penanggungjawab dan tiga orang AA yang bertugas melayani pasien jaminan dan
pasien umum (bayar tunai). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obat-

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


68

obat lain, berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi
penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana.
Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat
jalan dari bagian VIP (Citra), dan pasien pulang pasca-operasi, sedangkan depo
farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik. Bagian OK
di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem
paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Dokumentasi mutasi barang,
selain dengan sistem IT, seharusnya juga dilakukan menggunakan kartu stok.
Akan tetapi, pada depo lantai 3, tidak dilakukan penulisan mutasi barang di kartu
stok. Pendokumentasian hanya dilakukan melalui pencatatan pada kertas khusus
yang berisi nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang
menggunakan. Hal ini disebabkan arus permintaan yang cepat sehingga dengan
keterbatasan SDM dirasa cukup sulit untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
Kartu stok hanya digunakan untuk barang-barang mahal dan obat narkotik, yaitu
morfin, petidin, dan fentanil.
Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana
dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir. Data
perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan pengadaannya. Depo lantai
3 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan dikirimkan ke depo lantai
1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1
secara online pada hari Senin dan Rabu, sedangkan pengambilan perbekalan
farmasi dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki
pekarya, maka perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang
Pusat. Pada hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan verifikasi
terhadap kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima dengan defekta oleh
petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke
rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannya pada kartu stok. Untuk
kebutuhan perbekalan farmasi depo lantai 3, barang akan diantarkan dari depo
lantai 1 ke depo lantai 3 dengan memanfaatkan jasa petugas cleaning service
Satelit Kirana setiap hari Kamis.
Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,
perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi vendor

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


69

terbaik yang dipilih secara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke
Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian
Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan
melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani
barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja
Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang.
Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku
khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman
untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut
ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi
Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan
faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar
penagihan pembayaran bagi vendor.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem
FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi
di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat
kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat
kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan fungsi atau
penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi
penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat
termolabil, dan kit emergensi.
Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan
dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada
wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang
pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap
kemasan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari
terpisah yang diberi stiker ungu. Narkotika disimpan di lemari khusus yang
berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di
satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai
dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa
obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


70

Pengecekan suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan Satelit


Kirana dilakukan tiap pagi dan sore hari. Sebagai langkah pengontrolan terhadap
stok perbekalan farmasi yang ada, dilakukan kegiatan SO di Satelit Kirana
sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Barang-
barang yang diketahui telah mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan
dikembalikan ke Gudang Pusat untuk dimusnahkan.
Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan
dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock. Resep yang
diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi beberapa dokter di ruang OK
VIP telah menggunakan sistem online. Resep yang masuk per hari dapat mencapai
120 hingga160 lembar. Resep tersebut akan disimpan di Satelit Kirana selama tiga
tahun, begitu juga dengan resep narkotika.
Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut:
a. Pasien umum (resep tunai)
Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep
tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi
kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan
diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk
selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing
obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi
obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku
di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing
obat, dan penyerahan obat.
b. Pasien jaminan
Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan
terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep
asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas
satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat
dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika obat yang akan
ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas harus
menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan oleh
Askes dan menjadi tanggungan pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


71

Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Kirana, mahasiswa menemukan


adanya stok barang yang kosong dikarenakan stok obat di Gudang Pusat tidak
tersedia. Hal ini mengakibatkan banyak pasien yang harus menebus obat di apotek
di luar RSCM. Oleh karena itu, perencanaan serta pengaturan pengeluaran stok
obat harus diatur dengan baik agar dapat mengatasi terjadinya stok barang kosong
setiap hari.
Masalah lain yang ditemukan di satelit ini adalah tidak terdapat daftar
nama obat yang seharusnya ditempelkan pada bagian depan pintu lemari
penyimpanan atau lemari pendingin. Hal ini disebabkan adanya beberapa
tambahan obat yang baru tersedia dan disimpan di lemari pendingin sehingga
daftar obat yang baru belum sempat dibuat. Untuk menanggulangi hal tersebut,
dapat dibuat penambahan kolom kosong pada daftar obat-obat yang sudah ada
sebagai tempat untu menuliskan nama obat tambahan yang baru dimasukkan ke
lemari tersebut. Selanjutnya, daftar tersebut dapat di-update secara berkala dan di-
print kembali sesuai dengan data obat yang terbaru. Pada saat dilakukan
pengecekan kartu stok, masih ditemukan adanya ketidakcocokan antara jumlah
obat yang tertera di kartu stok dengan jumlah fisik obat di satelit. Hal ini
seringkali dikarenakan petugas satelit lupa untuk mencatat pengeluaran obat di
kartu stok saat melakukan pengambilan obat. Langkah yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya, antara lain dengan memberlakukan sistem sampling yang
dapat dilakukan oleh Apoteker atau AA yang bertugas di satelit untuk mengecek
kesesuaian kartu stok dengan jumlah fisik, minimal 1 atau 2 minggu sekali.
Permasalahan lain yang ditemui di Satelit Kirana adalah penulisan
keterangan penggunaan obat yang belum lengkap pada etiket, terutama keterangan
waktu penggunaan sebelum atau sesudah makan untuk obat oral. Hal ini karena
petugas yang menyiapkan obat tidak mengerti atau tidak hafal aturan minum tiap
obat. Dengan demikian, masih perlu dilakukan sosialisasi mengenai aturan
penggunaan untuk obat oral yang terdapat di satelit kepada petugas farmasi di
Satelit Kirana.
Pada saat bertugas di depo farmasi lantai 3, diketahui bahwa depo ini tidak
menggunakan kartu stok untuk mendokumentasikan mutasi perbekalan farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


72

karena arus permintaan dan kegiatan di ruang OK yang berjalan cepat. Untuk ke
depannya, dapat diadakan sebuah buku khusus sebagai media untuk pencatatan
mutasi tersebut, yang minimal berisi keterangan nama perbekalan farmasi, jumlah,
nama pasien yang memerlukan, dan inisial petugas satelit yang menyerahkan
perbekalan farmasi. Hal ini diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan hilang
atau terlewatnya dokumentasi mutasi tersebut.
Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di depo lantai 1 Satelit Kirana,
antara lain :
a. Mengamati prosedur administrasi resep yang masuk.
b. Mengamati dan melaksanakan alur pelayanan resep, dimulai dari penerimaan
resep, penyiapan obat, hingga penyerahan obat kepada pasien.
c. Melakukan inventarisir stok barang pada lemari penyimpanan, kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam data pada sistem IT untuk
mempermudah proses SO di Satelit Kirana.
Kegiatan yang dilakukan di depo lantai 3, antara lain mengamati dan melakukan
pelayanan perbekalan farmasi untuk keperluan ruang OK, menyusun stok barang
dari buffer stock ke rak-rak obat, melakukan retur paket operasi yang tidak
terpakai, hingga melakukan penyiapan paket yang akan digunakan untuk tindakan
operasi keesokan harinya.

4.6 Satelit Farmasi Pusat


Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam
pada hari Senin hingga Minggu yang masing-masing terbagi ke dalam tiga shift
kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift kedua
dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul
21.00 – 08.00 WIB. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1
Apoteker, 9 AA, dan 2 juru resep dengan pembagian dalam satu shift adalah 2 AA
dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore. Sementara untuk shift malam, terdapat
2 AA yang bertugas.
Satelit ini melayani resep pasien rawat inap yang tidak memiliki satelit
farmasi ataupun satelit farmasi yang tidak buka 24 jam dan juga resep pasien
rawat jalan dari beberapa poliklinik. Resep rawat inap yang dilayani berasal dari

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


73

rawat inap Bedah Anak (BCH), Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Perinatalogi
(PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL, PKW, PKA) dan
Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep pasien rawat
jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa (pasien HD yang
menggunakan cairan dianeal), semua poliklinik yang meresepkan obat kemoterapi
(poliklinik kebidanan, bedah tumor, hematologi-onkologi, bedah toraks, dan
bedah digestif), dan poliklinik talasemi. Pasien yang diterima di sini adalah pasien
umum dan jaminan, yang dapat berupa Jamkesmas, Jamkesda, KJS Dinkes DKI
Jakarta, Jampeltas, Jampersal, ASKES, dan jaminan perusahaan.
Pengelolaan perbekalan farmasi pada Satelit Farmasi Pusat dilakukan
mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
serta pencatatan yang dilakukan pada setiap tahap pengelolaan perbekalan
farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke Gudang Pusat
dilakukan berdasarkan konsumsi rata-rata obat yang digunakan selama 3-4 hari
ditambah dengan buffer stock sebanyak 10%. Pada proses pengadaan, dilakukan
defekta 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Setelah barang
siap, penerimaan oleh pihak satelit dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat oleh
AA. Jumlah stok yang diterima langsung dimasukkan ke dalam sistem IT di
Satelit Farmasi Pusat.
Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga
melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan
farmasi yang tidak terduga. Petugas akan datang langsung ke gudang mengambil
obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan dan menulisnya pada buku cito.
Permintaan obat atau alat kesehatan cito selama satu hari diakumulasi dan dibuat
menjadi kumpulan defekta cito. Kumpulan defekta cito selanjutnya diserahkan ke
Gudang Pusat. Buku cito dimiliki oleh Satelit Farmasi Pusat dan Gudang Pusat.
Setelah kumpulan defekta cito diserahkan ke Gudang Pusat, petugas gudang
memeriksa kesesuaian kumpulan defekta cito dari Satelit Farmasi Pusat dengan
buku cito yang dimiliki gudang.
Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun dengan sistem
First Expired First Out (FEFO) atau First In First Out (FIFO). Perbekalan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


74

farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan dan B3.
Penyimpanan obat disusun sesuai kriteria berikut :
a. Disusun secara alfabetis.
b. Berdasarkan bentuk sediaan: oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop, obat luar.
c. Obat generik atau merk dagang.
d. Obat dengan penyimpanan khusus :
1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2°-8° C.
2) Obat sitostatika, ditempeli stiker ungu untuk obat kanker.
3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan
ditempeli stiker High Alert hingga kemasan primer obat.
4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus dengan kunci ganda.
5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus.
e. Obat mahal.
f. Obat dengan penyimpanan terpisah : sediaan nutrisi dan obat ASKES.
Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan
jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan
alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Kegiatan SO
untuk semua perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan setiap enam
bulan sekali. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga
melalui pengecekan suhu penyimpanan satu kali sehari untuk ruangan dan tiga
kali sehari untuk lemari pendingin, pengecekan perbekalan farmasi yang
mendekati kedaluwarsa dalam jangka waktu 6 bulan dan penempelan stiker
kuning pada sediaan farmasi dengan masa kedaluwarsa kurang dari 3 bulan.
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi
Pusat untuk pasien rawat inap adalah dengan sistem peresepan individu.
Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing-
masing unit kerja. Khusus obat kemoterapi yang telah disiapkan akan
didistribusikan oleh petugas dari Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat
dilakukannya dispensing obat kemoterapi. Pasien hemodialisa yang menggunakan
cairan dianeal diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan, sedangkan pasien
yang tidak menggunakan cairan dianeal cukup diberikan obat untuk keperluan
satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian. Pasien rawat jalan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


75

diberikan jumlah obat sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep dan biasanya
untuk pemakaian obat selama satu minggu.
Resep yang diterima Satelit Farmasi Pusat rata-rata 250 lembar per hari.
Resep yang dilayani berupa resep manual dan resep elektronik (EHR). Unit kerja
yang memberikan resep berbentuk EHR adalah BCH, ULB dan PJT. Resep yang
datang, terutama untuk pasien jaminan, akan diverifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif, farmasetik, dan kelengkapan
lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien jaminan pemerintah, kuitansi
untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus untuk pasien kemoterapi,
dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3.
Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT.
Setelah dimasukkan dan diberi harga, resep diberikan kepada petugas satelit
lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara tunai, dapat
langsung membayar kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib
menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit.
Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis
dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,
Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang
racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan
dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan
terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Obat diberikan kepada
pasien disertai pemberian informasi tentang penggunaan obat..
Kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat salah satunya adalah
penyusunan obat di rak penyimpanan yang masih bertumpuk ke belakang
sehingga kotak obat seringkali saling menghalangi. Hal ini dapat menyulitkan
petugas dalam mencari obat. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan penyusunan
kotak obat secara bertingkat sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu
sama lain. Selain itu, kendala yang ditemukan adalah proses verifikasi resep untuk
aspek kesesuaian klinis yang pelaksanaannya masih terbatas karena hanya
terdapat 1 Apoteker di satelit ini yang tugasnya masih terfokus pada pelaksanaan
manajemen. Verifikasi resep dan pemberian informasi obat sebagian besar
dilakukan oleh AA. Dalam hal ini, Apoteker klinis akan diperlukan untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


76

pelaksanaan verifikasi resep dan pemberian informasi obat kepada pasien yang
lebih komprehensif.
Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan ke
Satelit Farmasi Pusat. Penggunaan resep manual ini memiliki kekurangan, yaitu
memungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan resep oleh petugas satelit dan
memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena itu, penggunaan resep
elektronik (EHR) diharapkan dapat segera diaplikasikan di seluruh unit kerja
sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.

4.7 Sub Instalasi Produksi


Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi di RSCM. Perlunya diadakan kegiatan produksi ini adalah
untuk memenuhi permintaan sediaan di RSCM yang memiliki kriteria, antara
lain:
a. sediaan dengan formula khusus,
b. sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking),
c. sediaan yang tidak ada di pasaran,
d. sediaan dengan harga yang lebih murah,
e. produk yang harus selalu dibuat segar, dan
f. sediaan untuk keperluan penelitian.
Sub Instalasi Produksi melayani produksi sediaan farmasi dan pelayanan
aseptic dispensing. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari
sediaan steril dan non-steril. Lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM,
antara lain terdapat di :
a. Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik
(IV admixture) (4 AA), pencampuran obat kemoterapi (3 AA + 1 pekarya),
dan repacking sediaan serbuk steril (2 AA).
b. Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN
(6 AA).
c. Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi (4AA).
d. Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat
kemoterapi (2 AA).

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


77

Sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di Sub Instalasi Produksi,


terdiri dari 2 Apoteker, 21 AA, dan 4 pekarya. Sub Instalasi Produksi beroperasi
dalam 2 shift dari jam 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu.
Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk
melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya.
Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan
tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :
a. Ruang karantina sebagai tempat alat yang baru masuk untuk disimpan
sebelum digunakan pada proses produksi.
b. Ruang pencucian sebagai tempat pembersihan alat dan kemasan yang
digunakan dalam proses produksi.
c. Ruang bahan baku sebagai tempat disimpannya bahan baku obat yang
digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan
berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan
obat luar.
d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat
dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.
e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril
dan repacking.
f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas
produk yang dihasilkan.
g. Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari:
1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan
dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan
dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan dari luar
ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip
seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar
keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang ini terhindar dari
efek paparan obat sitostatika.
2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat
dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik
atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


78

positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar disbanding luar


ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari
partikel yang terdapat di luar ruangan.
Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi
menghasilkan sekitar 60 jenis sediaan. Produk steril yang diproduksi, antara lain
sediaan salep kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara itu,
produk non-steril yang dapat diproduksi sekitar 55 jenis. Contoh sediaan non-
steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus,
sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, handrub, alkohol 70%, dan
povidone iodin. Sediaan yang rutin diproduksi setiap bulannya berjumlah 40 jenis.
PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung
CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati
dan diikuti mahasiswa, antara lain :
a. Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika
Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub
Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan resep dan obat kemoterapi dari pihak
satelit farmasi oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika. Resep kemoterapi
berbeda dengan resep obat lainnya, yakni berupa Formulir Pelayanan
Pencampuran Obat Sitostatika Instalasi Farmasi. Selain itu, untuk menghindari
terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga dilengkapi dengan protokol
kemoterapi yang ditulis oleh dokter. Petugas di Depo Sitostatika melakukan
skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk
menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan
beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis
dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak segera melakukan
kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Stostatika sebagai obat titipan pasien.
Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat
sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga
dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, Nomor Rekam Medik
(NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute
pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa.
Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


79

obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril
tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum dilakukan pencampuran, petugas
harus menggunakan APD terlebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku untuk
menjamin sterilitas produk yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas sendiri.
Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup
kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup
kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis adalah rangkap dua,
sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.
Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran
yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) dilengkapi dengan
Laminar Air Flow (LAF) vertikal. Sebelum proses pencampuran, perlu dilakukan
pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara
mengelap bagian dalam BSC dengan gerakan searah, serta mengelap kemasan
obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan
alcohol swab. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika
dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pencampuran obat sitostatika dilakukan di ruang steril dalam BSC
serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.
Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label
obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang
steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan
aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan diletakkan kembali ke
dalam kotak khusus dan dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box.

b. Mengamati proses aseptic dispensing


Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral
berupa KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang
dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan
secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form
permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang
akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptik dengan tekanan
udara positif. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


80

etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh
pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.

c. Mencari literatur pembuatan larutan bilas lambung sebelum endoskopi dan


menguji formulasi sediaan yang dirancang
Pencarian literatur ini dilakukan untuk merancang formulasi larutan bilas
lambung yang sesuai dengan kriteria dan dapat diproduksi di RSCM. Setelah
didapatkan formula yang sesuai, dibuat sediaan sesuai dengan formula tersebut.
Dilakukan juga evaluasi sediaan agar didapat sediaan yang baik dan dapat
dikonsumsi.

d. QC (quality control) pada proses pembuatan hand rub


Proses QC dilakukan untuk mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai
dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP).
Mahasiswa ikut melakukan QC pada proses pembuatan hand rub sesuai dengan
prosedur yang terdapat pada formulir QC. Proses pembuatan hand rub yang
teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

e. Repacking pembuatan sediaan povidone iodin


Proses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi
kemasan yang lebih kecil dan ekonomis.

f. Pembuatan sirup omeprazole


Sirup omeprazole merupakan sediaan yang waktu kestabilan sediaannya
pendek. Selain itu, sediaan sirup ini tidak tersedian di pasaran sehingga produksi
sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan penggunaannya di RSCM.
Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan
permintaan pada saat itu agar kestabilan obat tetap terjaga.

g. Pengisian kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul CaCO3. Sebelum
pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


81

menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan


alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama
obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa. Selain itu,
dilakukan juga uji mutu terhadap kapsul yang diperoleh, antara lain melalui uji
visual dan pengujian keseragaman bobot kapsul.

h. Mengemas serbuk KCl dan Kalium Fosfat.


Selain diisikan ke dalam kapsul, kedua serbuk tersebut juga dapat
langsung dikemas menggunakan kertas perkamen. Dalam proses pengemasan,
harus diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas.
Proses pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan petugas
sehingga dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah
pengemasan selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.

Secara keseluruhan, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi


Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan maksimal. Meskipun demikian, masih ditemui adanya beberapa
kendala, seperti kurangnya tenaga AA untuk melakukan proses produksi non-
steril sehingga beberapa proses pembuatan dibantu pelaksanaannya oleh pekarya
di bawah pengawasan AA yang ada. Selain itu, AA yang ada terkadang
diperbantukan juga ke lokasi aseptic dispensing lain yang sedang membutuhkan
sehingga AA yang bertugas di CMU 2 semakin berkurang. Proses pengawasan
mutu juga belum dapat dilakukan dengan maksimal pada semua proses produksi
karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk itu. Oleh karena itu, perlu
diadakan penambahan AA untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada proses pengemasan serbuk KCl juga terdapat kendala akibat
penggunaan kemasan yang masih konvensional, yaitu dengan kertas perkamen.
Sebaiknya, digunakan kertas puyer khusus yang dapat disegel menggunakan
mesin press seperti yang telah digunakan di beberapa satelit farmasi lain di RSCM
agar pengemasan lebih praktis dan efisien serta menjamin keamanan serbuk dari
kemungkinan tercecer saat proses pengemasan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan
manajemen yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan
pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima oleh
pasien tepat dan aman. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi persyaratan
pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi
internasional dari Joint Commission International. Akan tetapi, masih ditemui
adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor
keterbatasan jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang.
b. Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian.
Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa
perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, Apoteker
bertugas untuk memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi
yang diperlukan demi tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan
mengutamakan patient safety. Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai
seorang manajer yang bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia
(SDM), sarana dan prasarana, serta berkontribusi dalam upaya peningkatan
pendapatan rumah sakit.

82 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


83

5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa
saran yang dapat kami sampaikan:
a. Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
1) Menerjemahkan MSDS yang masih menggunakan bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia agar memudahkan staf atau pegawai dalam memahami
isi dari MSDS tersebut sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pegawai.
2) Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam lemari pendingin
dan ditempelkan di setiap pintu lemari pendingin tersebut.
3) Selalu memperbarui daftar nama obat yang terdapat di dalam kulkas agar
memudahkan pada saat pencarian obat-obat tersebut.
4) Menempelkan stiker high alert, sitostatik, dan LASA secara teliti.

b. Instalasi Gawat Darurat (IGD)


1) Perlu dialokasikan penambahan jumlah pekarya di satelit farmasi IGD
yang tugasnya berfokus pada pemeliharaan kebersihan rak penyimpanan
perbekalan farmasi di satelit.
2) Penyediaan printer etiket untuk mempercepat dan mempermudah proses
dispensing obat di satelit farmasi.
3) Penyediaan daftar keterangan cara penggunaan obat (sebelum atau
sesudah makan) sebagai panduan bagi Asisten Apoteker dalam
melengkapi keterangan pada etiket saat proses dispensing obat.

c. Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)


1) Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan
cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan) agar pasien tidak salah
dalam penggunaan obat.
2) Kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya
ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat
bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


84

berisi informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari
HIV sedunia.
3) Sebaiknya dibuat sistem alarm di komputer sebagai pengingat bagi
perbekalan farmasi yang hampir kosong sehingga apoteker atau Asisten
Apoteker dapat segera membuat defekta perbekalan farmasi tersebut. Hal
ini juga berarti dapat mengurangi waktu tunggu dari permintaan
perbekalan farmasi tersebut ketika dibutuhkan segera/cito.

d. Satelit Intensive Care Unit (ICU)


1) Pengadaan pengeras suara dibutuhkan untuk memudahkan petugas agar
mudah memanggil pasien.
2) Penambahan fasilitas tangga diperlukan untuk mengurangi resiko
kecelakaan kerja.
3) Peresepan online dan untuk memudahkan dispensing obat dan
meminimalisir terjadinya medication error.
4) Penambahan Asisten Apoteker juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan
kinerja kefarmasian dan dan meminimalisir terjadinya medication error
di ICU. Idealnya sekurang-kurangnya terdapat dua Asisten Apoteker
untuk shif pagi, dua Asisten Apoteker untuk shift siang, dan dua Asisten
Apoteker untuk shift malam
5) Masih ada beberapa obat yang tersimpan dalam satu wadah obat. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat

e. Satelit Kirana
1) Depo lantai 3 tidak menggunakan kartu stok dan hanya memakai kertas
catatan untuk mendokumentasi seluruh perbekalan farmasi yang keluar
karena arus permintaan dan kegiatan di OK yang berjalan cepat. Untuk
ke depannya, dapat dibuatkan buku khusus berisi nama perbekalan
farmasi, jumlah, nama pasien, inisial nama penulis yang menyerahkan
perbekalan farmasi supaya tidak tercecer dan data tidak hilang.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


85

2) Pengambilan perbekalan farmasi dari gudang juga dimasukkan ke buku


ini sebagai stok sehingga setiap kegiatan tetap dapat terdokumentasikan
dengan baik.
3) Perlu adanya sosialisasi aturan minum tiap obat yang terdapat di depo
farmasi lantai tersebut, khususnya obat oral karena ini terkait juga dengan
pengobatan dan kesembuhan pasien

f. Sub Instalasi Produksi


1) Perlu penambahan Asisten Apoteker pada Sub Instalasi Produksi karena
kurangnya tenaga Asisten Apoteker untuk melakukan proses produksi
non steril sehingga beberapa proses pembuatan ada yang dilakukan oleh
pekarya. Selain itu asisten apoteker yang ada terkadang diperbantukan ke
lokasi aseptic dispensing lain yang lebih membutuhkan sehingga asisten
apoteker yang bertugas di CMU 2 semakin berkurang. Proses
pengawasan mutu juga tidak bisa dilakukan dengan maksimal disemua
proses produksi karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk
itu.
2) Pada saat mengemas serbuk KCl sebaiknya digunakan kertas puyer
khusus yang dapat disegel menggunakan mesin press seperti yang telah
digunakan di beberapa satelit farmasi lain di RSCM agar pengemasan
lebih praktis dan efisien serta menjamin keamanan serbuk dari
kemungkinan tercecer saat proses pengemasan.

g. Satelit Farmasi Pusat


1) Penyusunan obat masih menumpuk ke belakang sehingga kotak obat
dapat saling menghalangi, hal ini dapat menyulitkan petugas dalam
mencari obat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan penyusunan dengan
menggunakan kotak obat disusun bertingkat sehingga kotak obat tidak
saling menghalangi satu sama lain.
2) Verifikasi klinis untuk di satelit pusat masih terbatas dilakukan karena
apoteker yang hanya terdiri dari satu orang masih terfokus dalam
pelaksanaan manajemen. Verifikasi resep dan pemberian informasi obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


86

sebagian besar dilakukan oleh asisten apoteker. Perlu penambahan


Apoteker klinis dalam hal verifikasi resep dan pemberian informasi obat
kepada pasien yang lebih komprehensif.
3) Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan.
Penggunaan resep manual memiliki kekurangan, yaitu kesalahan
membaca resep dan memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena
itu, penggunaan resep elektronik (EHR) diharapkan segera diaplikasikan
di seluruh unit kerja sehingga dapat mempercepat proses pelayanan
resep.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/


Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 Tahun
1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC.

87 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


LAMPIRAN

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


88

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Direktur Utama

Komite Medik,
Komite Etik,
PPIRS, Komite
Mutu

Direktur
Direktur Medik Direktur Direktur SDM dan Direktur Umum
Pengembangan
dan Keperawatan Keuangan Pendidikan dan Operasional
dan Pemasaran

Bagian
Departemen Instalasi promkes Bagian Anggaran Bagian Diklat
Administrasi

Bagian Bagian Aset dan


Instalasi Farmasi UPJM Bagian SDM
Perbendaharaan Inventaris

Bagian Teknik
Pemeliharaan
UPT Bagian Akuntansi Bagian Hukor
Sarana dan
Prasarana

Instalasi
Instalasi Medik
Pendidikan

ULP

Unit Utilitas

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


89

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

KEPALA
INSTALASI
FARMASI

Kepala Sub Instalasi


Administrasi dan
Keuangan

Kepala Sub Instalasi


Kepala Sub Instalasi Kepala Sub Farmasi Klinis dan
Perbekalan Farmasi Instalasi Produksi Pendidikan Pelatihan
Pengembangan

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


90

Lampiran 3. Struktur Organisasi Sub Instalasi Produksi

KEPALA INSTALASI
FARMASI

Kepala Sub Instalasi


Produksi

Penanggungjawab
Produksi Steril dan Penanggungjawab
Non Steril Aseptik Dispensing

Pelaksana Pelaksana
Produksi Produksi
Steril Non-Steril

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana


Repacking Penyiapan Pencampuran Nutrisi
Obat Steril Obat Kanker Obat Suntik Parenteral

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


91

Lampiran 4. Contoh Etiket

Etiket manual untuk obat dalam

Etiket manual untuk obat luar

Etiket manual untuk alat kesehatan

Etiket hasil cetakan menggunakan printer etiket

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


92

Lampiran 5. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose

Keterangan: Plastik berwarna merah untuk obat pagi, warna putih untuk obat siang, warna biru
untuk obat sore, warna hijau untuk obat malam

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


93

Lampiran 6. Contoh Blanko Kartu Stok

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


94

Lampiran 7. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


95

Lampiran 8. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


96

Lampiran 9. Formulir Medication History Taking Pasien

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

STABILITAS OBAT TERMOLABIL KELAS TERAPI 16 – 31


PADA TEMPERATUR RUANG DARI FORMULARIUM
RSCM 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

PUTRI WAHYU UTAMI, S.Farm.


1206313532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3


2.1. Stabilitas Obat ......................................................................................... 3
2.2. Penyimpanan Obat .................................................................................. 3

3 METODOLOGI PENGUMPULAN DATA ................................................. 6


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 6
3.2 Cara Kerja ............................................................................................... 6

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 9

5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 14


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
5.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR ACUAN............................................................................................... 16

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data Stabilitas Obat-obat Termolabil


Formularium RSCM Tahun 2013 7

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Kategori Stabilitas Obat Termolabil pada Temperatur Ruang 8

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Stabilitas Obat-obat Termolabil pada Temperatur Ruang


dari Kelas Terapi 16 – 31 Formularium RSCM 2013 19
Lampiran 2. Daftar Obat-obat Termolabil Berdasarkan Klasifikasinya 26
Lampiran 3. Rancangan Isi Buku Panduan Stabilitas Obat Termolabil pada
Temperatur Ruang Berdasarkan Data dari Kelas Terapi 16 – 31
Formularium RSCM Tahun 2013 29
Lampiran 4. Rancangan Indeks untuk Pembuatan Buku Panduan Stabilitas
Obat Termolabil 51

v Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stabilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
kualitas, efek obat, dan keamanan produk obat. Obat-obat yang tidak cukup stabil
selama penyimpanan dapat mengakibatkan perubahan fisik maupun kimia dari
produk obat dan mungkin dapat menyebabkan efek obat berkurang, hilang, atau
bersifat toksik (ACCSQ – PPWG Meeting, 2005).
Penyimpanan obat pada temperatur yang tidak sesuai dapat menyebabkan
stabilitas obat menjadi berkurang dan jika obat tersebut diberikan kepada pasien,
maka dapat menyebabkan medication error yang dapat merugikan pasien. Suatu
program yang mencatat mengenai kesalahan terkait penggunaan obat, yaitu
MEDMARK dari United States Pharmacopeia (USP) telah melaporkan bahwa
pada Desember 2008 telah terjadi lebih dari 148.000 kesalahan dalam pengobatan,
dengan 1493 kejadian tersebut disebabkan kesalahan dari staf medis yang tidak
menyadari bahwa obat tertentu memerlukan pendinginan (Kirschling, T.E., 2009).
Kesalahan penyimpanan obat-obat termolabil tidak hanya menyebabkan
kerugian secara klinis, tetapi juga kerugian ekonomi yang dapat dialami oleh
rumah sakit. Ratusan ribu obat yang dibuang setiap tahun karena kondisi
penyimpanan yang tidak tepat mengakibatkan kerugian jutaan dolar (Therapeutic
Research Center, 2008). Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tindakan
yang tepat ketika menemukan produk farmasi yang tidak disimpan menurut
ketentuan spesifikasi pabrik.
Beberapa obat yang disimpan pada temperatur yang tidak sesuai selama
waktu tertentu masih dapat digunakan, namun beberapa lainnya harus segera
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pihak distributor atau produsen obat
tersebut dan tidak diperbolehkan diberikan kepada pasien. Hal ini tergantung dari
jenis produk, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, waktu paparan, temperatur diluar
kisaran yang direkomendasikan, dan temperatur aktual paparan. Jika suatu produk
farmasi belum tersimpan menurut ketentuan yang direkomendasikan, maka
penting untuk menghubungi pihak produsen untuk memastikan bahwa produk

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


2

tersebut masih layak digunakan atau harus dibuang (Therapeutic Research Center,
2008).
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu informasi yang memuat data
stabilitas obat-obat termolabil pada temperatur ruang apabila terjadi hal-hal yang
tidak dapat dihindari, seperti kerusakan pada tempat penyimpanan (kulkas),
kesalahan dalam distribusi, dan tidak tersedianya daya listrik, khususnya obat-obat
yang termasuk dalam daftar Formularium Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) tahun 2013 sehingga keselamatan pasien (patient safety) tetap terjamin.

1.2 Tujuan
Pengumpulan data stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang ini
bertujuan:
a. Untuk membuat klasifikasi stabilitas obat termolabil kelas terapi 16 – 31 pada
temperatur ruang dari daftar formularium RSCM tahun 2013.
b. Sebagai acuan dalam pembuatan buku panduan stabilitas obat termolabil di
lingkungan RSCM untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan suhu
selama penyimpanan obat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stabilitas Obat


Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat untuk
bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan
dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian
produk tersebut. Sediaan obat yang stabil adalah sediaan yang masih berada dalam
batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu
memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan yang dimilikinya pada saat
dibuat (Rhodes, C.T. & Carstensen, J.T., 2000).
Selama distribusi dan penyimpanan, produk obat dapat mengalami
ketidakstabilan, seperti perubahan fisik obat. Hal tersebut umum menjadi keluhan
pasien dalam penggunaan obat. Oleh karena itu, perlu dilakukan program
pemantauan stabilitas dan pengkajian mutu terhadap penyimpangan/
ketidaksesuaian yang signifikan sehingga keluhan, produk kembalian, dan
penarikan obat dapat diminimalkan, khususnya selama proses penyimpanan.
Penyimpanan obat yang tidak tepat, khususnya obat termolabil,
berpengaruh terhadap hasil terapi pasien. Kesalahan ini dapat memberikan
pengaruh yang beragam, bergantung besarnya penyimpangan temperatur dan
waktu paparan. Beberapa akibat yang mungkin terjadi diantaranya efektivitas obat
yang berkurang atau hilang, baik sebagian maupun keseluruhan yang dapat
menggagalkan terapi pasien, serta timbulnya efek toksik obat yang tidak
diinginkan (Parraga, L.P., Lobón, A.G., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S.,
Sánchez, O.D., & Latorre, F.P., 2010).

2.2 Penyimpanan Obat


Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat
(Kementerian Kesehatan RI, 2008). Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


4

perbekalan farmasi menurut syarat-syarat yang ditetapkan dan dibedakan menurut


(Departemen Kesehatan RI, 2006):
a. Bentuk sediaan dan jenisnya;
b. Temperatur penyimpanan dan stabilitasnya;
c. Sifat bahan mudah tidaknya terbakar; dan
d. Ketahanan terhadap cahaya.
Produk obat harus disimpan dengan tepat sehingga dapat terhindar dari
cemaran dan pengaruh udara, kelembaban, panas, dan cahaya yang dapat
mengganggu mutu obat tersebut (Departemen Kesehatan RI, 1979). Sistem
penyimpanan yang sesuai menjadi salah satu faktor penentu stabilitas obat, baik
ketika didistribusikan maupun dalam masa penggunaannya.
Beberapa tujuan dilakukannya kegiatan penyimpanan obat, antara lain
untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan obat yang tidak
bertanggung jawab, menjaga ketersediaan obat, serta memudahkan dalam
pencarian dan pengawasan obat. Ketentuan penyimpanan yang berlaku perlu
diketahui untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut
(Departemen Kesehatan RI, 1979):
a. Obat yang mudah menguap atau terurai harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat.
b. Obat yang mudah lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi
kapur tohor.
c. Obat yang dapat menyerap karbondioksida harus disimpan dalam wadah
dengan pertolongan kapur tohor atau zat lain yang cocok.
d. Obat yang disimpan terlindung dari cahaya berarti harus disimpan dalam
wadah inaktinik, sedangkan obat yang disimpan sangat terlindung dari cahaya
berarti harus disimpan terlindung dari cahaya dan wadahnya masih harus
dibungkus dengan kertas hitam atau kertas lain yang tidak tembus cahaya.
e. Obat yang bersifat termolabil atau mudah rusak apabila terpapar panas,
disimpan sesuai dengan temperatur yang tertera pada kemasan sediaan.
Kriteria suhu penyimpanan obat berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
IV adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1995):
a. Disimpan di tempat beku, yaitu pada suhu -200 hingga -100C.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


5

b. Disimpan di tempat dingin, yaitu pada suhu 20 hingga 80C.


c. Disimpan pada temperatur ruang, yaitu pada suhu 150 hingga 300C.
d. Disimpan di tempat sejuk, yaitu pada suhu 80 hingga 150C.
e. Disimpan di tempat hangat, yaitu pada suhu 300 hingga 400C.
Selain berdasarkan temperatur ruang, sistem penyimpanan sebaiknya juga
dilakukan berdasarkan sistem alfabetis dan kelas terapi obat dengan menerapkan
prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), yaitu suatu
sistem yang mengatur pengeluaran obat-obat yang masuk terlebih dahulu dengan
waktu kadaluarsa yang terdekat akan dikeluarkan terlebih dahulu (Departemen
Kesehatan RI, 2008). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan jumlah obat yang
mendekati tanggal kadaluarsa.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penyusunan tugas khusus ini menggunakan metode studi literatur dengan
mencari informasi terkait stabilitas masing-masing obat dari beberapa buku teks,
jurnal ilmiah, dan brosur serta monograf produk yang disediakan oleh produsen.
Penelusuran informasi dilakukan selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak bulan
Mei hingga Juni 2013.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Penyusunan daftar obat
Sediaan yang dipilih adalah obat dengan kandungan zat aktif yang bersifat
termolabil dan harus disimpan pada temperatur dingin 2 – 80C. Daftar obat
disesuaikan dengan daftar obat pada kelas terapi 16 – 31 dari Formularium RSCM
tahun 2013 agar memudahkan pencarian data.

3.2.2 Pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan mencari informasi terkait temperatur
penyimpanan obat-obat dari daftar Formularium RSCM tahun 2013. Selanjutnya,
dari daftar tersebut, obat-obat yang bersifat termolabil dipilih dan dicari
stabilitasnya pada temperatur ruang, baik dari jurnal ilmiah, brosur maupun
monograf setiap produk. Temperatur ruang yang digunakan adalah 20 – 250C
berdasarkan U.S. Pharmacopeia’s. Data yang terkumpul kemudian digabungkan
dan disusun ke dalam format tabel program Microsoft Excel, mencakup nama
generik, nama dagang, bentuk sediaan, kekuatan, stabilitas obat termolabil pada
temperatur ruang, sumber referensi yang digunakan, kategori, dan produsen.
Alur pengumpulan data dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

6 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


7

Daftar obat yang terdapat dalam Formularium RSCM tahun 2013

Mencari data temperatur penyimpanan obat-obat tersebut

Mengelompokkan obat-obat termolabil yang harus disimpan pada


temperatur dingin 2 – 80C

Mencari data stabilitas pada temperatur ruang melalui brosur, jurnal,


atau monograf produk
Data ditemukan?
Ya Tidak
Mengelompokkan produk obat yang datanya belum ditemukan
berdasarkan produsen

Menghubungi pihak produsen melalui telepon atau email


Data ditemukan?
Ya
Memasukkan data yang didapatkan ke database stabilitas obat
termolabil

Menggolongkan obat-obat tersebut berdasarkan kategori stabilitas


obat termolabil pada temperatur ruang

Penyusunan data ke dalam rancangan isi buku panduan stabilitas


obat termolabil pada temperatur ruang sesuai daftar Formularium
RSCM Tahun 2013

Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data Stabilitas Obat-obat Termolabil Formularium


RSCM Tahun 2013

3.2.3 Penentuan Kategori Obat


Data stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang yang telah terkumpul
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan lamanya stabilitas obat pada temperatur
ruang. Hal ini juga berguna untuk menentukan tindakan antisipasi yang perlu
dilakukan apabila terjadi kejadian tidak terduga seperti gangguan listrik atau
kerusakan kulkas yang menyebabkan penyimpanan obat terganggu.
Pengklasifikasian obat dilakukan berdasarkan kategori berikut (Parraga, L.P.,

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


8

Lobón, A.G., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre, F.P.,
2010):

Tabel 3.1 Kategori Stabilitas Obat Termolabil pada Temperatur Ruang

Kategori Stabilitas Obat Termolabil pada Temperatur Ruang

A ≥ 28 hari
B ≥ 7 – 28 hari
C ≥ 48 jam – 7 hari
D < 48 jam (2 hari)
E Tidak stabil di luar kulkas (temperatur > 80C)
F Kestabilan bergantung pada nomor batch masing-masing obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

Formularium RSCM tahun 2013 terdiri dari 31 kelas terapi dengan total
1716 produk obat. Penelusuran data pada laporan ini hanya dilakukan pada kelas
terapi 16 – 31. Sebelum mengelompokkan obat-obat yang tergolong termolabil,
maka harus dilakukan penelusuran data temperatur penyimpanan dari obat-obat
yang terdapat dalam kelas terapi tersebut. Berdasarkan seleksi obat yang
dilakukan, diperoleh daftar obat termolabil yang memerlukan penyimpanan pada
temperatur kulkas (2 – 80C) pada kelas terapi 16 – 31 dari Formularium RSCM
tahun 2013 berjumlah 60 produk obat yang berasal dari 5 kelas terapi dan terdiri
dari 43 kandungan zat aktif. Jika dihitung terhadap total keseluruhan produk obat
dalam Formularium RSCM tahun 2013, maka jumlah obat termolabil pada kelas
terapi 16 – 31 adalah 3,497%.
Dari hasil penelusuran informasi terkait stabilitas masing-masing obat
pada temperatur ruang, selanjutnya obat-obat termolabil tersebut dikelompokkan
berdasarkan kategori obat yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Hasil
yang diperoleh, yaitu produk obat dengan kategori A sebanyak 19 obat (1,107%),
kategori B sebanyak 8 produk obat (0,466%), kategori C sebanyak 8 produk obat
(0,466%), kategori D sebanyak 4 produk obat (0,233%), kategori E sebanyak 1
produk obat (0,058%), dan tidak ada obat yang tergolong dalam kategori F.
Sebanyak 20 produk obat (1,166%) masih belum dapat diklasifikasikan karena
tidak tersedia data di brosur, monograf obat, maupun jurnal. Untuk mendapatkan
data 20 obat tersebut, perlu dikonsultasikan lebih lanjut kepada pihak produsen
obat. Data hasil pengelompokkan obat termolabil beserta kategori stabilitas obat
termolabil pada temperatur ruang dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1 dan
Lampiran 2.
Berdasarkan daftar obat dalam Formularium RSCM tahun 2013, terdapat 5
kelas terapi yang mengandung obat-obat termolabil antara lain kelas terapi 16,
yaitu golongan Hormon, Endokrin lain dan Kontrasepsi; kelas terapi 24, yaitu
golongan Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase, kelas terapi 27,
yaitu Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun; kelas terapi 29, yaitu golongan

9 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


10

Vitamin dan Mineral; serta kelas terapi 31, yaitu Obat lain-lain. Obat golongan
hormon yang berupa preparat insulin dan obat yang mempengaruhi sistem imun
berupa vaksin merupakan golongan obat yang paling banyak bersifat termolabil.
Obat-obat ini juga memiliki angka penggunaan yang cukup tinggi sehingga
penting untuk mengetahui cara penyimpanan yang benar dan langkah antisipasi
apabila terjadi penyimpangan temperatur penyimpanannya untuk memastikan
bahwa mutunya tetap terjaga dengan baik.
Beberapa jurnal memasukkan sediaan vaksin sebagai kelompok obat yang
tidak stabil diluar temperatur 2 – 80C sehingga harus segera dimusnahkan apabila
tidak segera digunakan setelah terpapar temperatur ruang. Hal ini dikarenakan
adanya beberapa laporan terkait efek yang tidak diharapkan yang timbul setelah
pemberian sediaan vaksin yang tidak disimpan dalam kulkas. Sebagai contoh, dua
hari setelah menerima vaksin pneumococcal polysaccharide, seorang pasien
mengalami pusing, kejang otot, gemetar disemua bagian tubuh yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh yang signifikan dan berlangsung beberapa lama (Cohen,
V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M., 2007).
Berdasarkan data stabilitas obat yang ditemukan dari berbagai literatur,
sediaan vaksin yang telah terpapar temperatur ruang sebagian besar masih
memiliki toleransi waktu paparan maksimal yang cukup lama hingga produk
tersebut menjadi rusak. Oleh karena itu, sebaiknya dikonsultasikan kembali
kepada pihak produsen dengan memberikan informasi yang lebih terperinci, jika
memungkinkan, untuk meyakinkan bahwa produk tersebut memang masih layak
untuk digunakan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk sediaan vaksin, melainkan
juga berlaku untuk semua obat termolabil.
Klasifikasi obat termolabil berdasarkan kestabilannya pada temperatur
ruang bertujuan untuk menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk
menentukan kelayakan obat tersebut jika akan digunakan kembali pada terapi
pasien. Apabila terjadi kejadian tidak terduga seperti kerusakan kulkas, tidak
tersedianya daya listrik, atau kesalahan dalam pendistribusian obat. Setiap
kategori obat memiliki tindakan antisipasi yang berbeda jika terjadi
penyimpangan temperatur kulkas sebagai berikut (Parraga, L.P., Lobón, A.G.,
Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre, F.P., 2010):

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


11

a. Produk obat yang termasuk dalam kategori A, B, dan C dikontrol dengan


menempelkan label yang berisi catatan waktu paparan dan besarnya
penyimpangan dari temperatur yang seharusnya. Apabila waktu paparan
belum melebihi batasan yang diperbolehkan, maka obat dapat kembali
digunakan. Namun apabila waktu paparan melebihi batasan maksimal
penyimpanan obat pada temperatur ruang, obat harus dimusnahkan atau
dikembalikan kepada pihak distributor atau produsen obat tersebut.
b. Produk obat yang termasuk dalam kategori D dapat digunakan kembali jika
penyimpangan temperatur tidak melebihi waktu penyimpanan maksimal obat
pada temperatur ruang. Jika melebihi batasan tersebut, obat harus
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pihak distributor atau produsen obat
tersebut.
c. Produk obat yang termasuk dalam kategori E merupakan obat yang tidak
stabil apabila disimpan diluar temperatur 2 – 80C sehingga obat kategori ini
tidak boleh didistribusikan untuk digunakan. Obat harus dimusnahkan atau
dikembalikan kepada pihak distributor atau produsen obat dalam waktu
singkat.
d. Jika terjadi penyimpangan temperatur kulkas, obat-obat yang termasuk dalam
kategori F harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada bagian laboratorium
produsen obat tersebut untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat
mengenai data stabilitasnya.
Lemari pendingin yang berfungsi dengan baik dapat mempertahankan
temperatur dingin kulkas dalam batasan 2 – 80C agar kestabilan obat-obat yang
bersifat termolabil tetap terjaga. Namun seringkali ditemui kejadian-kejadian tidak
terduga seperti kerusakan kulkas atau gangguan daya listrik yang dapat
mengganggu proses penyimpanan. Jika terjadi hal-hal tersebut, maka kita dapat
melakukan beberapa hal untuk menjaga agar produk farmasi yang tersimpan di
dalamnya tetep baik, yaitu:
a. Jika terjadi gangguan daya listrik atau kerusakan kulkas, maka segera
pindahkan produk farmasi yang tersimpan di dalamnya ke tempat lain yang
mampu mempertahankan temperatur 2 – 80C jika tersedia. Catat waktu
kejadian sebagai dokumentasi waktu paparan terjadinya penyimpangan

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


12

temperatur. Khusus bagi produk farmasi yang disimpan di dalam freezer,


harus dipindahkan menggunakan dry ice.
b. Lamanya produk farmasi tersebut berada di temperatur ruang sebaiknya
diperhitungkan untuk menentukan apakah produk tersebut masih layak untuk
digunakan atau harus segera dimusnahkan agar tidak menyebabkan
medication error dalam pengobatan pasien.
Berdasarkan pengamatan, penyimpanan obat termolabil digudang maupun
satelit RSCM telah memenuhi standar. Obat-obat termolabil telah disimpan dalam
kulkas dengan temperatur yang sesuai. Selain itu juga dilakukan pemantauan
temperatur kulkas secara berkala setiap harinya, yaitu pada pukul 06.00, 14.00,
dan 20.00 WIB. Hal ini penting agar dapat menjaga stabilitas obat-obat termolabil
sehingga dapat meminimalisasi terjadinya penyimpangan.
Penyimpanan obat termolabil didepo, seperti depo farmasi rawat inap
terpadu gedung A masih ditemukan beberapa obat yang tersimpan pada
temperatur ruang yang mungkin disebabkan obat-obat yang tersedia di depo
tersebut akan segera didistribusikan ke pasien sehingga penyimpanannya di
temperatur ruang hanya bersifat sementara. Namun perlu dipertimbangkan obat-
obat yang tidak boleh disimpan kembali dalam temperatur kulkas jika telah
terpapar temperatur ruang, seperti Esmeron. Apabila obat tersebut tidak jadi
digunakan untuk pengobatan pasien dan diretur kembali ke gudang, maka tidak
boleh dilakukan pendinginan kembali (re-refrigerate) dan harus segera digunakan
sebelum batas waktu maksimal stabilitas obat tersebut pada temperatur ruang.
Selain penyimpanan pada temperatur dingin yang sesuai, yaitu temperatur
0
2 – 8 C perlu diperhatikan pula obat-obat yang tidak boleh dibekukan. Beberapa
obat-obat termolabil memiliki persyaratan untuk disimpan pada temperatur
kulkas, namun tidak boleh dibekukan karena obat-obat tersebut dapat
terdegradasi, kehilangan potensi hingga rusak secara fisik. Oleh karena itu, untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pendistribusian obat, petugas Satelit
Farmasi RSCM menempelkan label berwarna kuning khusus untuk obat-obat
yang harus disimpan dalam temperatur dingin yang bertuliskan “SIMPAN
DALAM LEMARI ES (SUHU 2 – 80C)”.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


13

Salah satu masalah yang ditemukan selama penyusunan data stabilitas ini
adalah adanya perbedaan data stabilitas obat dengan kandungan zat aktif yang
sama, tetapi memiliki nama dagang yang berbeda. Hal ini memerlukan
penelusuran informasi secara lebih spesifik disesuaikan dengan nama dagang dan
produsen obat. Penelusuran informasi menemui hambatan ketika tidak semua
produsen obat mencantumkan temperatur obat termolabil pada temperatur ruang.
Pencarian data secara langsung melalui produsen obat sangat sulit karena data
tersebut bersifat rahasia bagi perusahaan. Informasi yang diperoleh hanya terbatas
pada informasi secara lisan tanpa memberikan data secara tertulis sehingga
informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan hasil penelusuran informasi, hanya diperoleh 66,6% data
stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang dari keseluruhan obat yang
termasuk dalam daftar obat termolabil pada kelas terapi 16 – 31 dari Formularium
RSCM tahun 2013. Kendala lain yang ditemui adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang diberikan produsen obat mengenai stabilitas obat termolabil
pada temperatur ruang tidak tersedia pada kemasan atau informasi produk.
b. Informasi mengenai stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang yang
diberikan produsen obat sebagian besar merupakan informasi stabilitas obat
pada temperatur ruang setelah direkonstitusi atau setelah sekali penggunaan.
c. Respon yang diberikan oleh pihak produsen terkait permintaan data stabilitas
produk obat yang diproduksinya sangat lama sehingga sampai saat tugas
khusus ini ditulis masih terdapat beberapa data yang belum sempat di follow
up ke pihak produsen.
Keterbatasan dalam penyusunan tugas khusus ini adalah sebagian besar
data yang diperoleh tidak menjelaskan secara spesifik, apakah boleh dilakukan
pendinginan kembali setelah obat terpapar temperatur ruang karena hal ini juga
turut mempengaruhi mutu produk obat tersebut.
Setelah data stabilitas obat termolabil ini tersusun, maka dibuatlah
rancangan isi buku panduan stabilitas untuk obat termolabil dari kelas terapi 16 –
31 Formularium RSCM tahun 2013 yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
petugas farmasi dalam mengatasi masalah terkait penyimpangan temperatur
penyimpanan obat di unit kerjanya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan data produk obat termolabil dari kelas terapi 16 – 31 dari
Formularium RSCM tahun 2013, terdapat 60 produk atau 3,497% terhadap
total keseluruhan produk obat dalam Formularium RSCM tahun 2013 yang
memerlukan penyimpanan pada temperatur kulkas (2 – 80C) dengan
pengelompokkan data stabilitas berdasarkan kategori stabilitas produk
tersebut pada temperatur ruang sebagai berikut:
1) Kategori A : 19 produk (1,107%)
2) Kategori B : 8 produk (0,466%)
3) Kategori C : 8 produk (0,466%)
4) Kategori D : 4 produk (0,233%)
5) Kategori E : 1 produk (0,058%)
6) Kategori F :-
Data produk yang belum diketahui klasifikasinya berjumlah 20 produk
(1,166%).
b. Data stabilitas ini sangat bermanfaat sebagai acuan dalam menangani
terjadinya penyimpangan temperatur kulkas sebagai tempat penyimpanan
obat-obat termolabil. Data ini selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan
rancangan isi buku panduan stabilitas untuk obat termolabil dari kelas terapi
16 – 31 Formularium RSCM tahun 2013 yang dapat dilihat pada Lampiran 3
dan Lampiran 4.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan agar proses penyusunan buku
panduan stabilitas obat-obat termolabil pada temperatur ruang ini dapat terus
dikembangkan dan terselesaikan dengan baik, antara lain:
a. Penyusunan data stabilitas ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk
obat termolabil yang mengalami penyimpangan temperatur selama
penyimpanannya dapat tetap terjaga mutu dan khasiatnya. Untuk itu,

14 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


15

informasi yang telah tersedia ini sebaiknya dikonsultasikan kembali


kebenarannya kepada pihak produsen.
b. Data stabilitas obat-obat termolabil yang telah tersusun ini diharapkan dapat
dicetak menjadi sebuah buku panduan dan didistribusikan ke semua unit
penyelenggara pelayanan farmasi di RSCM sehingga dapat digunakan
sebagai acuan bagi petugas farmasi dalam mengatasi masalah terkait
penyimpangan temperatur penyimpanan obat di unit tersebut.
c. Informasi ini diharapkan dapat terus diperbaharui sesuai dengan daftar obat
dari Formularium RSCM yang sedang digunakan sehingga data yang tersedia
selalu mutakhir sesuai dengan kebutuhan RSCM.
d. Perlu diadakan kerjasama antara RSCM dengan produsen obat untuk
mendapatkan data stabilitas obat-obat termolabil sesuai kebutuhan pihak
RSCM.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


DAFTAR ACUAN

A., Kerdpanich, et al. (2011). Immunogenicity of a human rotavirus vaccine


(RIX4414) after storage at 370C for seven days. Human Vaccines, 7(1), 74-
80.
ACCSQ – PPWG Meeting. (Feb, 2005). ASEAN Guideline on Stability Study of
Drug Product. 9th ACCSQ – PPWG Meeting, Filipina.
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum
stability of thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia
Hospitalaria, 30(1), 33-43.
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M.
(2007). Room-temperature storage of medications labeled for refrigeration.
The American Journal of Health-System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope indonesia (Edisi III). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope indonesia (Edisi IV). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar pelayanan farmasi di rumah sakit.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta.
Eli Lilly Canada Inc. (Feb, 2011). Product monograph humulin (insulin human
biosynthetic solution for injection), Juni 9, 2013,
http://www.lilly.ca/en?t=/documentManager/sfdoc.file.supply&i=1306943
185696&fileID=1299286060385.
Eli Lilly Canada Inc. (Jun, 2012). Product monograph humalog (insulin lispro
injection) – humalog mix25 (25% insulin lispro injection, 75% lispro
protamine suspension) - humalog mix50 (50% insulin lispro injection,
50% lispro protamine suspension), Juni 9, 2013.
http://www.lilly.ca/en?t=/documentManager/sfdoc.file.supply&e=UTF-
8&i=1306943185696&l=0&s=Eb8nQ3vkeKrnyUkO&fileID=1339510611
989.
EMD Serono, A Division of EMD Inc., Canada. (Mar, 2011). Product
monograph gonal-f follitropin alpha for injection, Juni 8, 2013.
pr

16 Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


17

http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Gonal-
f_pen_032011_HCP_EN_tcm463_101002.pdf?Version=.
EMD Serono, A Division of EMD Inc., Canada. (Sep, 2012). Product monograph
ovidrel (choriogonadotropin alpha), Juni 20, 2012.
http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Ovidrel_092012_
HCP_EN_tcm463_101110.pdf?Version=.
EMD Serono, A Division of EMD Inc., Canada. (Okt, 2012). Product monograph
cetrotide cetrorelix for injection, Juni 9, 2013.
http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Cetrotide_10201
2_HCP_EN_tcm463_103419.pdf?Version=
GlaxoSmithKline Inc. (Mei, 2013). Product monograph cervarix human
papillomavirus vaccine types 16 and 18 (recombinant, AS04 adjuvanted),
Juni 9, 2013. http://www.gsk.ca/english/docs-pdf/product-
monographs/Cervarix.pdf
Merck Canada Inc. (Jul, 2011). Product monograph gardasil [quadrivalent
human papillomavirus (types 6, 11, 16, 18) recombinant vaccine], Juni 9,
2013. http://www.merck.ca/assets/en/pdf/products/GARDASIL-
PM_E.pdf.
Merck Canada Inc. (Mar, 2011). Product monograph M-M-R II (measles, mumps
and rubella virus vaccine, live, attenuated, Merck Std.), Juni 19, 2013.
http://www.merck.ca/assets/en/pdf/products/MMR_II-PM_E.pdf.
Merck Sharp & Dohme (New Zealand) Ltd. (Jul, 2011). Product information
esmeron® (Rocuronium bromide), Juni 9, 2013.
http://secure.healthlinks.net.au/content/msd/pi.cfm?product=mkpesmer.
MIMS Indonesia. (n.d). Mencevax ACWY, Juni 20, 2013.
http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Mencevax%20ACWY/?type=f
ull#Storage
Novo Nordisk. (Jul, 2008). Actrapid® NovoLet®, Juni 9, 2013.
http://www.novonordisk.co.in/Images/vijp/Pdf/Insulin/Pack_iNSERTS/Ac
trapid_NovoLet.pdf.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


18

Novo Nordisk. (Mei, 1999). Mixtard® 20 novolet®, Juni 20, 2013.


http://www.novonordisk.com/images/diabetes/pdf/novolet_user_manual.p
df.
Novo Nordisk Inc. (2012). Patient information levemir, Juni 9, 2013.
http://www.rxlist.com/levemir-drug/medication-guide.htm.
Parraga, L.P., Lobón, A.G., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D.,
& Latorre, F.P. (2010). Thermolabile drugs. Operating procedure in the
event of cold chain failure. Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Pfizer Canada Inc. (Jan, 2012). Product monograph prevnar* 13 pneumococcal
13-valent conjugate vaccine (diphtheria CRM197 protein), Juni 20, 2013.
http://www.pfizer.ca/en/our_products/products/monograph/232.
Rhodes, C.T. & Carstensen, J.T. (2000). Drug stability: principles and practices
(3rd Ed.). New York: Marcel Dekker Inc.
Sanofi Pasteur. (Agu, 2011). Product monograph pediacel® diphtheria and
tetanus toxoids and acellular pertussis vaccine adsorbed combined with
inactivated poliomyelitis vaccine and haemophilus b conjugate vaccine
(tetanus protein – conjugate), Juni 21, 2013.
https://www.vaccineshoppecanada.com/document.cfm?file=Pediacel_E.pdf.
Therapeutic Research Center. (Nov, 2008). Stability of refrigerated and frozen
drugs. Pharmacist’s Letter/Presriber’s Letter, 24(241001), 1-17.
Wisconsin Department of Health Services. (2007). Guide for Storage of Insulin.
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for lisensed
vaccines. USA: PATH Vaccine Technologies Group.

Universitas Indonesia

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


LAMPIRAN

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


Lampiran 1. Data Stabilitas Obat-obat Termolabil pada Temperatur Ruang dari Kelas Terapi 16 – 31 Formularium RSCM 2013

Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Klasifikasi Produsen
generik dagang sediaan
penyimpanan
(20-250C)
KELAS TERAPI 16 HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI
ANTIDIABETIK
ANTIDIABETIK PARENTERAL
Insulin
Novorapid 100 IU/ml 2-8° C, jangan
1 Analog inj 24 jam Parraga, et al., 2010 D Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan
Aspart
Insulin
Analog
Novomix 100 IU/ml 2-8° C, jangan
2 Campur inj 24 jam Parraga, et al., 2010 D Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan
(Aspart +
NPH)
Insulin
Analog
Humalog Mix 100 IU/ml 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
3 Campur inj 28 hari A Eli Lilly
25 3 cc dibekukan Monograf Produk
(Lispro +
NPH)

Insulin
Levemir 100 IU/ml 2-8° C, jangan Parraga, et al., 2010;
4 Analog inj 42 hari (< 300C) A Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan Informasi Produk
Detemir

inj 100
Insulin
IU/ml 10 ml; vial; 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
5 Analog Lantus 28 hari A Sanofi-Aventis
solostor 100 solostor dibekukan Parraga, et al., 2010.
Glargine
IU/ml 3 ml

19
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Klasifikasi Produsen
generik dagang Sediaan penyimpanan
(20-250C)
Insulin vial 100
6 Analog Apidra IU/ml 10 inj 2-8° C 28 hari Parraga, et al., 2010. A Sanofi-Aventis
Glulisin ml
Insulin
100 IU/ml 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
7 Analog Humalog inj 28 hari A Eli Lilly
3 cc dibekukan Monograf Produk
Lispro
Insulin Mixtard 30 inj 100
Campur HM/ Mixtard IU/ml 10 Hubungi pihak produsen Novo Nordisk
vial; 2-8° C, jangan
8 (Insulin HM Penfill ml; penfill
penfill dibekukan
Regular + Mixtard 100 IU/ml Campos, et al., 2006;
NPH) 3 ml 28 hari A Novo Nordisk
Novolet Monograf Produk
Insulatard
HM/ Novo Nordisk
Hubungi pihak produsen
Insulatard inj 100
Insulin Kerja HM Penfill IU/ml 10
vial; 2-8° C, jangan
Menengah ml; penfill Wisconsin Department
9 penfill dibekukan 28 hari A Eli Lilly
(NPH) Humulin N 100 IU/ml of Health Services,
3 ml 2007; Monograf Produk
Insulatard
Hubungi pihak produsen Novo Nordisk
Novolet
Actrapid 24 jam (suhu Campos, et al., 2006 dan
HM/Actrapid D Novo Nordisk
inj 100 <250C) Parraga, et al., 2010
HM Penfill
IU/ml 10 2-8° C , Wisconsin Department
Insulin vial;
10 Humulin R ml; penfill jangan 28 hari of Health Services, 2007; A Eli Lilly
Regular penfill
100 IU/ml dibekukan Monograf Produk
3 ml
Actrapid
6 minggu Informasi Produk A Novo Nordisk

20
Novolet

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
HORMON KELAMIN DAN OBAT YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS

GNRH ANALOG, FSH/LH


2-25° C ,
Stabil pada suhu
1 Setrorelix Cetrotide 0,25 mg vial inj jangan Monograf Produk A Merck
<25C
dibekukan
2-8° C,
Ovidrel prefilled
2 Ovidrel HCG 250 mcg jangan 30 hari Monograf Produk A Merck
DKSH syiringe
dibekukan
inj 75 IU,
1050
IU/1,75 amp;
Rekombinan 3 bulan (suhu Parraga, et al., 2010;
3 Gonal F ml; pen multidosis 2-8° C A Merck
FSH <25C) Monograf Produk
300 IU, pen
450 IU,
900 IU
OBAT METABOLISME TULANG DAN OTOT
inj 50 IU/
ml, 100 inj 35 hari Cohen, et al., 2007 A Novartis
IU/ml 2-8° C,
1 Kalsitonin Miacalcic jangan
semprot dibekukan
semprot
hidung 200 14 hari Cohen, et al., 2007 B Novartis
hidung
IU/ dosis
LAIN-LAIN
Prostaglandin Prostin VR 500
1 inj 2-8° C 34 hari pada 20° C Cohen, et al., 2007 A Pfizer

21
E1 Pediatric mcg/ml

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
KELAS TERAPI 24 RELAKSAN OTOT PERIFER DAN PENGHAMBAT KOLINESTERASE

PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR
Cohen, et al., 2007;
Tracrium 25 mg/2,5 14 hari B GlaxoSmithKline
Atrakurium Brosur Produk
1 ml, 50 inj 2-8° C
besilat Farelax Hubungi pihak produsen Fahrenheit
mg/5ml
Tramus Hubungi pihak produsen Dexa Medica
Pankuronium Merck Sharp &
2 Pavulon 2 mg/ml inj 2-8° C 6 bulan Cohen, et al., 2007 A
bromida Dohme
12 minggu (suhu Parraga, et al., 2010; Merck Sharp &
Rokuronium Esmeron 50 mg/5 A
3 inj 2–8C <300C) Informasi Produk Dohme
bromida ml
Roculax Hubungi pihak produsen Kalbe farma
KELAS TERAPI 27 OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN

VAKSIN
2-8° C,
Vaksin
1 Imovax Polio 0,5 ml Inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Antipolio
dibekukan
2-8° C,
Vaksin
2 Verorab 0,5 ml Inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
antirabies
dibekukan
3 Vaksin BCG Vaksin BCG 1ml Inj 2-8° C Hubungi pihak produsen Bio Farma
Vaksin Vaksin
4 5 ml Inj 2-8° C Hubungi pihak produsen Bio Farma
Campak campak

22
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
Vaksin 2-8° C,
Therapeutic Research
5 Difteri dan Infanrix 0,5 ml inj jangan 72 jam C GlaxoSmithKline
Center, 2008
Tetanus dibekukan
Vaksin
2-8° C,
Difteri
6 Tripacel 0,5 ml inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Pertusis dan
dibekukan
Tetanus
Vaksin
2 minggu (suhu
7 Hemophilus Hiberix 0,5 ml inj 2-8° C Parraga, et al., 2010 B GlaxoSmithKline
210C)
influenzae B
Havrix 720 720 IU/ml,
2-8° C, 72 jam Cohen, et al., 2007 C GlaxoSmithKline
Vaksin junior 80 IU/0,5
8 inj jangan
Hepatitis A Avaxim 80; ml, 160
dibekukan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Avaxim 160 IU/0,5 ml
100
mcg/0,5 2-8° C,
Vaksin
9 Engerix-B ml, 20 inj jangan 72 jam Cohen, et al., 2007 C GlaxoSmithKline
Hepatitis B
mcg/0,5 ml dibekukan
vial
Vaksin 2-8° C,
2 minggu (suhu Working in Tendem
10 Hepatitis A Twinrix 1 ml inj jangan B GlaxoSmithKline
210C) Ltd, 2012
dan B dibekukan
72 jam (akumulasi Merck Sharp &
Gardasil Monograf Produk C
2-8° C, paparan) Dohme
11 Vaksin HPV 0,5 ml inj jangan Working in Tendem
Cervarix dibekukan 3 hari Ltd, 2012; Monograf C GlaxoSmithKline
Produk

23
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
7 hari (akumulasi Dipa Pharmalab
Vaksin IgG Hyperhep-B; 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007 B
12 220 IU/ml inj paparan) Intersains
Hepatitis B dibekukan
HepBQuin Hubungi pihak produsen Graha Farma
Cohen, et al., 2007;
Fluarix 72 jam Working in Tendem C GlaxoSmithKline
Vaksin 0,25 ml, 2-8° C, jangan Ltd, 2012
inj
13 Influenza 0,5 ml dibekukan
Working in Tendem
Vaxigrip 2 minggu B Sanofi Pasteur
Ltd, 2012
Vaksin Infanrix-Hib Hubungi pihak produsen GlaxoSmithKline
2-8° C, jangan
14 Kombinasi 0,5 ml inj
Tetra Hib dibekukan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
DpaT-Hib
Vaksin
Kombinasi 2-8° C, jangan
15 Pediacel 0,5 ml inj 72 jam Monograf Produk C Sanofi Pasteur
DPT, Hib, dibekukan
Polio
Vaksin
Mencevax 6 bulan (suhu
16 Meningitis 0,5 ml inj 2-8° C MIMS Indonesia A GlaxoSmithKline
ACWY 220C)
meningokokal
Hubungi pihak
Trimovax Sanofi Pasteur Sanofi Pasteur
produsen
17 Vaksin MMR 0,5 ml inj -50-8° C
Working in Tendem Ltd, Merck Sharp &
M-M-R II ≤ 6 jam D
2012; Monograf Produk Dohme
Prevenar Cohen, et al., 2007;
2-8° C 7 hari B Pfizer
Vaksin (PCV) Monograf Produk
18 0,5 ml inj
Pneumokokus 2-8° C, jangan
Pneumo 23 Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur

24
dibekukan

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250)
2 UT 1,5 2-8° C, jangan Campos, et al., 2006;
19 Vaksin PPD Vaksin PPD inj 2 bulan A Bio Farma
ml dibekukan Parraga, et al., 2010
bubuk A., Kerdpanich, et al.,
Vaksin
20 Rotarix 1 ml untuk 2-8° C ≥ 7 hari pada 370C 2011; Working in B GlaxoSmithKline
Rotavirus
susp. oral Tendem Ltd, 2012
2-8° C, jangan Working in Tendem Ltd,
21 Vaksin Tifoid Typhim VI 10 ml inj 2 tahun A Sanofi Pasteur
dibekukan 2012
10 ml;
Vaksin TT
22 Vaksin TT uniject 0,5 2-8° C, Hubungi pihak produsen Bio Farma
Bio Farma
ml
1 minggu pada
210C, namun
suhu 2-8° C, sebaiknya langsung
Vaksin Varilrix 0,5 ml inj Parraga, et al., 2010. E GlaxoSmithKline
23 jangan dibuang karena
Varisela vial tidak stabil di luar
dibekukan
suhu kulkas
Okavax Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur

KELAS TERAPI 29 VITAMIN DAN MINERAL

Produksi
1 Mineral-Mix 100 ml larutan 2-8° C Belum ada data RSCM
RSCM

KELAS TERAPI 31 LAIN-LAIN

Botox 5 hari Cohen, et al., 2007. C Allergen


Botulinum 100
1 inj 2-8° C
Toxin IU/vial Innogene
Lanzox Hubungi pihak produsen
Kalbiotech

25
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
26

Lampiran 2. Daftar Obat-obat Termolabil Berdasarkan Klasifikasinya

Klasifikasi A (stabil ≥ 28 hari) pada 250C


1 Actrapid Novolet
2 Apidra
3 Cetrotide
4 Esmeron
5 Gonal F
6 Humalog
7 Humalog Mix 25
8 Humulin N
9 Humulin R
10 Lantus
11 Levemir Flexpen
12 Mencevax ACWY
13 Miacalcic Injeksi
14 Mixtard 30 Novolet
15 Ovidrel DKSH
16 Pavulon
17 Prostin VR Pediatric
18 Typhim Vi
19 Vaksin PPD
Kategori B ( stabil ≥ 7 – 28 hari) pada 250C
1 Hiberix
2 Hyperheb-b
3 Miacalcic semprot hidung
4 Prevnar (PVC)
5 Rotarix
6 Tracrium
7 Twinrix
8 Vaxigrip

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


27

(lanjutan)
Kategori C (stabil ≥ 48 jam – 7 hari) pada 250C
1 Botox
2 Cervarix
3 Engerix-B
4 Fluarix
5 Gardasil
6 Havrix 720 Junior
7 Infanrix
8 Pediacel
Kategori D (stabil < 48 jam) pada 250C
1 Actrapid HM/Actrapid HM penfill
2 M-M-R II
3 Novomix Flexpen
4 Novorapid Flexpen
Kategori E (tidak stabil di luar kulkas (temperatur > 80C))
1 Varilrix
Data yang belum diperoleh
1 Avaxim
2 Farelax
3 HepBQuin
4 Imovax Polio
5 Infanrix-Hib
6 Insulatard HM/ Insulatard HM Penfill
7 Insulatard Novolet
8 Lanzox
9 Mixtard 30 HM/ Mixtard HM Penfill
10 Okavax
11 Pneumo 23
12 Roculax
13 Tetra Hib
14 Tramus

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


28

(lanjutan)
15 Tripacel
16 Vaksin BCG
17 Vaksin campak
18 Vaksin TT Bio Farma
19 Verorab

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


29

Lampiran 3. Rancangan Isi Buku Panduan Stabilitas Obat Termolabil pada


Temperatur Ruang Berdasarkan Data dari Kelas Terapi 16 –
31 Formularium RSCM Tahun 2013

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


30

ACTRAPID HM/ACTRAPID HM PENFILL

Kandungan Zat Aktif : Insulin Regular


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain Dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 24 jam (pada suhu < 250C)
Kategori Stabilitas Obat : D
Produsen : Novo Nordisk

Pustaka:
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

ACTRAPID NOVOLET

Kandungan Zat Aktif : Insulin Regular


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain Dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 6 minggu
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Novo Nordisk

Pustaka:
Informasi Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


31

APIDRA

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Glulisin


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari (termasuk waktu penggunaan)
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Sanofi-Aventis

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28

BOTOX

Kandungan Zat Aktif : Botulinum Toxin


Kelas Terapi : 31 – Lain-lain
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 5 hari
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : Allergen

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


32

CERVARIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin HPV


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 3 hari
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for lisensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
Monograf Produk

CETROTIDE

Kandungan Zat Aktif : Setrorelix


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain Dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu 2 – 250C
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : Stabil pada suhu ≤ 250C
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Merck

Pustaka:
Monograf Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


33

ENGERIX-B

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Hepatitis B


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

ESMERON

Kandungan Zat Aktif : Rokuronium bromida


Kelas Terapi : 24–Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 12 minggu (pada suhu <300C)
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Merck Sharp & Dohme
Catatan : Jangan dimasukkan kembali ke dalam kulkas jika telah
terpapar temperatur ruang

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Informasi Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


34

FLUARIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Influenza


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)
Catatan : Apabila telah terpapar temperatur ruang, dalam 2 minggu
akan terjadi perubahan fisik obat

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.

GARDASIL

Kandungan Zat Aktif : Vaksin HPV


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam (akumulasi paparan pada suhu < 250C)
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : Merck Sharp & Dohme
Catatan : Penyimpanan pada temperatur 0 – 20C diperbolehkan
apabila akumulasi paparan < 72 jam

Pustaka:
Monograf Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


35

GONAL F

Kandungan Zat Aktif : Rekombinan FSH


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 3 bulan (< 250C)
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Merck

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Monograf Produk.

HAVRIX 720 JUNIOR

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Hepatitis A


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : GlaxoSmithKline

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


36

HIBERIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Hemophilus influenzae B


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 2 minggu (pada suhu 210C)
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)
Catatan : Cairan pelarut jangan dibekukan

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

HYPERHEB-B

Kandungan Zat Aktif : Vaksin IgG Hepatitis B


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 7 hari (akumulasi paparan)
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : Dipa Pharmalab Intersains

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


37

HUMALOG

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Lispro


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Eli Lilly

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk

HUMALOG MIX 25

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Campur (Lispro + NPH)


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Eli Lilly

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


38

HUMULIN N

Kandungan Zat Aktif : Insulin Kerja Menengah (NPH)


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Eli Lilly

Pustaka:
Wisconsin Department of Health Services. (2007). Guide for Storage of Insulin.
Monograf Produk.

HUMULIN R

Kandungan Zat Aktif : Insulin Reguler


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Eli Lilly

Pustaka:
Wisconsin Department of Health Services. (2007). Guide for Storage of Insulin.
Monograf Produk.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


39

INFANRIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Difteri dan Tetanus


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Therapeutic Research Center. (Nov, 2008). Stability of refrigerated and frozen drugs.
Pharmacist’s Letter/Presriber’s Letter, 24(241001), 1-17.

LANTUS

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Glargine


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Sanofi – Aventis

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


40

LEVEMIR FLEXPEN

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Detemir


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 42 hari (< 300C)
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Novo Nordisk
Catatan : Jangan dimasukkan kembali ke dalam kulkas jika telah
terpapar temperatur ruang

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Informasi Produk.

MENCEVAX ACWY

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Meningitis meningokokal


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 6 bulan (pada suhu 220C)
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)
Catatan : Dapat di simpan pada suhu -200C

Pustaka:
MIMS Informasi Produk.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


41

MIACALCIC INJEKSI

Kandungan Zat Aktif : Kalsitonin


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 35 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Novartis

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

MIACALCIC SEMPROT HIDUNG

Kandungan Zat Aktif : Kalsitonin


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 14 hari
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : Novartis

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


42

MIXTARD 30 NOVOLET

Kandungan Zat Aktif : Insulin Campur (Insulin Regular + NPH)


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 28 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Novo Nordisk

Pustaka:
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.
Monograf Produk

M-M-R II

Kandungan Zat Aktif : Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : ≤ 6 jam
Kategori Stabilitas Obat : D
Produsen : Merck Sharp & Dohme
Catatan : Dapat dibekukan hingga suhu -500C selama distribusi

Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
Monograf Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


43

NOVOMIX FLEXPEN

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Campur (Aspart + NPH)


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 24 jam
Kategori Stabilitas Obat : D
Produsen : Novo Nordisk

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

NOVORAPID FLEXPEN

Kandungan Zat Aktif : Insulin Analog Aspart


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 24 jam
Kategori Stabilitas Obat : D
Produsen : Novo Nordisk

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


44

OVIDREL DKSH

Kandungan Zat Aktif : Choriagonadotropin alfa


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 30 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Merck

Pustaka:
Monograf Produk

PAVULON

Kandungan Zat Aktif : Pankuronium bromida


Kelas Terapi : 24–Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 6 bulan
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Merck Sharp & Dohme

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


45

PEDIACEL

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Kombinasi DPT, Hib, Polio


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 72 jam (pada suhu < 250C)
Kategori Stabilitas Obat : C
Produsen : Sanofi Pasteur

Pustaka:
Monograf Produk

PROSTIN VR PEDIATRIC

Kandungan Zat Aktif : Prostaglandin E1 (Alprostadil)


Kelas Terapi : 16 – Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 34 hari
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Pfizer

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


46

PREVNAR (PCV)

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Pneumokokus


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 7 hari (250C), 4 hari (400)
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : Pfizer

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


47

ROTARIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Rotavirus (bubuk suspensi oral)


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : ≥ 7 hari pada 370C
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)
Catatan : Dapat dibekukan hingga suhu -200C selama ≤ 12 jam
Penelitian stabilitas suhu > 7 hari belum dilakukan

Pustaka:
A., Kerdpanich, et al. (2011). Immunogenicity of a human rotavirus vaccine (RIX4414) after
storage at 37 °C for seven days. Human Vaccines, 7(1), 74-80.
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.

TRACRIUM
Kandungan Zat Aktif : Atrakurium besilat
Kelas Terapi : 24–Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 14 hari
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Brosur Produk.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


48

TWINRIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Hepatitis A dan B


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 2 minggu (210C)
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.

TYPHIM VI

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Tifoid


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 2 tahun
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Sanofi Pasteur

Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


49

VAKSIN PPD

Kandungan Zat Aktif : Vaksin PPD


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 2 bulan
Kategori Stabilitas Obat : A
Produsen : Bio Farma

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


50

VARILRIX

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Varisela


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 1 minggu, namun sebaiknya langsung dibuang karena
tidak stabil di luar suhu kulkas
Kategori Stabilitas Obat : E
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)

Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.

VAXIGRIP

Kandungan Zat Aktif : Vaksin Influenza


Kelas Terapi : 27 – Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Jangan dibekukan
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 2 minggu
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : Sanofi Pasteur
Catatan : Terjadi perubahan fisik setelah 2 minggu

Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


51

Lampiran 4. Rancangan Indeks untuk Pembuatan Buku Panduan Stabilitas


Produk Obat Termolabil

Nama Produk Obat Kategori Halaman


Stabilitas
Actrapid HM/Actrapid HM Penfill D 30
Actrapid Novolet A 30
Apidra A 31
Botox C 31
Cervarix C 32
Cetrotide A 32
Engerix-B C 33
Esmeron A 33
Fluarix C 34
Gardasil C 34
Gonal F A 35
Havrix 720 junior C 35
Hiberix B 36
Hyperhep-B B 36
Humalog A 37
Humalog Mix 25 A 37
Humulin N A 38
Humulin R A 38
Infanrix C 39
Lantus A 39
Levemir Flexpen A 40
Mencevax ACWY A 40
Miacalcic Injeksi A 41
Miacalcic Semprot Hidung B 41
Mixtard 30 Novolet A 42
M-M-R II D 42
Novomix Flexpen D 43
Novorapid Flexpen D 43
Ovidrel DKSH A 44
Pavulon A 44
Pediacel C 45
Prostin VR Pediatric A 45
Prevenar (PCV)  B 46
Rotarix B 47
Tracrium B 47

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013


52

(lanjutan)
Twinrix B 48
Typhim VI A 48
Vaksin PPD A 49
Varilrix E 50
Vaxigrip B 51

Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai