Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA RECTI

Oleh :
KELOMPOK 14

1. RATNA IRMA FITRI


2. RIRIN FRASTINI
3. WIRABAKTI
4. ABDUL JIHAD
5. M. RASYIDATUL AFKARI
6. M. RUSLAN

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sekitar 135.000 kasus baru kanker kolorektal terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan
menyebabkan angka kematian sekitar 55.000. Sepertiga kasus ini terjadi di kolon dan 2/3 di
rektum. Adenokarsinoma merupakan jenis terbanyak (98%), jenis lainnya yaitu karsinoid
(0,1%), limfoma (1,3%), dan sarkoma (0,3%). Insiden karsinoma kolon dan rektum di
Indonesia cukup tinggi demikian juga angka kematiannya.
Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda. Sekitar 75 %
ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat, perbandingan insiden pria : wanita = 3 : 1 dan
kurang dari 50 % ditemukan di rektosigmoid dan merupakan penyakit orang usia lanjut.
Pemeriksaan cocok dubur merupakan penentu karsinoma rectum.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian ca Recti ?
b. Apakah etiologi ca Recti ?
c. Bagaimana patofisiologi ca Recti ?
d. Apakah tanda dan gejala ca Recti ?
e. Bagaimana klasifikasi ca Recti ?
f. Bagaimana petanataksanaan ca Recti ?
g. Bagaimanakah konsep askep ca recti?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian ca Recti
b. Untuk mengetahui etiologi ca Recti
c. Untuk mengetahui patofisiologi ca Recti
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala ca Recti
e. Untuk mengetahui klasifikasi ca Recti
f. Untuk mengetahui petanataksanaan ca Recti
g. Untuk mengetahui konsep askep ca recti

2
BAB I
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan
ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah
adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di
usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).
Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel
yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan
rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan
lendir dan cairan lainnya). Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari
mukosa colon atau rectum. Kebanyakan kanker colorectal berkembang dari polip, oleh karena
itu polypectomy colon mampu menurunkan kejadian kanker colorectal. Polip colon dan kanker
pada stadium dini terkadang tidak menunjukkan gejala.19 Secara histopatologis, hampir semua
kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat mensekresi
mukus yang jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar melalui infiltrasi langsung ke
struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke
kelenjar limfe pericolon dan mesocolon, dan melalui aliran darah, biasanya ke hati karena
colon mengalirkan darah ke sistem portal.

B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti: polipotus,
familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini
diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan terutama
kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan
lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang
diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat ( Brunner &
Suddarth : hal. 1123 ).
 Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

3
 Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-
tahun memiliki risiko yang lebih besar
 Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
 Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
 Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal.
 Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

C. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar sebelah
kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden,
transversum sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid.
Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi
kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel:
sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan
makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare ringan. Berat
badan semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi
jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi
massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor terjadi pada
daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan berikut 16% pada
kolon asenden, 8% pada kolon transversal, 20% – 30% pada kolon desenden dan sigmoid,
serta 40% – 50% pada rektum.
Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker biasanya tumbuh
tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan sifatnya berbahaya terjadi.
Secara lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih kedalam lapisan-lapisan dinding perut,
yang dimulai dari orang-orang lain yang berdekatan. Kanker ini membesar atau menyebar
melalui sistim sirkulasi yang masuk dari pembuluh-pembuluh darah. Tempat-tempat
metastase yang lain adalah termasuk kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan lymphatik, kanker rektum
juga menyebar melalui peredaran peritoneal. Penyebaran terjadi ketika kanker diangkat dan
sel-sel kanker berpisah dari kanker dan menuju lubang peritonial.

4
Gambar 1. Kanker rectum

5
D. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung, feses
yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi yang terjadi.
Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan untuk mencapai dua
kali lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat asimlomatik. Kanker yang
terletak pada rektum dapat menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi yang terus
menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar. Metastase kehati
menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan dan juga bisa terjadi
ikterus. Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan tetapi hal ini jarang terjadi.

E. SCREENING
Penapisan (screening) merupakan suatu deteksi dini dengan melakukan investigasi pada
individu asimptomatik yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini
dapat dilakukan tindakan kuratif. Sehingga akan berakibat menurunnya mortalitas. Dengan
deteksi dini/ penapisan juga akan didapatkan lesi precursor kanker, jika diterapi akan
menurunkan insidensi kanker kolorektal.
Tabel 1 Tes Skrining pada KKR (Smith, 2012)

6
Tabel 2 Skrining KKR (Canan, 2008)

Gambar 3 Algoritma penapisan KKR (Canan, 2008)

F. KLASIFIKASI
Staging tumor tidak dapat diketahui sampai setelah operasi, yaitu dengan analisis spesimen
yang diambil ketika operasi oleh ahli patologi (Carolyn et al., 2004).
Karakteristik yang diperhitungkan dalam system staging adalah:
7
1. Derajat penetrasi tumor melalui dinding rektum
2. Ada atau tidaknya keterlibatan Kelenjar Getah bening (KGB)
3. Ada atau tidaknya metastasis jauh.
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
a. Stadium 0 : Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situadalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
b. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
c. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
e. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-
paru.
f. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah
periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.

Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
a. Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
b. Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
c. Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
d. Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas ( Brunner &
Suddarth, hal. 1126 )

8
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus
c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.
d. Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan, menimbulkan
obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh dinding usus dan
kelenjar-kelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu
pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan.

H. PROGNOSIS
Angka 5 tahun keberhasilan hidup untuk pasien kanker kolorektal adalah sebagai berikut :
1. Stage I - 72%
2. Stage II - 54%
3. Stage III - 39%
4. Stage IV - 7%
Limapuluh persen pasien biasanya terjadi rekurensi, baik lokal maupun ditempat yang lain,
atau keduanya. Rekurensi lokal lebih sering terjadi pada kanker rektum daripada kanker
kolon. Angka rekurensi berkisar 5-30%, terjadi 2 tahun setelah pembedahan. Faktor yang
mempengaruhi rekurensi antara lain stadium tumor primer, lokasi tumor primer.

Gambar 4 Rata-rata kumulatif kelangsungan hidup pada ca colorectal

9
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan
Laboratorium:
a. Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)
b. Cea (Carcino- Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi
Embryonic psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan
Anti-Gen) residif atau metastase.
2. Pemeriksaan -Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi
Radiologis secara radiologis.
3. Endoskopi dan -Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi
Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.

4. Ultrasonografi -Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.

J. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa metode
yang dipakai antara lain :
a) Transanal excision
Metoda ini digunakan untuk lesi yang superfisial pada pasein dengan derajat I atau II.
b) Low anterior resection (LAR)
Metoda ini digunakan untuk lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum.
c) Coloanal anastomosis
d) Abdominal perineal resection (APR)

b. Kemoterapi dan Radioterapi


Kemoterapi dan radioterapi biasa dilakukan pada pasien dengan stadium Dukes C untuk
menurunkan tingkat rekurensi, meningkatkan tingkat keberhasilan operasi, dan
memelihara keutuhan sfingter anus. Radioterapi preoperatif dapat menurunkan angka
rekurensi setelah pembedahan dari 27% menjadi 11%, dan meningkatkan angka
keberhasilan jangka panjang dari 48% menjadi 58%. Konsensus The US National
Institutes of Health merekomendasikan kemoradioterapi preoperatif untuk semua stadium
II dan III. Berikut adalah tabel tentang rekomendasi kemoterapi dan radioterai pada
pasien kanker rektum setelah dilakukan pembedahan.
Stage Rekomendasi terapi
Stage I Tanpa terapi adjuvant

Stage II or III Kemoradiasi neoadjuvan selama 5 minggu

- Lesi kecil/ - Kemoterapi dasar 5-FU denga XRT (180


Menengah cGy 5 hari/
minggu)
- Istirahat selama 6 minggu

10
- Eksisi mesorektal total
- Istirahat 4 minggu
- Lanjutkan kemoterapi dasar 5-FU selama 8
minggu

- Kemoterapi pre dan postoperasi


- Lesi luas
- Eksisi mesorektal total

- LAR atau APR paliasi/ pencegahan untuk


Stage IV sumbatan
atau perdarahan
- Kemoterapi adjuvant
- 5 FU + lekovorin ± irinotecan atau
oxaliplatin dengan
XRT individual

c. Laser Nd:YAG
Efektif untuk lesi A,B dan C
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan prosedur
pembedahan tumor sebagai berikut :
1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengngkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan,pembuluh darah dan nodus limfatik.
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor
dan persi sigmoid dan semua rektum dan sfingter anal).
3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus
sebelum reseksi).
4. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi). (Brunner & suddarth, hal. 1127).

H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) RIWAYAT KEPERAWATAN DAN PENGKAJIAN FISIK:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan/keletihan
b) Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres
tinggi.
b. Sirkulasi:
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

11
Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
c. Integritas ego:
Gejala:
a) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
b) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
a) Perubahan bising usus, distensi abdomen
b) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
e. Makanan/cairan:
Gejala:
a) Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif
dan bahan pengawet)
b) Anoreksia, mual, muntah
c) Intoleransi makanan
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
f. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala : Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit
g. Keamanan:
Gejala : Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika
Tanda : Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
h. Interaksi social
Gejala:
a) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
b) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
i. Penyuluhan/pembelajaran:
a) Riwayat kanker dalam keluarga
b) Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
c) Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
d) Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
j. Pemeriksaan Fisik
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya perubahan pola buang air
besar (change of bowel habits), bisa diare bisa juga obstipasi. Semakin distal letak
tumor semakin jelas gejala yang ditimbulkan karena semakin ke distal feses
semakin keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen yang menyempit, bahkan bisa

12
disertai nyeri dan perdarahan, bisa jelas atau samar. Warna perdarahan sangat
bervariasi, merah terang, purple, mahogany, dan kadang kala merah kehitaman.
Makin ke distal letak tumor warna merah makin pudar. Perdarahan sering disertai
dengan lendir, kombinasi keduanya harus dicurigai adanya proses patologis pada
colorectal. Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya yaitu adanya massa yang teraba
pada fossa iliaca dextra dan secara perlahan makin lama makin membesar.
Penurunan berat badan sering terjadi pada fase lanjut, dan 5% kasus sudah
metastasis jauh ke hepar
Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
a) Tonus sfingterani keras/lembek.
b) Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c) Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Peningkatan bunyi usus/peristaltik
 Peningkatan defekasi cair
 Perubahan warna feses
 Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
 Peningkatan bunyi usus
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat
 Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status
kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis
(proses neoplasma)
Ditandai dengan:
 Eksaserbasi penyakit tahap akut
 Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
 Iritabel
 Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang
adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem
pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:

13
 Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
 Menyatakan diri tidak berharga
 Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
 Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
 Tidak akurat mengikuti instruksi
 Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi
saraf kanker.
Ditandai dengan :
 Keluhan nyeri
 Memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
 Distraksi/ perilaku berhati-hati
 Gelisah, respons autonomik

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen
usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring 1) Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, tanda sehingga perlu diantisipasi dengan
pasang tirai dan segera buang feses setelah menyiapkan keperluan klien.
defekasi).
2) Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral. 2) Mencegah timbulnya maslah kekurangan
cairan.
3) Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat 3) Membantu klien menghindari agen
memperburuk/mencetus-kan diare. pencetus diare.
4) Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume 4) Menilai perkembangan maslah.
dan karakteristik feses.
5) Observasi demam, takikardia, letargi, 5) Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
leukositosis, penurunan protein serum, ansietas perforasi dan peritonitis yang
dan kelesuan. memerlukan tindakan kedaruratan.
6) Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai 6) Antibiotika untuk
program terapi (antibiotika, antikolinergik, membunuh/menghambat pertumbuhan
kortikosteroid). agen patogen biologik, antikolinergik
untuk menurunkan peristaltik usus dan
menurunkan sekresi digestif,
kortikosteroid untuk menurunkan proses
inflamasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi


nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Pertahankan tirah baring selama fase 1) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
akut/pasca terapi mencegah penurunan kalori dan simpanan

14
energi.
2) Bantu perawatan kebersihan rongga mulut 2) Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
(oral hygiene). 3) Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan
3) Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk untuk mengimbangi status hipermetabolisme
yang sesuai perkembangan kesehatan klien keganasan.
klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa) 4) Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12
4) Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai dapat mencegah anemia; pemberian asam folat
indikasi (roborantia) mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen
amalbasorbsi.
5) Pemberian peroral mungkin dihentikan
5) Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi sementara untuk mengistirahatkan saluran
parenteral. cerna.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan


status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan
rangsang simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Orientasikan klien dan orang terdekat
terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang 1) Informasi yang tepat tentang situasi yang
diharapkan. dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien mengantisipasi
2) Eksplorasi kecemasan klien dan berikan dan menerima situasi yang terjadi.
umpan balik. 2) Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat
masalah kecemasan dan menawarkan solusi
yang dapat dilakukan klien.
3) Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah
yang lazim dialami oleh banyak orang dalam 3) Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar
situasi klien saat ini. dan tidak hanya dialami oleh klien satu-
satunya dengan harapan klien dapat
4) Ijinkan klien ditemani keluarga (significant memahami dan menerima keadaanya.
others) selama fase kecemasan dan 4) Memobilisasi sistem pendukung, mencegah
pertahankan ketenangan lingkungan. perasaan terisolasi dan menurunkan
kecemsan.

5) Kolaborasi pemberian obat sedatif.


5) Menurunkan kecemasan, memudahkan
6) Pantau dan catat respon verbal dan non istirahat.
verbal klien yang menunjukan kecemasan. 6) Menilai perkembangan masalah klien.

4. Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d


intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis,
ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Bantu klien mengembangkan strategi 1) Penderita kanker tahap dini dapat hidup
pemecahan masalah yang sesuai didasarkan survive dengan mengikuti program terapi
pada kekuatan pribadi dan pengalamannya. yang tepat dan dengan pengaturan diet dan
aktivitas yang sesuai
2) Mobilisasi dukungan emosional dari orang 2) Dukungan emosional dapat membantu
lain (keluarga, teman, tokoh agama, meningkatkan spirit klien untuk mengikuti
penderita kanker lainnya) program terapi.
3) Kolaborasi terapi medis/keperawatan
psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi 3) Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada
yang ekstrim. keadaan depresi/agresi yang berat dan lama
sehingga dapat memperburuk keadaan

15
4) Kaji fase penolakan-penerimaan klien kesehatan klien.
terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler- 4) Menilai perkembangan masalah klien.
Ross)

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d


kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Kaji tingkat pengetahuan klien/orang 1) Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar kesiapan fisik dan mental klien.
klien.
2) Jelaskan tentang proses penyakit, 2) Meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit masalah yang dialaminya.
terhadap perubahan status kesehatan-sosio-
ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi
sosial klien.
3) Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi 3) Meningkatkan partisipasi dan kemandirian
dan kemoterapi serta efek samping yang klien untuk mengikuti program terapi.
dapat terjadi
4) Tekankan pentingnya mempertahan-kan 4) Penderita kanker yang mengikuti program
asupan nutrisi dan cairan yang adekuat. terapi yang tepat dengan status gizi yang
adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.

6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen
terapi saraf kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan 1) Membantu dalam evaluasi gejala nyeri
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas karena kanker. Penggunaan skala rentang
pada skala 0 – 10. membantu pasien dalam mengkaji tingkat
nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefektifan analgesik, meningkatkan control
nyeri
2) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri 2) Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non
pasien verbal dapat memberikan petunjuk derajat
nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi.
3) Catat kemungkinan penyebab nyeri 3) Insisi posterolateral lebih tidak nyaman
patofisiologi dan psikologi. untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat
mengganggu kemampuan mengatasinya
4) Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. 4) Takut/ masalah dapat meningkatkan
tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
5) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan 5) Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
ajarkan penggunaan teknik relaksasi perhatian.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan ini
banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah
adenoma carsinoma 65%. Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai
sekarang belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya
kanker recti, seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi,
granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada
hubungannya dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Adapun tanda
yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung, feses yang kecil
atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases. Proses keganasan mulai
dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor terjadi pada daerah yang berbeda-
beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan berikut 16% pada kolon asenden, 8%
pada kolon transversal, 20% – 30% pada kolon desenden dan sigmoid, serta 40% – 50%
pada rektum.

B. SARAN
1. Belum diketahuinya penyebab pasti dari kanker mengharuskan kita untuk sebisa
mungkin mengindari faktor-faktor resiko yang memungkinkan terjadinya carsinoma
recti.
2. Sebaiknya dilakukan Penapisan (screening) pada individu asimptomatik yang
bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat
dilakukan tindakan kuratif yang akan menurunkan mortalitas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cirincione E, Cagir B. 2005. Rectal Cancer.www.emedicine.com/med/topic1994 [Diakses 6


Oktober 2016].

Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

National Cancer Institute. 2008. Rectal Cancer Treatment.


www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/rectal/healthprofessional. [Diakses 9 Oktober
2016].

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai