ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Periode 1 April – 31 Mei 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan
iii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 31 Mei
2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
serta dapat menyelesaikan laporan tepat waktu. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
yaitu kepada:
1. Bapak Fauzan Arafat, S.Si., Apt. dan Ibu Dra. Kurniasih, M.Pharm., Apt.
selaku pembimbing dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis selama penyusunan laporan ini;
2. Bapak Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt. selaku pembimbing dari
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah bersedia meluangkan
waktunya membimbing penulis selama penyusunan laporan ini;
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing akademik dan ketua Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang selalu sabar
membimbing, memberi saran, dan mendukung penulis;
5. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;
6. Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis
menjalani PKPA di sana;
7. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan
penyusunan laporan ini;
8. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;
Penulis
2013
vi
1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
3 TINJAUAN KHUSUS....................................................................................... 25
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................................................ 25
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................... 26
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ............................ 29
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................. 33
4 PEMBAHASAN ................................................................................................ 38
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat............................................................ 38
4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ......................................... 42
4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) .................................................. 51
4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ............................................................. 62
4.5 Satelit Kirana ............................................................................................ 67
4.6 Satelit Farmasi Pusat ................................................................................. 72
4.7 Sub Instalasi Produksi ............................................................................... 79
DAFTAR ACUAN................................................................................................. 87
Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo ......... 44
Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Gedung A .................................................... 53
Tabel 4.3 Jumlah Sumber Daya Manusia Satelit Farmasi Gedung A .................. 54
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini adalah
untuk:
a. Memahami pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah
sakit, yaitu mencakup kegiatan manajemen yang terkait pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.
b. Memahami peran seorang apoteker di rumah sakit sebagai pelaksana
pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
pemilik serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah
sakit pendidikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) (Departemen Kesehatan RI, 2004).
2.4.1 Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.
Universitas Indonesia
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat
yang sama;
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis;
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus;
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional;
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
Universitas Indonesia
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
Universitas Indonesia
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan
perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan farmasi meliputi:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada
Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit
masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar
Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
b. Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
c. Perhitungan kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain :
1) Metode konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data
konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode
yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
2) Metode morbiditas
Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah
Universitas Indonesia
jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode morbiditas
membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar
obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan
satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada praktik
rata-rata atau pedoman pengobatan).
3) Metode kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,
selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode
morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus
demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan
menggunakan metode konsumsi.
d. Evaluasi perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti
dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa
nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek
medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.
2.5.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan
sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan adalah untuk
mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu yang baik, serta
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak
memerlukan tenaga dan waktu berlebihan.
a. Pembelian
Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu :
Universitas Indonesia
b. Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus;
2) Sediaan farmasi dengan harga murah;
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil;
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran;
5) Sediaan farmasi untuk penelitian;
6) Sediaan nutrisi parenteral;
7) Rekonstruksi sediaan obat kanker; dan
8) Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e) Pengenceran
Contoh : H2O2 3%.
Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,
kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses
dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah
dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus
terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).
c. Sumbangan/droping/hibah
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat
situasi normal.
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian
dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi :
a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
certificate of analysis (CA);
b. Barang harus bersumber dari distributor utama;
c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-
bahan berbahaya;
d. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of
origin (CO); dan
e. Waktu kedaluwarsa minimal 2 tahun.
2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
Universitas Indonesia
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan, antara lain:
a. memelihara mutu sediaan farmasi;
b. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
c. menjaga ketersediaan; dan
d. memudahkan pencarian dan pengawasan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak
gudang dengan pemakai agar efisien.
2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan
dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan
dijangkau pasien dengan mempertimbangkan (Departemen Kesehatan, 2004):
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan
c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan (total floor stock)
Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian
perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2004). Sistem distribusi ini hanya
digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk penggunaan satu kali dosis (Departemen Kesehatan, 2004). Penyiapan dan
pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan
dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke
pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap, bukan
untuk pasien rawat jalan.
Keuntungan dari sistem distribusi unit dosis, antara lain :
1) Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya;
2) Tidak ada kelebihan obat atau obat yang tidak terpakai di ruang perawatan;
3) Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu
yang lebih untuk merawat pasien;
4) Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca
resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika
membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien.
Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error);
5) Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat, dan dokter
serta pasien;
6) Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan
untuk drug use review (pengkajian penggunan obat); dan
7) Memudahkan pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.
Kelemahan dari sistem distribusi unit dosis adalah :
1) Membutuhkan banyak tenaga farmasi;
2) Harus segera siap sebelum jam makan pasien; dan
3) Menggunakan lebih banyak bungkus obat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.6.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.
Universitas Indonesia
3.1.2 Visi
RSCM memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat
rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014.
26 Universitas Indonesia
3.1.3 Misi
RSCM memiliki misi antara lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
b. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
c. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang
mandiri.
3.1.5 Klasifikasi
RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit
pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang
kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai
mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas
Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi
Apoteker.
Universitas Indonesia
3.2.1 Visi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi untuk menjadi penyelenggara
pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan
kepuasan pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014.
3.2.2 Misi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
c. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.
d. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
e. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai
persyaratan mutu.
f. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
g. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
g. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat
kesehatan.
h. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
i. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.
j. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.
k. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.
l. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu
pengelolaan pelayanan kefarmasian.
m. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.
n. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.4.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia instalasi sterilisasi pusat
RSCM
Instalasi sterilisasi pusat RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat
Sterilisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Umum dan Operasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat
RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
membawahi empat Penanggungjawab sebagai berikut:
a. Penanggungjawab SDM dan Keuangan;
b. Penanggungjawab Peralatan dan Pelayanan;
c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses ulang dengan
mengulang proses sterilisasi dari awal.sedangkan barang yang kondisinya
memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-
barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket
distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer.
Universitas Indonesia
38 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
atas satu satelit di lantai 1 dan satu depo di lantai 4. Depo lantai 1 melayani
kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga lantai 3 IGD, sementara lantai 4
hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang bedah di lantai 4.
Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo
Pagi Siang Malam
(07.30 –14.30 WIB) (14.00–21.00 WIB) (21.00 –08.00 WIB)
Satelit lantai 1 4 orang 3 orang 3 orang
Depo lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang
Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1 orang pekarya dan 1
orang AA bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari Senin hingga
Jumat dari pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal pemesanan barang ke
Gudang Pusat.
Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan
petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang AA yang bertugas di
satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di depo lantai 4.
yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Satelit
lantai 1 melakukan defekta besar ke bagian gudang pusat RSCM dua kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelaksanaan defekta adalah
sebagai berikut :
Satu hari sebelum hari defekta besar, yaitu pada hari Senin dan Kamis,
pihak satelit akan membuat entry data defekta yang akan di-posting melalui sistem
IT ke Gudang Pusat. Tujuannya adalah agar pihak gudang menyiapkan terlebih
dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD. Keesokan harinya pada hari
defekta besar, pekarya dan AA dari IGD datang ke Gudang Pusat untuk mengurus
pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan
barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan
pengecekan untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk
sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan data defekta
dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya. Setelah
data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak
gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD
akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Apoteker Penanggung Jawab
Satelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data dari lembar defekta dengan
barang yang diterima. Apabila telah sesuai, penambahan stok barang di satelit
IGD akan diproses melalui sistem IT yang ada.
Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat
kesehatan, dan narkotika. Maksud pemisahan tersebut adalah untuk
mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta
yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak
Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Pusat. Hal
tersebut menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di luar hari defekta
besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi tersebut.
Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan
depo lantai 4. Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan
mengajukan defekta ke depo lantai 1. Defekta besar dari depo lantai 4 juga
dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit
farmasi lantai 1.
Lamanya response time untuk pelayanan resep telah ditetapkan, yaitu 15
menit untuk resep cito, sementara untuk resep non-cito adalah hingga sebelum
obat tersebut diberikan kepada pasien di ruang rawat. Pihak Satelit Farmasi IGD
juga memberlakukan ketentuan untuk penyiapan obat pasien pulang. Obat yang
telah disiapkan, namun tidak diambil oleh pasien dalam waktu 6 jam setelah
penyiapannya, maka obat tersebut harus diretur. Hal tersebut mengingat seringnya
terjadi penumpukan obat pulang di satelit lantai 1 karena pasien tidak
mengambilnya.
Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan
paket tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.
1) Paket tindakan
Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu paket yang termasuk dalam cost unit pasien dan paket yang tidak
termasuk dalam cost unit pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian urgent
lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang termasuk dalam
cost unit pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani biaya yang sama
untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak
termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD)
serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket
tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi yang digunakan saja.
2) BMHP
BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar
yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.
Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari
Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh
pihak farmasi.
3) Troli emergensi
Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi
kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-
Universitas Indonesia
masing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan
Intermediate Ward (IW)), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah
obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway),
alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah
(circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit
Farmasi lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat
kesehatan ABC dari unit di mana troli tersebut berada. Tanggal kedaluwarsa
obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada
lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak
farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi
yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli
dan menandatanganinya. Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di
tiap lantai akan mengecek kondisi dan nomor seri kunci disposable troli
emergensi untuk memastikan bahwa troli masih terkunci.
Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti
terjadi kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien
dilakukan, dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan
jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta
menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep
untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari
troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama
pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya
penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut.
Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang
pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama
dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi
troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri
kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti
pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara
penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama
pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu
manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.
Universitas Indonesia
Jumlah SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Mei) terdiri
dari 2 orang Apoteker dan 59 orang AA dengan perincian sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
waktu minum obat, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya.
Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat
tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap
sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan
untuk obat oral, kecuali di depo farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem
unit dose untuk obat-obat parenteral. Sistem distribusi peresepan individu
digunakan untuk penyiapan obat bagi pasien yang akan pulang.
Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga
menerapkan sistem distribusi floor stock. Perbekalan farmasi yang didistribusikan
dengan metode floor stock, yaitu perbekalan farmasi yang diberikan tanpa melalui
verifikasi petugas farmasi. Perbekalan farmasi ini meliputi perbekalan farmasi
dasar (bahan medik habis pakai) dan troli emergensi. Perbekalan farmasi dasar
tersedia di ruang perawat (nurse station) untuk digunakan bersama-sama bagi
seluruh pasien di lantai tersebut dan merupakan tanggung jawab dari perawat di
lantai tersebut. Troli emergensi merupakan persediaan perbekalan farmasi pada
keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat
kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation).
Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan harus
disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi
Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian
antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis
pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan
penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut
dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke Kepala
Sub Instalasi Perbekalan Farmasi, Kepala Sub Instalasi Adminkeu, dan
Koordinator Pelayanan Farmasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami
manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu :
a. Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement dengan
membantu menyediakan dan mengemas perbekalan farmasi berdasarkan
defekta dari depo farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Monitoring pengobatan
Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui
perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring
pengobatan pasien meliputi :
1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan
pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical
Record).
2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.
3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.
4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.
c. Visite
Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk :
1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan
3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi dan monitoring terapi.
Universitas Indonesia
i. Diskusi kasus
Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam
sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat
meliputi :
1) Sharing informasi pasien atau ilmu baru yang didapat.
2) Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik
kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.
3) Ronde geriatri (geriatric meeting).
4) Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan
bulan sekali).
5) Diskusi kasus lainnya sesuai kebutuhan pasien.
e. Pelayanan konseling
Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut >65 tahun), pediatri
(anak-anak <12 tahun), pasien yang akan pulang, pasien yang mendapatkan lebih
dari 7 rejimen obat (polifarmasi), pasien yang mendapatkan obat dengan indeks
terapi sempit, dan pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari
penggunaan obatnya.
Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.
Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut
selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang
terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses
Universitas Indonesia
evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh
pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.
Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir
informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien
meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian
obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu
bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu
jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.
Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan
cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling
oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih
sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini
juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam
penggunaan obat.
Universitas Indonesia
PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum
dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan PIO aktif yang telah dilakukan antara lain:
1) Pembuatan leaflet penggunaan obat khusus, seperti tetes hidung, salep dan
tetes mata, suppositoria, dan sebagainya;
2) Pembuatan buku panduan NGT, stabilitas obat, dan high-alert;
3) Pembuatan buku saku untuk penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes
melitus, tuberkulosis, HIV, dan sebagainya; serta
4) Penyusunan monograf obat penting yang penggunaannya harus dipantau dan
saat ini kegiatan ini masih dilakukan.
Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin
dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat
bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang berisi
informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari HIV sedunia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dipantau melalui termometer ruangan sebanyak satu kali sehari. Penyimpanan alat
kesehatan dilakukan berdasarkan fungsi atau penggunaannya. Penyimpanan
perbekalan farmasi di Satelit ICU juga menerapkan sistem FEFO dan FIFO,
seperti di satelit farmasi lainnya. Stock opname dilakukan minimal enam bulan
sekali.
Obat dengan penyimpanan khusus di Satelit Farmasi ICU, meliputi
penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat
termolabil, dan kit emergensi. Tempat penyimpanan obat high alert ditandai
dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert pada tiap kemasan
terkecil obat. Narkotika dan psikotropika disimpan di satu lemari bersekat, dengan
bagian atas merupakan lemari narkotika dan bagian bawah merupakan lemari
psikotropika. Khusus untuk lemari narkotika memiliki pintu dengan kunci ganda
yang selalu terkunci. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA
secara berdampingan dan terdapat stiker LASA yang ditempelkan pada rak
penyimpanan obat. Obat yang mendekati kedaluwarsa diberi label warna kuning
dengan pencantuman bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut.
Pendistribusian obat di Satelit Farmasi ICU menggunakan sistem
peresepan individual. Dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep
biasanya diantar ke satelit oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan
melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi
verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti
kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-
obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat
dimasukkan melalui sistem IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh
petugas satelit. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada
kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi label untuk diserahkan kepada
perawat di ruang ICU.
Resep yang dilayani di Satelit ICU adalah resep manual harian dan resep
cito. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang telah menyerahkan
resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang di-dispensing untuk segera
Universitas Indonesia
dibawa ke ruang rawat. Perawat akan menuliskan obat yang diambilnya dari
petugas satelit di buku komunikasi yang tersedia sebagai bukti telah dilakukan
serah terima obat dari Satelit Farmasi ICU. Selanjutnya, petugas satelit akan
memindahkan data di buku komunikasi ke sistem IT.
Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih
layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Bagi pasien umum, obat yang
diretur akan diganti dengan uang tunai, sedangkan untuk pasien jaminan akan
dilakukan pengurangan terhadap jumlah tagihan kepada penjamin. Penagihan
terhadap pasien jaminan diurus oleh penata rekening. Penata rekening akan
melakukan penagihan ke UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) terhadap obat-
obat yang telah digunakan pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien
sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil
keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat pasien. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan petugas dalam
melakukan pemanggilan tersebut.
d. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan
cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat yang
disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko
menimbulkan kesalahan dan menyulitkan pencarian obat saat proses
dispensing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat atau
pemberian sekat pada wadah tersebut untuk membatasi penyimpanan antara
satu produk obat dengan produk obat lain. Penyimpanan obat yang tersimpan
di dalam wadah boks juga masih diletakkan langsung di lantai tanpa
menggunakan palet. Sebaiknya dapat dipertimbangkan penambahan palet
untuk menjaga keamanan obat yang harus disusun di lantai agar tidak rusak.
Menurut informasi dari petugas farmasi di ICU, usulan untuk pengadaan palet
sebenarnya sudah diajukan, akan tetapi belum dapat terealisasi.
Universitas Indonesia
obat lain, berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi
penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana.
Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat
jalan dari bagian VIP (Citra), dan pasien pulang pasca-operasi, sedangkan depo
farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik. Bagian OK
di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem
paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Dokumentasi mutasi barang,
selain dengan sistem IT, seharusnya juga dilakukan menggunakan kartu stok.
Akan tetapi, pada depo lantai 3, tidak dilakukan penulisan mutasi barang di kartu
stok. Pendokumentasian hanya dilakukan melalui pencatatan pada kertas khusus
yang berisi nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang
menggunakan. Hal ini disebabkan arus permintaan yang cepat sehingga dengan
keterbatasan SDM dirasa cukup sulit untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
Kartu stok hanya digunakan untuk barang-barang mahal dan obat narkotik, yaitu
morfin, petidin, dan fentanil.
Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana
dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir. Data
perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan pengadaannya. Depo lantai
3 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan dikirimkan ke depo lantai
1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1
secara online pada hari Senin dan Rabu, sedangkan pengambilan perbekalan
farmasi dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki
pekarya, maka perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang
Pusat. Pada hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan verifikasi
terhadap kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima dengan defekta oleh
petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke
rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannya pada kartu stok. Untuk
kebutuhan perbekalan farmasi depo lantai 3, barang akan diantarkan dari depo
lantai 1 ke depo lantai 3 dengan memanfaatkan jasa petugas cleaning service
Satelit Kirana setiap hari Kamis.
Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,
perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi vendor
Universitas Indonesia
terbaik yang dipilih secara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke
Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian
Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan
melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani
barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja
Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang.
Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku
khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman
untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut
ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi
Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan
faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar
penagihan pembayaran bagi vendor.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem
FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi
di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat
kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat
kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan fungsi atau
penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi
penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat
termolabil, dan kit emergensi.
Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan
dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada
wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang
pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap
kemasan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari
terpisah yang diberi stiker ungu. Narkotika disimpan di lemari khusus yang
berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di
satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai
dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa
obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena arus permintaan dan kegiatan di ruang OK yang berjalan cepat. Untuk ke
depannya, dapat diadakan sebuah buku khusus sebagai media untuk pencatatan
mutasi tersebut, yang minimal berisi keterangan nama perbekalan farmasi, jumlah,
nama pasien yang memerlukan, dan inisial petugas satelit yang menyerahkan
perbekalan farmasi. Hal ini diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan hilang
atau terlewatnya dokumentasi mutasi tersebut.
Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di depo lantai 1 Satelit Kirana,
antara lain :
a. Mengamati prosedur administrasi resep yang masuk.
b. Mengamati dan melaksanakan alur pelayanan resep, dimulai dari penerimaan
resep, penyiapan obat, hingga penyerahan obat kepada pasien.
c. Melakukan inventarisir stok barang pada lemari penyimpanan, kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam data pada sistem IT untuk
mempermudah proses SO di Satelit Kirana.
Kegiatan yang dilakukan di depo lantai 3, antara lain mengamati dan melakukan
pelayanan perbekalan farmasi untuk keperluan ruang OK, menyusun stok barang
dari buffer stock ke rak-rak obat, melakukan retur paket operasi yang tidak
terpakai, hingga melakukan penyiapan paket yang akan digunakan untuk tindakan
operasi keesokan harinya.
Universitas Indonesia
rawat inap Bedah Anak (BCH), Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Perinatalogi
(PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL, PKW, PKA) dan
Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep pasien rawat
jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa (pasien HD yang
menggunakan cairan dianeal), semua poliklinik yang meresepkan obat kemoterapi
(poliklinik kebidanan, bedah tumor, hematologi-onkologi, bedah toraks, dan
bedah digestif), dan poliklinik talasemi. Pasien yang diterima di sini adalah pasien
umum dan jaminan, yang dapat berupa Jamkesmas, Jamkesda, KJS Dinkes DKI
Jakarta, Jampeltas, Jampersal, ASKES, dan jaminan perusahaan.
Pengelolaan perbekalan farmasi pada Satelit Farmasi Pusat dilakukan
mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
serta pencatatan yang dilakukan pada setiap tahap pengelolaan perbekalan
farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke Gudang Pusat
dilakukan berdasarkan konsumsi rata-rata obat yang digunakan selama 3-4 hari
ditambah dengan buffer stock sebanyak 10%. Pada proses pengadaan, dilakukan
defekta 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Setelah barang
siap, penerimaan oleh pihak satelit dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat oleh
AA. Jumlah stok yang diterima langsung dimasukkan ke dalam sistem IT di
Satelit Farmasi Pusat.
Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga
melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan
farmasi yang tidak terduga. Petugas akan datang langsung ke gudang mengambil
obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan dan menulisnya pada buku cito.
Permintaan obat atau alat kesehatan cito selama satu hari diakumulasi dan dibuat
menjadi kumpulan defekta cito. Kumpulan defekta cito selanjutnya diserahkan ke
Gudang Pusat. Buku cito dimiliki oleh Satelit Farmasi Pusat dan Gudang Pusat.
Setelah kumpulan defekta cito diserahkan ke Gudang Pusat, petugas gudang
memeriksa kesesuaian kumpulan defekta cito dari Satelit Farmasi Pusat dengan
buku cito yang dimiliki gudang.
Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun dengan sistem
First Expired First Out (FEFO) atau First In First Out (FIFO). Perbekalan
Universitas Indonesia
farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan dan B3.
Penyimpanan obat disusun sesuai kriteria berikut :
a. Disusun secara alfabetis.
b. Berdasarkan bentuk sediaan: oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop, obat luar.
c. Obat generik atau merk dagang.
d. Obat dengan penyimpanan khusus :
1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2°-8° C.
2) Obat sitostatika, ditempeli stiker ungu untuk obat kanker.
3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan
ditempeli stiker High Alert hingga kemasan primer obat.
4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus dengan kunci ganda.
5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus.
e. Obat mahal.
f. Obat dengan penyimpanan terpisah : sediaan nutrisi dan obat ASKES.
Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan
jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan
alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Kegiatan SO
untuk semua perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan setiap enam
bulan sekali. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga
melalui pengecekan suhu penyimpanan satu kali sehari untuk ruangan dan tiga
kali sehari untuk lemari pendingin, pengecekan perbekalan farmasi yang
mendekati kedaluwarsa dalam jangka waktu 6 bulan dan penempelan stiker
kuning pada sediaan farmasi dengan masa kedaluwarsa kurang dari 3 bulan.
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi
Pusat untuk pasien rawat inap adalah dengan sistem peresepan individu.
Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing-
masing unit kerja. Khusus obat kemoterapi yang telah disiapkan akan
didistribusikan oleh petugas dari Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat
dilakukannya dispensing obat kemoterapi. Pasien hemodialisa yang menggunakan
cairan dianeal diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan, sedangkan pasien
yang tidak menggunakan cairan dianeal cukup diberikan obat untuk keperluan
satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian. Pasien rawat jalan
Universitas Indonesia
diberikan jumlah obat sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep dan biasanya
untuk pemakaian obat selama satu minggu.
Resep yang diterima Satelit Farmasi Pusat rata-rata 250 lembar per hari.
Resep yang dilayani berupa resep manual dan resep elektronik (EHR). Unit kerja
yang memberikan resep berbentuk EHR adalah BCH, ULB dan PJT. Resep yang
datang, terutama untuk pasien jaminan, akan diverifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif, farmasetik, dan kelengkapan
lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien jaminan pemerintah, kuitansi
untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus untuk pasien kemoterapi,
dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3.
Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT.
Setelah dimasukkan dan diberi harga, resep diberikan kepada petugas satelit
lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara tunai, dapat
langsung membayar kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib
menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit.
Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis
dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,
Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang
racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan
dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan
terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Obat diberikan kepada
pasien disertai pemberian informasi tentang penggunaan obat..
Kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat salah satunya adalah
penyusunan obat di rak penyimpanan yang masih bertumpuk ke belakang
sehingga kotak obat seringkali saling menghalangi. Hal ini dapat menyulitkan
petugas dalam mencari obat. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan penyusunan
kotak obat secara bertingkat sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu
sama lain. Selain itu, kendala yang ditemukan adalah proses verifikasi resep untuk
aspek kesesuaian klinis yang pelaksanaannya masih terbatas karena hanya
terdapat 1 Apoteker di satelit ini yang tugasnya masih terfokus pada pelaksanaan
manajemen. Verifikasi resep dan pemberian informasi obat sebagian besar
dilakukan oleh AA. Dalam hal ini, Apoteker klinis akan diperlukan untuk
Universitas Indonesia
pelaksanaan verifikasi resep dan pemberian informasi obat kepada pasien yang
lebih komprehensif.
Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan ke
Satelit Farmasi Pusat. Penggunaan resep manual ini memiliki kekurangan, yaitu
memungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan resep oleh petugas satelit dan
memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena itu, penggunaan resep
elektronik (EHR) diharapkan dapat segera diaplikasikan di seluruh unit kerja
sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril
tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum dilakukan pencampuran, petugas
harus menggunakan APD terlebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku untuk
menjamin sterilitas produk yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas sendiri.
Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup
kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup
kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis adalah rangkap dua,
sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.
Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran
yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) dilengkapi dengan
Laminar Air Flow (LAF) vertikal. Sebelum proses pencampuran, perlu dilakukan
pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara
mengelap bagian dalam BSC dengan gerakan searah, serta mengelap kemasan
obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan
alcohol swab. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika
dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pencampuran obat sitostatika dilakukan di ruang steril dalam BSC
serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.
Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label
obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang
steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan
aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan diletakkan kembali ke
dalam kotak khusus dan dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box.
Universitas Indonesia
etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh
pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.
g. Pengisian kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul CaCO3. Sebelum
pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan
manajemen yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan
pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima oleh
pasien tepat dan aman. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi persyaratan
pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi
internasional dari Joint Commission International. Akan tetapi, masih ditemui
adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor
keterbatasan jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang.
b. Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian.
Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa
perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, Apoteker
bertugas untuk memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi
yang diperlukan demi tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan
mengutamakan patient safety. Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai
seorang manajer yang bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia
(SDM), sarana dan prasarana, serta berkontribusi dalam upaya peningkatan
pendapatan rumah sakit.
82 Universitas Indonesia
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa
saran yang dapat kami sampaikan:
a. Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
1) Menerjemahkan MSDS yang masih menggunakan bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia agar memudahkan staf atau pegawai dalam memahami
isi dari MSDS tersebut sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pegawai.
2) Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam lemari pendingin
dan ditempelkan di setiap pintu lemari pendingin tersebut.
3) Selalu memperbarui daftar nama obat yang terdapat di dalam kulkas agar
memudahkan pada saat pencarian obat-obat tersebut.
4) Menempelkan stiker high alert, sitostatik, dan LASA secara teliti.
Universitas Indonesia
berisi informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari
HIV sedunia.
3) Sebaiknya dibuat sistem alarm di komputer sebagai pengingat bagi
perbekalan farmasi yang hampir kosong sehingga apoteker atau Asisten
Apoteker dapat segera membuat defekta perbekalan farmasi tersebut. Hal
ini juga berarti dapat mengurangi waktu tunggu dari permintaan
perbekalan farmasi tersebut ketika dibutuhkan segera/cito.
e. Satelit Kirana
1) Depo lantai 3 tidak menggunakan kartu stok dan hanya memakai kertas
catatan untuk mendokumentasi seluruh perbekalan farmasi yang keluar
karena arus permintaan dan kegiatan di OK yang berjalan cepat. Untuk
ke depannya, dapat dibuatkan buku khusus berisi nama perbekalan
farmasi, jumlah, nama pasien, inisial nama penulis yang menyerahkan
perbekalan farmasi supaya tidak tercecer dan data tidak hilang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
87 Universitas Indonesia
Direktur Utama
Komite Medik,
Komite Etik,
PPIRS, Komite
Mutu
Direktur
Direktur Medik Direktur Direktur SDM dan Direktur Umum
Pengembangan
dan Keperawatan Keuangan Pendidikan dan Operasional
dan Pemasaran
Bagian
Departemen Instalasi promkes Bagian Anggaran Bagian Diklat
Administrasi
Bagian Teknik
Pemeliharaan
UPT Bagian Akuntansi Bagian Hukor
Sarana dan
Prasarana
Instalasi
Instalasi Medik
Pendidikan
ULP
Unit Utilitas
KEPALA
INSTALASI
FARMASI
KEPALA INSTALASI
FARMASI
Penanggungjawab
Produksi Steril dan Penanggungjawab
Non Steril Aseptik Dispensing
Pelaksana Pelaksana
Produksi Produksi
Steril Non-Steril
Keterangan: Plastik berwarna merah untuk obat pagi, warna putih untuk obat siang, warna biru
untuk obat sore, warna hijau untuk obat malam
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................... 2
DAFTAR ACUAN............................................................................................... 16
ii Universitas Indonesia
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
tersebut masih layak digunakan atau harus dibuang (Therapeutic Research Center,
2008).
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu informasi yang memuat data
stabilitas obat-obat termolabil pada temperatur ruang apabila terjadi hal-hal yang
tidak dapat dihindari, seperti kerusakan pada tempat penyimpanan (kulkas),
kesalahan dalam distribusi, dan tidak tersedianya daya listrik, khususnya obat-obat
yang termasuk dalam daftar Formularium Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) tahun 2013 sehingga keselamatan pasien (patient safety) tetap terjamin.
1.2 Tujuan
Pengumpulan data stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang ini
bertujuan:
a. Untuk membuat klasifikasi stabilitas obat termolabil kelas terapi 16 – 31 pada
temperatur ruang dari daftar formularium RSCM tahun 2013.
b. Sebagai acuan dalam pembuatan buku panduan stabilitas obat termolabil di
lingkungan RSCM untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan suhu
selama penyimpanan obat.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lobón, A.G., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre, F.P.,
2010):
A ≥ 28 hari
B ≥ 7 – 28 hari
C ≥ 48 jam – 7 hari
D < 48 jam (2 hari)
E Tidak stabil di luar kulkas (temperatur > 80C)
F Kestabilan bergantung pada nomor batch masing-masing obat
Universitas Indonesia
Formularium RSCM tahun 2013 terdiri dari 31 kelas terapi dengan total
1716 produk obat. Penelusuran data pada laporan ini hanya dilakukan pada kelas
terapi 16 – 31. Sebelum mengelompokkan obat-obat yang tergolong termolabil,
maka harus dilakukan penelusuran data temperatur penyimpanan dari obat-obat
yang terdapat dalam kelas terapi tersebut. Berdasarkan seleksi obat yang
dilakukan, diperoleh daftar obat termolabil yang memerlukan penyimpanan pada
temperatur kulkas (2 – 80C) pada kelas terapi 16 – 31 dari Formularium RSCM
tahun 2013 berjumlah 60 produk obat yang berasal dari 5 kelas terapi dan terdiri
dari 43 kandungan zat aktif. Jika dihitung terhadap total keseluruhan produk obat
dalam Formularium RSCM tahun 2013, maka jumlah obat termolabil pada kelas
terapi 16 – 31 adalah 3,497%.
Dari hasil penelusuran informasi terkait stabilitas masing-masing obat
pada temperatur ruang, selanjutnya obat-obat termolabil tersebut dikelompokkan
berdasarkan kategori obat yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Hasil
yang diperoleh, yaitu produk obat dengan kategori A sebanyak 19 obat (1,107%),
kategori B sebanyak 8 produk obat (0,466%), kategori C sebanyak 8 produk obat
(0,466%), kategori D sebanyak 4 produk obat (0,233%), kategori E sebanyak 1
produk obat (0,058%), dan tidak ada obat yang tergolong dalam kategori F.
Sebanyak 20 produk obat (1,166%) masih belum dapat diklasifikasikan karena
tidak tersedia data di brosur, monograf obat, maupun jurnal. Untuk mendapatkan
data 20 obat tersebut, perlu dikonsultasikan lebih lanjut kepada pihak produsen
obat. Data hasil pengelompokkan obat termolabil beserta kategori stabilitas obat
termolabil pada temperatur ruang dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1 dan
Lampiran 2.
Berdasarkan daftar obat dalam Formularium RSCM tahun 2013, terdapat 5
kelas terapi yang mengandung obat-obat termolabil antara lain kelas terapi 16,
yaitu golongan Hormon, Endokrin lain dan Kontrasepsi; kelas terapi 24, yaitu
golongan Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase, kelas terapi 27,
yaitu Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun; kelas terapi 29, yaitu golongan
9 Universitas Indonesia
Vitamin dan Mineral; serta kelas terapi 31, yaitu Obat lain-lain. Obat golongan
hormon yang berupa preparat insulin dan obat yang mempengaruhi sistem imun
berupa vaksin merupakan golongan obat yang paling banyak bersifat termolabil.
Obat-obat ini juga memiliki angka penggunaan yang cukup tinggi sehingga
penting untuk mengetahui cara penyimpanan yang benar dan langkah antisipasi
apabila terjadi penyimpangan temperatur penyimpanannya untuk memastikan
bahwa mutunya tetap terjaga dengan baik.
Beberapa jurnal memasukkan sediaan vaksin sebagai kelompok obat yang
tidak stabil diluar temperatur 2 – 80C sehingga harus segera dimusnahkan apabila
tidak segera digunakan setelah terpapar temperatur ruang. Hal ini dikarenakan
adanya beberapa laporan terkait efek yang tidak diharapkan yang timbul setelah
pemberian sediaan vaksin yang tidak disimpan dalam kulkas. Sebagai contoh, dua
hari setelah menerima vaksin pneumococcal polysaccharide, seorang pasien
mengalami pusing, kejang otot, gemetar disemua bagian tubuh yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh yang signifikan dan berlangsung beberapa lama (Cohen,
V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M., 2007).
Berdasarkan data stabilitas obat yang ditemukan dari berbagai literatur,
sediaan vaksin yang telah terpapar temperatur ruang sebagian besar masih
memiliki toleransi waktu paparan maksimal yang cukup lama hingga produk
tersebut menjadi rusak. Oleh karena itu, sebaiknya dikonsultasikan kembali
kepada pihak produsen dengan memberikan informasi yang lebih terperinci, jika
memungkinkan, untuk meyakinkan bahwa produk tersebut memang masih layak
untuk digunakan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk sediaan vaksin, melainkan
juga berlaku untuk semua obat termolabil.
Klasifikasi obat termolabil berdasarkan kestabilannya pada temperatur
ruang bertujuan untuk menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk
menentukan kelayakan obat tersebut jika akan digunakan kembali pada terapi
pasien. Apabila terjadi kejadian tidak terduga seperti kerusakan kulkas, tidak
tersedianya daya listrik, atau kesalahan dalam pendistribusian obat. Setiap
kategori obat memiliki tindakan antisipasi yang berbeda jika terjadi
penyimpangan temperatur kulkas sebagai berikut (Parraga, L.P., Lobón, A.G.,
Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre, F.P., 2010):
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Salah satu masalah yang ditemukan selama penyusunan data stabilitas ini
adalah adanya perbedaan data stabilitas obat dengan kandungan zat aktif yang
sama, tetapi memiliki nama dagang yang berbeda. Hal ini memerlukan
penelusuran informasi secara lebih spesifik disesuaikan dengan nama dagang dan
produsen obat. Penelusuran informasi menemui hambatan ketika tidak semua
produsen obat mencantumkan temperatur obat termolabil pada temperatur ruang.
Pencarian data secara langsung melalui produsen obat sangat sulit karena data
tersebut bersifat rahasia bagi perusahaan. Informasi yang diperoleh hanya terbatas
pada informasi secara lisan tanpa memberikan data secara tertulis sehingga
informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan hasil penelusuran informasi, hanya diperoleh 66,6% data
stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang dari keseluruhan obat yang
termasuk dalam daftar obat termolabil pada kelas terapi 16 – 31 dari Formularium
RSCM tahun 2013. Kendala lain yang ditemui adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang diberikan produsen obat mengenai stabilitas obat termolabil
pada temperatur ruang tidak tersedia pada kemasan atau informasi produk.
b. Informasi mengenai stabilitas obat termolabil pada temperatur ruang yang
diberikan produsen obat sebagian besar merupakan informasi stabilitas obat
pada temperatur ruang setelah direkonstitusi atau setelah sekali penggunaan.
c. Respon yang diberikan oleh pihak produsen terkait permintaan data stabilitas
produk obat yang diproduksinya sangat lama sehingga sampai saat tugas
khusus ini ditulis masih terdapat beberapa data yang belum sempat di follow
up ke pihak produsen.
Keterbatasan dalam penyusunan tugas khusus ini adalah sebagian besar
data yang diperoleh tidak menjelaskan secara spesifik, apakah boleh dilakukan
pendinginan kembali setelah obat terpapar temperatur ruang karena hal ini juga
turut mempengaruhi mutu produk obat tersebut.
Setelah data stabilitas obat termolabil ini tersusun, maka dibuatlah
rancangan isi buku panduan stabilitas untuk obat termolabil dari kelas terapi 16 –
31 Formularium RSCM tahun 2013 yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
petugas farmasi dalam mengatasi masalah terkait penyimpangan temperatur
penyimpanan obat di unit kerjanya.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan data produk obat termolabil dari kelas terapi 16 – 31 dari
Formularium RSCM tahun 2013, terdapat 60 produk atau 3,497% terhadap
total keseluruhan produk obat dalam Formularium RSCM tahun 2013 yang
memerlukan penyimpanan pada temperatur kulkas (2 – 80C) dengan
pengelompokkan data stabilitas berdasarkan kategori stabilitas produk
tersebut pada temperatur ruang sebagai berikut:
1) Kategori A : 19 produk (1,107%)
2) Kategori B : 8 produk (0,466%)
3) Kategori C : 8 produk (0,466%)
4) Kategori D : 4 produk (0,233%)
5) Kategori E : 1 produk (0,058%)
6) Kategori F :-
Data produk yang belum diketahui klasifikasinya berjumlah 20 produk
(1,166%).
b. Data stabilitas ini sangat bermanfaat sebagai acuan dalam menangani
terjadinya penyimpangan temperatur kulkas sebagai tempat penyimpanan
obat-obat termolabil. Data ini selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan
rancangan isi buku panduan stabilitas untuk obat termolabil dari kelas terapi
16 – 31 Formularium RSCM tahun 2013 yang dapat dilihat pada Lampiran 3
dan Lampiran 4.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan agar proses penyusunan buku
panduan stabilitas obat-obat termolabil pada temperatur ruang ini dapat terus
dikembangkan dan terselesaikan dengan baik, antara lain:
a. Penyusunan data stabilitas ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk
obat termolabil yang mengalami penyimpangan temperatur selama
penyimpanannya dapat tetap terjaga mutu dan khasiatnya. Untuk itu,
14 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
16 Universitas Indonesia
http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Gonal-
f_pen_032011_HCP_EN_tcm463_101002.pdf?Version=.
EMD Serono, A Division of EMD Inc., Canada. (Sep, 2012). Product monograph
ovidrel (choriogonadotropin alpha), Juni 20, 2012.
http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Ovidrel_092012_
HCP_EN_tcm463_101110.pdf?Version=.
EMD Serono, A Division of EMD Inc., Canada. (Okt, 2012). Product monograph
cetrotide cetrorelix for injection, Juni 9, 2013.
http://www.emdserono.ca/cmg.emdserono_ca/en/images/Cetrotide_10201
2_HCP_EN_tcm463_103419.pdf?Version=
GlaxoSmithKline Inc. (Mei, 2013). Product monograph cervarix human
papillomavirus vaccine types 16 and 18 (recombinant, AS04 adjuvanted),
Juni 9, 2013. http://www.gsk.ca/english/docs-pdf/product-
monographs/Cervarix.pdf
Merck Canada Inc. (Jul, 2011). Product monograph gardasil [quadrivalent
human papillomavirus (types 6, 11, 16, 18) recombinant vaccine], Juni 9,
2013. http://www.merck.ca/assets/en/pdf/products/GARDASIL-
PM_E.pdf.
Merck Canada Inc. (Mar, 2011). Product monograph M-M-R II (measles, mumps
and rubella virus vaccine, live, attenuated, Merck Std.), Juni 19, 2013.
http://www.merck.ca/assets/en/pdf/products/MMR_II-PM_E.pdf.
Merck Sharp & Dohme (New Zealand) Ltd. (Jul, 2011). Product information
esmeron® (Rocuronium bromide), Juni 9, 2013.
http://secure.healthlinks.net.au/content/msd/pi.cfm?product=mkpesmer.
MIMS Indonesia. (n.d). Mencevax ACWY, Juni 20, 2013.
http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Mencevax%20ACWY/?type=f
ull#Storage
Novo Nordisk. (Jul, 2008). Actrapid® NovoLet®, Juni 9, 2013.
http://www.novonordisk.co.in/Images/vijp/Pdf/Insulin/Pack_iNSERTS/Ac
trapid_NovoLet.pdf.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Klasifikasi Produsen
generik dagang sediaan
penyimpanan
(20-250C)
KELAS TERAPI 16 HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI
ANTIDIABETIK
ANTIDIABETIK PARENTERAL
Insulin
Novorapid 100 IU/ml 2-8° C, jangan
1 Analog inj 24 jam Parraga, et al., 2010 D Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan
Aspart
Insulin
Analog
Novomix 100 IU/ml 2-8° C, jangan
2 Campur inj 24 jam Parraga, et al., 2010 D Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan
(Aspart +
NPH)
Insulin
Analog
Humalog Mix 100 IU/ml 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
3 Campur inj 28 hari A Eli Lilly
25 3 cc dibekukan Monograf Produk
(Lispro +
NPH)
Insulin
Levemir 100 IU/ml 2-8° C, jangan Parraga, et al., 2010;
4 Analog inj 42 hari (< 300C) A Novo Nordisk
flexpen 3 cc dibekukan Informasi Produk
Detemir
inj 100
Insulin
IU/ml 10 ml; vial; 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
5 Analog Lantus 28 hari A Sanofi-Aventis
solostor 100 solostor dibekukan Parraga, et al., 2010.
Glargine
IU/ml 3 ml
19
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Klasifikasi Produsen
generik dagang Sediaan penyimpanan
(20-250C)
Insulin vial 100
6 Analog Apidra IU/ml 10 inj 2-8° C 28 hari Parraga, et al., 2010. A Sanofi-Aventis
Glulisin ml
Insulin
100 IU/ml 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007;
7 Analog Humalog inj 28 hari A Eli Lilly
3 cc dibekukan Monograf Produk
Lispro
Insulin Mixtard 30 inj 100
Campur HM/ Mixtard IU/ml 10 Hubungi pihak produsen Novo Nordisk
vial; 2-8° C, jangan
8 (Insulin HM Penfill ml; penfill
penfill dibekukan
Regular + Mixtard 100 IU/ml Campos, et al., 2006;
NPH) 3 ml 28 hari A Novo Nordisk
Novolet Monograf Produk
Insulatard
HM/ Novo Nordisk
Hubungi pihak produsen
Insulatard inj 100
Insulin Kerja HM Penfill IU/ml 10
vial; 2-8° C, jangan
Menengah ml; penfill Wisconsin Department
9 penfill dibekukan 28 hari A Eli Lilly
(NPH) Humulin N 100 IU/ml of Health Services,
3 ml 2007; Monograf Produk
Insulatard
Hubungi pihak produsen Novo Nordisk
Novolet
Actrapid 24 jam (suhu Campos, et al., 2006 dan
HM/Actrapid D Novo Nordisk
inj 100 <250C) Parraga, et al., 2010
HM Penfill
IU/ml 10 2-8° C , Wisconsin Department
Insulin vial;
10 Humulin R ml; penfill jangan 28 hari of Health Services, 2007; A Eli Lilly
Regular penfill
100 IU/ml dibekukan Monograf Produk
3 ml
Actrapid
6 minggu Informasi Produk A Novo Nordisk
20
Novolet
21
E1 Pediatric mcg/ml
PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR
Cohen, et al., 2007;
Tracrium 25 mg/2,5 14 hari B GlaxoSmithKline
Atrakurium Brosur Produk
1 ml, 50 inj 2-8° C
besilat Farelax Hubungi pihak produsen Fahrenheit
mg/5ml
Tramus Hubungi pihak produsen Dexa Medica
Pankuronium Merck Sharp &
2 Pavulon 2 mg/ml inj 2-8° C 6 bulan Cohen, et al., 2007 A
bromida Dohme
12 minggu (suhu Parraga, et al., 2010; Merck Sharp &
Rokuronium Esmeron 50 mg/5 A
3 inj 2–8C <300C) Informasi Produk Dohme
bromida ml
Roculax Hubungi pihak produsen Kalbe farma
KELAS TERAPI 27 OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN
VAKSIN
2-8° C,
Vaksin
1 Imovax Polio 0,5 ml Inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Antipolio
dibekukan
2-8° C,
Vaksin
2 Verorab 0,5 ml Inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
antirabies
dibekukan
3 Vaksin BCG Vaksin BCG 1ml Inj 2-8° C Hubungi pihak produsen Bio Farma
Vaksin Vaksin
4 5 ml Inj 2-8° C Hubungi pihak produsen Bio Farma
Campak campak
22
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
Vaksin 2-8° C,
Therapeutic Research
5 Difteri dan Infanrix 0,5 ml inj jangan 72 jam C GlaxoSmithKline
Center, 2008
Tetanus dibekukan
Vaksin
2-8° C,
Difteri
6 Tripacel 0,5 ml inj jangan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Pertusis dan
dibekukan
Tetanus
Vaksin
2 minggu (suhu
7 Hemophilus Hiberix 0,5 ml inj 2-8° C Parraga, et al., 2010 B GlaxoSmithKline
210C)
influenzae B
Havrix 720 720 IU/ml,
2-8° C, 72 jam Cohen, et al., 2007 C GlaxoSmithKline
Vaksin junior 80 IU/0,5
8 inj jangan
Hepatitis A Avaxim 80; ml, 160
dibekukan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
Avaxim 160 IU/0,5 ml
100
mcg/0,5 2-8° C,
Vaksin
9 Engerix-B ml, 20 inj jangan 72 jam Cohen, et al., 2007 C GlaxoSmithKline
Hepatitis B
mcg/0,5 ml dibekukan
vial
Vaksin 2-8° C,
2 minggu (suhu Working in Tendem
10 Hepatitis A Twinrix 1 ml inj jangan B GlaxoSmithKline
210C) Ltd, 2012
dan B dibekukan
72 jam (akumulasi Merck Sharp &
Gardasil Monograf Produk C
2-8° C, paparan) Dohme
11 Vaksin HPV 0,5 ml inj jangan Working in Tendem
Cervarix dibekukan 3 hari Ltd, 2012; Monograf C GlaxoSmithKline
Produk
23
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
(lanjutan)
Stabilitas pada
Nama Nama Bentuk Kondisi
No. Kekuatan temperatur ruang Referensi Kategori Produsen
generik dagang sediaan penyimpanan
(20-250C)
7 hari (akumulasi Dipa Pharmalab
Vaksin IgG Hyperhep-B; 2-8° C, jangan Cohen, et al., 2007 B
12 220 IU/ml inj paparan) Intersains
Hepatitis B dibekukan
HepBQuin Hubungi pihak produsen Graha Farma
Cohen, et al., 2007;
Fluarix 72 jam Working in Tendem C GlaxoSmithKline
Vaksin 0,25 ml, 2-8° C, jangan Ltd, 2012
inj
13 Influenza 0,5 ml dibekukan
Working in Tendem
Vaxigrip 2 minggu B Sanofi Pasteur
Ltd, 2012
Vaksin Infanrix-Hib Hubungi pihak produsen GlaxoSmithKline
2-8° C, jangan
14 Kombinasi 0,5 ml inj
Tetra Hib dibekukan Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
DpaT-Hib
Vaksin
Kombinasi 2-8° C, jangan
15 Pediacel 0,5 ml inj 72 jam Monograf Produk C Sanofi Pasteur
DPT, Hib, dibekukan
Polio
Vaksin
Mencevax 6 bulan (suhu
16 Meningitis 0,5 ml inj 2-8° C MIMS Indonesia A GlaxoSmithKline
ACWY 220C)
meningokokal
Hubungi pihak
Trimovax Sanofi Pasteur Sanofi Pasteur
produsen
17 Vaksin MMR 0,5 ml inj -50-8° C
Working in Tendem Ltd, Merck Sharp &
M-M-R II ≤ 6 jam D
2012; Monograf Produk Dohme
Prevenar Cohen, et al., 2007;
2-8° C 7 hari B Pfizer
Vaksin (PCV) Monograf Produk
18 0,5 ml inj
Pneumokokus 2-8° C, jangan
Pneumo 23 Hubungi pihak produsen Sanofi Pasteur
24
dibekukan
Produksi
1 Mineral-Mix 100 ml larutan 2-8° C Belum ada data RSCM
RSCM
25
Laporan praktek...., Putri Wahyu, FF UI, 2013
26
(lanjutan)
Kategori C (stabil ≥ 48 jam – 7 hari) pada 250C
1 Botox
2 Cervarix
3 Engerix-B
4 Fluarix
5 Gardasil
6 Havrix 720 Junior
7 Infanrix
8 Pediacel
Kategori D (stabil < 48 jam) pada 250C
1 Actrapid HM/Actrapid HM penfill
2 M-M-R II
3 Novomix Flexpen
4 Novorapid Flexpen
Kategori E (tidak stabil di luar kulkas (temperatur > 80C))
1 Varilrix
Data yang belum diperoleh
1 Avaxim
2 Farelax
3 HepBQuin
4 Imovax Polio
5 Infanrix-Hib
6 Insulatard HM/ Insulatard HM Penfill
7 Insulatard Novolet
8 Lanzox
9 Mixtard 30 HM/ Mixtard HM Penfill
10 Okavax
11 Pneumo 23
12 Roculax
13 Tetra Hib
14 Tramus
(lanjutan)
15 Tripacel
16 Vaksin BCG
17 Vaksin campak
18 Vaksin TT Bio Farma
19 Verorab
Pustaka:
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
ACTRAPID NOVOLET
Pustaka:
Informasi Produk
APIDRA
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28
BOTOX
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
CERVARIX
Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for lisensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
Monograf Produk
CETROTIDE
Pustaka:
Monograf Produk
ENGERIX-B
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
ESMERON
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Informasi Produk
FLUARIX
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
GARDASIL
Pustaka:
Monograf Produk
GONAL F
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Monograf Produk.
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
HIBERIX
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
HYPERHEB-B
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
HUMALOG
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk
HUMULIN N
Pustaka:
Wisconsin Department of Health Services. (2007). Guide for Storage of Insulin.
Monograf Produk.
HUMULIN R
Pustaka:
Wisconsin Department of Health Services. (2007). Guide for Storage of Insulin.
Monograf Produk.
INFANRIX
Pustaka:
Therapeutic Research Center. (Nov, 2008). Stability of refrigerated and frozen drugs.
Pharmacist’s Letter/Presriber’s Letter, 24(241001), 1-17.
LANTUS
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
LEVEMIR FLEXPEN
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Informasi Produk.
MENCEVAX ACWY
Pustaka:
MIMS Informasi Produk.
MIACALCIC INJEKSI
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
MIXTARD 30 NOVOLET
Pustaka:
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.
Monograf Produk
M-M-R II
Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
Monograf Produk
NOVOMIX FLEXPEN
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
NOVORAPID FLEXPEN
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
OVIDREL DKSH
Pustaka:
Monograf Produk
PAVULON
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
PEDIACEL
Pustaka:
Monograf Produk
PROSTIN VR PEDIATRIC
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
PREVNAR (PCV)
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Monograf Produk
ROTARIX
Pustaka:
A., Kerdpanich, et al. (2011). Immunogenicity of a human rotavirus vaccine (RIX4414) after
storage at 37 °C for seven days. Human Vaccines, 7(1), 74-80.
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
TRACRIUM
Kandungan Zat Aktif : Atrakurium besilat
Kelas Terapi : 24–Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
Penyimpanan : Simpan pada suhu dingin (2 – 80C)
Terlindung dari cahaya
Stabilitas Obat pada
Temperatur Ruang : 14 hari
Kategori Stabilitas Obat : B
Produsen : GlaxoSmithKline (GSK)
Pustaka:
Cohen, V., Jellinek, S.P., Teperikidis, L., Berkovits, E., & Goldman, W.M. (2007). Room-
temperature storage of medications labeled for refrigeration. The American Journal of Health-
System Pharmacy, 64, 1711-1715.
Brosur Produk.
TWINRIX
Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
TYPHIM VI
Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
VAKSIN PPD
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
Campos, R.C., Collado, P.S., Gener, A.G., & Borbones, M.B. (2006). Maximum stability of
thermolabile drugs outside the refrigerator. Farmacia Hospitalaria, 30(1), 33-43.
VARILRIX
Pustaka:
Parraga, L.P., Gómez-Lobón, A., Runnenberg, I.G., Melantuche, R.S., Sánchez, O.D., & Latorre,
F.P. (2011). Thermolabile drugs. Operating procedure in the event of cold chain failure.
Farmacia Hospitalaria, 35(4), 190e.1-190e.28.
VAXIGRIP
Pustaka:
Working in Tendem, Ltd. (Nov, 2012). Summary of stability data for licensed vaccines. USA:
PATH Vaccine Technologies Group.
(lanjutan)
Twinrix B 48
Typhim VI A 48
Vaksin PPD A 49
Varilrix E 50
Vaxigrip B 51